Anda di halaman 1dari 7

ISSN: 2339-0042 (p)

Share: Social Work Jurnal VOLUME: 10 NOMOR: 2 HALAMAN: 209 - 215 ISSN: 2528-1577 (e)
DOI: 10.24198/share.v10i2.29614

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG COVID-19


TERHADAP SIKAP STIGMA MASYARAKAT
PADA ORANG YANG BERSINGGUNGAN DENGAN COVID-19

Nuril Endi Rahman1, Anita Wijayaningtyas Utami2, Annisa Nadhilah3

1
Program Studi Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP Universitas Muhammadiyah Madiun
2,3
Serat Publisher

1
nuril.endy@gmail.com, 2anittaumi@gmail.com, 3nadhilahannisa@gmail.com

ABSTRAK
Maraknya informasi yang bergulir mengenai Covid-19 sebagai pembentuk pengetahuan
masyarakat, rentan memunculkan stigma negatif terhadap orang-orang yang bersinggungan
dengan Covid-19. Penelitian survei ini adalah penelitian cross-sectional kuantitatif melibatkan 101
responden yang bertujuan untuk melihat hubungan antara tingkat pengetahuan tentang Covid-19
dan sikap stigma terhadap orang-orang yang bersinggungan dengan Covid-19. Hasil penelitian
yang dilakukan pada masyarakat Yogyakarta yang sempat melakukan blokade pemukiman
menunjukkan bahwa 78.2% tingkat pengetahuan tentang Covid-19 berkategori baik dan 21.8%
berkategori cukup. Tingkat stigma mendapati hasil 63.4% memiliki sikap stigma cukup tinggi dan
33.7% memiliki sikap stigma tinggi. Adapun hasil analisis terhadap kedua variabel diketahui bahwa
47,5% responden dengan tingkat pengetahuan tentang Covid-19 berkategori baik, memiliki sikap
stigma tergolong cukup tinggi. Namun, dari hasil uji Chi-Square diperoleh kesimpulan bahwa tidak
terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan tentang Covid-19 dengan sikap stigma masyarakat
Yogyakarta terhadap orang-orang yang bersinggungan dengan Covid-19. Sikap stigma yang
muncul adalah faktor dari kesalahpahaman dalam menerima informasi mengenai bahaya dan
penularan Covid-19.
Kata kunci: Covid-19, Informasi, Pengetahuan dan Stigma

ABSTRACT
The spread of information about Covid-19 as a form of public knowledge is prone to create
a negative stigma against people who come into contact with Covid-19. This survey research is a
quantitative cross-sectional study involving 101 respondents aiming to see the relationship
between the level of knowledge about Covid-19 and stigma attitudes towards people who intersect
with Covid-19. The results of research conducted on the people of Yogyakarta who had a
settlement blockade showed that 78.2% of the level of knowledge about Covid-19 was in the good
category and 21.8% was in the sufficient category. The level of stigma found that 63.4% had a
fairly high stigma attitude and 33.7% had a high stigma attitude. The results of the analysis of the
two variables show that 47.5% of respondents with a good level of knowledge about Covid-19,
have a fairly high stigma attitude. From the results of the Chi-Square test, it was concluded that
there was no relationship between the level of knowledge about Covid-19 and the stigma attitudes
of the people of Yogyakarta towards people who intersect with Covid-19. The stigma that emerges
is a factor of misunderstanding in receiving information about the dangers and transmission of
Covid-19.
Key words: Covid-19, Information, Knowledge and Stigma

209
ISSN: 2339-0042 (p)
Share: Social Work Jurnal VOLUME: 10 NOMOR: 2 HALAMAN: 209 - 215 ISSN: 2528-1577 (e)
DOI: 10.24198/share.v10i2.29614

PENDAHULUAN kesehatan penting untuk mengambil tindakan


Pandemi Covid-19 merupakan wabah efektif berdasarkan pengukuran pencegahan
global yang bermula di Provinsi Wuhan-China yang direkomendasikan pihak-pihak terkait
bulan Desember 2019, kemudian menyebar (McCauley dkk, 2013).
cepat ke berbagai belahan dunia. Indonesia Berbagai sosialisasi mengenai Pola
tergolong negara dengan angka keterjangkitan Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang bertujuan
Covid-19 tertinggi di Asia Tenggara. mencegah penularan Covid-19 dari pemerintah
Pertambahan jumlah pasien positif di seharusnya menjadi arus informasi utama bagi
Indonesia, sangat signifikan sejak kasus 01 masyarakat. Namun, di era social media ini,
dan kasus 02 diumumkan pada 2 Maret 2020. arus informasi bisa datang dari berbagai
KOMPAS.com melansir, terdapat 45.029 kasus penjuru dan sulit dikontrol. Masyarakat dapat
positif, 17.883 sembuh dan 2.429 meninggal mengakses berbagai informasi mengenai
per 20 Juni 2020. Kondisi ini menunjukkan Covid-19, dimana kebenaran informasi
bahwa upaya penanganan pandemi harus lebih tersebut tidak dapat dipertanggungjawabkan.
intens dan membutuhkan keterlibatan semua Padahal, dari informasi yang keliru dapat
pihak. membentuk pengetahuan yang keliru.
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sementara, sebagian masyarakat masih abai
termasuk wilayah yang tidak dikategorisasikan mengakses informasi mengenai Covid-19,
sebagai zona merah, tetapi tidak kemudian dimana minimnya informasi akan membentuk
menjadikan DIY sebagai zona aman Covid-19. rendahnya tingkat pengetahuan tentang Covid-
Persebaran Covid-19 melekat dengan mobilitas 19.
manusia. Masyarakat setempat, sempat Faktor pengetahuan bukan faktor
memblokade permukimannya dengan portal. mutlak yang membentuk sikap stigma
Meskipun demikian, kasus konfirmasi positif seseorang. Penelitian Prastiwi (2019)
Covid-19 di DIY masih menunjukkan kenaikan. menunjukkan bahwa seseorang dengan
Data situs Pemda Yogyakarta per 20 Juni pengetahuan baik tentang virus HIV/AIDS,
2020, jumlah pasien positif 285 orang dengan memiliki stigma yang tinggi kepada Orang
231 diantaranya. Dengan HIV/AIDS (ODHA). Sementara, hasil
penelitian Astuti (2016) menunjukkan bahwa
Pengetahuan Tentang Bahaya Penyakit para bidan berpengetahuan kurang mengenai
Menular virus HIV/AIDS, justru memiliki stigma rendah
Pegetahuan berperan penting terhadap ODHA. Hasil penelitian Finnajakh
membangun strategi menghadapi krisis (2019) juga menunjukkan bahwa sebagian
kesehatan, termasuk pada masa pandemi besar responden yang berpengetahuan kurang
Covid-19 ini. Pengetahuan atas karakteristik baik tentang virus HIV/AIDS, memberikan
Covid-19, sangat dipengaruhi oleh akses stigma negatif terhadap ODHA.
informasi masyarakat. Beberapa aspek Beberapa penelitian tersebut
potensial pemicu kesenjangan komunikasi menunjukkan tidak ada hubungan signifikan
dalam mempersiapkan dan merespon saat antara pengetahuan dan sikap stigma. Setiap
pandemi influenza, yaitu karakteristik sosio- orang yang memiliki pengetahuan, juga
demografis (umur, ras dan etnis), faktor memiliki persepsi yang berbeda mengenai
kepercayaan (keseriusan penerimaan), dan seseorang yang terinfeksi penyakit menular.
pengaruh komunikasi (pemberitaan media, Dalam konteks fenomena pandemi Covid-19,
informasi kebiasaan masyarakat dan level informasi yang banyak diberikan kepada
pengetahuan tentang ancaman) (Lin dkk, masyarakat adalah informasi mengenai bahaya
2014). Oleh karenanya, penduduk yang hidup dan pencegahan penularan virus Covid-19,
di lingkungan masyarakat dengan status sosial dimana bentuk pencegahannya adalah
ekonomi tinggi (SSE tinggi), kemungkinan menjaga jarak dengan orang-orang yang
memiliki akses informasi yang lebih baik terindikasi terinfeksi virus maupun orang yang
tentang ancaman kesehatan masyarakat tidak memiliki gejala sekalipun. Jika seseorang
dibandingkan dengan penduduk di lingkungan memiliki pengetahuan yang baik terkait
status sosial ekonomi rendah, dan individu pencegahan Covid-19, tetapi kebijaksanaan
dengan SSE tinggi kemungkinan lebih dapat dan subjektivitas mempengaruhi
mengkombinasikan pesan komunikasi pandangannya, maka tidak ada filterisasi

210
ISSN: 2339-0042 (p)
Share: Social Work Jurnal VOLUME: 10 NOMOR: 2 HALAMAN: 209 - 215 ISSN: 2528-1577 (e)
DOI: 10.24198/share.v10i2.29614

penerimaan informasi dan kebijaksanaan Populasi dalam penelitian ini adalah


bersikap. Hal demikian menjadikan masyarakat Yogyakarta (DIY). Dari populasi
pengetahuan yang dimiliki berpotensi menjadi tersebut, dilakukan pengambilan sampel
pemahaman keliru dan memunculkan persepsi dengan teknik sampling kemudahan
negatif. Apabila persepsi tersebut terbentuk, (convenience sampling) yang merupakan
maka memicu stigma negatif terhadap orang- sampel non-acak yang dipilih peneliti dari
orang yang bersinggungan dengan Covid-19. orang yang kebetulan lewat (Neuman,
2013:271). Sementara, jumlah sampel
Stigma ditentukan dari rumus n = N / (1+N.Moe2),
Stigma merupakan pandangan negatif dimana n = jumlah sampel, N = jumlah
kepada seseorang atau sekelompok populasi dan Moe = Margin of error maximum
masyarakat. Pada kondisi pandemi Covid-19, (Sutopo, 2010). Dari jumlah penduduk DIY
stigma lebih diarahkan pada pandangan atas sebanyak 3.842.932 jiwa (BPS, 2020) dan
kondisi fisik seseorang yang mengalami tingkat kesalahan 10%, maka jumlah sampel
gangguan akibat terinfeksi virus. Erving dalam penelitian ini 101 responden.
Goffman (1963:1) membagi stigma kedalam 3 Proses pengambilan data yang
tipe yakni: 1) Stigma yang berhubungan disesuaikan dengan kondisi pandemi
dengan kecacatan pada tubuh seseorang; 2) dilaksanakan pada bulan Juni 2020. Peneliti
Stigma yang berkaitan dengan kerusakan- memilih sampel melalui berbagai platform
kerusakan karakter individu atau media sosial (WhatsApp, Facebook dan
penyimpangan-penyimpangan perilaku; serta Instagram). Peneliti menyebar link kuesioner
3) Stigma yang berhubungan dengan suku, ke komunitas-komunitas yang terdiri dari
ras, dan agama. Kipp et.al (dalam Hidayati, orang-orang yang berdomisili di DIY.
2015:80) menggambarkan stigma sebagai Variabel yang digunakan dalam
proses sosial atau pengalaman pribadi ditandai penelitian ini tingkat pengetahuan masyarakat
dengan pengucilan, celaan dan devaluasi, tentang Covid-19 sebagai variabel bebas dan
karena anggapan sosial yang merugikan tingkat stigma terhadap pasien Covid-19
tentang individu maupun kelompok sebagai variabel terikat. Variabel bebas
dikarenakan permasalahan kesehatan tertentu. (independent variable) adalah variabel yang
Dalam konteks pandemi Covid-19, stigma mempengaruhi, menyebabkan timbulnya atau
merupakan ancaman besar ketika seseorang berubahnya variabel terikat. Variabel terikat
yang dinyatakan positif terinfeksi Covid-19 (dependent variable) atau variabel yang
terlanjur diberi label sebagai seorang dipengaruhi oleh variabel bebas. Pada variabel
pembawa penyakit dan membahayakan bagi tingkat pengetahuan terdiri dari 9 item
orang-orang disekitarnya, sehingga seorang pertanyaan, sedangkan variabel sikap stigma
pasien berpotensi mengalami devaluasi atau terdiri dari 11 item pertanyaan dalam
pengucilan dalam jangka waktu lama. instrumen.
Pengukuran pada tingkat pengetahuan
METODE dikategorikan menjadi 3 yakni: 1) Pengetahuan
Penelitian ini adalah penelitian baik apabila hasil persentase nilai responden
kuantitatif berjenis survai dengan desain studi >80%; 2) Pengetahuan cukup apabila hasil
crossectional yang dianalisis secara deskriptif persentase nilai responden 60-80%; dan 3)
analitik. Penelitian survai adalah penelitian Pengetahuan kurang jika hasil persentase nilai
melalui alat pengumpul data pokok berupa responden <60%. Sedangkan pada variabel
kuesioner dengan mengambil sampel untuk sikap stigma dikategorikan kedalam tiga
mewakili populasi (Singarimbun dan Effendi, tingkatan yakni: 1) Stigma rendah apabila hasil
2011:3). Studi crossectional, yakni suatu persentase responden <60%; 2) Stigma cukup
penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi jika hasil persentase responden 60-80%; dan
antar variabel sebab atau resiko dan akibat 3) Stigma tinggi jika hasil persentase nilai
yang terjadi pada objek penelitian yang diukur responden >80%. Dengan melihat perolehan
atau dikumpulkan pada waktu bersamaan skor dari variabel tingkat pengetahuan
(Notoatmodjo, 2010). tersebut, maka dilihat seberapa besar
Populasi merupakan ide abstrak dari signifikansi hubungan pengetahuan
sehimpunan besar kasus, dimana peneliti masyarakat tentang Covid-19 terhadap sikap
mengambil sampel dan hasil sampel tersebut stigma.
digeneralisasikan (Neuman, 2013:270).

211
ISSN: 2339-0042 (p)
Share: Social Work Jurnal VOLUME: 10 NOMOR: 2 HALAMAN: 209 - 215 ISSN: 2528-1577 (e)
DOI: 10.24198/share.v10i2.29614

Analisis data dalam penelitian ini 27.7% atau 28 responden dengan


menggunakan perangkat lunak SPSS Versi 24. pengetahuan baik, memiliki sikap stigma
Analisis yang digunakan adalah analisis tinggi. Responden yang memiliki pengetahuan
univariat, bivariat dan bivariat kontrol. Analisis tinggi tentang Covid-19 dengan sikap stigma
univariat untuk melihat distribusi responden kurang, sebesar 3.0% atau 3 responden.
dari masing-masing variabel, analisis bivariat Hasil ini sejalan dengan penelitian Park
kontrol untuk melihat stigma berdasarkan (2012) dan Guma (2011), dimana semakin
karakteristik responden, sedangkan analisis banyak informasi yang diterima oleh
bivariat digunakan untuk melihat hubungan seseorang, semakin banyak pula pengetahuan
antara variabel bebas dan variabel terikat yang didapatkan mengenai bahaya dan cara
menggunakan uji chi square dengan taraf penularan HIV/AIDS. Dalam hal ini para
signifikansi 95%. Variabel dapat dikatakan responden yang memiliki pengetahuan tentang
berhubungan secara signifikan jika nilai bahaya Covid-19 dan penularannya, akibat
p<0.05. Analisa data dalam penelitian ini juga banyak menerima informasi dari media
didukung analisa deskriptif, yaitu analisa yang mainstream maupun media sosial. Namun,
dilakukan tidak untuk menguji hipotesis dan sejalan dengan hasil penelitian Urifah (2017)
hanya memberikan informasi mengenai data dan Prastiwi (2019), bahwa stigma masyarakat
yang diamati dengan mengeksplorasi masih cukup tinggi terhadap orang-orang yang
karakteristik data, meringkas dan terinfeksi penyakit menular seperti HIV/AIDS
mendeskripsikan data (Purwanto dan dikarenakan sebagian besar masyarakat masih
Sulistiyastuti, 2011:109). Analisis deskriptif memiliki persepsi negatif terhadap ODHA.
bertujuan untuk mengklarifikasi hasil analisis
berupa angka, serta menjelaskan dinamika Tabel 1 Tingkat Pengetahuan dan Tingkat
korelasi antar variabel. Stigma
Pengeta Stigma COVID 19 Total
HASIL DAN PEMBAHASAN huan T C K
Karakteristik Responden
Penelitian ini melibatkan secara Baik 28 48 3 79
keseluruhan 101 responden yang merupakan % 27,7 47,5 3,0 78,2
masyarakat Yogyakarta dengan karakteristik
cukup beragam dari sisi usia, tingkat Cukup 6 16 0 22
pendidikan, jenis pekerjaan dan tingkat % 5,9 15,8 0,0 21,8
pendapatan. Dari sisi usia, mayoritas Total 34 64 3 101
merupakan generasi muda berusia 17-25
tahun dengan persentase 56.4% atau 57 % 33,7 63,4 3 100
responden dan usia 26-35 tahun sejumlah Sumber: Hasil Olah Data Peneliti (2020)
30.7% atau 31 responden. Terdapat pula 1
responden berusia 56-65 tahun. Sementara, Berdasarkan uji Chi-Square dengan
dari aspek tingkat pendidikan, jenis pekerjaan menggunakan Pearson Chi-Square, diperoleh
dan tingkat pendapatan, responden dicatat taraf signifikansi p>0.05, sehingga diketahui
berkecenderungan tingkat pendidikan bahwa tidak terdapat hubungan signifikan
menengah dan tinggi, tetapi belum/tidak antara pengetahuan tentang Covid-19 dengan
bekerja dan belum/tidak memiliki pendapatan. sikap stigma terhadap orang-orang yang
bersinggungan dengan Covid-19. Faktor
Pengetahuan Masyarakat Tentang Covid-19 penyebab tidak berpengaruhnya pengetahuan
dan Sikap Stigma Terhadap Orang Positif yang dimiliki masyarakat dengan sikap stigma
Covid-19 adalah pemahaman yang keliru atas informasi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa yang diperoleh. Tampak bahwa salah satu
hampir separuh responden, yaitu 47.5% atau upaya pencegahan penularan Covid-19
48 responden memiliki pengetahuan yang baik rekomendasi WHO dengan menjaga jarak
tentang Covid-19 meliputi penularan antar antar manusia disalah artikan, terlebih pada
sesama manusia, dan upaya-upaya orang-orang yang bersinggungan dengan
pencegahan terjangkit Covid-19. Namun, para Covid-19, sehingga menyebabkan seseorang
responden memiliki sikap stigma dengan dengan pengetahuan tinggi mengenai Covid-
kategori cukup tinggi terhadap mantan 19, cenderung memiliki sikap stigma cukup
penderita dan penderita Covid-19. Sementara, terhadap orang-orang yang bersinggungan
dengan Covid-19. Hal ini senada dengan hasil

212
ISSN: 2339-0042 (p)
Share: Social Work Jurnal VOLUME: 10 NOMOR: 2 HALAMAN: 209 - 215 ISSN: 2528-1577 (e)
DOI: 10.24198/share.v10i2.29614

penelitian Baroya (2017), serta Hesty dan lulusan S1 dan 12.9% atau 13 responden
Suherni (2015) yang juga menemukan bahwa adalah tamatan SMA/SMK. Hal yang menarik,
tingkat pengetahuan masyarakat tentang yaitu responden dengan pendidikan relatif
bahaya penyakit menular HIV/AIDS, tidak rendah yaitu SD dan SMP dengan persentase
bermakna secara signifikan dalam faktor 5% atau 5 responden, secara keseluruhan
predisposisi terhadap sikap stigma kepada memiliki sikap stigma cukup.
Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA).
Tabel 3 Tingkat Pendidikan dan Tingkat Stigma
Sikap Stigma Berdasarkan Usia Stigma COVID 19
Mayoritas responden yang berada di usia Kategori Total
muda dengan usia 17-25 tahun dan 26-35 T C K
tahun dengan memiliki sikap stigma tinggi dan 0 2 0 2
SD
cukup. Dari keseluruhan 97.1% atau 98 0.0% 2.0% 0.0% 2.0%
responden dengan stigma tinggi dan cukup, 0 3 0 3
SMP
84.1% atau 85 responden adalah responden 0.0% 3.0% 0.0% 3.0%
direntang usia muda tersebut. Persentase 13 26 1 40
SMA/ SMK
tertinggi, yaitu 35.6% atau 36 responden 12.9% 25.7% 1.0% 39.6%
dengan kategori usia 17-25 tahun, memiliki 1 4 0 5
D1/D2/D3
sikap stigma cukup dan 19.8% atau 20 1.0% 4.0% 0.0% 5.0%
responden memiliki sikap stigma tinggi. Pada 16 19 2 37
S1
rentang usia 26-35 tahun, 18.8% atau 19 15.8% 18.8% 2.0% 36.6%
responden memiliki stigma cukup dan 9.9% 4 10 0 14
S2
atau 10 responden memiliki sikap stigma 4.0% 9.9% 0.0% 13.9%
tinggi. Sementara, 1 responden dengan usia 34 64 3 101
Total
antara 56-65 tahun memiliki sikap stigma 33.7% 63.4% 3.0% 100.0%
cukup. Sumber: Hasil Olah Data Peneliti (2020)

Tabel 2 Umur dan Tingkat Stigma KESIMPULAN DAN SARAN


Kategori Stigma COVID 19 Masyarakat Yogyakarta memiliki
Total tingkat pengetahuan tentang Covid-19 yang
(th) T C R
20 36 1 57 tergolong baik dan cukup, dimana 78.2%
17-25 berkategori baik dan 21.8% berkategori cukup.
19.8% 35.6% 1.0% 56.4%
10 19 2 31 Hal ini berkenaan dengan kemudahan akses
26-35 informasi yang menjadikan tidak lagi terdapat
9.9% 18.8% 2.0% 30.7%
36-45 2 0 0 2 masyarakat berpengetahuan kurang. Namun,
2.0% 0.0% 0.0% 2.0% kurangnya kemampuan dalam mengolah
berbagai informasi tentang penularan dan
46-55 2 8 0 10
bahaya Covid-19 untuk mengambil tindakan
2.0% 7.9% 0.0% 9.9%
efektif, menjadikan terbangun stigma negatif
56-65 0 1 0 1 terhadap orang yang bersinggungan dengan
0.0% 1.0% 0.0% 1.0% Covid-19. Tingkat stigma dicatat berkategori
Total 34 64 3 101 cukup dan tinggi, yakni 97.1% dengan
33.7% 63.4% 3.0% 100.0% perincian 63.4% memiliki sikap stigma cukup
Sumber: Hasil Olah Data Peneliti (2020) tinggi dan 33.7% memiliki sikap stigma tinggi.
Adapun hasil analisis terhadap kedua variabel
Sikap Stigma Berdasarkan Pendidikan diketahui bahwa 47,5% responden dengan
Persentase sikap stigma dengan kategori tingkat pengetahuan tentang Covid-19
cukup sebesar 63.4% atau 64 responden, berkategori baik, memiliki sikap stigma
dimana 44.5% atau 45 responden tergolong cukup. Sementara, hasil uji Chi-
berlatarbelakang tingkat pendidikan SMA/SMK Square diperoleh taraf signifikansi p>0.05,
dan S1. Nilai tersebut diperoleh dari 25.7% sehingga tidak terdapat hubungan antara
atau 26 responden adalah lulusan SMA/SMK tingkat pengetahuan tentang Covid-19 dengan
dan 18.8% atau 19 responden berpendidikan sikap stigma masyarakat Yogyakarta terhadap
S1. Sementara, 33.7% atau 34 responden orang-orang yang bersinggungan dengan
dengan sikap stigma berkategori tinggi tampak Covid-19.
bahwa 15.8% atau 16 responden merupakan

213
ISSN: 2339-0042 (p)
Share: Social Work Jurnal VOLUME: 10 NOMOR: 2 HALAMAN: 209 - 215 ISSN: 2528-1577 (e)
DOI: 10.24198/share.v10i2.29614

Keterlibatan semua pihak mutlak Guma, J.A. Health Workers Stigmatise HIV and
dibutuhkan dalam menghadapi pandemi Covid- AIDS Patients. South Sudan Medical
19. Pada konteks informasi, pengetahuan dan Journal. 2011:4: 92-3
sikap masyarakat, dibutuhkan kontribusi Hidayati, Eni. 2015. Pengetahuan Dan Stigma
pemerintah, media massa dan para jurnalis, Masyarakat Terhadap TBC Setelah
institusi-instusi kesehatan dan institusi-institusi Diberikan Pendidikan Kesehatan dan
terkait lain maupun masyarakat sendiri dalam Pencegahan Penularan. Jurnal
menyebarluaskan informasi yang memiliki Keperawatan Soedirman. Vol.10, No.2 Juli
validitas dan kredibel terkait Covid-19. Hal 2015
demikian penting dilakukan, mengingat Kipp, A.M et.al. 2011. Socio-demographic and
sebagian masyarakat masih belum memiliki AIDS-Related Factors Associated with
kemampuan mengelola informasi yang Tuberculosis Stigma in Southern Thailand:
bergulir. Sementara, peran-serta masyarakat A Quantitative, Cross-sectional Study of
untuk mengambil tindakan efektif mengikuti Stigma Among Patients with TB and Healty
protokol kesehatan pencegahan penularan Community Members. BMC Public Health,
Covid-19 yang direkomendasikan pihak-pihak 11, 675
terkait menjadi aspek kunci. Keterlibatan Kompas. (2020, 6 8). Update Virus Corona di
semua pihak dalam menyediakan informasi Asean: Indonesia Posisi Kedua Kasus
yang memiliki validitas dan kredibel terkait Terbanyak Setelah Singapura Artikel ini
Covid-19 tersebut membantu masyarakat telah tayang di Kompas.com dengan judul
membangun pegetahuan yang tepat dan "Update Virus Corona di Asean: Indonesia
mengambil tindakan yang sesuai. Posisi Kedua Kasus Terbanyak Setelah
Singapura", Retrieved from Kompas.com:
https://www.kompas.com/tren/read/2020/
UCAPAN TERIMA KASIH 06/08/151300865/update-virus-corona-di-
Artikel ini merupakan hasil penelitian asean--indonesia-posisi-kedua-kasus-
secara daring kepada masyarakat yang terbanyak
berdomisili di DIY melalui berbagai platform Lin Leesa, Elena Savoia, Foluso Agboola dan
media sosial (Whatsapp, Facebook, dan Kasisomayajula Viswanath. 2014. What
Instagram). Penulis menyampaikan terima Have We Learned about Communication
kasih kepada para responden yang telah Inequalities during The H1N1 Pandemic: A
bersedia mengisi kuesioner, sehingga Systematic Review of The Literature dalam
penelitian ini dapat dituliskan menjadi artikel BMC Public Health
ilmiah. McCauley, Michael, Sara Minsky dan
Kasisomayajula Viswanath. 2013. The
DAFTAR PUSTAKA H1N1 Pandemic: Media Frames,
Astutui, Dwi. 2016. Faktor-Faktor Yang Stigmatization and Coping dalam BMC
Mempengaruhi Stigma Mahasiswa Public Health
Kebidanan Terhadap ODHA di Kudus. The Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian
4 University Research Coloquium Kesehatan. Jakarta: PT Rieneka Cipta
Baroya, Ni’mal. 2017. Prediktor Sikap Stigma Neuman, Lawrance. 2013. Metodologi
dan Diskriminasi Terhadap Orang Dengan Penelitian Sosial: Pendekatan Kualitatif dan
HIV/AIDS di Kabupaten Jember. Jurnal Kuantitatif. Jakarta: Indeks
IKESMA. Vol.13 No. 2 September 2017 Pemerintah Daerah. Yogyakarta, Humas.
Finnajakh, Aunana. 2019. Hubungan Tingkat Diakses dari
Pengetahuan dan Persepsi Dengan Stigma https://corona.jogjaprov.go.id/data-
Masyarakat Terhadap ODHA di Desa statistik
Pandowoharjo, Kecamatan Sleman, Purwanto, Erwan Agus dan Dyah Ratih
Kabupaten Sleman. Publikasi Artikel Sulistyastuti. 2011. Metode Penelitian
Skripsi. Prodi Sarjana Terapan Kebidanan, Kuantitatif untuk Administrasi Publik dan
Polteknik Kesehatan Kementerian Masalah-Masalah Sosial. Yogyakarta: Gava
Kesehatan Yogyakarta. Media
Goffman, Erving. 1963. STIGMA Notes on The Prastiwi, Wahyu N.R. 2019. Hubungan
Management of Spoiled Identity. USA: Pengetahuan, Sikap dan Persepsi Anggota
Practice-Hall, Inc. 1963 WPA Tentang HIV/AIDS Deangan Stigma
Pada ODHA Di Surakarta. Publikasi Artikel

214
ISSN: 2339-0042 (p)
Share: Social Work Jurnal VOLUME: 10 NOMOR: 2 HALAMAN: 209 - 215 ISSN: 2528-1577 (e)
DOI: 10.24198/share.v10i2.29614

Skripsi. Fakultas Ilmu Kesehatan,


Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Situmeang, Berliana dkk. 2017. Hubungan
Pengetahuan HIV/AIDS dengan Stigma
terhadap Orang dengan HIV/AIDS di
Kalangan Remaja 15-19 Tahun di
Indonesia (Analisis Data SDKI Tahun 2012).
Jurnal Epidemologi Kesehatan
Indonesia.2017 Vol.1 No.2
Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 2011.
Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES
Siregar, Syofian. 2011. Statistika Deskriptif
untuk Penelitian Dilengkapi Perhitungan
Manual dan Aplikasi SPSS Versi 17.
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif
Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta
Sutopo. 2010. Penentuan Jumlah Sampel
dalam Penelitian dalam e-jurnal STIE
Dharma Putra Semarang
Urifah, Siti. 2017. Pengetahuan dan Stigma
terhadap Pasien HIV/AIDS Di Lingkungan
Kesehatan, Indonesia. The Indonesian
Journal of Health Science.Vol.8 No.2. Juni
2017

215

Anda mungkin juga menyukai