Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH MANAJEMEN PENDIDIKAN

“ Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah

(Manajemen Pembiayaan dan Lingkungan Sekolah)”

Dosen Pengampu :
Dr. Deddy Hermanto Karwan, M.M., Dipl. Ed.

Oleh
Kelompok IX
Kelas A
Nama Anggota :
Dita Shanda Putri (1913022005)
Fertina (1913022035)

Program Studi Pendidikan Fisika


Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lampung
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan nikmat sehatnya, baik itu berupa
sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu menyelesaikan makalah yang berjudul
“Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah (Manajemen Pembiayaan dan Lingkungan Sekolah)” tepat
pada waktunya.
Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Pendidikan.
Makalah ini memuat materi Manajemen Pembiayaan Sekolah dan Manajemen Lingkungan Sekolah, yang
mencakup materi, tujuan, prinsip, manfaat, dan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan di dalam
dunia pendidikan sekolah.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada Bapak Dr.
Deddy Hermanto Karwan, M.M., Dipl. Ed. selaku dosen pengampu mata kuliah Manajemen Pendidikan
yang telah memberikan pengarahan serta membimbing penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat
kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
progresif dari pembaca agar tercipta makalah yang lebih baik lagi.

Bandarlampung, Desember 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman
JUDUL ..................................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................................................ ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................ 1
C. Tujuan ......................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Manajemen Pembiayaan Sekolah ................................................................................. 3
B. ManajemenLingkungan Sekolah ................................................................................ 14

BAB III KESIMPULAN


A. Kesimpulan ................................................................................................................ 23
B. Saran ......................................................................................................................... 25

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 26

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan sebagai investasi dalam menghasilkan manusia-
manusia yang memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dibutuhkan dalam pembangunan
suatu bangsa. Pendidikan dipandang sebagai alat vital dalam memajukan dan membuat suatu bangsa
menjadi modern, mempunyai ketangguhan dalam menghadapi permasalahan kehidupannya. Dalam
hal ini pendidikan pun dianggap merupakan faktor yang dapat menentukan kualitas hidup atau
meningkatkan standar hidup suatu bangsa.
Dalam menyelenggarakan pendidikan memerlukan biaya, biaya dipergunakan untuk
menyediakan gedung sekolah atau kampus dan fasilitas lainnya, untuk membayar guru atau dosen,
menyediakan kurikulum dan pelayanan lainnya. Salah satunya adalah perguruan tinggi merupakan
salah satu jenjang pendidikan yang menyelenggarakan proses pendidikan diantaranya untuk
menghasilkan sumber daya yang memiliki kompetensi dalam bidang manajemen. Karena dalam
penyelenggaraan pendidikannya tidak terlepas dari penggunaan dana atau biaya sehingga lembaga
pendidikan harus memprioritaskan perhatian dalam pengelolaan biaya ini, sehingga biaya yang
dimiliki berdasarkan penerimaan dapat dialokasikan dengan sebaik-baiknya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Manajemen Pembiayaan Sekolah?
2. Apa saja konsep dasar Manajemen Pembiayaan Sekolah?
3. Apa saja tujuan dari Manajemen Pembiayaan Sekolah?
4. Apa saja prinsip pelaksanaan Manajemen Pembiayaan Sekolah?
5. Apa saja sumber pemasukan anggaran sekolah?
6. Bagaimana perencanaan anggaran sekolah?
7. Bagaimana pelaksanaan anggaran sekolah?
8. Bagaimana pengawasan anggaran sekolah?
9. Apa yang dimaksud manajemen lingkungan sekolah?
10. Apa saja manfaat manajemen lingkungan sekolah?
11. Apa saja prinsip manajemen lingkungan sekolah?
12. Apa tujuan manajemen lingkungan sekolah?
13. Apa saja ruang lingkup manajemen lingkungan sekolah?

1
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian Manajemen Pembiayaan Sekolah.
2. Mengetahui konsep dasar Manajemen Pembiayaan Sekolah.
3. Mengetahui tujuan dari Manajemen Pembiayaan Sekolah.
4. Mengetahui prinsip pelaksanaan Manajemen Pembiayaan Sekolah.
5. Mengetahui sumber pemasukan anggaran sekolah.
6. Mengetahui perencanaan anggaran sekolah.
7. Mengetahui pelaksanaan anggaran sekolah.
8. Mengetahui pengawasan anggaran sekolah.
9. Mengetahui pengertian manajemen lingkungan sekolah
10. Mengetahui manfaat manajemen lingkungan sekolah
11. Mengetahui prinsip manajemen lingkungan sekolah
12. Mengetahui tujuan manajemen lingkungan sekolah
13. Mengetahui ruang lingkup manajemen lingkungan sekolah

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Manajemen Pembiayaan Sekolah


1. Pengertian Manajemen Pembiayaan Sekolah
Manajemen Pembiayaan Sekolah atau biasanya juga disebut dengan pembiayaan
pendidikan merupakan segenap kegiatan yang berkenaan dengan penataan sumber, pertanggung
jawaban, serta pertanggung jawaban dana di sekolah atau lembaga pendidikan, kegiatan yang
ada di dalamnya meliputi: budgetting (penyusunan angaran), accounting (pembukuan), dan
auditing (pemeriksaan) (Hamiyah, 2015: 171). Manajemen Pembiayaan juga diartikan sebagai
kegiatan mengatur keuangan. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Benty dan Gunawan
(2017:248), manajemen pembiayaan adalah sebuah kegiatan yang dilakukan untuk mengatur
keuangan dengan memanfaatkan potensi sumberdaya manusia untuk mencapai tujuan organisasi.
Dalam penyelenggaraan pendidikan, keuangan dan pembiayaan merupakan potensi yang
sangat menentukan dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam kajian manajemen
pendidikan. Komponen keuangan dan pembiayaan pada suatu sekolah merupakan komponen
produksi yang menentukan terlaksananya kegiatan-kegiatan proses belajar mengajar di sekolah
bersama komponen-komponen lain (Mulyasa, 2011:47).
Financial management is an activity of planning, budgeting, audit, management, control,
search and storage of funds held by the organization or company. (Manajemen Keuangan
adalah suatu kegiatan perencanaan, penganggaran, pemeriksaan, pengelolaan, pengendalian,
pencarian dan penyimpanan dana yang dimiliki oleh organisasi atau perusahaan). Kolter (1997).
Anggaran biaya pendidikan terdiri dari dua sisi yang berkaitan satu sama lain, yaitu sisi
anggaran penerimaan dan anggaran pengeluaran untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan.
Anggaran penerimaan adalah pendapatan yang diperoleh setiap tahun oleh sekolah dari berbagai
sumber resmi dan diterima secara teratur. Sedangkan anggaran dasar pengeluaran adalah jumlah
uang yang dibelanjakan setiap tahun untuk kepentingan pelaksanaan pendidikan di sekolah.
Belanja sekolah sangat ditentukan oleh komponen-komponen yang jumlah dan proporsinya
bervariasi diantara sekolah yang satu dan daerah yang lainnya. Serta dari waktu ke waktu.
Berdasarkan pendekatan unsur biaya pengeluaran sekolah dapat dikategorikan ke dalam
beberapa item pengeluaran, yaitu:
a. Pengeluaran untuk pelaksanaan pelajaran
b. Pengeluaran untuk tata usaha sekolah
c. Pemeliharaan sarana-prasarana sekolah

3
d. Kesejahteraan pegawai
e. Administrasi
f. Pembinaan teknis edukatif
g. Pendataan.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa pengertian dari manajemen pembiayaan sekolah adalah
serangkaian kegiatan dalam mengatur keuangan atau pembiayaan di sekolah yang meliputi
perencanaan, pembukuan, pembelanjaan, pengawasan, dan pertanggungjawaban yang
dimanfaatkan untuk kebutuhan sekolah secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan
organisasi dengan memanfaatkan sumberdaya manusia yang ada.

2. Konsep Dasar Manajemen Pembiayaan Sekolah


Biaya dalam pendidikan meliputi biaya langsung (direct cost) dan tidak langsung (indirect
cost), biaya langsung terdiri dari biaya-biaya yang dikeluarkan untuk keperluan pelaksanaan
pengajaran dan kegiatan-kegiatan belajar siswa berupa pembelian alat-alat pembelajaran, sarana
belajar, biaya transportasi, gaji guru, baik yang dikeluarkan oleh pemerintah, orang tua maupun
siswa sendiri. Sedangkan biaya tidak langsung berupa keuntungan yang hilang (earning forgone)
dalam bentuk biaya kesempatan yang hilang (opportunity cost) yang dikorbankan oleh siswa
selama belajar.
Adapun konsep dasar pembiayaan pendidikan adalah sebagai berikut :
1. Konsep Penganggaran. Dalam kegiatan umum keuangan, kegiatan pendidikan meliputi tiga
hal, yaitu: Budgeting (Penyusunan Anggaran), Accounting (Pembukuan), Auditing
(Pemeriksaan).
a) Budgeting (Penyusunan Anggaran). Penganggaran merupakan kegiatan atau proses
penyusunan anggaran (budget). Budget merupakan rencana operasional yang dinyatakan
secara kuantitatif dalam bentuk satuan uang yang digunakan sebagai pedoman dalam
kurun waktu tertantu. Oleh karena itu, dalam anggaran tergambar kegiatan-kegiatan yang
akan dilaksanakan oleh suatu lembaga. Penyusunan anggaran merupakan langkah-
langkah positif untuk merealisasikan rencana yang telah disusun. Kegiatan ini
melibatkan pimpinan tiap-tiap unit organisasi. Pada dasarnya, penyusunan anggaran
merupakan negosiasi atau perundingan/ kesepakatan antara puncak pimpinan dengan
pimpinan di bawahnya dalam menentukan besarnya alokasi biaya suatu penganggaran.
Hasil akhir dari suatu negosiasi merupakan suatu pernyataan tentang pengeluaran dan
pendapatan yang diharapkan dari setiap sumber dana.

4
b) Accounting (Pembukuan). Pengurusan ini meliputi dua hal yaitu, pertama mengurusi hal
yang menyangkut kewenangan menentukan kebijakan menerima atau mengeluarkan
uang. Pengurusan kedua menyangkut urusan tindak lanjut dari urusan pertama yaitu,
menerima, menyimpan dan mengeluarkan uang. Pengurusan ini tidak menyangkut
kewenangan menentukan, tetapi hanya melaksanakan dan dikenal dengan istilah
pengurusan bendaharawan. Bendaharawan adalah orang atau badan yang oleh Negara
diserahi tugas menerima, menyimpan dan membayar, atau menyerahkan uang atau surat-
surat berharga dan barang-barang termasuk dalam pasal 55 ICW (Indische
Comptabiliteits Wet), sehingga dengan jabatan itu mereka mempunyai kewajiban atau
pertanggungjawabaan apa yang menjadi urusannya kepada Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK).
c) Auditing (Pemeriksaan). Auditing adalah semua kegiatan yang menyangkut
pertanggungjawaban penerimaan, penyimpanan dan pembayaran atau penyerahan uang
yang dilakukan bendaharawan kepada pihak-pihak yang berwenang. Bagi unitunit yang
ada didalam departemen, mempertanggungjawabkan urusan ini kepada BPK melalui
departemen masing-masing. Auditing sangat penting dan sangat bermanfaat bagi empat
pihak, yaitu:
1) Bagi bendaharawan yang bersangkutan:
a. Bekerja dengan arah yang sudah pasti.
b. Bekerja dengan target waktu yang sudah ditentukan.
c. Tingkat keterampilan dapat diukur dan dihargai.
d. Mengetahui denga jelas batas wewenang dan kewajiban.
e. Ada kontrol bagi dirinya terhadap godaan penyalahgunaan uang.

2) Bagi lembaga yang bersangkutan:


a. Dimungkinkan adanya sistem kepemimpinan terbuka.
b. Memperjelas batas wewenang dan tanggungjawab antar petugas.
c. Tidak menimbulkan rasa saling mencurigai.
d. Ada arah yang jelas dalam menggunakan uang yang diterima.

3) Bagi atasannya:
a. Dapat mengetahui bagian atau keseluruhan anggaran yang telah dilaksanakan.
b. Dapat mengetahui tingkat keterlaksanaan serta hambatannya demi menyusun
anggaran tahun berikutnya.

5
c. Dapat diketahui keberhasilan pengumpulan, penyimpanan dan kelancaran
pengeluaran.
d. Dapat diketahui tingkat kecermatan dalam mempertanggungjawabkan,
e. Untuk memperhitungkan biaya kegiatan tahunan masa lampau sebagai umpan
balik bagi perencanaan masa dating.
f. Untuk arsip dari tahun ke tahun.

4) Bagi badan pemeriksa keuangan:


a. Ada patokan yang jelas dalam melaksanakan pengawasan terhadap uang milik
Negara.
b. Ada dasar yang tegas untuk mengambil tindakan apabila terjadi penyelewengan.

2. Hal-hal yang berpengaruh terhadap pembiayaan pendidikan.


Secara garis besar dipengaruhi oleh dua hal yaitu faktor eksternal dan faktor internal.
a. Faktor Eksternal, yaitu faktor yang ada di luar sistem pendidikan yang meliputi hal– hal
sebagai berikut:
1) Berkembangnya demokrasi pendidikan. Dahulu banyak negara yang masih
dijajah oleh bangsa lain yang tidak memperbolehkan penduduknya untuk
menikmati pendidikan. Dengan lepasnya bangsa itu dari cengkraman penjajah,
terlepas pula kekangan atas keinginan memperoleh pendidikan. Di Indonesia
Demostrasi Pendidikan dirumuskan dengan jelas dalam pasal 31 UUD 1945 ayat
(10) dan ayat (2). Konsekuensi dari adanya demokrasi itu maka pemerintah
menyediakan dana yang cukup untuk itu.
2) Kebijaksanaan Pemerintah. Pemberian hak kepada warga Negara untuk
memperoleh pendidikan merupakan kepentingan suatu bangsa agar mampu
mempertahankan dan mengembangkan bangsanya. Namun demikian agar tujuan
itu tercapai pemerintah memberikan fasilitas-fasilitas berupa hal-hal yang bersifat
meringankan dan menunjang pendidikan misalnya, (1) Pemberian pembiayaan
yang besar bagi pendiri gedung dan kelengkapannya, (2) Meringankan beban
siswa dalam bentuk bantuan SPP dan pengaturan pemungutan serta beasiswa, (3)
Kenaikan gaji guru dan lain sebagainya.
3) Tuntutan akan pendidikan. Kenaikan tuntutan akan pendidikan terjadi dimana-
mana. Di dalam negeri tuntutan akan pendidikan ditandai oleh segi kuantitas
yaitu semakin banyaknya orang yang menginginkan pendidikan dari segi kualitas

6
yaitu naiknya keinginan memperoleh tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Ingat
bahwa dulu orang sudah puas hanya dengan mengenyam pendidikan sekolah
dasar, kini berubah belum puas jika belum menyandang gelar. Bagi suatu bangsa
kenaikan tuntutan ini mempertinggi kualitas bangsa dan menaikkan taraf hidup.
Diluar negeri pendidikan selalu dicari di negara-negara yang melaksanakan
sistem pendidikan lebih baik dan lebih bervariasi. Hal ini berarti bukan hanya
terjadi aliran dari Negara berkembang ke Negara maju tetapi sebaliknya juga
mungkin terjadi. Banyak orang dari Negara maju menuntut ilmu dinegara
berkembang karena ingin mendalami hal-hal yang menarik perhatiannya.
4) Adanya Inflansi. Inflansi adalah keadaan menurunnya nilai mata uang suatu
negara. Faktor inflansi sangat berpengaruh terhadap biaya pendidikan karena
harga satuan biaya tentunya naik mengikuti kenaikan inflasi.

b. Faktor Internal
1) Tujuan Pendidikan. Sebagai salah satu contoh bahwa pendidikan berpengaruh
terhadap besarnya biaya pendidikan adalah tujuan institusional suatu lembaga
pendidikan. Berubahnya tujuan pendidikan kearah penguasaan 10 kompetensi
dibandingkan dengan tujuan yang mempengaruhi besarnya biaya yang harus
dikeluarkan.
2) Pendekatan yang digunakan. Strategi belajar mengajar menuntut dilaksanakannya
praktek bengkel dan laboratorium menuntut lebih banyak biaya jika dibandingkan
metode lain dan pendekatan secara individual.
3) Materi yang disajikan. Materi pelajaran yang menuntut dilaksanakan praktek
bengkel menuntut lebih banyak biaya dibandingkan dengan materi pelajaran yang
hanya dilaksanakan dengan penyampaian materi.
4) Tingkat dan jenis pendidikan. Dua dimensi yang berpengaruh terhadap biaya
adalah tingkat dan jenis pendidikan. Dengan dasar pertimbangan lamanya jam
belajar, banyak ragamnya bidang pelajaran, jenis materi yang diajarkan,
banyaknya guru yang terlibat sekaligus kualitasnya, tuntutan terhadap kompetensi
lulusannya, biaya pendidikan di SD jauh berbeda dengan biaya pendidikan di
Perguruan Tinggi.

7
3. Tujuan Manajemen Pembiayaan Sekolah
Tujuan manajemen keuangan/pembiayaan adalah untuk mewujudkan tertib administrasi dan
bisa dipertanggungjawabkan berdasarkan ketentuan yang sudah digariskan (Sobri Sutikno,
2012:90). Inti dari manajemen keuangan adalah pencapaian efisiensi dan keefektifan.
Melalui kegiatan manajemen keuangan maka kebutuhan pendanaan kegiatan sekolah dapat
direncanakan, diupayakan pengadaannya, dibukukan secara transparan, dan digunakan untuk
membiayai pelaksanaan program sekolah secara efektif dan efisien. Untuk tujuan manajemen
keuangan/pembiayaan adalah:
1. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi penggunaan keuangan sekolah.
2. Meningkatkan akuntabilitas dan transparansi keuangan sekolah.
3. Meminimalkan penyalahgunaan anggaran sekolah.

4. Prinsip Manajemen Pembiayaan Sekolah


Ada 7 prinsip dari manajemen pembiayaan yang harus diperhatikan yaitu antara lain.
1. Konsistensi (Consistency). Sistem dan kebijakan keuangan dari organisasi harus konsisten
dari waktu ke waktu. Ini tidak berarti bahwa sistem keuangan tidak boleh disesuaikan apabila
terjadi perubahan di organisasi. Pendekatan yang tidak konsisten terhadap manajemen
keuangan merupakan suatu tanda bahwa terdapat manipulasi di pengelolaan keuangan.
2. Akuntabilitas (Accountability). Akuntabilitas adalah kewajiban moral atau hukum, yang
melekat pada individu, kelompok atau organisasi untuk menjelaskan bagaimana dana,
peralatan atau kewenangan yang diberikan pihak ketiga telah digunakan. NGO mempunyai
kewajiban secara operasional, moral dan hukum untuk menjelaskan semua keputusan dan
tindakan yang telah mereka ambil. Organisasi harus dapat menjelaskan bagaimana dia
menggunakan sumberdayanya dan apa yang telah dia capai sebagai pertanggungjawaban
kepada pemangku kepentingan dan penerima manfaat. Semua pemangku kepentingan berhak
untuk mengetahui bagaimana dana dan kewenangan digunakan.
3. Transparansi (Transparency). Organisasi harus terbuka berkenaan dengan pekerjaannya,
menyediakan informasi berkaitan dengan rencana dan aktivitasnya kepada para pemangku
kepentingan. Termasuk didalamnya, menyiapkan laporan keuangan yang akurat, lengkap dan
tepat waktu serta dapat dengan mudah diakses oleh pemangku kepentingan dan penerima
manfaat. Apabila organisasi tidak transparan, hal ini mengindikasikan ada sesuatu hal yang
disembunyikan.
4. Kelangsungan Hidup (Viability). Agar keuangan terjaga, pengeluaran organisasi di tingkat
stratejik maupun operasional harus sejalan/disesuaikan dengan dana yang diterima.

8
Kelangsungan hidup (viability) merupakan suatu ukuran tingkat keamanan dan keberlanjutan
keuangan organisasi. Manager organisasi harus menyiapkan sebuah rencana keuangan yang
menunjukan bagaimana organisasi dapat melaksanakan rencana stratejiknya dan memenuhi
kebutuhan keuangannya.
5. Integritas (Integrity). Dalam melaksanakan kegiatan operasionalnya, individu yang terlibat
harus mempunyai integritas yang baik. Selain itu, laporan dan catatan keuangan juga harus
dijaga integritasnya melalui kelengkapan dan keakuratan pencatatan keuangan.
6. Pengelolaan (Stewardship). Organisasi harus dapat mengelola dengan baik dana yang telah
diperoleh dan menjamin bahwa dana tersebut digunakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Secara praktek, organisasi dapat melakukan pengelolaan keuangan dengan baik
melalui : berhati-hati dalam perencanaan stratejik, identifikasi resiko-resiko keuangan dan
membuat system pengendalian dan sistem keuangan yang sesuai dengan organisasi.
7. Standar Akuntansi (Accounting Standards). Sistem akuntansi dan keuangan yang digunakan
organisasi harus sesuai dengan prinsip dan standar akuntansi yang berlaku umum. Hal ini
berarti bahwa setiap akuntan di seluruh dunia dapat mengerti sistem yang digunakan
organisasi.

5. Sumber Anggaran Pembiayaan Sekolah


Penerimaan dalam anggaran sekolah, atau pemasukan dana bagi anggaran sekolah untuk
memenuhi kebutuhan itu adalah dari beberapa sumber, yakni:
1. Anggaran pendidikan nasional. segala bentuk penerimaan anggaran dari kas negara yang
diberikan oleh pemerintah pusat bagi sekolah seperti; dana pendampingan operasional, dana
hibah kompetitif, Biaya Operasional Sekolah, dan lain sebagainya.
2. Anggaran pendidikan provinsi. semua bentuk pemasukan dana yang diberikan oleh
pemerintah propinsi dari kas keuangan propinsi kepada sekolah dalam bentuk buku, dana
hibah pembangunan kelas baru, dana rehabilitasi sekolah dan beasiswa bagi peserta didik.
3. Anggaran pendidikan kota/kabupaten. semua bentuk pemasukan dana yang diberikan oleh
pemerintah propinsi dari kas keuangan kota/kabupaten kepada sekolah dalam bentuk buku,
bangku dan meja, pelatihan pengembangan kurikulum, dana hibah pembangunan kelas baru,
dana rehabilitasi sekolah dan beasiswa bagi peserta didik.
4. Anggaran Komite Sekolah. setiap bentuk dana yang disumbangkan oleh orangtua siswa
dalam bentuk uang, buku, seragam, alat tulis, alat peraga belajar, uang iuran bulanan, uang
biaya kegiatan ekstrakurikuler dan lainnya.

9
5. Anggaran Yayasan. Setiap bentuk dana yang diberikan oleh pengurus yayasan
penyelenggara sekolah yang diperuntukkan bagi program pendidikan sekolah dalam bentuk
buku, alat tulis, meja dan kursi, tanah dan bangunan atau pembiayaan rutin beasiswa bagi
guru dan peserta didik.
6. Anggaran Donatur. Setiap bentuk sumbangan dana, jasa, atau barang yang berasal dari
kepemilikan donatur perseorangan atau lembaga tertentu guna membantu operasionalisasi
program sekolah dan program strategis sekolah. Misalnya, dana hibah dari Bank Dunia,
Bank Pengembangan Islam, World Association Moslem Youth (WAMY) dan lainnya.
7. Anggaran lain. Setiap bentuk penerimaan dana, jasa dan barang dalam bentuk penjualan
produk karya siswa, pelelangan aset sekolah, laba ekonomis dari koperasi sekolah dan
lainnya.

6. Perencanaan Anggaran Sekolah


Bagi semua jenis sekolah, setiap tahun harus membuat perencanaan anggaran yang disebut
Rencana Anggaran Pendapatan dan Biaya Sekolah (RAPBS). Tujuan penyusunan anggaran ini di
samping sebagai pedoman pengumpulan dana dan pengeluarannya, juga sebagai pembatasan dan
pertanggungjawaban sekolah terhadap keuangan yang diterima. Dengan adanya RAPBS ini maka
sekolah tidak dapat semuanya memungut sumbangan dari orang tua siswa (BP3) dan sebaliknya
BP3 menjadi puas mengetahui arah pengguanaan dana yang mereka berikan.
Sekolah swasta tidak terikat oleh dana pemerintah terlalu banyak. Oleh karenanya, mereka
lebih leluasa menyusun RAPBS-nya. RAPBS disusun dengan melalui proses tertentu, yang besar
kecilnya didasarkan atas kebutuhan minimum setia tahun, dan perkiraan pendapatannya
berpedoman pada penerimaan tahun yang lalu.
Dalam perencanaan pembiayaan, terlebih dahulu harus memahami jenis-jenis biaya dalam
istilah pembiayaan. Jenis-jenis biaya tersebut yaitu :
1. Biaya langsung (direct cost). Merupakan biaya pendidikan yang diperoleh dan dibelanjakan
oleh sekolah sebagai suatu lembaga meliputi biaya yang dikeluarkan untuk pelaksanaan
proses belajar mengajar, sarana belajar, biaya transportasi, gaji guru, baik yang dikeluarkan
oleh pemerintah, orang tua, maupun siswa sendiri.
2. Biaya tidak langsung (indirect cost). Biaya tidak langsung merupakan keuntungan yang
hilang (earning forgone) dalam bentuk biaya kesempatan yang hilang yang dikorbankan oleh
siswa selama belajar.

10
Istilah lain yang berkenaan dengan dua sisi anggaran yakni penerimaan dan pengeluaran.
Anggaran penerimaan merupakan pendapatan yang diperoleh rutin setiap tahun oleh sekolah dari
berbagai sumber resmi. Anggaran dasar pengeluaran merupakan jumlah uang yang dibelanjakan
setiap akhir tahun untuk kepentingan pelaksanaan pendidikan di sekolah.
Berdasarkan sifatnya, pengeluaran dikelompokkan menjadi dua, antara lain :
a. Pengeluaran yang bersifat rutin.
Pengeluaran rutin di sekolah misalnya pengeluaran pelaksanaan pelajaran, pengeluaran tata
usaha sekolah, pemeliharaan sarana/prasarana sekolah, kesejahteraan pegawai, administrasi,
pembinaan teknis edukatif, pendataan.
b. Pengeluaran yang bersifat tidak rutin/pembangunan
Contoh pengeluaran tidak rutin : pembangunan gedung, pengadaan kendaraan dinas, dan lain
sebagainya.

Untuk menyusun suatu perencanaan pembiayaan atau yang biasa disebut dengan rencana
anggaran, hal-hal yang harus diperhatikan :
1. Mengidentifikasi kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan selama periode anggaran.
2. Mengidentifikasikan sumber-sumber yang dinyatakan dalam uang, jasa, dan barang.
3. Semua sumber dinyatakan dalam bentuk uang sebab uang pada dasarnya merupakan
pernyataan financial.
4. Memformulasikan anggaran dalam bentuk format yang telah disetujui dan dipergunakan oleh
instansi tertentu.
5. Menyusun usulan anggaran untuk memperoleh persetujuan pihak yang berwenang.
6. Melakukan revisi usulan anggaran
7. Persetujuan revisi anggaran
8. Pengesahan anggaran

7. Pelaksanaan Anggaran Sekolah


Dalam melaksanakan anggaran sekolah, hal yang perlu dilakukan adalah kegiatan
membukukan atau accounting. Pembukuan mencakup dua hal yaitu : pengurusan yang
menyangkut kewenangan menentukan kebijakan menerima atau mengeluarkan uang, serta tindak
lanjutnya, yakni menerima, menyimpan dan mengeluarkan uang. Jenis pengurusan kedua disebut
juga dengan pengurusan bendaharawan.
Ada beberapa komponen yang perlu dibiayai dengan menggunakan uang dari dana belajar.
Komponen-komponen tersebut meliputi :

11
1. Honorium untuk pemimpin/penanggung jawab edukatif.
2. Honorium untuk sumber belajar.
3. Honorium untuk pemimpin umum lembaga diklusemas.
4. Honorium untuk penata usaha dan pembantu-pembantunya.
5. Biaya perlengkapan dan peralatan.
6. Biaya pemeliharaan prasarana dan sarana.
7. Biaya sewa/kontrak.
8. Dana untuk pengembangan usaha lembaga diklusemas.
9. Biaya-biaya lain untuk pengembangan dan biaya tak terduga.

8. Pengawasan Anggaran Sekolah


Kegiatan pengawasan pembiayaan dikenal dengan istilah auditing yaitu kegiatan yang
berkenaan dengan kegiatan pertanggungjawaban penerimaan, penyimpanan, dan pembayaran atau
penyerahan uang yang dilakukan Bendaharawan kepada pihak-pihak yang berwenang.
1. Pengawasan
Untuk menjamin suatu kegiatan tidak menyimpang dari rencana, tujuan dan sasaran yang
telah ditetapkan, maka diperlukan pengawasan yang berkesinambungan. Pengawasan sebagai
salah satu aspek yang penting dalam pelaksanaan rencana. Pengawasan ini merupakan suatu
upaya agar pelaksanaan pembangunan berjalan sesuai dengan yang direncanakan.
Pengawasan dilakukan untuk mencegah penyimpangan keuangan dan mengoreksi kesalahan
pencatatan yang mungkin terjadi. Pengawasan dapat secara internal maupun internal, dapat
pula dilakukan secara struktural maupun fungsional yang mencakup pemeriksaan,
pembinaan dan evaluasi.
2. Pengendalian
Dalam rangkaian kegiatan perencanaan, pengendalian merupakan salah satu langkah yang
dilakukan sebagai upaya memastikan kegiatan program yang telah direncanakan. Melalui
pengendalian dapat diidentifikasikan kemajuan, perkembangan, hambatan dan
penyimpangan yang timbul agar dapat diminimalisir. pengendalian merupakan langkah
penting dalam upaya memastikan terselenggaranya kegiatan pengelolaan biaya sesuai
dengan aturan kebijakan yang telah dilakukan. Pengendalian cenderung dilakukan pimpinan
atau atasan langsung sebagai upaya kreatif dan antisipatif terhadap pelaksanaan tugas
pengelola.
3. Pemeriksaan dalam Pembayaran

12
Pengelolaan biaya menyangkut penggunaan sejumlah dana yang diamanatkan untuk
membiayai program dan kegiatan. Setiap kegiatan yang dilakukan oleh pengelola harus dapat
dipertanggungjawabkan, baik pertanggungjawaban program maupun dana yang digunakan.
Oleh karena itu, pengelolaan biaya harus bersifat akuntabel.

Sasaran auditing antara lain yaitu kas, yang dimasukkan untuk menguji kebenaran jumlah
uang yang ada dengan membandingkan jumlah uang yang seharusnya ada melalui catatannya.
Sasaran lain yaitu pengirisan barang, yang bukan saja membandingkan antara jumlah barang yang
ada dengan barang yang seharusnya ada, namun juga memeriksa cara-cara penyimpannya,
pemeliharaannya, dan penggunaannya. Sasaran dari diadakan auditing antara lain menindak
lanjuti jika terjadi penyimpangan, dalam hal ini guna menentukan ganti rugi. Pemeriksaan
sebenarnya tidak hanya dilakukan setelah anggaran direalisasikan namun juga sebelumnya
(pemeriksaan anggaran pre audit).

13
B. MANAJEMEN LINGKUNGAN SEKOLAH
1. Pengertian Lingkungan Sekolah
Lingkungan sekolah merupakan bagian dari lingkungan pendidikan, yaitu sebagai tempat
berlangsungnya proses pembelajaran pada tingkat pendidikan dasar hingga pendidikan menengah.
Menurut Cheng and Cheung (2004), “educational environment influences how, why and what
students learn”. Lingkungan di sekolah mempengaruhi bagaimana siswa belajar, mengapa siswa
belajar, dan apa yang siswa pelajari. Lingkungan sekolah sebagai tempat seseorang memperoleh
pendidikan mempengaruhi siswa baik secara langsung maupun tidak langsung. Besar kecilnya
pengaruh lingkungan sekolah terhadap siswa bergantung kepada bagaimana penerimaan siswa
terhadap lingkungan sekitarnya.
Lingkungan sekolah dapat didefinisikan sebagai seperangkat fitur internal yang membedakan
antara satu organisasi sekolah dengan organisasi sekolah lainnya, yang memengaruhi perilaku
seluruh warga sekolah dan memainkan peranan penting dalam kegiatan disekolah (Yang, et al.,
2016). Lingkungan sekolah juga mengacu pada sistem nilai, keyakinan, norma dan peraturan
yang diterima dan dilaksanakan dengan kesadaran penuh oleh seluruh warga sekolah. Moore
mendefinisikan lingkungan sekolah sebagai sistem hierarkis dengan banyak sub sistem seperti
kepemimpinan sekolah, drainase, ruang kelas, papan tulis, komplek sekolah, sanitasi, toilet dan
urinal,ruang guru, fasilitas duduk, materi pengajaran dan pembelajaran, gaya kepemimpinan
kepala sekolah, pemantauan dan evaluasi, serta masyarakat.
Lingkungan sekolah adalah seluruh komponen fisik, sosial dan akademis yang berada
disekitar aktivitas kegiatan pembelajaran yang berperan besar dalam pencapaian tujuan
sekolah.Lingkungan sekolah meliputi lingkungan fisik, lingkungan sosial dan lingkungan
akademis.Ketiga lingkungan ini saling mempengaruhi.Lingkungan fisik sekolah berupa sarana,
prasarana, dan kondisi disekitar sekolah. Sarana dan prasarana pendidikan yang meliputi ruang
kelas, perpustakaan, laboratorium, peralatan dan media pembelajaran yang memadai, serta
kondisi disekitar sekolah yang kondusif, diyakini dapat membawa siswa pada proses
pembelajaran yang efektif.
Sementara kondisi relasi antara seluruh warga sekolah dikategorikan sebagai lingkungan
sosial sekolah. Lingkungan sosial berhubungan dengan pola interaksi dan komunikasi antar warga
sekolah yang ada di lingkungan sekolah secara umum, contohnya keakraban yang proporsional
antara guru dengan kepala sekolah, guru dengan guru, guru dengan siswa dan antara siswa
dengan siswa dalam proses pembelajaran disekolah yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Sementara itu, lingkungan akademis sekolah merupakan suasana akademis yang diciptakan
dikalangan warga sekolah untuk membangun kepribadian ilmiah, mewujudkan perilaku saling

14
asah, saling asih dan saling asuh serta sikap yang menjunjung tinggi etika akademik.Lingkungan
akademis sekolah dapat dirasakan dan dilihat dari iklim dan budaya sekolah.Iklim sekolah lebih
merupakan kondisi yang dirasakan oleh seluruh warga sekolah akibat manajemen lingkungan
sekolah.Sedangkan budaya sekolah merupakan sistem nilai bersama yang dijadikan pedoman
bersikap dan berperilaku bagi seluruh warga sekolah.
Lingkungan sekolah adalah komponen penting dari keberadaan sekolah yang dapat
mempromosikan aspek-aspek keamanan, kesehatan, dan kenyamanan dalam melakukan aktifitas
pembelajaran. Lingkungan sekolah harus digambarkan sebagai tempat yang paling tepat untuk
berlangsungnya proses pengembangan fisik dan mental seluruh warga sekolah. Lingkungan
sekolah yang positif didefinisikan sebagai kondisi sekolah yang memiliki fasilitas yang memadai,
ruang kelas yang dikelola dengan baik, relasi antar seluruh warga sekolah yang harmonis dan
kebijakan disiplin yang jelas dan adil.Lingkungan sekolah yang kondusif bagi tercapainya mutu
pendidikan juga ditandai oleh situasi kondisi (iklim sekolah) yang aman, sehat dan nyaman.Lebih
lanjut, lingkungan sekolah dikatakan bersifat positif apabila dapat memberikan pengaruh yang
sejalan dengan tujuan pendidikan.Sebaliknya, lingkungan sekolah dapat bersifat negatif apabila
berpengaruh secara kontradiktif dengan tujuan pendidikan. Lingkungan sekolah yang buruk telah
ditemukan di antara faktor-faktor yang menghambat efektivitas proses pembelajaran.
Lingkungan sekolah telah lama dipahami untuk memengaruhi efikasi diri guru di sekolah,
semangat guru, pengembangan profesional, komitmen guru, dan retensi guru.Pengukuran
terhadap lingkungan pendidikan meliputi pengukuran terhadap dukungan administratif, otonomi
dan kolegialitas, dan komitmen guru terhadap organisasi. Lingkungan sekolah memberikan
dampak pada pengalaman dan hasil belajar seseorang karena lingkungan sekolah memengaruhi
proses belajar dan perkembangan mental siswa. Lingkungan sekolah sebagai faktor yang dapat
meningkatkan atau menurunkan antusiasme siswa untuk belajar (Tope, 2013).
Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh lembaga pendidikan dalam mewujudkan lingkungan
pendidikan yang kondusif, diantaranya:
1. Penataan Lingkungan Sekolah.
Tidak dapat dipungkiri jika kelas yang nyaman dan sesuai dengan harapan siswa diyakini
dapat menunjang efektivitas kegiatan pembelajaran. Dalam masalah penataan ruang kelas ini
beberapa hal yang perlu mendapatkan pembahasan adalah masalah pengaturan tempat
duduk, pengaturan alat-alat pengajaran, penataan keindahan dan kebersihan kelas, dan
ventilasi serta cahaya. Penyusunan dan pengaturan ruang kelas hendaknya memungkinkan
anak duduk berkelompok dan memudahkan guru bergerak leluasa untuk membantu siswa
dalam belajar.

15
2. Kebersihan Lingkungan Sekolah
Selain penataan kelas yang sesuai, yang juga tidak kalah penting adalah pemeliharaan
kebersihan kelas. Kebersihan kelas hendaknya menjadi tanggungjawab bersama seluruh
warga kelas. Sehingga ada proses yang dapat mengajarkan pentingnya tanggung jawab.
Ketersediaan sarana pembelajaran yang memadai juga perlu dipenuhi. Kebersihan kelas dan
ketersediaan sarana pembelajaran yang memadai berdampak terhadap kegiatan belajar
mengajar menjadi lebih nyaman sehingga menjadikan siswa lebih konsentrasi untuk
menerima pelajaran.
3. Ketersediaan Sarana Prasarana yang Dibutuhkan
Ketersediaan sarana prasarana yang memadai dalam kegiatan pembelajaran merupakan hal
vital, karena berkaitan langsung dengan kegiatan pembelajaran. Saranaprasarana adalah
komponen yang paling berpengaruh terhadap efektivitas kegiatan pembelajaran dikelas
maupun di luar kelas (ekstrakurikuler). Sarana prasarana juga dibutuhkan dalam memberikan
pelayanan administrasi kepada seluruh sivitas akademika. Keterbatasan sarana prasarana
dapat berakibat pada terganggunya proses pendidikan yang bermutu sehingga akan
mengancam tercapainya tujuan pendidikan.
4. Guru Mengajar Sesuai Acuan Kurikulum
Peran guru dalam memberikan materi dikelas menjadi sangat penting untuk menciptakan
lingkungan belajar yang kondusif. Dikarenakan belum semua sekolah sudah mampu
menerapkan kurikulum terbaru secara menyeluruh. Pendekatan, strategi, metode dan teknik
pembelajaran yang diterapkan guru dikelas sangat berperan besar untuk menghadirkan
suasana kelas yang kondusif.

Beberapa fungsi yang melekat pada lingkungan sekolah, yaitu:


1. Membantu seluruh warga sekolah dalam berinteraksi disekolah.
2. Mengajarkan kepada seluruh warga sekolah mengenai tingkah laku umum yang berlaku
dimasyarakat.
3. Mempersiapkan warga sekolah untuk berinteraksi dilingkungan masyarakat.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa lingkungan sekolah adalah semua
hal baik aspek fisik, sosial dan akademis yang ada disekolah yang berpengaruh terhadap
kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual seluruh warga sekolah yang berperan besar dalam
pencapaian tujuan pendidikan. Meskipun lingkungan sekolah tidak bertanggung jawab terhadap
kedewasaan seorang anak, namun terlepas dari itu, lingkungan sekolah menjadi faktor yang

16
pengaruhnya sangat menentukan terhadap proses perkembangan seorang anak.

2. Manfaat Manajemen Lingkungan Sekolah


Manajemen lingkungan sekolah adalah proses pengelolaan semua unsur fisik, sosial dan
akademis yang memengaruhi proses pembelajaran disekolah dengan menerapkan fungsi
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan. Manajemen lingkungan sekolah
adalah bagian dari manajemen sekolah yang bertujuan untuk meningkatkan mutu lingkungan
sekolah secara berkelanjutan dan mencapai tujuan pendidikan. Mutu lingkungan sekolah ditandai
dengan terwujudnya kegiatan pembelajaran akademis dan non akademis yang aman, sehat dan
nyaman bagi seluruh warga sekolah. Manajemen lingkungan sekolah juga dimaksudkan untuk
menciptakan dan memelihara keteraturan dalam beraktifitas disekolah.
Ada banyak manfaat yang akan diperoleh dari sebuah proses manajemen lingkungan
sekolah yang efektif, diantaranya:
1) Siswa senang menghabiskan waktu lebih banyak untuk belajar disekolah
2) Mengurangi aktifitas yang tidak sejalan dengan tujuan pendidikan.
3) Mencegah murid mengalami masalah akademik.
4) Mewujudkan situasi dan kondisi sekolah sebagai lingkungan belajar yang
memungkinkan siswa untuk mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin.
5) Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi belajar
mengajar secara efektif.
6) Menyediakan dan mengatur sarana belajar yang mendukung dan memungkinkan siswa
belajar sesuai dengan aspek fisik, sosial, emosional, dan intelektual siswa.
7) Membimbing siswa sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi, budaya, dan sifat-sifat
individualnya.

Salah satu dari tujuan manajemen lingkungan sekolah adalah mewujudkan lingkungan sekolah
yang kondusif. Sebuah sekolah dikatakan memiliki lingkungan sekolah yang kondusif ketika
seluruh elemen yang ada di dalam sistem pembelajaran disekolah berfungsi sebagaimana
mestinya, yaitu:
a. Guru/Pengajar
Berfungsi sebagai tenaga pengajar, dan merupakan elemen yang sangat krusial dalam
suatu proses pembelajaran. Suatu kegiatan pembelajaran tidak dapat berlangsung tanpa
adanya guru/ pendidik.Sekolah memerlukan tenaga pengajar yang berkompeten dalam
bidangnya demi menunjang kualitas pembelajaran yang bermutu.

17
b. Siswa/Pembelajan
Suatu kegiatan belajar-mengajar tidak dapat berlangsung tanpa adanya pembelajar.
Dalam proses pembelajaran semua elemen saling berkaitan satu sama lain, guru tidak
dapat menuangkan pemikiran dan materi pembelajaran jika tidak ada siswa yang ikut
andil dalam suatu pembelajaran. Peran pembelajar disini sangat krusial, dimana
dibutuhkan pembelajar yang antusias, aktif dalam pembelajaran sehingga menimbulkan
suasana pembelajaran yang menyenangkan.
c. Manajemen
Suatu lembaga tidak dapat berjalan dengan semestinya jika tidak ada yang mengelola dan
mengambil keputusaan. Diperlukan banyak keputusan yang harus diambil, tanpa
manajemen, suatu kelembagaan tidak memiliki prinsip, tujuan, visi dan misi, sehingga
dapat mengakibatkan suatu kegiatan pembelajaran tidak memiliki arah tujuan yang pasti.
d. Sarana dan prasarana
Dalam suatu lembaga pendidikan diperlukan sarana dan prasarana untuk menunjang
proses pembelajaran. Sarana prasarana yang memadai sangat berpengaruh terhadap
proses pembelajaran yang bermutu.
Semua elemen sekolah tersebut sebagai suatu sistem lingkungan sekolah yang sangat
penting bagi berlangsungnya sebuah proses pembelajaran. Semua elemen tersebut saling
berkaitan dalam keberhasilan proses pembelajaran. Kepala sekolah memiliki peran
strategis dalam mengelola elemen-elemen tersebut agar sesuai dengan fungsi dan peran
yang sudah ditentukan. Di samping elemen-elemen tersebut di atas, manajemen
lingkungan sekolah seyogyanya juga memperhatikan komponen-komponen yang turut
memengaruhi efektivitas manajemen lingkungan sekolah dalam mewujudkan lingkungan
sekolah yang kondusif.

Dalam mewujudkan lingkungan sekolah yang kondusif, peran dari komponen yaitu input
(masukan), process (proses), dan output (keluaran) pada manajemen lingkungan sekolah sangat
besar. Komponen-komponen tersebut diharapkan dapat berfungsi sebagaimana mestinya, yaitu:
1. Input (masukan)
Input merupakan segala sesuatu yang diperlukan oleh sistem sekolah untuk menjalankan
proses belajar mengajar yang baik dan menghasilkan output yang diharapkan. Input dari
sebuah lingkungan sekolah yang kondusif adalah calon warga sekolah yang memiliki
kualifikasi sesuai dengan kriteria yang sudah ditetapkan oleh pihak sekolah. Input ini
dapat diperoleh dari proses seleksi terhadap calon warga sekolah yang akan masuk

18
kesekolah. Seleksi ini dapat mengeliminir calon warga sekolah yang tidak diharapkan
atau yang berpotensi menganggu proses ketertiban sekolah. Seleksi dapat berupa berbagai
macam jenis tes, wawancara maupun background check.
2. Process (Proses)
Proses merupakan kegiatan atau rutinitas aktifitas yang dilakukan di sekolah yang
diperlukan untuk membentuk Input (masukan) agar sesuai dengan output (keluaran) yang
diharapkan. Proses dari sebuah lingkungan sekolah yang kondusif merupakan
pembentukan atau lebih tepatnya pembinaan input melalui sebuah proses pembelajaran
dikelas. Pembinaan juga dapat dilakukan melalui berbagai program dan kegiatan yang
dilakukan disekolah baik yang bersifat akademik maupun non akademik. Semua proses
pembinaan tersebut harus mengacu pada peraturan dan kebijakan yang sudah ditetapkan
dan disepakati serta memberikan sangsi yang tegas bagi yang melakukan pelanggaran.
3. Output (Keluaran)
Output dari suatu proses pembelajaran selalu fokus pada prestasi siswa, baik secara
kuantitas maupun kualitas. Output dapat dikatakan bermutu jika siswa memiliki
kompetensi tinggi, memiliki prestasi akademik atau non-akademik dan mampu menyerap
ilmu-ilmu yang sudah diajarkan oleh tenaga pendidik. Output dari sebuah lingkungan
sekolah yang kondusif berupa prestasi dan perilaku positif seluruh warga sekolah yang
dapat meningkatkan mutu sekolah dan menunjang efektivitas dan kenyamanan proses
pembelajaran disekolah. Perilaku positif ini harus diapresiasi melalui sebuah penghargaan
yang memadai, sehingga dapat memberikan efek positif lanjutan bagi yang bersangkutan
dan warga sekolah lainnya.Output dari sebuah lingkungan sekolah yang kondusif juga
dapat berupa peningkatan mutu sekolah dan citra positif sekolah.

3. Prinsip Manajemen Lingkungan Sekolah


Manajemen lingkungan sekolah dalam konteks ini adalah pengelolaan lingkungan sekolah
dengan menerapkan prinsip perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan pada
komponen input, proses dan output pada kegiatan pembelajaran di sekolah.
1) Prinsip Perencanaan
Prinsip Perencanaan pada manajemen lingkungan sekolah dapat diawali dari adanya
kebijakan jajaran pimpinan sekolah (kepala sekolah) tentang implementasi visi misi
sekolah dalam sebuah program konkrit yang menjadi tanggungjawab dan melibatkan
seluruh warga sekolah.Langkah selanjutnya adalah mengkomunikasikan kebijakan
tersebut kepada guru dan staf administrasi sekolah. Tahap perencanaan juga sudah mulai

19
mendiskusikan dan menentukan program dan kegiatan yang akan dijalankan, waktu
pelaksanaannya serta anggaran yang dibutuhkan.
2) Prinsip Pengorganisasian
Prinsip Pengorganisasian pada manajemen lingkungan sekolah dilakukan dengan
membentuk struktur organisasi pengelolaan mutu lingkungan sekolah berkelanjutan yang
terdiri dari unsur kepala sekolah, guru, staf administrasi, dan perwakilan siswa (jika
dimungkinkan).Pembentukan struktur organisasi pengelolaan lingkungan sekolah
dimaksudkan untuk menentukan orang-orang yang bertanggungjawab secara langsung
dalam program pengelolaan lingkungan sekolah beserta tugas-tugas yang harus
dijalankannya.Pada tahap pengorganisasian ini juga sudah mulai dikomunikasikan dan
disosialisasikan program dan kegiatan pengelolaan mutu lingkungan sekolah kepada
seluruh warga sekolah.
3) Prinsip Pelaksanaan
Prinsip Pelaksanaan pada manajemen lingkungan sekolah mengacu pada rentang waktu
selama proses aktifitas seluruh warga sekolah disekolah, baik pada saat kegiatan
pembelajaran di dalam kelas maupun di luar kelas. Pelaksanaan pengelolaan lingkungan
sekolah bisa dilakukan dalam bentuk sebuah program atau kegiatan yang dirancang
secara khusus maupun yang tidak terprogram.Pelaksanaan pengelolaan lingkungan
sekolah dapat dilakukan melalui perilaku positif seluruh warga sekolah dalam beraktifitas
sehari-hari disekolah.
4) Prinsip Pengawasan
Prinsip Pengawasan pada manajemen lingkungan sekolah dilakukan selama proses
aktifitas seluruh warga sekolah disekolah, baik pada saat kegiatan pembelajaran di dalam
kelas maupun di luar kelas. Pengawasan pengelolaan lingkungan sekolah dilakukan
secara terstruktur maupun tidak terstruktur.Pengawasan terstruktur dilakukan pada saat
diselenggarakannya program atau kegiatan pengelolaan lingkungan sekolah secara
khusus.Sementara pengawasan tidak terstruktur dilakukan sepanjang kegiatan
pembelajaran dan aktifitas disekolah berlangsung. Pengawasan dapat dilakukan oleh
pihak-pihak yang ditunjuk sebagai pengawas program atau pengawasan melekat dari
seluruh warga sekolah berbasis kesadaran akan pentingnya memelihara lingkungan
sekolah yang kondusif.

20
Aktifitas manajemen lingkungan sekolah juga dapat dikembangkan dengan melakukan
evaluasi terhadap program dan kegiatan pengelolaan mutu lingkungan sekolah. Evaluasi program
pengelolaan lingkungan sekolah sangat penting untuk dilakukan, karena:
a. Untuk mengetahui sejauhmana efektivitas program yang sudah dijalankan, dilihat dari
tujuan/target yang tercapai dibandingkan dengan sumber daya (waktu, tenaga, biaya)
yang sudah dikeluarkan.
b. Sebagai umpan balik atas program tersebut, apakah akan tetap dilanjutkan atau
dikembangkan atau diganti dengan yang baru.
c. Sebagai indikator kinerja sekolah.
d. Sebagai nilai tambah dan daya saing sekolah.

4. Ruang Lingkup Manajemen Lingkungan Sekolah


Ruang lingkup dari manajemen lingkungan sekolah meliputi seluruh unsur yang ada
disekolah, yang dapat diklasifikasikan menjadi:
1) Manajemen lingkungan fisik sekolah.
Manajemen lingkungan fisik sekolah merupakan penerapan prinsip-prinsip manajemen
pada pengelolaan sarana, prasarana dan lingkungan disekitar sekolah, yang berfokus
pada: Penataan dan pemeliharaan sarana, prasarana, dan lingkungan disekitar sekolah.
2) Manajemen lingkungan sosial sekolah.
Manajemen lingkungan sosial sekolah merupakan penerapan prinsip-prinsip manajemen
pada pengelolaan relasi/hubungan antar seluruh warga sekolah (kepala sekolah dengan
guru/staf, guru/staf dengan guru/staf, guru/staf dengan siswa dan siswa dengan siswa),
yang berfokus pada: Pembinaan interaksi dan komunikasi antar seluruh warga sekolah.
3) Manajemen lingkungan akademis.
Manajemen lingkungan akademis merupakan penerapan prinsip-prinsip manajemen pada
pengelolaan suasana akademis disekolah, yang berfokus pada: Membangun kepribadian
ilmiah, mengembangkan budaya saling asah-asuh-asih, dan menjunjung tinggi etika
akademis.

5. Tujuan Manajemen Lingkungan Sekolah


Ada berbagai tujuan yang ingin dicapai dalam proses manajemen lingkungan sekolah,
diantaranya:
1. Meningkatnya citra positif lembaga sekolah, karena memiliki program pengelolaan mutu
lingkungan sekolah.

21
2. Meningkatnya mutu pendidikan, karena memiliki lingkungan pendidikan yang kondusif
untuk terjadinya proses pembelajaran.
3. Terwujudnya suasana belajar dan proses pembelajaran yang aktif, kreatif dan efektif,
menyenangkan dan bermakna bagi peserta didik dan juga pendidik.
4. Terbentuknya peserta didik yang aktif dalam pengembangan potensi dirinya agar
memiliki kekuatan spiritual, pengendalian diri, kecerdasan intelektual, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan agar dapat bermanfaat di masyarakat.

Agar tujuan manajemen lingkungan sekolah yaitu peningkatan mutu lingkungan sekolah
berkelanjutan dapat tercapai, maka pihak manajemen sekolah termasuk guru harus
mensosialisasikan program pengelolaan mutu lingkungan sekolah berkelanjutan kepada seluruh
warga sekolah secara terus menerus.Jika diperlukan, pihak manajemen sekolah dapat melakukan
tindakan yang tegas berupa pemberian sanksi kepada pelanggar peraturan.Penghargaan juga
sebaiknya diberikan kepada warga sekolah yang dapat memberikan contoh dan menjadi inspirasi
bagi warga sekolah lainnya untuk berperilaku positif disekolah.Semua upaya tersebut
dimaksudkan agar lingkungan sekolah dapat memberikan suasana aman, nyaman dan
menyenangkan bagi seluruh warga sekolah.

22
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Pengertian dari manajemen pembiayaan sekolah adalah serangkaian kegiatan dalam mengatur
keuangan atau pembiayaan di sekolah yang meliputi perencanaan, pembukuan, pembelanjaan,
pengawasan, dan pertanggungjawaban yang dimanfaatkan untuk kebutuhan sekolah secara efektif
dan efisien.
2. Konsep dasar pembiayaan pendidikan/sekolah adalah sebagai berikut.
1) Konsep Penganggaran. Dalam kegiatan umum keuangan, kegiatan pendidikan meliputi tiga
hal, yaitu: Budgeting (Penyusunan Anggaran), Accounting (Pembukuan), Auditing
(Pemeriksaan).
2) Hal-hal yang berpengaruh dalam pembiayaan pendidikan/sekolah yaitu faktor eksternal dan
faktor internal.
3. Tujuan manajemen keuangan/pembiayaan adalah:
1) Meningkatkan efektivitas dan efisiensi penggunaan keuangan sekolah.
2) Meningkatkan akuntabilitas dan transparansi keuangan sekolah.
3) Meminimalkan penyalahgunaan anggaran sekolah.
4. Ada 7 prinsip dari manajemen pembiayaan yaitu:
1) Konsitensi
2) Akuntanbilitas
3) Transparansi
4) Kelangsungan hidup
5) Integritas
6) Pengelolaan
7) Standar Akuntansi
5. Adapun sumber pemasukan anggaran sekolah, yaitu : Anggaran pendidikan nasional, Provinsi,
kota/kabupaten, komite sekolah, yayasan, donatur dan anggaran lainnya.
6. Untuk menyusun suatu perencanaan pembiayaan atau yang biasa disebut dengan rencana
anggaran, hal-hal yang harus diperhatikan :
1) Mengidentifikasi kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan selama periode anggaran.
2) Mengidentifikasikan sumber-sumber yang dinyatakan dalam uang, jasa, dan barang.
3) Semua sumber dinyatakan dalam bentuk uang sebab uang pada dasarnya merupakan
pernyataan financial.

23
4) Memformulasikan anggaran dalam bentuk format yang telah disetujui dan dipergunakan oleh
instansi tertentu.
5) Menyusun usulan anggaran untuk memperoleh persetujuan pihak yang berwenang.
6) Melakukan revisi usulan anggaran.
7) Persetujuan revisi anggaran
8) Pengesahan anggaran
7. Dalam melaksanakan anggaran pendidikan, hal yang perlu dilakukan adalah kegiatan
membukukan atau accounting. Pembukuan mencakup dua hal yaitu : pengurusan yang
menyangkut kewenangan menentukan kebijakan menerima atau mengeluarkan uang, serta tindak
lanjutnya, yakni menerima, menyimpan dan mengeluarkan uang. Jenis pengurusan ke dua disebut
juga dengan pengurusan bendaharawan. Ada beberapa komponen yang perlu dibiayai dengan
menggunakan uang dari dana belajar.
8. Kegiatan pengawasan pembiayaan dikenal dengan istilah auditing yaitu kegiatan yang berkenaan
dengan kegiatan pertanggungjawaban penerimaan, penyimpanan, dan pembayaran atau
penyerahan uang yang dilakukan Bendaharawan kepada pihak-pihak yang berwenang
9. Manajemen lingkungan sekolah adalah sebuah proses pengelolaan semua unsur fisik, sosial dan
akademis yang memengaruhi kegiatan pembelajaran pada sebuah lembaga pendidikan dengan
menerapkan fungsi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan.
10. Ada banyak manfaat yang akan diperoleh dari sebuah proses manajemen lingkungan sekolah
yang efektif, diantaranya:
1) Siswa senang menghabiskan waktu lebih banyak untuk belajar disekolah.
2) Mengurangi aktivitas yang tidak sejalan dengan tujuan pendidikan.
3) Mencegah murid mengalami masalah akademik
4) Mewujudkan situasi dan kondisi sekolah sebagai lingkungan belajar yang dapat
mengembangkan kemampuan.
5) Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi belajar
mengajar secara efektif.
6) Menyediakan dan mengatur sarana belajar yang mendukung.
7) Membimbing siswa sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi, budaya, dan sifat-sifat
individualnya.
11. Dalam mewujudkan lingkungan sekolah yang kondusif, peran dari komponen yaitu input
(masukan), process (proses), dan output (keluaran) pada manajemen lingkungan sekolah sangat
besar.

24
12. Manajemen lingkungan sekolah dalam konteks ini adalah pengelolaan lingkungan sekolah dengan
menerapkan prinsip perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan pada
komponen input, proses, dan output pada kegiatan pembelajaran di sekolah. Aktifitas manajemen
lingkungan sekolah juga dapat dikembangkan dengan melakukan evaluasi terhadap program dan
kegiatan pengelolaan mutu lingkungan sekolah.
13. Adapun tujuan manajemen lingkungan sekolah yaitu :
1) Meningkatnya citra positif lembaga sekolah
2) Meningkatnya mutu pendidikan
3) Terwujudnya suasana belajar dan proses pembelajaran yang aktif, kreatif dan efektif
4) Terbentuknya peserta didik yang aktif dalam pengembangan potensi dirinya
14. Lingkungan pendidikan yang kondusif juga dapat dibangun dengan menghadirkan berbagai
perangkat yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran, diantaranya: perangkat keras sekolah,
komponen perangkat lunak, perangkat pikir, lingkungan alami, dan lingkungan sosial.
15. Ruang lingkup manajemen lingkungan pendidikan meliputi pengelolaan seluruh lingkungan yang
ada di dalam lembaga pendidikan dan lingkungan disekitar lembaga pendidikan, yang terdiri dari:
manajemen lingkungan fisik, manajemen lingkungan sosial, dan manajemen lingkungan
akademis

B. Saran
Demikian bahasan tentang makalah “Manajemen Pembiayaan dan Lingkungan Sekolah ” yang
dapat kami paparkan, penulis sangat berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dikarenakan keterbatasan
pengetahuan dan referensi. Oleh karna itu, saran dan kritik yang membangun sangat di harapkan agar
makalah ini dapat disusun menjadi lebih baik lagi di masa yang akan datang.

25
DAFTAR PUSTAKA

Arwildayanto, Nina dan Warni. 2017. MANAJEMEN KEUANGAN DAN PEMBIAYAAN


PENDIDIKAN. Bandung: Widya Padjajaran.

Hermawan, Yohanes. 2017. Manajemen Pembiayaan Sekolah. Diunduh dari


https://docplayer.info/51827497-Manajemen-pembiayaan-sekolah.html pada 1 Desember
2020, pukul 09.17 WIB.

Imron, Moh. Jamaluddin. 2016. MANAJEMEN PEMBIAYAAN SEKOLAH. Jurnal Manajemen.


Vol. 1 No.1, Hal. 72-84.

Maswan. 2015. MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU SEKOLAH. Jurnal Tarbawi. Vol. 12. No. 2,
Hal. 199.

Sari, Eliana. 2019. MANAJEMEN LINGKUNGAN PENDIDIKAN: Implementasi Teori Manajemen


Pendidikan Pada Pengelolaan Lingkungan Sekolah Berkelanjutan. Jakarta: Uwais Press.

26

Anda mungkin juga menyukai