Dosen Pembimbing:
Dr. Faisal Ibnu, S. Kep.. Ns., M. Kes.
Disusun oleh:
Kelompok 2
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan kemudahan dalam menyelesaikan “Laporan Asuhan Keperawatan
Komunitas Desa Glagaharum Rt. 11 Rw. 003 Kecamatan Porong Kabupaten Sidoarjo”.
Selesainya penulisan laporan ini adalah berkat bantuan dan dukungan serta bimbingan
dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini penulis mengucapkan teima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Dr. M. Sajidin, S.Kep.M.Kes. selaku Ketua STIKes Bina Sehat PPNI Mojokerto
Ners.
2. Eka Nor Soemah, S.Kep.Ns.M.Kes. selaku Prodi Profesi Ners STIKes Bina Sehat
PPNI Mojokerto yang telah memberikan kesempatan penulis untuk terjun langsung
3. Dr. Faisal Ibnu, S.Kep.Ns., M.Kes selaku dosen pembimbing akademik di STIKes
Bina Sehat PPNI Mojokerto yang telah memberikan kesempatan penulis untuk
komunitas ini masih jauh dari sempurna, karena penulis mengharapkan kritik dan saran
Kelompok 2
2
LEMBAR PENGESAHAN
3
BAB 1
PENDAHULUAN
4
Selanjutnya kemampuan masyarakat yang diharapkan pada masa depan adalah
yang mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu tanpa adanya
hambatan, baik bersifat ekonomi maupun non ekonomi (Yuddi, 2008). Diharapkan
dengan terwujutnya lingkungan dan perilaku sehat serta meningkatnya kemampuan
masyarakat, derajat kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat dapat
ditingkatkan secara optimal (Yuddi, 2008). Pelayanan esensial yang diberikan oleh
perawat terhadap individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat yang mempunyai
masalah kesehatan meliputi promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif dengan
menggunakan proses keperawatan untuk mancapai tingkat kesehatan yang optimal
(Riyadi, 2007).Dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan masyarakat terfokus pada
peningkatan kesehatan dalam kelompok masyarakat (Naomi, 2002).
Untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dapat dimulai dari individu,
kelompok sampai tingkat RT dan RW. Diwilayah Desa Glagaharum Rt. 11 Rw. 003
Kecamatan Porong Kabupaten Sidoarjo jumlah kepala keluarga yang terkaji
sebanyak 60 KK. Kondisi lingkungan di Desa Glagaharum Rt. 11 Rw. 003
merupakan daerah dataran rendah, kelembapan udara yang tinggi dan perilaku
pembuangan sampah yang kurang tertib sehingga memungkinkan terjadinya
penyakit yang berbasis pada lingkungan.
Untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Desa Glagaharum
diperlukan kerja sama anatara masyarakat dengan tenaga kesehatan sehingga perlu
diadakan praktek keperawatan komunitas dan keluarga mahasiswa Program Studi
Profesi Keperawatan Komunitas di Desa Glagaharum Rt. 11 Rw. 003 Kecamatan
Porong Kabupaten Sidoarjo periode 01 – 26 Maret 2021. Sebagai langkah awal,
maka dilakukan Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) 1 yang bertujuanmenjalin
kerjasama yang baik antara mahasiswa dengan masyarakat sekitar, mengidentifikasi
masalah kesehatan atau keluhan masyarakat selama 3 bulan terakhir, menjelaskan
praktik asuhan keperawatan komunitas kepada masyarakat sekitar,
memperkenalkan diri kepada masyarakat sekitar dan menyusun pokja yang ada di
masyarakat.
Dalam mengatasi berbagai masalah kesehatan yang ada, maka dilakukan
Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) IIdengan tujuan untuk mencari solusi dari
setiap masalah kesehatan yang ada bersama-sama dengan warga desa dan perangkat
5
desa yang ada seperti Kepala Desa, Bidan Desa, Perawat Desa, RW, RT dan
mahasiswa Keperawatan Profesi Ners, sehingga dapat menetapkan kegiatan yang
akan dilakukan kemudian di implementasikan bersama-sama dengan warga
masyarakat. Berbagai kegiatan yang sudah dilakukan bertujuan agar meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat sehingga kepedulian masyarakat tentang kesehatan
meningkat dan angka kesakitan warga masyarakat menurun.
Evaluasi keberhasilan dari hasil kegiatan-kegiatan keperawatan komunitas di
Desa Glagaharum Rt. 11 Rw. 003 Kecamatan Porong Kabupaten Sidoarjo o yang
telah dilakukan mahasiswa keperawatan Profesi Ners selama 6 minggu, maka
dilakukan Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) III yang bertujuan untuk
mengetahui tingkat keberhasilan keperawatan komunitas yang telah dilakukan oleh
mahasiswa keperawatan Profesi Ners di Desa Glagaharum Rt. 11 Rw. 003
Kecamatan Porong Kabupaten Sidoarjo.
1.2 Tujuan
6
personal, sosial dan lingkungan
5) Mengkoordinasi sumber-sumber yang ada di komunitas untuk meningkatkan
kesehatan komunitas
6) Menerapkan proses penelitian dan pengetahuan penelitian untuk mencegah
penyakit dan meningkatkan kesehatan
7) Mengevaluasi keberhasilan kegiatan yang telah dilakukan bersama dengan
warga masyarakat
8) Melakukan rencana tindak lanjut bersama warga masyarakat
1.3 Manfaat
7
1.3.4 Untuk Profesi
1) Upaya menyiapkan tenaga perawat yang profesional, berpotensi secara
mandiri sesuai dengan kompetensi yang telah ditentukan
2) Memberikan suatu model baru dalam keperawatan komunitas sehingga
profesi mampu mengembangkannya
8
BAB 2
TINJAUAN TEORI
9
2.2 Asumsi dan Kepercayaan Terhadap Perawatan Kesehatan Komunitas
Keperawatan komunitas perlu dikembangkan di tatanan pelayanan kesehatan
dasar yang melibatkan komunitas secara aktif, sesuai keyakinan keperawatan
komunitas. Sedangkan asumsi dasar keperawatan komunitas menurut American
Nurses Assicoation (ANA, 1980) didasarkan pada asumsi:
1. Sistem pelayanan kesehatan bersifat kompleks
2. Pelayanan kesehatan primer, sekunder dan tersier merupakan komponen
pelayanan kesehatan
3. Keperawatan merupakan sub sistem pelayanan kesehatan, dimana hasil
pendidikan dan penelitian melandasi praktek.
4. Fokus utama adalah keperawatan primer sehingga keperawatan komunitas perlu
dikembangkan di tatanan kesehatan utama.
Adapun unsur-unsur perawatan kesehatan mengacu kepada asumsi-asumsi
dasar mengenai perawatan kesehatan masyarakat, yaitu:
1. Bagian integral dari pelayanan kesehatan khususnya keperawatan
2. Merupakan bidang khusus keperawatan
3. Gabungan dari ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu sosial
(interaksi sosial dan peran serta masyarakat)
4. Sasaran pelayanan adalah individu, keluarga, kelompok khusus dan
masyarakat baik yang sehat maupun yang sakit.
5. Ruang lingkup kegiatan adalah upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif
dan resosialitatif dengan penekanan pada upaya preventif dan promotif.
6. Melibatkan partisipasi masyarakat
7. Bekerja secara team (bekerjasama)
8. Menggunakan pendekatan pemecahan masalah dan perilaku
9. Menggunakan proses keperawatan sebagai pendekatan ilmiah
10. Bertujuan untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat dan derajat kesehatan
masyarakat secara keseluruhan.
10
Keyakinan keperawatan komunitas yang mendasari praktik keperawatan
komunitas adalah:
1. Pelayanan kesehatan sebaiknya tersedia, dapat dijangkau dan dapat diterima
semua orang
2. Penyusunan kebijakan seharusnya melibatkan penerima pelayanan dalam hal
ini komunitas
3. Perawat sebagai pemberi pelayanan dan klien sebagai penerima pelayanan
perlu terjalin kerjasama yang baik
4. Lingkungan dapat mempengaruhi kesehatan komunitas baik bersifat
mendukung maupun mengahambat
5. Pencegahan penyakit dilakukan dalam upaya meningkatkan kesehatan
6. Kesehatan merupakan tanggung jawab setiap orang
Berdasarkan pada asumsi dasar dan keyakinan yang mendasar tersebut, maka
dapat dikembangkan falsafah keprawatan komunitas sebagai landasan praktik
keperawatan komunitas. Dalam falsafah keperawatan komunitas, keperawatan
komunitas merupakan pelayanan yang memberikan perhatian terhadap pengaruh
lingkungan (bio-psiko-sosio-kultural dan spiritual) terhadap kesehatan komunitas,
dan memberikan prioritas pada strategi pencegahan penyakit dan peningkatan
kesehatan. Falsafah yang melandasi keperawatan komunitas mengacu kepada
paradigma keperawatan yang terdiri dari 4 hal penting, yaitu: manusia, kesehatan,
lingkungan dan keperawatan sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut:
11
4. Upaya preventif dan promotif merupakan upaya pokok tanpa mengabaikan
upaya kuratif dan rehabilitatif
5. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat yang diberikan berlangsung
secara berkesinambungan
6. Perawatan kesehatan masyarakat sebagai provider dan klien sebagai
konsumer pelayanan keperawatan dan kesehatan, menjamin suatu hubungan
yang saling mendukung dan mempengaruhi perubahan dalam kebijaksanaan
dan pelayanan kesehatan ke arah peningkatan status kesehatan masyarakat
7. Pengembangan tenaga keperawatan kesehatan masyarakat direncanakan
secara berkesinambungan dan terus menerus
8. Individu dalam suatu masyarakat ikut bertanggung jawab atas kesehatannya,
ia harus ikut dalam upaya mendorong, mendidik dan berpartisipasi aktif
dalam pelayanan kesehatan mereka sendiri.
12
4. Upaya preventif dan promotif merupakan upaya pokok tanpa mengabaikan
upaya kuratif dan rehabilitatif.
5. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat yang diberikan berlangsung
secara berkesinambungan.
6. Perawatan kesehatan masyarakat sebagai provider dan klien sebagai customer
pelayanan keperawatan dan kesehatan, menjaminsuatu hubungan yang saling
mendukung dan mempengaruhi perubahan dalam kebijaksanaan dan pelayanan
kesehatan kearah peningkatan status kesehatan masyarakat.
7. Pengembangan tenaga keperawatan kesehatan masyarakat direncanakan secara
berkesinambungan dan terus-menurus.
8. Individu dalam suatu masyarakat ikut bertanggungjawab atas kesehatannya, ia
harus ikut dalam upaya mendorong, mendidik dan berpartisipasi aktif dalam
pelayanan kesehatan mereka sendiri.
MANUSIA
KEPERAWATAN KESEHATAN
3 Tingkatan Pencegahan (SEHAT-SAKIT)
LINGKUNGAN
(Physic, Biologic,
Psychologist, Social Cultural
dan Spiritual)
13
Berdasarkan gambar diatas dapat dijabarkan masing-masing unsur
sebagai berikut:
1. Manusia
Komunitas sebagai klien berarti sekumpulan individu yang berada pada
lokasi atau batas geografi tertentu yang memiliki nilai-nilai, keyakinan dan
minat yang relatif sama serta adanya interaksi satu sama lain untuk mencapai
tujuan. Komunitas merupakan sumber dan lingkungan bagi keluarga,
komunitas. Komunitas sebagai klien yang dimaksud adalah kelompok resiko
tinggi antara lain : daerah terpencil, daerah rawan, daerah kumuh.
2. Kesehatan
Sehat adalah kondisi terbebasnya dari gangguan pemenuhan kebutuhan
dasar klien/komunitas.Sehat merupakan keseimbangan yang dinamis sebagai
dampak dari keberhasilan mengatasi stressor.
3. Lingkungan
Semua faktor internal dan eksternal atau pengaruh di sekitar klien yang
bersifat biologis, psikologis, sosial, kultural dan spiritual.
4. Keperawatan
Intervensi atau tindakan yang bertujuan untuk menekan stressor melalui
pencegahan primer, sekunder dan tersier.
b. Tujuan Khusus
Untuk meningkatkan berbagai kemampuan individu, keluarga, kelompok
khusus dan masyarakat dalam hal:
1) Mengidentifikasi masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi
2) Menetapkan masalah kesehatan/keperawatan dan prioritas masalah
3) Merumuskan berbagai alternatif pemecahan masalah
kesehatan/keperawatan
4) Menanggulangi masalah kesehatan/keperawatan yang mereka hadapi
14
5) Penilaian hasil kegiatan dalam memecahkan masalah kesehatan atau
keperawatan
6) Mendorong dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pelayanan
kesehatan atau keperawatan
7) Meningkatkan kemampuan dalam memelihara kesehatan secara mandiri
(self care).
8) Menanamkan perilaku sehat melalui upaya pendidikan kesehatan
9) Lebih spesifik lagi adalah untuk menunjang fungsi Puskesmas dalam
menurunkann angka kematian bayi, ibu dan balita serta diterimanya norma
keluarga kecil bahagia dan sejahtera
10) Tertanganinya kelompok-kelompok resiko tinggi yang rawan terhadap
masalah kesehatan.
2.5 Sasaran
Sasaran perawatan kesehatan komunitas adalah individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat, baik yang sehat maupun yang sakit yang mempunyai masalah
kesehatan/perawatan.
a. Individu
Individu adalah bagian dari anggota keluarga. Apabila individu tersebut
mempunyai masalah kesehatan/keperawatan karena ketidakmampuan merawat
diri sendiri oleh suatu hal dan sebab, maka akan dapat mempengaruhi anggota
keluarga lainnya baik secara fisik, mental maupun sosial.
b. Keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat, terdiri atas kepala
keluarga, anggota keluarga lainnya yang berkumpul dan tinggal dalam suatu
rumah tangga karena pertalian darah dan ikatan perkawinan atau adopsi, satu
dengan lainnya saling tergantung dan berinteraksi. Bila salah satu atau beberapa
anggotat keluarga mempunyai masalah kesehatan/keperawatan, maka akan
berpengaruh terhadap anggota keluarga lainnya dan keluarga-keluarga yang ada
disekitarnya.
15
c. Kelompok Khusus
Kelompok khusus adala kumpulan individu yang mempunyai kesamaan
jenis kelamin, umur, permasalahan, kegiatan yang terorganisasi yang sangat
rawan terhadap masalah kesehatan. Termasuk diantaranya adalah:
1) Kelompok khusus dengan kebutuhan khusus sebagai akibat perkembangan
dan petumbuhannya, seperti:
a. Ibu hamil
b. Bayi baru lahir
c. Balita
d. Anak usia sekolah
e. Usia lanjut
2) Kelompok dengan kesehatan khusus yang memerlukan pengawasan dan
bimbingan serta asuhan keperawatan, diantaranya adalah:
a. Penderita penyakit menular, seperti: TBC, Lepra, AIDS, penyakit
kelamin dan lain sebagainya.
b. Penderita dengan penyakit tidak menular, seperti: penyakit diabetes
mellitus, jantung koroner, cacat fisik, gangguan mental dan lain
sebagainya.
3) Kelompok yang mempunyai resiko terserang penyakit, diantaranya:
a. Wanita tuna susila
b. Kelompok penyalahgunaan obat dan narkoba
c. Kelompok-kelompok pekerja tertentu
d. Dan lain-lain
4) Lembaga sosial, perawatan dan rehabilitasi, diantaranya adalah:
a. Panti wredha
b. Panti asuhan
c. Pusat-pusat rehabilitasi (cacat fisik, mental dan sosial)
d. Penitipan balita
16
d. Masyarakat
Masyarakat adalah sekelompok manusia yang hidup dan bekerjasama
cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri
mereka sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batas yang telah ditetapkan
dengan jelas. Masyarakat merupakan kelompok individu yang saling
berinteraksi, saling tergantung dan bekerjasama untuk mencapai tujuan. Dalam
berinteraksi sesama anggota masyarakat akan muncul banyak permasalahan,
baik permasalahan sosial, kebudayaan, perekonomian, politik maupun kesehatan
khususnya.
2.6 Strategi
Strategi intervensi keperawatan komunitas:
1. Proses kelompok
2. Pendidikan kesehatan
3. Kerjasama (partnership)
a. Upaya Promotif
Upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat dengan jalan memberikan:
1) Penyuluhan kesehatan masyarakat
2) Peningkatan gizi
3) Pemeliharaan kesehatan perseorangan
4) Pemeliharaan kesehatan lingkungan
5) Olahraga secara teratur
17
6) Rekreasi
7) Pendidikan seks
b. Upaya Preventif
Upaya preventif ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan
terhadap kesehatan terhadap individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
melalui kegiatan:
1) Imunisasi massal terhadap bayi, balita serta ibu hamil
2) Pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui Posyandu, Puskesmas maupun
kunjungan rumah
3) Pemberian vitamin A dan yodium melalui Posyandu, Puskesmas ataupun di
rumah
4) Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas dan meyusui
c. Upaya Kuratif
Upaya kuratif ditujukan untuk merawat dan mengobati anggota-anggota
keluarga, kelompok dan masyarakat yang menderita penyakit atau masalah
kesehatan, melalui kegiatan:
1) Perawatan orang sakit di rumah (home nursing)
2) Perawatan orang sakit sebagai tindak lanjut perawatan dari Puskesmas dan
rumah sakit.
3) Perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis di rumah, ibu bersalin dan
nifas.
4) Perawatan payudara
5) Perawatan tali pusat bayi baru lahir
d. Upaya Rehabilitatif
Upaya rehabilitatif merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi penderita-
penderita yang dirawat di rumah, maupun terhadap kelompok-kelompok tertentu
yang menderita penyakit yang sama, misalnya Kusta, TBC, cacat fisik dan
lainnya, dilakukan melalui kegiatan:
1) Latihan fisik, baik yang mengalami gangguan fisik seperti penderita Kusta,
patah tulang mapun kelainan bawaan
18
2) Latihan-latihan fisik tertentu bagi penderita-penderita penyakit tertentu,
misalnya TBC, latihan nafas dan batuk, penderita stroke: fisioterapi manual
yang mungkin dilakukan oleh perawat
e. Upaya Resosialitatif
Upaya resosialitatif adala upaya mengembalikan individu, keluarga dan
kelompok khusus ke dalam pergaulan masyarakat, diantaranya adalah
kelompok-kelompok yang diasingkan oleh masyarakat karena menderita suatu
penyakit, misalnya kusta, AIDS, atau kelompok-kelompok masyarakat khusus
seperti Wanita Tuna Susila (WTS), tuna wisma dan lain-lain. Disamping itu,
upaya resosialisasi meyakinkan masyarakat untuk dapat menerima kembali
kelompok yang mempunyai masalah kesehatan tersebut dan menjelaskan secara
benar masalah kesehatan yang mereka derita. Hal ini tentunya membutuhkan
penjelasan dengan pengertian atau batasan-batasan yang jeals dan dapat
dimengerti.
19
8. Melaksanakan asuhan keperawatan komunitas, melalui pengenalan masalah
kesehatan masyarakat, perencanaan kesehatan, pelaksanaan dan penilaian
kegiatan dengan menggunakan proses keperawatan sebagai suatu usaha
pendekatan ilmiah keperawatan.
9. Mengadakan koordinasi diberbagai kegiatan asuhan keperawatan komunitas
10. Mengadakan kerjasama lintas program dan lintas sektoral dengan instansi
terkait.
11. Memberikan ketauladanan yang dapat dijadikan panutan oleh individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat yang berkaitan dengan keperawatan
dan kesehatan.
20
2.10 Asuhan Keperawatan Komunitas
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan kesehatan masyarakat, metode yang
digunakan adalah proses keperawatan sebagai suatu pendekatan ilmiah di dalam
bidang keperawatan, melalui tahap-tahap sebagai berikut:
2.10.1 Pengkajian
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan perawat kesehatan masyarakat dalam
mengkaji masalah kesehatan baik di tingkat individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat adalah:
1) Pengumpulan Data
Kegiatan ini dilakukan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan
yang dihadapi individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat melalui
wawancara, observasi, studi dokumentasi dengan menggunakan instrumen
pengumpulan data dalam menghimpun informasi.
Pengkajian yang diperlukan adalah inti komunitas beserta faktor
lingkungannya. Elemen pengkajian komunitas menurut Anderson dan MC.
Forlane (1958) terdiri dari inti komunitas, yaitu meliputi demografi;
populasi; nilai-nilai keyakinan dan riwayat individu termasuk riwayat
kesehatan. Sedangkan faktor lingkungan adalah lingkungan fisik;
pendidikan; keamanan dan transportasi; politik dan pemerintahan;
pelayanan kesehatan dan sosial; komunikasi; ekonomi dan rekreasi.
Hal diatas perlu dikaji untuk menetapkan tindakan yang sesuai dan
efektif dalam langkah-langkah selanjutnya.
2) Analisa Data
Analisa data dilaksanakan berdasarkan data yang telah diperoleh dan
disusun dalam suatu format yang sistematis. Dalam menganalisa data
memerlukan pemikiran yang kritis.
Data yang terkumpul kemudian dianalisa seberapa besar faktor
stressor yang mengancam dan seberapa berat reaksi yang timbul di
komunitas. Selanjutnya dirumuskan maslah atau diagnosa keperawatan.
Menurut Mueke (1987) maslah tersebut terdiri dari:
a. Masalah sehat sakit
b. Karakteristik populasi
21
c. Karakteristik lingkungan
3) Perumusan Masalah dan Diagnosa Keperawatan/Kesehatan
Kegiatan ini dilakukan diberbagai tingkat sesuai dengan urutan
prioritasnya. Diagnosa keperawtan yang dirumuskan dapat aktual, ancaman
resiko atau wellness.
Dasar penentuan masalah keperawatan kesehatan masyarakat antara
lain:
a. Masalah yang ditetapkan dari data umum
b. Masalah yang dianalisa dari hasil kessenjangan pelayanan kesehatan
Menetapkan skala prioritas dilakukan untuk menentukan tindakan
yang lebih dahulu ditanggulangi karena dianggap dapat mengancam
kehidupan masyarakat secara keseluruhan dengan mempertimbangkan:
a. Masalah spesifik yang mempengaruhi kesehatan masyarakat
b. Kebijaksanaan nasional dan wilayah setempat
c. Kemampuan dan sumber daya masyarakat
d. Keterlibatan, partisipasi dan peran serta masyarakat
Kriteria skala prioritas:
a. Perhatian masyarakat, meliputi: pengetahuan, sikap, keterlibatan emosi
masyarakat terhadap masalah kesehatan yang dihadapi dan urgensinya untuk
segera ditanggulangi.
b. Prevalensi menunjukkan jumlah kasus yang ditemukan pada suatu kurun
waktu tertentu
c. Besarnya masalah adalah seberapa jauh masalah tersebut dapat
menimbulkan gangguan terhadap kesehatan masyarakat
d. Kemungkinan masalah untuk dapat dikelola dengan mempertimbangkan
berbagai alternatif dalam cara-cara pengelolaan masalah yang menyangkut
biaya, sumber daya, srana yang tersedia dan kesulitan yang mungkin timbul
(Effendi Nasrul, 1995).
22
2.10.2 Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah:
1) Menetapkan tujuan dan sasaran pelayanan
2) Menetapkan rencana kegiatan untuk mengatasi masalah kesehatan dan
keperawatan
3) Menetapkan kriteria keberhasilan dari rencana tindakan yang akan
dilakukan.
2.10.3 Pelaksanaan
Pada tahap ini rencana yang telah disusun dilaksanakan dengan melibatkan
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat sepenuhnya dalam mengatasi
masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi. Hal-hal yang perlu
dipertimbangkan dalam pelaksanaan kegiatan perawatan kesehatan masyarakat
adalah:
1) Melaksanakan kerjasama lintas program dan lintas sektoral dengan instansi
terkait
2) Mengikutsertakan partisipasi aktif individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatannya
3) Memanfaatkan potensi dan sumber daya yang ada di masyarakat
Level pencegahan dalam pelaksanaan praktik keperawatan komunitas terdiri
atas:
a. Pencegahan Primer
Pencegahan yang terjadi sebelum sakit atau ketidak fungsinya dan
diaplikasikannya ke dalam populasi sehat pada umumnya dan perlindungan
khusus terhadap penyakit.
b. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder menekankan diagnosa diri dan intervensi yang
tepat untuk menghambat proses patologis, sehingga memprependek waktu
sakit dan tingkat keparahan.
c. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier dimulai pad saat cacat atau terjadi ketidakmampuan
sambil stabil atau menetap atau tidak dapat diperbaiki sama sekali.
Rehabilitasi sebagai pencegahan primer lebih dari upaya menghambat
23
proses penyakit sendiri, yaitu mengembalikan individu kepada tingkat
berfungsi yang optimal dari ketidakmampuannya.
2.10.4 Penilaian/Evaluasi
Evaluasi dilakukan atas respon komunitas terhadap program kesehatan.
Hal-hal yang perlu dievaluasi adalah masukan (input), pelaksanaan (proses) dan
hasil akhir (output).
Penilaian yang dilakukan berkaitan dengan tujuan yang akan dicapai,
sesuai dengan perencanaan yang telah disusun semula. Ada 4 dimensi yang
harus dipertimbangkan dalam melaksanakan penilaian, yaitu:
1) Daya guna
2) Hasil guna
3) Kelayakan
4) Kecukupan
Fokus evaluasi adalah:
1) Relevansi atau hubungan antara kenyataan yang ada dengan pelaksanaan
2) Perkembangan atau kemajuan proses
3) Efisiensi biaya
4) Efektifitas kerja
5) Dampak: apakah status kesehatan meningkat/menurun, dalam rangka waktu
berapa?
Perubahan ini dapat diamati seperti gambar dibawah ini:
Keterangan:
: peran masyarakat
: peran perawat
24
Pada gambar diatas dapat dijelaskan alih peran untuk memandirikan klien
dalam menanggulangi masalah kesehatan, pada awalnya peran perawat lebih
besar daripada klien dan berangsur-angsur peran klien lebih besar daripada
perawat.
Tujuan akhir perawatan komunitas adalah kemandirian keluarga yang terkait
dengan lima tugas kesehatan, yaitu: mengenal masalah kesehatan, mengambil
keputusan tindakan kesehatan, merawat anggota keluarga, menciptakan
lingkungan yang dapat mendukung upaya peningkatan kesehatan keluarga serta
memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia, sedangkan
pendekatan yang digunakan adalah pemecahan masalah keperawatan yaitu
melalui proses keperawatan.
25
BAB 3
LAPORAN PRAKTIK KOMUNITAS
DI DESA GLAGAHARUM RT. 11 RW. 003 KECAMATAN PORONG
KABUPATEN SIDOARJO
Kegiatan praktik klinik keperawatan komunitas ini dilakukan pada tanggal
01 Maret 2021 sampai 26 Maret 2021. Asuhan keperawatan komunitas yang telah
dilaksanakan oleh mahasiswa Program Profesi Ners Stikes Bina Sehat PPNI
Mojokerto di Desa Glagaharum Rt. 11 Rw. 003 Kecamatan Porong Kabupaten
Sidoarjo
Praktik tersebut dilakukan untuk mengaplikasikan konsep keperawatan dan
kesehatan komunitas dalam tatanan nyata kepada masyarakat sehingga upaya
mencetak tenaga perawat profesional sesuai dengan kompetensinya dapat tercapai.
Kegiatan tersebut menggunakan proses keperawatan sebagai modal
pendekatan yang bersifat ilmiah, yaitu pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi. Berikut kami uraikan inti asuhan keperawatan komunitas yang telah kami
lakukan.
26
Fasilitas yang terdapat di Desa Glagaharum Rt 11 Rw. 003 adalah sebagai
berikut :
a. Fasilitas pendidikan formal : SD
b. Fasilitas pendidikan semi formal : TPQ
c. Fasilitas agama : 2 Mushollah, 1 Masjid
3.2 Tabulasi Hasil Pengumpulan Data Demografi Desa Glagaharum Rt. 11 Rw.
003 Kecamatan Porong Kabupaten Sidoarjo
Tabel 3.1 Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Frekuensi (f) Prosentase (%)
1. Laki-laki 108 43.0 %
2. Perempuan 144 57.0 %
Jumlah 252 100 %
27
Tabel 3.3 Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama
No Agama Frekuensi (f) Prosentase (%)
1. Islam 252 100 %
2. Kristen 0 0%
3. Hindu 0 0%
4. Budha 0 0%
5. Konghucu 0 0%
Jumlah 252 100 %
28
Tabel 3.5 Distribusi Penduduk Berdasarkan Pendidikan
No Pendidikan Frekuensi (f) Prosentase (%)
1. Tidak/belum sekolah 31 12.3 %
2. SD 45 17.86 %
3. SMP 71 28.17 %
4. SMA 88 34.92 %
5. Perguruan Tinggi 17 6.75 %
Jumlah 252 100 %
29
3.3 Tabulasi Hasil Pengumpulan Data Kesehatan Ibu Dan Anak Desa
Glagaharum Rt. 11 Rw. 003 Kecamatan Porong Kabupaten Sidoarjo
30
Tabel 3.9 Distribusi Penduduk Berdasarkan Cara Pengobatan
No Cara Pengobatan Frekuensi (f) Prosentase (%)
1. Dibiarkan 0 0%
2. Diobati Sendiri 4 80 %
3. Periksa ke Perawat/Bidan 1 20 %
4. Periksa ke PKM 0 0%
Jumlah 5 100 %
31
3.4 Tabulasi Hasil Pengumpulan Data Kelompok Remaja
Desa Glagaharum Rt. 11 Rw. 003 Kecamatan Porong Kabupaten Sidoarjo
32
NB: Pengurus karang taruna di Desa Glagaharum mengatakan masih
banyak remaja yang begadang, berpacaran dan tidak mengetahui bahaya dari
berpacaran.
Ketua karang taruna Desa Glagaharum Para pemuda dan pemudi sulit
untuk dikumpulkan karena kesibukan di sekolah dan bekerja, para pemuda
terkadang masih terlihat banyak yang nongkrong diwifi sampai larut malam,
kebanyakan pemuda dan pemudi sudah memiliki teman dekat dari lawan jenis
(pacar), dan terkadang terlihat pemuda yang merokok dijalan sambil bersepeda
dan berseragam.
3.5 Tabulasi Hasil Pengumpulan Data Lansia Desa Glagaharum Rt. 11 Rw. 003
Kecamatan Porong Kabupaten Sidoarjo
33
Berdasarkan tabel 3.14 diatas menunjukkan bahwa distribusi penduduk
berdasarkan posyandu lansia di Desa Glagaharum Rt. 11 Rw. 003 Kecamatan
Porong Kabupaten Sidoarjo, hampir seluruhnya tidak aktif mengikuti posyandu
lansia yaitu sebanyak 38 orang (34.48 %).
34
3.6 Tabulasi Hasil Pengumpulan Data Kesehatan Lingkungan Dan Perilaku
Kesehatan Keluarga (Phbs) Desa Glagaharum Rt. 11 Rw. 003 Kecamatan
Porong Kabupaten Sidoarjo
35
Tabel 3.17 Distribusi Penduduk Berdasarkan Sumber Air
No. Sumber Air Frekuensi (f) Prosentasi (%)
1 Sumur gali 42 70 %
2 Sumur bor 18 30 %
3 PDAM 0 0%
4 Sumur tadah hujan 0 0%
5 Lain-lain 0 0%
Jumlah 60 100 %
36
Tabel 3.19 Distribusi Penduduk Berdasarkan Kepemilikan WC/Jamban
No. WC/Jamban Frekuensi (f) Prosentase (%)
1 Ya 60 100 %
2 Tidak 0 0%
Jumlah 60 100 %
37
Tabel 3.21 Distribusi Penduduk Berdasarkan Cara Pmbuangan
Sampah
No Cara Pembuangan Frekuensi (f) Prosentase (%)
1. Dibakar 40 66.67 %
2. Ditimbun 0 0%
3. Di sungai 13 21.67 %
4. Di sembarang tempat 7 11.67 %
Jumlah 60 100 %
38
3.8 Tabulasi Hasil Pengumpulan Data Sistem Komunikasi Desa Glagaharum Rt.
11 Rw. 003 Kecamatan Porong Kabupaten Sidoarjo
3.9 Tabulasi Hasil Pengumpulan Data Sistem Ekonomi Desa Glagaharum Rt. 11
Rw. 003 Kecamatan Porong Kabupaten Sidoarjo
39
3.10 Tabulasi Hasil Pengumpulan Data Jaminan Kesehatan Desa Glagaharum Rt.
11 Rw. 003 Kecamatan Porong Kabupaten Sidoarjo
3.11 Tabulasi Hasil Pengumpulan Data Sarana Rekerasi Desa Glagaharum Rt. 11
Rw. 003 Kecamatan Porong Kabupaten Sidoarjo
40
3.12 ANALISA DATA
41
Glagaharum yang memiliki balita informasi.
mengatakan bahwa tidak
mengetahui penanganan yang
tepat dirumah saat balita
mengalami batuk pilek. Ibu balita
juga mengatakan bahwa biasanya
menerima informasi tentang ISPA
dari tetangganya.
DO :
- Dari data pengkajian yang
didapatkan pada data tabulasi
KIA pada tabel. 2 bahwa hampir
seluruhnya balita pernah
memiliki masalah kesehatan
ISPA yaitu sebanyak 3 balita
(83 %) dengan disertai pada
tabel. 3 hampir seluruh ibu
dengan balita menggunakan
cara pengobatan sendiri seperti
beli obat diwarung yaitu
sebanyak 4 orang (43 %).
- Tampak kebingunan saat
ditanya mengenai penanganan
ISPA dirumah.
42
3.12.2 Masalah Pada Remaja
No Data Etiologi Masalah
1. DS : kurangnya pengetahuan Risiko
Berdasarkan hasil wawancara dari remaja tentang bahaya penyimpangan
pengurus karang taruna di Desa merokok, berpacaran, perilaku remaja dan
Glagaharum mengatakan masih dan kebiasaan nongkrong kenakalan remaja
banyaknya remaja yang tidak aktif di malam hari. (merokok,
dalam berorganisasi serta banyak berpacaran,
remaja yang begadang, nongkrong pada
berpacaran dan tidak mengetahui malam hari)
bahaya dari berpacaran.
DO :
Dari hasil data pengkajian yang
didapatkan bahwa sebagian besar
remaja tidak aktif dalam
berorganisasi sebanyak 42 orang
(61%) dan hampir setengah
remaja memiliki masalah
kesehatan yaitu begadang
sebanyak 27 orang (39%),
berpacaran 19 orang (27%),
merokok 18 orang (26%).
2. DS: - Kurangnya kesadaran Ketidakefektifan
- Wawancara dari ketua karang dan informasi para performa peran
taruna Desa Glagaharum Para remaja akan tugas remaja
pemuda dan pemudi sulit untuk perkembangan dan
dikumpulkan karena kesibukan tanggung jawabnya
di sekolah dan bekerja. sebagai remaja.
- Para pemuda terkadang masih
terlihat banyak yang nongkrong
diwifi sampai larut malam.
- Kebanyakan pemuda dan
43
pemudi sudah memiliki teman
dekat dari lawan jenis (pacar).
- Terkadang terlihat pemuda yang
merokok dijalan sambil
bersepeda dan berseragam.
DO:
Dari hasil pengkajian yang
didapatkan bahwa paling banyak
remaja tidak aktif dalam
berorganisasi sebanyak 42 orang
(61%)
44
yang mengantar.
- Hasil dari wawancara
menunjukkan masih tingginya
masalah kesehatan yang terjadi
pada lansia seperti rematik,
hipertensi, penglihatan kabur,
PJK dan DM.
45
dan hampir seluruhnya
memperoleh informasi
kesehatan melalui TV.
46
- Terdapat banyak jentik nyamuk
2. DS : kurang pemahaman cara Perilaku kesehatan
- Sebagian besar warga pemberantasan sarang cenderung berisiko
mengatakan bahwa jarang nyamuk
dilakukan pemeriksaan jentik-
jentik tiap rumah meskipun
sudah terbentuk kader.
- Warga mengatakan kurang
paham terhadap tata cara
pemberantasan DBD karena
tidak pernah dilakukan
penyuluhan oleh nakes.
DO :
- Berdasarkan hasil pengkajian
didapatkan sebagian besar
warga Desa Glagaharum
melakukan pengurasan tempat
penampungan air lebih dari 3
hari sekali sebanyak 40 KK
(67%)
- Saat kunjungan ke rumah
warga, tempat air dikamar
mandi warga banyak jentik-
jentiknya
47
3.13 DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan manajemen kesehatan b/d persepsi keseriusan kondisi
2. Defisiensi pengetahuan b/d kurangnya informasi dan ketidaktahuan
menemukan sumber informasi
3. Risiko penyimpangan perilaku remaja dan kenakalan remaja (merokok,
berpacaran, nongkrong pada malam hari)
4. Ketidakefektifan performa peran remaja
5. Ketidakpatuhan b.d ketidak cukupan akses terhadap perawatan
6. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan b.d kurangnya pemahaman tentang
perilaku sehat (rematik)
7. Kurangnya pengetahuan dan kesadaran warga tentang pentingya PHBS
8. Perilaku kesehatan cenderung beresiko
48
SKORING
49
2. Ketidakefektifan pemeliharaan 23
kesehatan b.d kurangnya
pemahaman tentang perilaku sehat 4 3 2 2 3 4 3 3
(rematik).
4. KESLING 1. Kurangnya pengetahuan dan 5 3 2 2 2 2 2 2 20
kesadaran warga tentang pentingya
PHBS.
2. Perilaku kesehatan cenderung 5 2 2 2 2 2 2 2 19
berisiko
50
3.14 DIAGNOSA KEPERAWATAN PRIORITAS
1. Ketidakpatuhan b.d ketidak cukupan akses terhadap perawatan.
2. Risiko penyimpangan perilaku remaja dan kenakalan remaja (merokok,
berpacaran, nongkrong pada malam hari)
3. Ketidakefektifan manajemen kesehatan b/d persepsi keseriusan kondisi
4. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan b.d kurangnya pemahaman tentang
perilaku sehat (rematik).
5. Defisiensi pengetahuan b/d kurangnya informasi dan ketidaktahuan
menemukan sumber informasi
6. Ketidakefektifan performa peran remaja
7. Kurangnya pengetahuan dan kesadaran warga tentang pentingya PHBS
8. Perilaku kesehatan cenderung beresiko
51
3.15 NTERVENSI KEPERAWATAN
A. Intervensi Pokja KIA
Dx Sasaran Tujuan Strategi Rencana Sumber Tempat Waktu Kriteria Standart Evaluator
Keperawatan Kegiatan Evaluasi
Ketidakefektif Seluruh Ibu Setelah dilakukan 1. Penyuluhan 1. Mahasiswa 1. Rumah 1. Bulan Verbal Ibu mampu Mahasiswa
an manajemen yang tindakan tentang ISPA Pokja KIA Koordin Maret mengikuti Pokja KIA dan
kesehatan b/d memiliki keperawatan selama 2. Pelatihan dan Kader ator minggu kegiatan Kader KIA
persepsi balita di 1x seminggu dalam cara KIA ke-3 penyuluhan
keseriusan Desa 1 bulan ibu dengan membuat dengan
kondisi Glagaharum balita di Desa inhalasi aktif
Rt. 11 Rw. Glagaharum Rt. 11 sederhana 2. Mahasiswa 2. Rumah 2. Bulan Verbal Ibu mampu Mahasiswa
003 Rw. 003 mampu Pokja KIA Koordin Maretm mengikuti Pokja KIA
melakukan ator inggu kegiatan
manajemen yang ke-3 latihan cara
efektif terhadap membuat
balita yang sakit inhalasi
sederhana
52
B. Intervensi Pokja REMAJA
Dx Keperawatan Sasaran Tujuan Rencana Sumber Tempat Waktu Kriteria Standart Evaluator
Strategi Kegiatan Evaluasi
Risiko Remaja Setelah 1. Kaji Mahasiswa Rumah Bulan Verbal Remaja Mahasiswa
penyimpangan karang dilakukan pengetauan Pokja Remaja Bu lurah Maret karang Pokja Remaja
perilaku remaja dan taruna di tindakan remaja karang dan Ketua minggu taruna dan Ketua
kenakalan remaja Desa keperawatan taruna tentang Karang ke 2 mampu Karang Taruna
(merokok, Glagaharu selama 1x kesehatan Taruna dan mengikuti dan Kader
berpacaran, m Rt. 11 seminggu dalam khususnya Kader Remaja kegiatan Remaja
nongkrong pada Rw. 003 1 bulan lansia di bahaya rokok, secara
malam hari) Desa nongkrong aktif
Glagaharum Rt. malam terhadap
11 Rw. 003 tubuh,
kepada Remaja pergaulan bebas
karang taruna dan gaya
masalah hidupnya,
perilaku keluarga
kesehatan maupun
cenderung lingkungan
beresiko akan sosialnya.
53
teratasi dengan 2.Identifikasi
Kriteria hasil : faktor internal
1. Klien mampu maupun
mengenali eksternal yang
situasi atau mungkin
kondisi meningkatkan
kesehatannya atau
secara nyata menurunkan
2.Mampu perilakunya.
menyesuaikan 3.Tegaskan
diri untuk kepada para
mengubah remaja
status karangtaruna
kesehatannya dengan segera
menjadi lebih terkait efek
baik dengan positif untuk
mulai jangka panjang
membiasakan terhadap
untuk tidak berperilaku sehat
terpengaruh 4.Ajarkan
54
temannya strategi yang
3.Membuat mungkin dapat
keputusan digunakan untuk
terkait melawan
kesehatannya kebiasan atau
dengan perilaku yang
memutuskan tidak sehat
dan meniatkan (seperti nobar
untuk film yang
berperilaku memotivasi)
sehat 5.Kolaborasi
dengan keluarga
untuk
mendukung
perubahan
perilaku positif
55
C. Intervensi Pokja LANSIA
56
Lansia penyuluha Lansia
n secara dan
aktif dan Kader
kegiatan Lansia
latihan
senam
rematik
secara
aktif
57
D. Intervensi Pokja KESLING
Dx Keperawatan Sasaran Tujuan Rencana Sumber Tempat Waktu Kriteria Standar Evaluator
Strategi Kegiatan Evaluasi
Kurangnya Seluruh Setelah Penyuluhan Mahasiswa 1. Lingkung Bulan Verbal Masyarakat Mahasiswa
pengetahuan dan warga di dilakukan pada warga Pokja an Desa Maret mampu Pokja Kesling
kesadaran warga Desa tindakan tentang kesling Glagaharum minggu mengikutip
tentang Glagaharu keperawatan kesadaran warga Rt. 11 Rw. 003 ke 3 enyuluhand
pentingnya PHBS m Rt. 11 selama 1x hidup bersih dan 2. Penduduk an kegiatan
Rw. 003 seminggu sehat: Desa dengan
dalam 1 bulan 1. Kerja Bakti Glagaharum baik
seluruh warga 2. PSN Rt. 11 Rw. 003
Desa 3. Penyuluhan
Glagaharum r,3M, Diare,
Rt. 11 Rw. 003 Demam
mampu Berdarah.
meningkatkan 4. Pemberdayaa
PHBS kesling n kader
di Desa kesehatan
Glagaharum
Rt. 11 Rw. 003
58
BAB 4
PEMBAHASAN
4.1.1 Pengkajian
Pengkajian dilakukan untuk mendapatkan data kesehatan komunitas.
Pada pengkajian ini dilakukan pengumpulan data kesehatan komunitas dengan
menggunakan kuesioner dengan materi pertanyaan berdasarkan konsep Betty
Newman dan telah di konsultasikan ke pembimbing komunitas akademik serta
di sesuaikan dengan lembar pengkajian dari hasil Winshield Survey.
59
Setelah format pengkajian siap, maka penanggung jawab RT langsung di
lakukan pengumpulan data, yaitu dengan melakukan kerja sama dengan ketua
RT serta kader kesehatan di desa tersebut.
Dari pengumpulan data didapatkan bahwa rata-rata warga merupakan
warga Desa Glagaharum Rt. 11 Rw. 003 Kecamatan Porong Kabupaten
Sidoarjo asli. Mayoritas warga dari Desa Glagaharum Rt. 11 Rw. 003
Kecamatan Porong Kabupaten Sidoarjo bekerja sebagai wiraswasta (pembuat
batu bata dan genting). Sementara itu dari segi pendidikan hampir setengah
warganya berpendidikan SMA. Mahasiswa tidak menemukan kendala berarti
pada masyarakat, karena respon yang diberikan warga Desa Glagaharum Rt. 11
Rw. 003 Kecamatan Porong Kabupaten Sidoarjo sangat baik, dibuktikan
dengan perhatian dari warga terhadap keberadaan mahasiswa beserta program-
programnya, sehingga keseluruhan proses pengumpulan data dapat
dilaksanakan dengan baik dan cepat.
Strategi yang di gunakan saat pengumpulan data adalah kerja sama
dengan perangkat desa dan kader-kader Desa Glagaharum yaitu dengan
melakukan program kunjungan dari rumah ke rumah sehingga kedatangan dari
mahasiswa dapat membaur dengan warga di Desa Glagaharum Rt. 11 Rw. 003
Kecamatan Porong Kabupaten Sidoarjo.
Dari pengkajian didapatkan masalah kesehatan yang di rasakan
masyarakat meliputi:
1. Ketidakpatuhan b.d ketidak cukupan akses terhadap perawatan.
2. Risiko penyimpangan perilaku remaja dan kenakalan remaja (merokok,
berpacaran, nongkrong pada malam hari)
3. Ketidakefektifan manajemen kesehatan b/d persepsi keseriusan kondisi
4. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan b.d kurangnya pemahaman tentang
perilaku sehat (rematik).
5. Defisiensi pengetahuan b/d kurangnya informasi dan ketidaktahuan
menemukan sumber informasi
6. Ketidakefektifan performa peran remaja
7. Kurangnya pengetahuan dan kesadaran warga tentang pentingya PHBS
8. Perilaku kesehatan cenderung beresiko
60
Dari masalah yang di temukan mahasiswa, maka dikembalikan kepada
masyarakat untuk di analisa lebih lanjut. Perumusan masalah antara masalah
mahasiswa dan warga hampir tidak mengalami kesulitan yang berarti, karena
masyarakat telah menyadari pentingnya kesehatan dalam hidup mereka.
Kegiatan berjalan sesuai dengan waktu yang telah di tentukan untuk membahas
data sampai merumuskan dan menemukan kesepakatan rencana penyelesaian
dari permasalahan yang ada.
4.1.3 Perencanaan
Rencana kegiatan yang berhubungan dengan permasalahan kesehatan
juga telah di bahas dalam kegiatan MMD 2. Beberapa kegiatan-kegiatan yang
disepakati oleh mahasiswa dan masyarakat antara lain:
1. Ketidakefektifan manajemen kesehatan b/d persepsi keseriusan kondisi
a. Penyuluhan tentang ISPA
b. Pelatihan terapy inhalasi sederhana
61
2. Risiko penyimpangan perilaku remaja dan kenakalan remaja (merokok,
berpacaran, nongkrong pada malam hari)
a. Mengadakan musyawarah antar remaja
b. Melakukan kegiatan penyuluhan yang disepakati
3. Ketidakpatuhan b.d ketidak cukupan akses terhadap perawatan.
a. Penyuluhan tentang pentingnya posyandu lansia
b. Penyuluhan berbagai jenis penyakit yang sering dialami lansia beserta
demonstrasi
4. Kurangnya pengetahuan dan kesadaran warga tentang pentingya PHB
a. Penyuluhan tentang PHBS
b. Penyuluhan tentang PSN
4.1.4 Pelaksanaan
Pelaksanaan rencana tindakan di hentikan karena adanya wabah covid 19
yang menular menyebar luas ke berbagai penjuru kota di Indonesia yang
mengakibatkan praktik lapangan kami harus terpaksa diberhentikan untuk
alasan kesehatan dan keselamatan mahasiswa dan masyarakat setempat.
62
Lampiran 1
RAKOR KEPERAWATAN KOMUNITAS DI DESA GLAGAHARUM RT 11
RW 003 KEC. PORONG KAB. SIDOARJO
Disusun oleh:
Kelompok 2
63
LAPORAN
HASIL RAPAT KOORDINASI MAHASISWA
KETUA
Muhammad Syahrul
Ghofin
WAKIL KETUA
Ridu Sandika Wahyudi
SEKRETARIS BENDAHARA
1. Noviani Istian Dia Fitrianah
2. Brilianti Rosa
Anggelina
64
TUGAS POKJA (KELOMPOK KERJA)
1. POKJA LANSIA
Mengidentifikasi dan memfasilitasi kesehatan usia lanjut (usila) di wilayahnya
a. Kesehatan usila
b. Aktivitas dan olahraga usila
c. Memotivasi ke Posyandu Lansia
2. POKJA KIA
Mengidentifikasi dan memfasilitasi kesehatan ibu dan anak di wilayahnya
a. Ibu hamil dan menyusui
b. Imunisasi balita dan ibu hamil
c. Gizi balita atau PMT
d. Memotivasi ke Posyandu
Menyukseskan program NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia dan
Sejahtera)
a. Pelayanan KB
b. Penyuluhan pasangan usia subur
c. Memotivasi ke posyandu
3. POKJA KESLING
Penggerak atau promotor kesehatan lingkungan
a. Sanitasi pemukiman
b. Penggunaan air bersih dan penmbuangan sampah
c. Penanganan sampah dan desain tempat sampah
d. Pemanfaatan pekarangan
e. Drainase atau saluran air hujan atau limbah warga
4. POKJA REMAJA
Mengidentifikasi dan memfasilitasi kesehatan remaja dan pemuda
a. Penyuluhan NAPZA (narkotika, Alkohol, Psikotropika, dan Zat Adiktif
lainnya)
b. Pergaulan remaja dan pemuda
c. Produktivitas remaja dan pemuda
65
KONTRAK PENGKAJIAN
Agama Observasi
66
b. 8 Sub sitem
1. Perumahan
Rumah yang dihunni oleh penduduki, penerangan, sirkulasi dan kepadatan.
2. Pendidikan
Komponen Sumber Informasi
Status pendidikan Data sensus-karakteristik sosial
Usia lulus sekolah
Jumlah pendaftaran untuk
setiap jenis sekolah
Bahasa yang digunakan
Sumber pendidikan Dewan pendidikan setempat
Intra atau ekstrakomunitas Pengelola sekolah
(kumpulan data untuk setiap Perawat sekolah
fasilitas) Guru dan staf
Pelayanan (pendidikan,
rekreasi, komunikasi, dan
kesehatan)
Sumber (staf, luas, lahan,
keuangan, sistem pencatatan)
Karakteristik penggunaan
(distribusi geografik dan profil
demografi)
Keadekuatan, keterjangkauan, dan Peserta didik
penerimaan pendidikan oleh peserta
didik dan staf.
67
4. Politik dan Pemerintahan
Politik dan kebijakan pemeritah terkait dengan kesehatan : apakah cukup
untuk menunjang sehingga memudahkan komunitas mendapat layanan
diberbagai bidang termasuk kesehatan. Dikaji situasi politik dan pemerintaha
disuatu komunitas, peraturan dan kebijakan pemerintah daerah terkait
kesehatan komunitas, adanya program kesehatan yang ditunjukkan pada
peningkatan kesehatan komunitas.
5. Pelayanan Kesehatan
Komponen Sumber Informasi
Pelayanan Kesehatan Wawancara dengan warga dan
Fasilitas ektra/intrakomunitas petugas kesehatan
Setelah teridentifikasi, kelompok
kedalam beberapa kategori (Mis
RS, pelayanan kesehatan
masyarakat dan klinik)
Untuk setiap fasilitas,
kumpulkan data sebagai berikut :
Berbagai pelayanan (tarif,
waktu, rencana pelayanan
baru, pelayanan dihentikan)
Sumber (tenaga, tempat,
biaya, dan sistem
pencatatan)
Karakteristik pengguna
(distribusi geografi, profil
demografi, dan transportasi)
Statistik (jumlah
penggunakan yang dilayani
tiap hari, setiap minggu, dan
setiap bulan.
Kesesuaian, ketejangkauan,
dan penerimaan fasilitas
menurut pengguna maupun
pembri pelayanan
68
6. Sistem Komunikasi
Sarana komunikasi apa saja dapat dimanfaatkan dikomunitas tersebut untuk
meningkatkan pengetahuan
Komponen Sumber Informasi
Formal Wawancara dan Observasi
Koran
Radio dan televisi
Pelayanan pos
Status telepon
Informal Wawancara dan Observasi
Sumber : papan
pengumuman, poster,
brosur, dan surat kabar.
Desiminasi (bagaimana
warga menerima informasi
dari mulut kemulut)
7. Sistem Ekonomi
Komponen Sumber Informasi
Karateristik financial Wawancara dengan warga dan
Rumah tangga data di kelurahan
Median penghasil rumah
% rumah tangga prasejahtera
% rumah tangga penerima
bantuan publik
% rumah tangga yang
dikeplai perempuan
Biaya bulanan untuk rumah
tangga pemilik dan rumah
tangga penyewa.
Individu
Pendapatan perkapita
% orang yang hidup
berkecukupan
Karakteristik tebaga kerja
Status kepegawaian
Populasi umum (usia 18 tahun/>)
% bekerja
% tidak bekerja
Tidak ikut serta bekerja
Kelompok khusus
% karyawan perempuan
dengananak dibawah 6 tahun
69
Kategori pekerjaan dan jumlah
(%) orang yang bekerja
Managerial
Teknisi
Pelayanan
Petani
Produksi
8. Rekreasi
Yang perlu dikaji adalah jenis dan tepi sarana rekreasi yang ada, tingkat
partisipasi atau kemanfaatan dari sarana rekreasi serta jaminan keamanan
dan sarana rekreasi yang ada.
c. Persepsi
Persepsi masyarakat dan keluarga terhadap suatu penyakit,mungkin bisa
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan masyarakat ataupun kurangnya
pengetahuan kesehatan mengenai suatu penyakit.
70
Rapat Koordinasi Mahasiswa
71
Lampiran 2
72
MATERI PENYULUHAN
HIPERTENSI
A. Definisi Hipertensi
Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140
mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi tidak hanya beresiko
tinggi menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit lain seperti
penyakit saraf, ginjal dan pembuluh darah dan makin tinggi tekanan darah, makin
besar resikonya (Nurarif & Kusuma, 2016).
Secara klinis derajat hipertensi dapat dikelompokkan yaitu:
Hipertensi
B. Penyebab Hipertensi
Berdasarkan (Nurarif & Kusuma, 2016) penyebab hipertensi dibagi menjadi 2
golongan
1. Hipertensi Primer
Disebut juga dengan hipertensi idiopatik karena tidak diketahui penyebabnya.
Factor yang mempengaruhi yaitu: genetik, umur, jenis kelamin, lingkungan,
hiperaktivitas saraf simpatis sistem renin angiotensin dan peningkatan Na + Ca
intraseluler. Faktor-faktor yang meningkatkan resiko: obesitas, merokok,
alkohol, konsumsi garam berlebih, diet rendah serat, kurang olahraga, stress.
73
2. Hipertensi Sekunder
Penyebabnya penggunaan estrogen berlebihan, penyakit ginjal, sindrom
cushing, dan hipertensi yang berhubungan dengaan kehamilan.
C. Faktor Risiko
Beberapa faktor risiko terjadinya hipertensi menurut (Prasetyaningrum, 2014)
sebagai berikut:
1. Faktor risiko yang tidak dapat dikontrol
1) Jenis kelamin
Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita. Namun
wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopause.
Harrison, Wilson dan Kasper mengatakan bahwa wanita yang belum
mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan
dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar
kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah
terjadinya proses aterosklerosis. Efek perlindungan estrogen dianggap
sebagai penjelasan adanya imunitas wanita pada usia premenopause. Dari
hasil penelitian didapatkan hasil lebih dari setengah penderita hipertensi
berjenis kelamin wanita sekitar 56,5%. Hipertensi lebih banyak terjadi pada
pria bila terjadi pada usia dewasa muda. Tetapi lebih banyak menyerang
wanita setelah umur 55 tahun, sekitar 60% penderita hipertensi adalah
wanita.Hal ini sering dikaitkan dengan perubahan hormon setelah
menopause.
2) Umur
Semakin tinggi umur seseorang semakin tinggi tekanan darahnya, jadi
orang yang lebih tua cenderung mempunyai tekanan darah yang tinggi dari
orang yang berusia lebih muda. Peningkatan kasus hipertensi akan
berkembang pada umur lima puluhan dan enam puluhan. Dengan
bertambahnya umur, dapat meningkatkan risiko hipertensi.
3) Keturunan (Genetik)
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan
keluarga itu mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan
74
dengan peningkatan kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara
potasium terhadap sodium. Individu dengan orang tua hipertensi
mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi dari pada
orang yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi. Selain itu
didapatkan 70-80% kasus hipertensi esensial dengan riwayat hipertensi
dalam keluarga.
2. Faktor risiko yang dapat dikontrol
1) Obesitas
Pada usia pertengahan (± 50 tahun) asupan kalori yang terlalu banyak
sehingga mengimbangi penurunan kebutuhan energi karena kurangnya
aktivitas. Itu sebabnya berat badan meningkat. Obesitas dapat memperburuk
kondisi lansia kelompok lansia karena dapat memicu timbulnya berbagai
penyakit seperti artritis, jantung dan pembuluh darah, hipertensi.
2) Merokok
Merokok menyebabkan peningkatan tekanan darah. Perokok berat dapat
dihubungkan dengan peningkatan insiden hipertensi maligna dan risiko
terjadinya stenosis arteri renal yang mengalami ateriosklerosis. Merokok
menyebabkan hipertensi karena nikotin yang terkandung di dalam rokok
memiliki kecenderungan untuk menyempitkan pembuluh darah dan arteri
yang dapat menyebabkan plak. Plak menyempitkan pembuluh darah.
Nikotin juga memiliki kemampuan untuk merangsang produksi hormon
epinefrin juga dikenal sebagai adrenalin yang menyebabkan pembuluh
darah mengerut.
3) Konsumsi garam berlebih
Dalam diet DASH (Dietary Approaches to Stop Hipertensi) kita di
wajibkan untuk membatasi asupan natrium ( garam) hanya 2/3 sendok teh
atau setara dengan 1500 mg natrium.
4) Stress
Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf
simpatis, peningkatan saraf dapat menaikan tekanan darah secara intermiten
(tidak menentu). Stres yang berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan
darah menetap tinggi. Hal ini dapat dihubungkan dengan pengaruh stres
75
yang dialami kelompok masyarakat yang tinggal di kota. Menurut
mengatakan stress akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer
dan curah jantung sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatis.
Adapun stres ini dapat berhubungan dengan pekerjaan, kelas sosial,
ekonomi, dan karakteristik personal.
5) Kurang aktivitas fisik
Aktivitas fisik merupakan pergerakan otot anggota tubuh yang
membutuhkan energy atau pergerakan yang bermanfaat untuk
meningkatkan kesehatan. Contohnya berkebun, berenang, menari,
bersepeda, dan senam. Aktivitas fisik sangat bermanfaat bagi kesehatan
tubuh khususnya organ jantung dan paru-paru. Aktivitas fisik juga
menyehatkan pembuluh darah dan mencegah hipertensi. Usaha pencegahan
hipertensi akan optimal jika aktif beraktivitas fisik dibarengi dengan
menjalankan diet sehat dan berhenti merokok.
6) Penyakit jasmani
Penyakit jasmani merupakan penyakit yang dapat menyebabkan
meningkatkan hipertensi yaitu asam urat, arterosklerosis, hiperkolesterol
dan hiperuresemi. Asam urat dapat menyebabkan peningkatan hipertensi
karena asam urat akan menyumbat aliran darah ke jantung sehingga jantung
akan bekerja lebih keras dalam memompa jantung. Dengan demikian
tekanan darah akan meningkat.
76
E. Komplikasi Hipertensi
1. Penyakit jantung yaitu jantung tidak dapat memompa darah dalam jumlah
cukup ke dalam tubuh.
2. Stroke, penyempitan pembuluh darah arteri
3. Kerusakan ginjal, pembuluh darah menyempit
4. Gangguan syaraf, penyempitan pembuluh darah arteri
5. Gangguan penglihatan, pecahnya pembuluh darah di mata
6. Kematian (Prasetyaningrum, 2014).
77
Oleh:
Kelompok 2
Tanda dan Gejala Hipertensi Komplikasi / Bahaya Yang g. Berobatlah atau kontrol yang teratur bila
sudah lama terjangkit darah tinggi
Dapat Ditimbulkan Penyakit
Hipertensi
a. Pada mata : pandangan mata kabur Makanan yang tidak
b. Pada jantung : gangguan pada jantung, diperbolehkan
lemah pada jantung a. Jerohan
c. Pada ginjal : gagal ginjal b. Semua makanan yang diberi garam
d. Pada otak : pusing, pecahnya pembuluh natrium pada pengolahan seperti:
darah pada otak ( Stroke ) Biskuit, bolu, dan kue lain yang
dimasak dengan garam dapur atau
soda
Pencegahan Hipertensi
Dendeng, abon, ikan asin, ikan
a. Hindari stress serta sedih pindang, sarden, udang kering, telur
1. Sakit kepala dan pusing (bagian berkepanjangan asin
belakang) terutama bila bangun tidur b. Olahraga sesuai kemampuan dan teratur Keju, selai kacang tanah
2. Terasa melayang Margarine, mentega
3. Rasa berat ditengkuk atau leher c. Acar, asinan sayuran, sayur dalam
4. Kadang mimisan kaleng
5. Emosi yang tidak stabil, mudah d. Asinan buah, manisan buah, buah dalam
tersinggung kaleng
6. Telinga berdenging c. Istirahat yang cukup e. Kecap, terasi, petis, dan saus tomat
7. Sukar tidur d. Hindari merokok
8. Mata berkunang-kunang, Rasa mual atau e. Mengurangi makanan yang mengandung
muntah. banyak lemak dan garam
f. Banyak makan buah dan sayuran
78
Screenshots Penyuluhan Hipertensi
79
80
81
82
83
84
85
86
HASIL PENYULUHAN HIPERTENSI
Saat dilakukan penyuluhan hipertensi via grup WA dengan media video dan leaflet
warga Desa Glagaharum Rt.11 Rw. 003 Kec. Porong Kab. Sidoarjo sangat antusias
mengikuti acara sampai dengan selesai dan setelah dilakukan penyuluhan warga
mengerti tentang:
1. Pengertian hipertensi
2. Penyebab hipertensi
3. Tanda dan gejala hipertensi
4. Komplikasi dari hipertensi
5. Cara pencegahan terhadap hipertensi
6. Makanan yang dianjurkan bagi penderita hipertensi
87
Lampiran 3
Penutup 1) Memberi
kesempatan kepada 1) Bertanya 10 menit
peserta untuk 2) Mendengar
bertanya. 3) Menjawab salam
2) Menyimpulkan
kembali materi
yang disajikan
3) Memberi salam
88
MATERI PENYULUHAN PENCEGAHAN
COVID 19
A. Pengertian
Virus Corona atau Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-
CoV2) adalah virus yang menyerang sistem pernapasan. Penyakit karena infeksi
virus ini disebut COVID-19. Virus corona bisa menyebabkan gangguan ringan
pada sistem pernapasan, infeksi paru-paru yang berat, hingga kematian.
Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2) yang lebih
dikenal dengan nama virus Corona adalah jenis baru dari coronavirus yang menular
ke manusia. Walaupun lebih bayak menyerang lansia, virus ini sebenarnya bisa
menyerang siapa saja, mulai dari bayi, anak-anak, hingga orang dewasa, termasuk
ibu hamil dan ibu menyusui. Infeksi virus Corona disebut COVID-19 (Corona
Virus Disease 2019) dan pertama kali ditemukan di kota Wuhan, China pada akhir
Desember 2019. Virus ini menular dengan sangat cepat dan telah menyebar ke
hampir semua negara, termasuk Indonesia, hanya dalam waktu beberapa bulan.
Coronavirus adalah kumpulan virus yang bisa menginfeksi sistem pernapasan.
Pada banyak kasus, virus ini hanya menyebabkan infeksi pernapasan ringan, seperti
flu. Namun, virus ini juga bisa menyebabkan infeksi pernapasan berat, seperti
infeksi paru-paru (pneumonia).
B. Penyebab COVID 19
Diduga dari hewan ke manusia karena kasus-kasus yang muncul di Wuhan
semuanya mempunyai riwayat kontak dengan pasar hewan Huanan.
Tetapi sekarang sudah melalui manusia ke manusi, anatara ain penybabnya
adalah
1) Droplet penderita
2) Kontak fisik dengan penderita
3) Memakai benda yang dipakai penderita
89
C. Manifestasi Klinis
Gejala awal infeksi virus Corona atau COVID-19 bisa menyerupai gejala flu,
yaitu demam, pilek, batuk kering, sakit tenggorokan, dan sakit kepala. Setelah itu,
gejala dapat hilang dan sembuh atau malah memberat. Penderita dengan gejala
yang berat bisa mengalami demam tinggi, batuk berdahak bahkan berdarah, sesak
napas, dan nyeri dada. Gejala-gejala tersebut muncul ketika tubuh bereaksi
melawan virus Corona. Secara umum, gejala umum yang bisa menandakan
seseorang terinfeksi virus Corona, yaitu:
1. Demam
2. Batuk, pilek
3. Letih, lesu
4. Sakit tenggorokan
5. Gangguan sesak nafas
Gejala-gejala COVID-19 ini umumnya muncul dalam waktu 2 hari sampai 2
minggu setelah penderita terpapar virus Corona.
90
g) Tutup mulut dan hidung dengan tisu saat batuk atau bersin, kemudian buang
tisu ke tempat sampah.
h) Jaga kebersihan benda yang sering disentuh dan kebersihan lingkungan,
termasuk kebersihan rumah.
91
92
Screenshots Penyuluhan Pencegahan Covid-19
93
94
95
96
97
98
99
100
101
HASIL PENYULUHAN PENCEGAHAN COVID-19
Saat dilakukan penyuluhan pencegahan covid-19 via grup WA dengan media video
dan leaflet warga Desa Glagaharum Rt.11 Rw. 003 Kec. Porong Kab. Sidoarjo sangat
antusias mengikuti acara sampai dengan selesai dan setelah dilakukan penyuluhan
warga mengerti tentang:
1. Pengertian covid-19
2. Penularan covid-19
3. Gejala covid-19
4. Pencegahan covid-19
102