Anda di halaman 1dari 10

Kiprah Ulama Dalam Mewujudkan Toleransi Umat

Beragama di Kota Banjarbaru

Muhammad Rif’at
Ahmad Rijali
H. Muhammad Mabur

Fakultas Dahwah dan Komunikasi IAIN Antasari


Having a diversity of natural resources and people, Banjarbaru is a unique city in South Kalimantan. Various
ethnics and religions in Banjarbaru coexist peacefully and in tolerance. However this fact still cannot dampen
some conflicts that arise in the community. Yet, the arising conflicts are not significant so that they can be dealt
quickly. Religious tolerance in Banjarbaru is reflected in some community activities undertaken by people of
different religions.
Keywords: Religious tolerance, Moslem scholars

Banjarbaru merupakan wilayah di Kalimantan Selatan yang sangat unik, dengan potensi alam dan
masyarakatnya yang sedemikian ragamnya. Berbagai etnis dan agama yang ada di Banjarbaru sejauh ini
dapat hidup secara damai dan penuh dengan toleransi. Tentu saja kenyataan ini tidak menafikan terjadinya
gejolak yang muncul di beberapa kali, tetapi sejauh itu gejolak-gejolak tersebut dapat dikatakan sebagai riak-
riak kecil semata yang dapat secara cepat ditangani dan diselesaikan. Toleransi umat beragama di Banjarbaru
tidak hanya berupa sikap saling menghormati tetapi diwujudkan dalam bentuk kegiatan kemasyarakatan
yang dilakukan secara bersama-sama.
Kata kunci: Tolerasi beragama, ulama

A. Pendahuluan Dalam sejarahnya, Kota Banjarbaru


Kota Banjarbaru berdiri berdasarkan dibangun tidak hanya untuk menjadi ibu
Undang-Undang (UU) Nomor 9 Tahun kota Kalimantan Selatan, namun menjadi
1999. Lahirnya UU tersebut menandai ibu kota Kalimantan. Van Der Veijl, seorang
berpisahnya Kota Banjarbaru dari arsitek Belanda yang merancang Banjarbaru
Kabupaten Banjar yang selama ini berusaha menjadikan Banjarbaru sebagai
merupakan daerah administrasi induk. Kota wilayah yang nyaman untuk dijadikan
Banjarbaru yang sebelumnya berstatus kawasan tempat tinggal serta kawasan
sebagai Kota Administratif, sempat untuk beraktifitas.
berpredikat sebagai kota administratif tertua 1. Letak Geografis
di Indonesia.
Kota Banjarbaru berada di wilayah
Kini, jumlah penduduk di Kota utara Provinsi Kalimantan Selatan, yang
Banjarbaru terus berkembang dengan secara geografis terletak antara 114°412 223
perpindahan penduduk dari luar Kota - 114°542 252 ’ Bujur Timur dan 3°25’403 -
Banjarbaru, baik dari Kalimantan maupun 3°28’372 ’ Lintang Selatan dengan luas
dari luar Kalimantan. Perkembangan wilayah 328,83 Km², yang terbagi atas 5
penduduk ini beriringan dengan semakin kecamatan, dan 20 kelurahan.
terbukanya wilayah Kota Banjarbaru, baik
untuk kawasan pemukiman maupun
peruntukan yang lain.

Tashwir Vol. 3 No. 6, April – Juni 2015 199


2. Batas Wilayah Administrasi sangat strategis karena memiliki akses jalan
Sebelah Utara : Kecamatan Martapura simpang tiga liang anggang yang
Kabupaten Banjar menghubungkan Banjarmasin-Kotabaru
dan Banjarmasin-Hulu Sungai hingga ke
Sebelah Timur : Kecamatan Karang Intan
Provinsi Kalimantan Tengah dan
Kabupaten Banjar,
Kalimantan Timur, juga akses pelabuhan
Sebelah Selatan : Kecamatan Bati-Bati laut Trisakti sebagai gerbang jalur
Kabupaten Tanah Laut transportasi laut melalui jalan lingkar selatan
Sebelah Barat : Kecamatan Gambut dan liang anggang dan akses bandar Udara
Aluh-Aluh Kabupaten Banjar. Syamsuddin Noor sebagai jalur transportasi
udara di Kalimantan Selatan.
Dibandingkan dengan wilayah
kabupaten/kota lain di Kalimantan Selatan,
3. Jumlah Penduduk berdasarkan
kota Banjarbaru menempati wilayah terkecil
Agama
kedua setelah kota Banjarmasin, yakni hanya
0,88 % dari luas Provinsi Kalimantan Dari lima kecamatan yang ada di Kota
Selatan. Banjarbaru, penduduk yang beragama Is-
lam berjumlah 223.647 jiwa, penduduk
Luas daerah Kota Banjarbaru yaitu
yang beragama Protestan berjumlah 7.331
328,83 km2 yang mencakup 20 Desa dan 5
jiwa, penduduk yang beragama Katolik
kecamatan, yaitu kecamatan Landasan Ulin,
berjumlah 2.284 jiwa, penduduk yang
kecamatan Liang Anggang, kecamatan
beragama Hindu berjumlah 401 jiwa dan
Banjarbaru Utara, kecamatan Banjarbaru
penduduk yang beragama Budha berjumlah
Selatan dan kecamatan Cempaka.
312 jiwa. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat
Dalam korelasi hubungan antar pada tabel berikut:
wilayah, posisi geografis kota Banjarbaru

Tabel 1; Jumlah Penduduk berdasarkan Agama

Sumber: Kemenag Banjarbaru 2013

4. Jumlah Tempat Ibadah mushalla, 1 gerjeja Katolik, 13 gereja


Di lima kecamatan yang ada di Kota Protestan dan satu pura. Untuk umat agama
Banjarbaru, terdapat 65 mesjid, 200 lain belum ada rumah ibadah. Lebih jelasnya
bisa dilihat pada tabel berikut:

200 Tashwir Vol. 3 No. 6, April – Juni 2015


Tabel 2; Jumlah Tempat Ibadah

Sumber: Kemenag Banjarbaru 2013

B. Kiprah Ulama Dalam Mewujudkan pamflet, selebaran dsb, maupun media


Toleransi Umat Beragama Di Kota elektronika, serta media yang lain dapat
Banjarbaru menimbulkan kerawanan di bidang
1. Penyebab Potensi Konflik Umat kerukunan hidup umat beragama,
Beragama Di Kota Banjarbaru lebih-lebih yang ditujukan kepada orang
yang telah memeluk agama lain.
Konflik dalam kehidupan beragama di
Ditambah lagi dengan bahasa propa-
Kota Banjarbaru pernah terjadi dalam skala
ganda yang ekstrim dapat memicu
kecil, tetapi tidak sampai membesar
ketidak-harmonisan umat beragama di
sehingga suasana kembali kondusif. Misal
Banjarbaru.
Konflik antar umat beragama pernah terjadi
rencana pembangunan gereja dan pem- c. Bantuan pihak asing.
bangunan sekolah Kristen. Begitu juga Bantuan dari Luar negeri untuk
konflik intern umat Islam, misal konflik pengembangan dan penyebaran suatu
Ahmadiyah pernah terjadi pada tahun 2011, agama, baik yang berupa bantuan ma-
tetapi dapat dengan segera diatasi. Demikian teriil / finansial ataupun bantuan tenaga
pula konflik Syi’ah dan LDII juga dapat ahli keagamaan, bila tidak mengikuti
diatasi. peraturan yang ada, dapat menimbul-
Ada beberapa penyebab yang memicu kan ketidak-harmonisan dalam ke-
konflik umat beragama di Banjarbaru, yaitu: rukunan hidup umat beragama, baik
a. Pendirian rumah Ibadah yang belum intern umat beragama yang dibantu,
memenuhi ketentuan. maupun antar umat beragama.
Tempat ibadah yang didirikan tanpa d. Perkawinan beda agama.
mempertimbangkan situasi dan kondisi
Perkawinan yang dilakukan oleh
lingkungan umat beragama setempat
pasangan yang berbeda agama, walau-
sering menciptakan ketidak-harmonisan
pun pada mulanya bersifat pribadi dan
umat beragama yang dapat menimbul-
konflik antar keluarga, sering menggang-
kan konflik antar umat beragama.
gu keharmonisan dan mengganggu
Begitu juga yang terjadi di Banjarbaru
kerukunan hidup umat beragama,
ada beberapa pemeluk agama yang ingin
lebih-lebih apabila sampai kepada akibat
mendirikan tempat Ibadah tetapi belum
hukum dari perkawinan tersebut, atau
mencukupi persyaratan pendiran
terhadap harta benda perkawinan,
tempat ibadah memicu konflik yang
warisan, dan lain sebagainya.
menciptakan ketidak-harmonisan umat
beragama di Banjarbaru. e. Penodaan agama;
b. Penyiaran agama yang ekstrim/fanatik. Perbuatan yang bersifat melecehkan
atau menodai agama dan keyakinan
Penyiaran Agama, baik secara lisan,
suatu agama tertentu yang dilakukan
melalui media cetak seperti brosur,
Tashwir Vol. 3 No. 6, April – Juni 2015 201
oleh seseorang atau sekelompok orang, Namun dialog terus digalakkan untuk
dapat menyebabkan timbulnya mengatasi kekurangan yang ada
kerawanan di bidang kerukunan hidup sehingga interaksi antar-umat beragama
umat beragama. dapat berjalan dengan baik. bagaimana-
Selain itu, kegiatan yang dilakukan pun dialog masih sangat penting untuk
oleh seseorang atau sekelompok orang dilakukan oleh para umat beragama.
yang didasarkan pada keyakinan Dialog menjadi sarana bagi mereka
terhadap suatu agama tertentu secara untuk saling berbagi dan bertukar
menyimpang dari ajaran agama yang pengalaman. Dengan demikian,
bersangkutan dapat menimbulkan ke- perbedaan yang ada tetap membuat
resahan terhadap kehidupan beragama, mereka saling mengerti dan memahami.
sehingga dapat pula menyebabkan Langkah penting yang dilakukan setelah
timbulnya kerawanan di bidang mengadakan dialog adalah bagaimana
kerukunan hidup beragama. kesepakatan dalam dialog dapat di-
praktikkan dalam kehidupan
f. Aspek Non Agama yang masyarakat. Sehingga dialog akan
mempengaruhi. memiliki pengaruh nyata dalam
Aspek-aspek non agama yang dapat hubungan antar-umat beragama di
mempengaruhi kerukunan hidup umat Banjarbaru.
beragama antara lain : kepadatan Dialog antar agama jika dipandang
penduduk, kesenjangan sosial ekonomi, secara teliti, sangatlah penting dalam
pelaksanaan pendidikan, penyusupan kehidupan umat beragama. Dengan
ideologi dan politik berhaluan keras adanya dialog diharapkan supaya setiap
yang masuk ke Banjarbaru melalui umat saling menghormati dalam
kegiatan keagamaan juga menjadi keberbedaan yang ada. apalagi dalam
pemicu konflik ketidak harmonisan situasi pluralitas, yang seringkali
kerukunan umat beragama. menimbulkan gesekan-gesekan yang
mencederai intensitas agama tertentu.
2. Kiprah Ulama Dalam Mewujudkan Ulama mengharapkan dialog tidak
Kerukunan Umat Beragama Di hanya dibangun antara tokoh-tokoh
Kota Banjarbaru agama semata, melainkan harus
a. Ikut serta dalam dialog dengan pemuka mengena pada kalangan umat bawah.
agama lain dan tokoh masyarakat. Hal ini penting demi perkembangan dan
Setiap diadakan dialog antar mengembangkan sikap saling
tokoh/ pemuka agama, baik oleh Forum menghormati antar sesama dalam
Komunikasi Umat Beragama (FKUB) keseharian hidup di mana saja berada.
atau oleh Kementerian Agama b. Menampung dan menyalurkan aspirasi
Banjarbaru, alhamdulillah dari kalangan masyarakat
tokoh umat Islam merespon positif
kegiatan tersebut. Para ulama /tokoh masyarakat ber-
upaya Menampung dan menyalurkan
Dialog antara pemuka agama ini aspirasi masyarakat menyangkut hal-hal
perlu untuk mengatasi pengertian- berkaitan dengan kegiatan keagamaan;
pengertian salah yang ada antar masing- misalnya masalah ijin pembangunan
masing agama. Upaya dialog antar- tempat Ibadah ke Pemerintah kota,
agama ini terus dilakukan secara intensif MUI, Kemenag, FKUB Banjarbaru;
di Banjarbaru. Meski harus diakui
bahwa dalam tataran praktis, dialog
tersebut masih ada kekurangannya.

202 Tashwir Vol. 3 No. 6, April – Juni 2015


c. Ikut serta melakukan sosialiasasi waktu pada umat lain untuk beribadah
peraturan perundang-undangan dan bila memang sudah waktunya. Tidak
kebijakan dibidang keagamaan melakukan diskriminasi terhadap suatu
Para ulama dan tokoh masyarakat agama, terutama saat mereka
ikut serta melakukan sosialiasasi membutuhkan bantuan. menjaga rasa
peraturan perundang-undangan dan hormat pada orang lain tanpa
kebijakan dibidang keagamaan yang memandang agama apa yang mereka
berkaitan dengan kerukunan umat anut. Misalnya dengan selalu bicara
beragama dan pemberdayaan sopan dan halus. Bila terjadi masalah
masyarakat; baik yang dimotori oleh yang menyangkut agama, tetap
Forum Komunikasi Umat Beragama selesaikan dengan kepala dingin tanpa
(FKUB), Majelis Ulama atau oleh harus saling menyalahkan. Para Ulama/
Kementerian Agama Banjarbaru. pemuka agama, tokoh masyarakat dan
pemerintah sangat diperlukan
Misalnya tentang pendirian rumah
peranannya dalam pencapaian solusi
ibadat didasarkan pada keperluan nyata
yang baik dan tidak merugikan pihak
dan sungguh-sungguh berdasarkan
manapun, atau mungkin malah
komposisi jumlah penduduk bagi
menguntungkan semua pihak. Hal-hal
pelayanan bagi pelayanan umat
seperti ini sangat penting demi menjaga
beragama yang bersangkutan di wilayah
tali kerukunan umat beragama di
kelurahan/desa. Dalam hal keperluan
Banjarbaru
nyata bagi pelayanan umat beragama di
wilayah kelurahan/desa sebagaimana g. Pelaksanaan Dakwah yang rohmatan lil
dimaksud di atas tidak terpenuhi, alamin.
pertimbangan komposisi jumlah Dalam dakwah yang perlu
penduduk digunakan batas wilayah diperhatikan adalah realitas kehidupan
kecamatan atau kabupaten/kota atau social yang heterogen, bahwa umat Is-
provinsi. Pendirian rumah ibadat lam mempunyai tetangga yang
dilakukan dengan tetap menjaga beragama selain Islam. Meskipun dalam
kerukunan umat beragama, tidak kehidupan sosial memiliki corak yang
mengganggu ketenteraman dan berbeda-beda, dakwah perlu
ketertiban umum, serta mematuhi ditampilkan dengan cara yang bijak dan
peraturanperundang-undangan. tidak merusak hubungan antar umat
d. Memberikan teladan kepada masyarakat beragama. Hubungan antar umat
dalam mewujudkan kerukanan umat beragama menjadi tidak harmonis salah
beragama satu faktornya adalah penyampaian misi
keagamaan yang tidak tepat sasaran dan
Para ulama berusaha semaksimal
memasuki wilayah agama orang lain.
mungkin untuk memberikan teladan
Dalam kondisi ini diperlukan Pola
kepada masyarakat dalam mewujudkan
dakwah berbasis rahmatan lil ‘alamin.
kerukanan umat beragama diantaranya
Lewat seminar, pertemuan muballig-
dalam bentuk toleransi sosial seperti
muballigah dan penyuluh agama Islam
dalam kegiatan hajatan; gotong royong;
Pola dakwah berbasis rahmatan lil
kegiatan soial kemasyakatan lainnya
‘alamin ini disosialisasika oleh Kemenag,
mulai dari tingkat RT; dan saling
Organisasi NU, Muhammadiyah dan
menjeguk apabila ada yang sedang sakit.
Majelis Ulama Indonesia Banjarbaru.
Banyak hal yang telah dilakukan
ulama untuk menunjukan sikap
toleransi. tidak saling mengejek dan
mengganggu umat lain, atau memberi

Tashwir Vol. 3 No. 6, April – Juni 2015 203


3. Faktor Yang Mempengaruhi Peran Pelaksanaan Tugas Kepala Daerah/Wakil
Ulama Dalam Mewujudkan Kepala Daerah Dalam Pemeliharaan
Kerukunan Umat Beragama Di Kerukunan Umat Beragama, Pem-
Kota Banjarbaru berdayaan Forum Kerukunan Umat
a. Faktor pendukung Beragama, dan Pendirian Rumah Ibadat.
1) Terbentuknya Forum Kerukunan Umat Sesuai judulnya, peraturan bersama
Beragama (FKUB); atau biasa disebut PBM ini mengatur tiga
hal, yaitu: pertama, apa tugas-tugas
Dengan terbentuknya FKUB Kota
kepala daerah/wakil kepala daerah
Banjarbaru maka mudahlah dilakukan
dalam pemeliharaan kerukunan umat
dialog antar pemuka agama dan tokoh
beragama di daerahnya, termasuk
masyarakat; menampung aspirasi ormas
bagaimana kaitan tugas-tugas itu dengan
keagamaan dan aspirasi masyarakat;
tugas kepala daerah sebagaimana diatur
menyalurkan aspirasi ormas keagamaan
dalam UU Nomor 32 Tahun 2004
dan masyarakat dalam bentuk
Tentang Pemerintahan Daerah; kedua,
rekomendasi sebagai bahan kebijakan
amanat kepada pemerintah daerah
gubernur; dan melakukan sosialisasi
untuk mendorong masyarakatnya agar
peraturan perundang-undangan dan
segera membentuk Forum Kerukunan
kebijakan di bidang keagamaan yang
Umat Beragama (FKUB) di setiap
berkaitan dengan kerukunan umat
propinsi dan kabupaten/kota dan
beragama dan pemberdayaan
menfasilitasi FKUB itu agar dapat
masyarakat Banjarbaru.
menjadi mitra pemerintah dan dapat
2) Adanya ulama/ pemuka agama yang menjalankan fungsinya sebagai
berkompeten dalam berbagai disiplin katalisator aspirasi masyarakat; dan
ilmu dan kemampuan untuk menjalin ketiga, memberikan rambu-rambu
relasi dan negosiasi dalam berbagai hal kepada pemerintah daerah dalam proses
yang dibutuhkan untuk pengembangan pemberian izin mendirikan bangunan
Kerukunan Umat Beragama di yang akan digunakan sebagai rumah
Banjarbaru; ibadat. Hal ketiga ini dipandang perlu
3) Adanya dukungan dari Pemerintah diatur, karena kehadiran suatu rumah
dan Ormas Keagamaan, LSM Agama ibadat di tengah-tengah masyarakat,
atau Majelis-Majelis Agama tentang selain menjadi simbul keberadaan suatu
pentingnya kerukunan dan umat atau masyarakat pengguna rumah
kebersamaan; ibadat itu, juga berdampak terhadap
Ada dua kebijakan dasar pe- masyarakat sekitarnya dalam interaksi
merintah dalam pemeliharaan antar umat beragama. Tidak perlu
kerukunan umat beragama, yaitu diragukan lagi bahwa penerbitan
pemberdayaan umat beragama dan Peraturan Bersama Mentri Agama dan
pemberian rambu-rambu bagi upaya Menteri Dalam Negeri Nomor 9 dan 8
pemeliharaan kerukunan umat ber- Tahun 2006 ini merupakan salah satu
agama. Salah satu kebijakan strategis puncak hasil kearifan pemerintah dan
yang telah diambil pemerintah dalam masyarakat Indonesia. Peraturan
memberikan rambu-rambu itu guna Bersama Menteri (PBM) ini dirumuskan
menjamin kebebasan beragama dan secara bersama dengan semua Majlis
pemeliharaan kerukunan umat ber- Agama tingkat Pusat (MUI, PGI, KWI,
agama ialah penerbitan Peraturan Parisada Hindu Darma, dan Walubi).
Bersama Menetri (PBM) Agama dan
4) Adanya kesepakatan antar tokoh
Menteri Dalam Negeri Nomor 9 dan 8
agama dan lembaga keagamaan untuk
Tahun 2006 Tentang Pedoman

204 Tashwir Vol. 3 No. 6, April – Juni 2015


mewujudkan kerukunan umat tergantung dari kemampuan
beragama; masyarakat mewujudkan kerukunan
Kesepakatan antar tokoh agama umat beragama. Kerukunan umat
dan lembaga keagamaan untuk beragama adalah keadaan hubungan
mewujudkan kerukunan umat sesama umat beragama yang dilandasi
beragama dengan menonjolkan aspek- ke Bhineka Tunggal Ika-an berdasarkan
aspek atau nilai-nilai universal dari toleransi, saling pengertian, saling
agama dan tidak memperdebatkan menghormati, menghargai kesetaraan
perbedaan-perbedaan teologis, terutama dalam pengamalan ajaran agamanya dan
yang menyangkut keimanan; kerjasama dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan
5) Adanya kebutuhan melakukan bernegara dengan dilandasi pengertian
kerjasama pemeluk agama untuk di Negara Kesatuan Republik Indonesia
mengatasi masalah social secara (NKRI) berdasarkan Pancasila dan
bersama; Undang-Undang Dasar Negara Republik
Kerja sama umat bragama yaitu Indonesia Tahun 1945.
hubungan sesama umat beragama yang Sedangkan pemeliharaan
dilandasi dengan toleransi, saling kerukunan umat beragama adalah
pengertian, saling menghormati, saling upaya bersama umat beragama dan
menghargai dalam kesetaraan Pemerintah di bidang pelayanan,
pengamalan ajaran agamanya dan kerja pengaturan dan pemberdayaan umat
sama dalam kehidupan masyarakat dan beragama, maka kerukunan umat
bernegara. Umat beragama dan beragama merupakan bagian penting
pemerintah harus melakukan upaya dari kerukunan nasional oleh karena itu
bersama dalam memelihara kerukunan kerukunan yang ingin diwujudkan
umat beragama, di bidang pelayanan, merupakan kerukunan yang dinamis,
pengaturan dan pemberdayaan. kreatif dan inovatif. Hal ini disebabkan
6) Adanya organisasi kemasyarakatan atau karena kerukunan hidup umat
keagamaan yang memiliki visi dan misi beragama bukanlah sesuatu yang sudah
yang mendukung kerukunan umat selesai akan tetapi terus berproses.
beragama. Kerukunan itu hendaklah berasal dari
akar-akar tradisi masyarakat setempat
Berbagai ormas kemasyarakatan, sehingga dengan mudah dapat dipahami
ormas keagamaan, Majelis agama, dan dilaksanakan oleh masyarakat.
maupun tokoh-tokoh agama sudah
terbentuk jalian yang baik. Dengan visi b. Faktor Penghambat
misi yang sama untuk mewujudkan
1) Kurangnya fasilitas penunjang
kerukunan umat beragam di Banjar-
pelaksanaan kegiatan;
baru, Ulama/ tokoh agama maupun
lembaga agama merupakan mitra 2) Terbatasnya ketersediaan anggaran dana
strategis untuk menegakkan yang ada;
harmonisasi umat. 3) Kesepakatan tentang kerukunan umat
beragama, belum seluruhnya
7) Adanya masyarakat yang bersifat arif menyentuh masyarakat lapisan paling
dan bijaksana dalam memahami bawah (grass root);
kerukunan umat beragama
4) Akibat arus globalisasi informasi,
Terbukanya peluang pengamalan berkembang pula paham keagamaan
ajaran agama secara paripurna oleh yang semakin menciptakan eksklusifitas
masing-masing penganut agama sangat dan sensitifitas kepentingan kelompok;

Tashwir Vol. 3 No. 6, April – Juni 2015 205


5) Kesenjangan sosial, ekonomi dan politik. bihalal bersama walaupun kadang berbeda
Kesenjangan dalam berbagai hal ini dalam merayakan Idul Fitri, kegiatan
mempermudah pengikut agama terseret tahlilan. Selamatan dll. Bentuk toleransi
dalam arus persaingan, pertentangan sosial antara lain dalam kegiatan hajatan;
dan bahkan permusuhan antar gotong royong; kegiatan soial kemasyakatan
kelompok. lainnya mulai dari tingkat RT; dan saling
menjeguk apabila ada yang sedang sakit.
4. Dampak Pelaksanaan Toleransi Menurut Ketua FKUB Banjarbaru Drs
Umat Beragama Di Kota Mahfud Shiddiq MA.: Konflik intern umat
Banjarbaru Islam di Kota Banjarbaru pernah terjadi
Banjarbaru merupakan wilayah di dalam skala kecil, tetapi tidak sampai
Kalimantan Selatan yang sangat unik, membesar sehingga suasana kembali
dengan potensi alam dan masyarakatnya kondusif. Misal Konflik Ahmadiyah pernah
yang sedemikian ragamnya. Berbagai etnis terjadi pada tahun 2011 di Kota Banjarbaru,
dan agama yang ada di Banjarbaru sejauh tetapi dapat dengan segera diatasi. Konflik
ini dapat hidup secara damai dan penuh Syi’ah dan LDII juga dapat diatasi.
dengan toleransi. Tentu saja kenyataan ini Walikota Banjarbaru HM Ruzaidin
tidak menafikan terjadinya gejolak yang Noor mengatakan bahwa toleransi
muncul di beberapa kali, tetapi sejauh itu masyarakat dalam beragama di Banjarbaru
gejolak-gejolak tersebut dapat dikatakan cukup tinggi dibandingkan dengan daerah
sebagai riak-riak kecil semata yang dapat lain. Itu karena suasana kependudukan
secara cepat ditangani dan diselesaikan. Banjarbaru yang Heterogen, terdiri dari
Toleransi umat beragama di Banjarbaru berbagai adat daerah dari beberapa budaya.
tidak hanya berupa sikap saling “Oleh karena itu mudah-mudahan
menghormati tetapi diwujudkan dalam Banjarbaru senantiasa damai dan tentram
bentuk kegiatan kemasyarakatan yang dari perselisihan konflik yang berbau sara,”
dilakukan secara bersama-sama. Bentuk toleransi sosial yang sering dilakukan
Untuk toleransi intern umat Islam oleh berbagai umat beragama di Banjarbaru
dibanjarbaru: sinergi antar ormas terus antara lain dalam kegiatan hajatan;
dibangun. Saling menghargai, saling perkawinan; gotong royong; dan saling
membangun kepercayaan. saling silaturrahmi serta kegiatan soial
menghormati, tidak saling memojokkan kemasyakatan lainnya mulai dari tingkat RT,
dan tidak saling mengecilkan. Masalah- lurah, kecamatan sampai tingkat Kota;.
masalah masa lalu berangsur-angsur mulai Selanjutnya kondisi dan situasi yang
ditinggalkan, tahlil gak tahlil, yang terawih kondusif ini, harus senantiasa dipelihara dan
8 yang terawih 20 silakan, pakai qunut gak dijaga keharmonisannya. Sebab jika tidak,
pakai qunut monggo, usholli-kah gak berbagai kemungkinan dapat merusak
usholli-kah silakan! Meskipun terdapat keharmonisan yang selama ini telah terbina
beberapa pandangan yang berbeda dalam secara mantap.
menyikapi fakta sejarah dan kondisi umat Demi mewujudkan Kota Banjarbaru
saat ini, semua ormas menyadari bahwa yang rukun dan damai, Pemerintah Kota
pembinaan umat merupakan tanggung Banjarbaru pernah menggelar kegiatan
jawab bersama. bertajuk Forum Komunikasi Antar Umat
Bentuk toleransi intern umat Islam, Beragama dan Tokoh Masyarakat Se-Kota
contoh NU, Muhammadiyah, terbagi Banjarbaru. Setidaknya ada sekitar 40 orang
menjadi toleransi kegiatan keagamaan dan yang tokoh masyarakat yang berhadir
toleransi sosial. Bentuk toleransi kegiatan dalam kegiatan tersebut. Walikota
keagamaan antara lain penganut NU dan Banjarbaru HM Ruzaidin Noot dalam
Muhammadiyah dapat melaksanakan halal sambutannya menyampaikan, hidup dalam

206 Tashwir Vol. 3 No. 6, April – Juni 2015


keragaman dan perbedaan tentu tidak bisa yang paling berbahaya adalah konflik yang
dihindari. Namun demikian, arus melibatkan agama.
modernisasi membawa kemudahan bagi Kiprah Ulama amatlah penting dalam
setiap orang untuk bergerak kemana saja. menunjang keberhasilan program pem-
“Agar dapat menyikapinya dengan bijak bangunan secara luas. Semua orang akan
dan rasional. Maka, toleransi di Kota sangat memahami, bahwa keberhasilan pro-
Banjarbaru harus ditingkatkan.” (Sambutan gram pembangunan sangat bergantung
yang dibacakan Wakil Walikota Banjarbaru pada kondusif atau tidaknya kehidupan
Ogi Fajar Nuzuli, Selasa, (3/4) di Aula Trisakti bermasyarakat pada suatu negara atau
Pemkot Banjarbaru). daerah.
Walikota Banjarbaru juga menekankan Mengingat betapa strategisnya peranan
agar semua umat beragama bisa menerima ulama dalam mendorong keberhasilan
prinsip ”Setuju Dalam Perbedaan”. Maka pembangunan secara luas, maka
dari itu, disinilah peran penting tokoh agama sepatutnyalah pemerintah beserta seluruh
dan tokoh masyarakat. Karena sangat unsur lainnya memberikan dukungan
mempengaruhi untuk membangun terhadap usaha tersebut sehingga
kerukunan dimasyarakat serta mempererat terciptanya keberlangsungan kerukunan
jalinan interaksi dan komunikasi antar umat beragama di Banjarbaru.
warga. Di samping itu, Wakil Walikota Ogi
Fajar Nuzuli menginginkan adanya Referensi
koordinasi yang solid bagi masyarakat Bogdan, Robert dan Steven J. Taylor. 1992.
untuk mengadakan kegiatan dan Introduction to Qualitative Research
mendirikan tempat ibadah. “Karena di Method, terj. Arief Furchan. Surabaya:
Banjarbaru, semua umat beragama bisa Usaha Nasional.
mendapatkan IMB untuk membangun
tempat ibadahnya. Budiman, Arief. 1995. Teori Pembangunan
Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Dunia Ketiga. Jakarta: PT Gramedia
Perlindungan Masyarakat Kota Banjarbaru Pustaka Utama.
Drs Ahmad Jayadie MM yang membidangi Cholil, K.H. Moenawar. 1957. Funksi Ulama
dalam persoalan ini mengharapkan agar dalamMasjarakat dan Negara.
masyarakat banjarbaru bisa rukun dalam Djakarta: NV. Bulan Bintang.
menjalankan ibadahnya masing-masing.
Dahlan, Syekh Ihsan Muhammad. T.th.
“Rukun dan tidak saling mempengaruhi
Sirajut Thalibin, Tt. Tp.
satu sama lain. Itu adalah point penting.
Karena Banjarbaru sudah terkenal sejak Departemen Agama RI. 2005. Desain
jaman Van Der Pilj mendirikan berbagai Operasional Penelitian Tentang
tempat ibadah yang begitu berdekatan Kerukunan Umat Beragama. Jakarta:
dengan daerah lain. Buktinya Mushola yang Badan Litbang Agama dan Diklat
terletak di wilayah Sumber Adi jaraknya Keagamaan.
tidak jauh dengan gereja. Itu sebagai bukti Echols, John M. dan Hassan Shadily. 1997.
masyarakat kita yang begitu rukun dan Kamus Inggeris Indonesia. Jakarta: PT
mempunyai toleransi tinggi dalam hidup Gramedia.
beragama,” pungkasnya.
Fatah, H. Abdul (Et. Al.). 2002. Sosiologi
C. Penutup Keagamaan. Jakarta: Pusat Kerukunan
Umat Beragama Depag RI.
Salah satu penyebab yang memungkin
tidak kondusifnya keadaan di suatu daerah Geertz, Hildred. 1963. “Indonesian Cultures
adalah munculnya konflik di tengah-tengah and Communities”, dalam Ruth T.
masyarakat daerah tersebut, dan konflik

Tashwir Vol. 3 No. 6, April – Juni 2015 207


McVey (Ed.), Indonesia. New Haven: Analysis, terj. Tjetjep Rohendi Rohidi.
Yale University Press. Jakarta: UI Press.
Hasan, Mohammad Tholhah. 2004. Islam & Mujieb AS, Abdul. 1986. Ciri-ciri Ulama
Masalah Sumber Daya Manusia, Dunia dan Akhirat. Surabaya:
Jakarta: Lantabora Press. Mahkota.
Hasyim, Umar. 1983. Mencari Ulama Pelly, Usman dan Asih Menanti. 1994. Teori-
Pewaris Nabi. Surabaya: PT Bina Ilmu. teori Sosial Budaya. Jakarta: Dirjen
Dikti Depdikbud.
____________. 1979. Toleransi dan
Kemerdekaan Beragama dalam Islam Pelly, Usman. 1988. Kualitas Bermasyarakat:
Sebagai Dasar Menuju Dialog dan Sebuah Studi Peranan Etnis dan Pendi
Kerukunan Antar Agama. Surabaya: dikan Dalam Keserasian Sosial. Medan:
PT Bina Ilmu. Proyek kerjasama Kantor Meneg KLH
–IKIP.
Hughes, Thomas Patrich. 1976. Dictionary
of Islam. New Delhi: Oriental Reprint. Rafinus, Bobby Hamzar dan Aprizul
Gumanti. 2003. Sistem Pengelolaan
Liliweri, Alo. 2001. Gatra-Gatra Komunikasi
Pembangunan. Jakarta: Lembaga
Antarbudaya. Yogyakarta: Pustaka
Administrasi Negara RI.
Pelajar.
Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi.
Ma’luf, Louis. 1977. Al-Munjid fil Lughah.
1986. Metode Penelitian Survai. Jakarta:
Beirut: Darul Masyriq.
LP3ES.
Marbawi, Syekh Muhammad Idris
Suyuthi, Jalaluddin As. 1967. Jamiush Shagir.
Abdurrauf Al-. 1350 H. Kamus Idris Al-
Kairo: Darul Kutub al-Halabi.
Marbawi, Mesir: Musthafa Al-Babil
Halabi. Tabroni dan Syamsul Arifin. 1994. Islam
Pluralisme Budaya dan Politik.
Miles, Matthew B. dan A. Michael
Yogyakarta: Sipress.
Huberman. 1992. Qualitative Data
Tim Penyusun. 2001. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta: PN Balai Pustaka.

208 Tashwir Vol. 3 No. 6, April – Juni 2015

Anda mungkin juga menyukai