ANGGOTA ORGANISASI
Oleh:
Ratih Hendriawati
Ratihhendriawati0508@gmail.com
ABSTRAK
PENDAHULUAN
Sumber daya manusia adalah faktor utama dalam mencapai tujuan organisasi.
Bentuk dan tujuan organisasi, berbagai visi dirancang untuk kepentingan manusia
dimana dalam pelaksanaan misisnya dikelola dan diurus oleh manusia. Ini berarti,
bahwa manusia merupakan sumber daya strategis dalam semua aktivitas organisasi.
Untuk itu, sumber daya manusia perlu direncanakan, dirumuskan strategi-strategi
yang relevan dengan tujuan yang telah ditetapkan, serta konsisten dalam
mengimplementasikan secara kontinyu sehingga dapat meningkatnya kinerja
(performance) organisasi dimana sumber daya manusia tersebut berada. Perencanaan
sumber daya manusia strategis perlu dilakukan dengan baik dan benar. Perencanaan
strategis kaitannya dengan sumber daya manusia yang dimaksudkan adalah
perencanaan SDM yang harus memperhatikan faktor lain selain individu tersebut,
seperti faktor keuangan (finance), sehingga dapat bersinergi dalam mencapai tujuan
organisasi.
RUMUSAN MASALAH
KAJIAN TEORI
Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja adalah keadaan emosi yang senang atau emosi positf yang
berasal dari penilaian pekerjaan atau pengalaman kerja seseorang. Kepuasan kerja
adalah hasil dari persepsi karyawan mengenai seberapa baik pekerjaan mereka
memberikan hal yang dinilai penting.
Menurut (Nur, 2013) seseorang akan merasa kepuasan (satisfaction) jika tidak
ada perbedaan antara apa yang diinginkan dengan apa yang sesungguhnya terjadi,
sebaliknya, apabila terdapat perbedaan antara apa yang diinginkan dengan kenyataan,
maka seseorang akan merasakan ketidakpuasan (dissatisfaction).
Self Esteem
Self esteem adalah suatu keyakinan nilai diri sendiri berdasarkan evaluasi diri
secara keseluruhan. Yang pada kenyataannya terbentuk oleh keadaan kita dan
bagaimana orang lain memperlakukan kita. Dimana self esteem diukur dengan
pernyataan positif maupun negatif.seperti yang positif adalah “ saya merasa bahwa
saya adalah seseorang yang sangat berarti, seperti orang lainnya” sedangkan yang
negatif adalah “ saya merasa bahwa saya tidak memiliki banyak hal untuk
dibanggakan”. orang yang sepakat dengan pernyataan positif dan tidak sepakat
dengan pernyataan negarif memiliki self esteem yang tinggi akan melihat dirinya
berharga, mampu dan dapat diterima. Orang yang dengan self esteem rendah tidak
merasa bak dengan dirinya (Kreitner dan Kinicki 2003).
Self Efficacy
Menurut Bandura (1977) yang dikutip oleh Engko (2008) mendefenisikan self
effecacy sebagai judgment individu atas kemampuan mereka untuk
mengorganisasikan dan melakukan serangkaian tindakan yang diperlukan untuk
mencapai tingkat kinerja yang ditentukan. Self efficacy menurut bandura (1977)
dapat ditumbuhkan dan dipelajari melalui empat sumber yaitu kinerja atau
pengalaman masa lalu, model perilaku, persuasi dari orang lain dan keadaan faktor
fisik dan emosional. Pencapaian prestasi merupakan sumber pengharapan efficacy
yang terbesar karena didasarkan pada pengalaman-pengalaman pribadi individu
berupa keberhasilan atau kegagalan.
Pengembangan organisasi adalah suatu cara atau metode yang dapat dilakukan
agar dapat membawa organisasi kearah yang lebih baik dimana dapat dilakukan
dengan mengikuti perkembangan teknologi yang semakin maju dan
memanfaatkannya dalam mencapai tujuan organisasi dan salah satu cara yang dapat
dilakukan dengan pengembangan organisasi ini adalah juga dari kualitas individu
atau sumber daya manusianya yang mampu membuat sebuah perubahan atau
pengembangan terhadap organisasinya dan salah satu faktor pemicu peningkatan
kualitas SDM tersebut adalah dengan adanya kepuasan kerja yang dimiliki individu
yang pastinya akan membuat seseorang lebih giat dan meningkatkan kualitas dirinya.
PEMBAHASAN
1. Kesempatan untuk maju , dalam hal ini ada tidaknya kesempatan untuk
memperoleh pengalaman dan peningkatan kemampuan selama kerja.
2. Keamana kerja, faktor ini sering disebut sebagai penunjang kepuasan kerja,
baik bag karyawan pria maupun wanita. Keadaan yang aman sangat
mempengaruhi perasaan karyawan selama kerja.
3. Gaji, yaitu ketika gaji lebih banyak menyebabkan ketidakpuasan, dan jarang
orang mengekspresikan kepuasan kerjanya dengan sejumlah uang yang
diperolehnya.
4. Perusahaan dan manajemen, yaitu perusahaan dan manajemen yang baik
adalah yang mampu memberikan situasi dan kondisi kerja yang stabil. Faktor
ini yang menentukan kepuasan kerja karyawan
5. Faktor instrinsik dari pekerjaan, yaitu atribut yang ada pada pekerjaan
mensyaratkan keterampilan tertentu. Sukar dan mudahnya serta kebanggaan
akan tugas akan meningkatkan atau mengurangi kepuasan
6. Kondisi kerja, disini termasuk yaitu kondisi tempat, ventilasi, penyinaran,
kantin dan tempat parkir.
7. Aspek sosial dalam pekerjaan, merupakan salah satu sikap yang sulit
digambarkan tetapi dipandang sebagai faktor yang menunjang puas atau tidak
puas dalam kerja.
8. Komunikasi, Komunikasi yang lancar antar karyawan dengan pihak
manajemen banyak dipakai alasan untuk menyukai jabatannya. Dalam hal ini
adanya kesediaan pihak atasan untuk mau mendengar, memahami dan
mengakui pendapat ataupun prestasi karyawannya sangat berperan dalam
menimbulkan rasa puas terhadap kerja.
9. Fasilitas, seperti fasilitas rumah sakit, cuti, dana pensiun atau perumahan
merupakan standar suatu jabatan dan apabila dapat dipenuhi akan
menimbulkan rasa puas.
Dari beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi kepuasan kerja yaitu:
Kepuasan kerja individu dapat dilihat dan nampak dari sikap positif karyawan.
Menurut Kuswadi (2004:55-56), kepuasan kerja perlu dipantau dengan cara
mengukur tingkat kepuasan kerja setiap anggota organisasi .
Tujuan pengukuran kepuasan kerja bagi para anggota individu dalam organisasi
adalah:
Pemenuhan kebutuhan kepuasan kerja bagi anggota perlu mendapat perhatian dan
harus dilakukan oleh pimpinan organisasi. Hal ini untuk menghindari dampak-
dampak yang tidak inginkan yang dapat merugikan anggota organisasi yang pada
akhirnya dapat merugikan perusahaan. Selain itu faktor kepuasan kerja juga dapat
mempengaruhi tingkatan hasil pencapaian kinerja masing-masing individu atau
karyawan.
Berikut ini beberapa pendapat dari para ahli yang menyatakan bahwa kepuasan
kerja berpengaruh terhadap kinerja.
Menurut Umar (2004) dalam Triton (2009:164), kepuasan kerja perlu dipantau
dampaknya dengan mengaitkannya pada output yang dihasilkannya, misalnya:
Wexley dan yukl dalam waridin dan Masrukhin (2006), mengatakan kepuasan
kerja sangat berkaitan erat antara sikap anggota terhadap berbagai faktor dalam
pekerjaan, antara lain situasi kerja, pengaruh sosial dalam kerja, imbalan dan
kepemimpinan serta faktor lain. Kepuasan kerja merupakan sikap umum seorang
individu terhadap pekerjaannya.
Berdasarkan teori dari beberapa ahli dan hasil penelitian diatas tentang adanya
pengaruh kepuasan terhadap kinerja anggota, maka seyogyanya hal ini mendorong
para pimpinan organisasi untuk meningkatkan kemampuan dalam mengidentifikasi
kemungkinan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja bagi anggota
organisasi. Hal ini dimaksudkan agar kinerja anggota dapat ditingkatkan dalam usaha
pencapaian tujuan perusahaan.
Organisasi sering berlawanan dengan kepuasan kerja. Istilah ukuran organisasi lebih
mengacu pada ukuran unit operasional, seperti pabrik cabang, ketimbang pada
perusahaan secara menyeluruh atau unit pemerintahan. Pada saat organisasi semakin
membesar, ada beberapa bukti yang menunjukan bahwa kepuasan kerja cenderung
agak menurun apabila tidak diambil tindakan perbaikan untuk mengimbangi
kecenderungan itu. Tanpa adanya tindakan perbaikan itu, organisasi besar akan
cenderung kurang untuk memperhatikan aspek manusia dan mengganggu proses
suportif seperti: Komunikasi, koordinasi, dan partisipasi.
Karena dalam pengambilan keputusan begitu jauh terpencil, para anggota mulai
merasa bahwa mereka merasa kehilangan kendali atas berbagai peristiwa yang
mempengaruhi mereka. Lingkungan kerja juga kehilangan unsur keakraban pribadi,
persahabatan, kerja tim kelompok kecil yang penting bagi kepuasan banyak orang.
Kecenderungan hubungan tingkat organisasi dengan kepuasan kerja itu dapat diatasi
dengan tindakan perbaikan untuk mempertahankan daya tanggap yang dimiliki
perusahaan ketika masih belum maju atau belum adanya pengembangan. Sekalipun
demikian, tidak selalu berarti bahwa organisasi besar selalu menghadapi masalah
kepuasan kerja dikalangan para anggotanya.
Para peneliti mendefenisikan self esteem dalam organisasi sebagai nilai yang
dimiliki oleh individu atas dirinya sendiri sebagai anggota organisasi sebagai nilai
yang dimiliki oleh individu atas dirinnya sendiri sebagai anggota organisasi yang
bertindak dalam konteks organisasi. Dengan demikian jika seseorang merasa yang
dilakukannya berhasil dan menciptakan hasil yang optimal. Meta analisis yang
dilakukan oleh judge dan Bono (2001) menemukan ada hubungan positif antara self
esteem dan kepuasan kerja. Atas uraian diatas maka hipotesis yang dapat disusun
yaitu kepuasan kerja memiliki pengaruh positif terhadap self esteem.
PENUTUP
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal administrasi bisnis Vol.44 No.1 Maret 2007. Pengaruh kepuasan kerja terhadap
disiplin kerja dan komitmen organisasional oleh Dede Kurnia Ilahi dkk.
Jurnal Agora Vol. 1 No. 1 2013. Pengaruh Kepuasan kerja dan loyalitas kerja
terhadap organisasional, Citizenchip behavior pada karyawan PT. Surya Timur
sakti Jatim Oleh Eddy, M. Sutanto, dkk.
Jurnal bisnis dan akuntansi Vol. 10 No. 1 April 2008, 1-12. Pengaruh kepuasan kerja
terhadap kinerja individual dengan self esteem dan self efficacy, sebagai
variabel intervening. Oleh Cecilia Engko.
Jurnal EMBA Vol. 1 No. 3 September 2013 Hal 739-749. Konflik. Stres kerja dan
kepuasan kerja pengaruhnya terhadap kinerja pegawai pada universitas Khairun
Ternate Oleh Saina Nur.
Jurnal Kesmas Nasional Vol. 6, No. 6 Juni 2012. Pengaruh pengembangan organisasi
kepemimpinan jenjang karier terhadap kepuasan kerja dan kinerja pegawai
puskesmas oleh Gusti Gede Djestawara.
Jurnal Sains manajemen Vol. 1 No. 1 September 2012. Analisis pengaruh motivasi
terhadap prestasi kerja melalui kepuasan dan disiplin kerja pegawai oleh Melti
Luviansi dkk.
Sutrisno, Edy, 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia. Cetakan I. Jakarta: PT.
Kencana Media Group.