Anda di halaman 1dari 1

Latar belakang

Plastic adalah suatu barang konvensional yang sangat banyak manfaatnya tapi banyak juga kerugian dari
pemakaian plastic itu sendiri. Pada zaman modern ini sangat banyak sekali tempat atau wadah yang menggunakan
plastic, mau makanan ataupun minuman, sedangkan zaman dahulu wadah atau tempat makanan maupun minuman
itu terbuat dari kayu, dedaunan dan lain-lain. Dari banyaknya penggunaan plastic tersebut membuat plastic menjadi
bahan yang sangat merugikan bagi banyak orang maupun lingkungan di sekarang ini. Dengan penggunaan plastik
yang sangat banyak tentu menjadi momok bagi lingkungan seperti menumpuknya sampah plastic di tempat
pembuangan sampah ataupun dijalan-jalan.

Limbah plastik di Indonesia menjadi masalah serius, terutama bagi lingkungan. Berdasarkan data yang
diperoleh dari Asosiasi Industri Plastik Indonesia (INAPLAS) pada tahun 2018, sampah plastik di Indonesia
mencapai 64 juta ton/tahun. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Jenna R. Jambeck dari University of
Georgia, pada tahun 2010 ada 275 juta ton sampah plastik yang dihasilkan di seluruh dunia. Sekitar 4,8-12,7 juta ton
diantaranya terbuang dan mencemari laut.

Indonesia memiliki populasi pesisir sebesar 187,2 juta yang setiap tahunnya menghasilkan 3,22 juta ton
sampah plastik yang tak terkelola dengan baik. Sekitar 0,48-1,29 juta ton dari sampah plastik tersebut diduga
mencemari lautan.

Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan banyaknya menggunakan plastic yang kita semua tahu
kalau plastic yang terbuat dari polivinil chloride yang digunakan itu plastic yang susah terurai mau di daratan
ataupun di lautan karena waktu urai plastic mencapai 100-500 tahun lamanya, yang menyebabkan tercemarnya
lingkungan, rusaknya kandungan tanah dan rusaknya lautan bahkan bias membunuh makhluk hidup yang ada di laut
maupun di daratan. Dengan itu perlunya kesadaran setiap manusia untuk lebih bijak mengurangi dan lebih baik tidak
menggunakan plastic polivinil chloride yang terurainya lama.

Dengan demikian kami menciptakan suatu inovasi plastic biodegradable yang berbahan alami seperti dari
kulit udang dan dari ampas singkong. Plastik biodegradabel adalah plastik yang dapat digunakan layaknya seperti
plastik konvensional, namun akan hancur terurai oleh aktivitas mikroorganisme menjadi hasil akhir air dan gas
karbondioksida setelah habis terpakai dan dibuang ke lingkungan. Karena sifatnya yang dapat kembali ke alam,
plastik biodegradabel merupakan bahan plastik yang ramah terhadap lingkungan. Secara umum kemasan plastik
biodegradable diartikan sebagai film kemasan yang dapat didaur ulang dan dapat dihancurkan secara alami. Plastik
biodegradable adalah suatu bahan dalam kondisi tertentu, waktu tertentu mengalami perubahan dalam struktur
kimianya, yang mempengaruhi sifat-sifat yang dimilikinya oleh pengaruh mikroorganisme (bakteri, jamur, algae).
Kemasan plastik biodegradable adalah suatu material polimer yang berubah kedalam senyawa berat molekul rendah
dimana paling sedikit satu tahap pada proses degradasinya melalui metabolisme organisme secara alami.

Kulit udang menjadi salah satu inovasi membuat plastic, karena kulit udang merupakan limbah yang sangat
melimpah yang sangat bermanfaat bagi lingkungan asalkan kita bisa mengolahnya dengan baik dan benar, seperti
diolah menjadi tempat atau wadah makanan dan minuman karena kulit udang mengandung chitosan yang sangat
tinggi.

Selanjutnya ada ampas singkong, ampas singkong juga sebagai limbah yang sangat melimpah dan tidak
dimanfaatkan dengan baik hanya digunakan sebagai pakan ternak bahkan dibuang. Ampas singkong atau onggok
dapat menjadi salah satu alternative menjadi plastic biodegradable, sehingga dapat mengurangi pencemaran
lingkungan. Kandungan dari limbah padat singkong menganudng nutrisi yang cukup tinggi. Ampas singkong
mengandung ligniselulosa yang terdiri dari lignin 25%, hemiselulosa 25%, dan selulosa 45% berat kering.

Anda mungkin juga menyukai