Anda di halaman 1dari 7

LITERATURE REVIEW

PENGARUH KOMPRES HANGAT TERHADAP NYERI POST OPERASI


BAB I

LITERATUR REVIEW

.1 Latar belakang

Apendisitis adalah peradangan dari apendiks vermi vormis, dan


merupakan penyebab abdomen akut (Mansjoer Arif, 2000). Sedangkan
menurut (Smeltzer, 2002), Apendisitis merupakan inflamasi apendiks yaitu
suatu bagian seperti kantung yang non fungsional dan terletak di bagian
inferior seikum. Apendisitis akut adalah penyebab paling umum inflamasi
akut pada kuadran bawah kanan rongga abdomen, penyebab paling umum
untuk bedah abdomen darurat.
Angka kejadian appendicitis cukup tinggi di dunia. Berdasarkan (Word
Health Organisation 2010) yang dikutip oleh (Naulibasa 2011), angka
mortalitas appendicitis adalah 21.000 jiwa, dimana populasi laki-laki lebih
banyak di bandingkan perempuan. Angka mortalitas appendicitis sekitar
12.000 jiwa pada laki-laki dan sekitar 10.000 jiwa pada perempuan . Di
amerika serikat terdapat 70.000 kasus appendicitis setiap tahunnya.
Berdasarkan data yang diperoleh menurut depkes RI, Jumlah pasien yang
menderita penyakit appendicitis di Indonesia berjumlah sekitar 27% atau sekitar
179.000 orang. Dari hasil survey kesehatan rumah tangga (SKRT) di Indonesia,
appendicitis akut merupakan salah satu penyebab dari akut abdomen dan
beberapa indikasi untuk dilakukan operasi kegawat daruratan abdomen.
Insidensi appendicitis di Indonesia menempati urutan tertinggi di antara kasus
kegawatan abdomen lainnya. Di NTT pada tahun 2009 jumlah kunjungan
penderita appendicitis rawat jalan di rumah sakit adalah 2.903. Data dinas
kesehatan sumba timur menunjukan bahwa jumlah penderita appendicitis pada
tahun 2009 sebanyak 408 orang dan pada tahun 2010 meningkat menjadi 864
orang. (Dinkes Provinsi- NTT 2011). Hal ini mungkin terkait dengan diet serat
yang kurang pada masyarakat moderen (Ardinata, 2007).
Penatalaksanaan appendicitis ada dua cara, yaitu dengan non bedah dan
bedah (apendiktomi). Terapi paling tepat yaitu dengan pembedahan, yaitu
dimana suatu tindakan sayatan akan dilakukan sekitar 5 cm dibagian bawah
kanan perut dan sayatan akan lebih besar jika appenicitis sudah men galami
perforasi.
Pembedahan atau operasi merupakan tindakan pengobatan yang
menggunakan cara invasif dengan membuka bagian tubuh yang akan di tangani.
Setelah selesai dilakukan operasi pasien akan mengalami nyeri pasca operasi,
hal ini perlu dilakukan penanganan tindakan keperawatan nyeri pasca
appendicitis yang tepat (Potter dan Perry, 2005).
Nyeri akut pasca operasi muncul akibat pemotongan atau peregangan
jaringan yang mengakibatkan trauma dan inflamasi pada jaringan sekitar,
sehingga menimbulkan stimulus nosiseptif yang merangsang reseptor nosiseptif.
Pada reseptor nosiseptif, stimulus tersebut ditransduksi menjadi impuls melalui
serat aferen primer c- fiber dan aδ-fiber, kemudian diteruskan ke medulla
spinalis. Neuron aferen primer bersinaps dengan neuron aferen sekunder di
kornu dorsalis medula spinalis dan diteruskan ke pusat, yaitu korteks serebri dan
pusat yang lebih tinggi lainnya, melalui jalur spinotalamikus kontralateral dan
spinoretikularis. Impuls tersebut diproses oleh pusat dengan mekanisme yang
kompleks menjadi pengalaman nyeri (Suseno, dkk 2017 dalam Erina Dwi, 2019).
Seseorang yang sudah dilakukan operasi appendicitis bila tidak ditangani
secara serius maka akan terus mengalami nyeri akibat bedah luka post operasi.
Seseorang yang mengalami nyeri akan berdampak pada aktivitas sehari-hari dan
terganggu pemenuhan kebutuhan istirahat tidur, juga aspek interaksi sosialnya
yang dapat berupa menarik diri, menghindari percakapan,dan menghindari
kontak. Selain itu akhirnya mengalami syok neurogenic pada orang tersebut
(Gannong, 2008 dalam Talu, Yovita, Maryah, Vita dan Andinawati, Mia 2018).
Penatalaksanaan nyeri pos op appendicitis ada dua macam, yaitu teknik
farmakologis dan non farmakologis. Penatalkasnaan dilakukan sesuai skala
nyeri dari pasien. Cara non farmakologis untuk mengurangi nyeri dapat dibagi
menjadi dua bagian yaitu terapi modalitas fisik dan strategi kognitif-perilaku.
Kompres dingin dan kompres hangat merupakan terapi modalitas dalam bentuk
stimulasi kutaneus (Price and Wilson, 2006). Teknik stimulasi kutaneus dapat
meredakan nyeri secara efektif. Teknik ini mendistraksi pasien dan
memfokuskan perhatian pada stimulasi taktil, jauh dari sensasi yang
menyakitkan sehingga mengurangi persepsi nyeri (Kozier & Erb, 2009).
Kompres dingin dan kompres hangat dapat meringankan rasa nyeri (Vitahealth,
2005).
Menurut (Purnamasari, 2014). Kompres dingin bekerja dengan menstimulasi
permukaan kulit untuk mengontrol nyeri. Terapi dingin yang diberikan akan
mempengaruhi impuls yang dibawa oleh serabut taktil A-Beta yang lebih
mendominasi sehingga impuls nyeri akan terhalangi. Kompres dingin dapat
diletakkan pada daerah yang berlawanan dengan nyeri biasanya pada bagian kiri
bawa abdomen, ketika ada kontraksi dengan menggunakan buli-buli dingin yang
diisi dengan air dingin (Potter &Perry, 2006). Kompres hangat merupakan
tindakan keperawatan dengan memberikan kompres hangat yang digunakan
untuk memenuhi rasa nyaman. Tindakan ini digunakan pada pasien yang
mengalami nyeri dengan usia (Hidayat & Uliyah 2012). Efek pemberian terapi
hangat terhadap tubuh antara lain meningkatkan aliran darah ke bagian tubuh
yang mengalami cedera; untuk meningkatkan pengiriman leukosit dan antibiotik
ke daerah luka; untuk meningkatkan relaksasi otot dan mengurangi nyeri akibat
spasme atau kekakuan; meningkatkan aliran darah; dan juga meningkatkan
pergerakan zat sisa dan nutrisi (Perry & Potter, 2006).
Kompres merupakan metode pemeliharaan suhu tubuh dengan menggunakan
cairan atau alat yang dapat menimbulkan rasa hangat atau dingin pada bagian
tubuh yang memerlukan. (Ganda, 2012).
Kompres hangat merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan dengan
memberikan rasa hangat dengan suhu 43o – 46o C pada daerah tertentu dengan
menggunakan cairan atau alat yang menimbulkan hangat pada bagian tubuh
yang memerlukan sehingga kebutuhan rasa nyaman terpenuhi (Hidayat &
Uliyah, 2004; Istichomah, 2007 dalam Yuliana, 2013).
Berdasarkan penelitian “Perbedaan Efektifitas Kompres Dingin Dan
Kompres Hangat Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Pada Pasien Post Operasi
Appendicitis Di Rsud Waikabubak Sumba Barat – Ntt”, penulis ingin
mengaplikasikan teknik yang di pakai oleh peneliti pada pasien Post Operasi
Appendicitis.
1.2 Tujuan
Tujuan Umum
Tujuan penulisan literature Review ini adalah untuk mengetahui analisis perbedaan
efektifitas kompres dingin dan kompres hangat terhadap penurununan intensitas nyeri pada
psien post operasi appendicitis.

Tujuan Khusus

.3.1 Teoritis
Dapat menambah wawasan menganai terapi non farmkologis dalam mengurangi nyeri.
.3.1 Praktis
Dapat mengaplikasikan terapi-terapi untuk mengurangi nyeri dan mengetahui terapi
mana yang lebih efektif untuk mengurangi nyeri.

1.3. Metode
Metode penelitian ini menggunakan systematic literature review yaitu sebuah studi
literature yang bersifat sistemik, jelas, menyeluruh, dengan mengidentifikasi, menganalisis,
mengevaluasi melalui pengumpulan data-data yang sudah ada (Dila, 2012). Penelitian ini
dengan pedoman alur PRISMA (Preferred Reporting Items For Systematic Reviews And
Meta Analyses), yang dimulai dari mengidentifikasi masalah yang akan di review, melakukan
pencarian artikel menggunakan electronic data base melalui portal jurnal google scholar
/cendekia, google search dengan keyword kompres hangat, kompres dingin, nyeri, post
operasi. Kemudian melakukan screening jurnal berdasarkan tahun 2014-2021 yang dapat
diakses full text dengan format pdf dan sesuai dengan kriteria inklusi kemudian hasil
penelitian diuraikan dalam PICOS untuk dilakukan review lebih lanjut.
Study dalam penelitian menekanan pada responden post operasi yang mengalami nyeri
pembedahan ringan, sedang, berat yang dilakukan tindakan kompres hangat untuk
mengetahui adanya pengaruh terhadap perubahan nyeri yang dirasakan pasien, study design
dalam artikel yng direview meliputi experimental dengan desain studi true eksperimen
(pretest-posttest kontrol group design).

1.4. Hasil

Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka dapat dikatakan bahwa pasien post operasi
appendicitis di RSUD Waikabubak Kabupaten Sumba Barat- NTT sebelum diberikan
kompres dingin dan hangat, hampir seluruhnya mengalami nyeri berat, dan setelah diberikan
kompres dingin dan hangat hampir seluruhnya mengalami penurunan dan sebagian besar
mengalami nyeri ringan. Akan tetapi penurunan intensitas nyeri pada kelompok yang
diberikan kompres hangat lebih banyak jika dibandingkan dengan yang kompres dingin maka
dapat dikatakan bahwa kompres hangat lebih efektif terhadap penurunan intensitas nyeri jika
dibandingkan dengan kompres dingin.

1.5 Pembahasan
Setelah dilakukan pencarian dilakukan screening yaitu penyaringan artikel sehingga
didapatkan 1 artikel dalam bentuk fulltext. Sampel dalam penelitian itu sebanyak 40 orang
post operasi appendicitis teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling terdiri
dari 20 orang kelompok eksperimen kompres hangat dan 20 orang kelompok ekeperimen
kelompok dingin . Dari artikel yang didapat rata2 pasien yang menjalani operasi berusia 25
sampai 35 th. Pada artikel pertama pasien yang menjalani apendictomy berusia antara 25-35
tahun dan sebagian besar merupakan laki-laki yang biasanya bekerja berat seperti buruh dan
pola makan yang kurang baik.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Yovita Handayani (2018) tentang efektifitas
kompres hangat dan kompres dingin pada pasien post appendicitis menggunakan instrument
berupa kuesioner untuk mengetahui pengaruh kompres hangat dan kompres dingin serta
mengetahui efektifitas kompres hangat dibandingkan dengan kompres dingin.
Dalam artikel ini dijelaskan bahwa ada efektifitas kompres dingin terhadap penurunan
intensitas nyeri pada pasien post operasi, menurut Prasetyo (2010) dalam Yovita (2018)
kompres dingin bekerja dengan menstimulasi permukaan kulit untuk mengontrol nyeri, terapi
dingin yang diberikan akan mempengaruhi impuls yang dibawa oleh serabut taktil aδ untuk
lebih mendominasi sehingga “gerbang” akan menutup dan impuls nyeri akan terhalangi,
nyeri yang dirasakan akan berkurang atau hilang untuk sementara waktu. Selain itu,
dijelaskan bahwa ada efektifitas kompres hangat terhadap penurunan nyeri post operasi
appendicitis karena efek pemberian terapi panas mampu meningkatkan relaksasi otot dan
mengurangi nyeri akibat spasme atau kekakuan dan meningkatkan aliran darah (Perry &
Potter 2010 dalam Yovita 2018).
Penurunan intensitas nyeri pada kelompok yang diberikan kompres hangat lebih banyak
jika dibandingkan dengan kompres dingin maka dapat dikatakan bahwa kompres hangat
lebih efektif terhadap penurunan intensitas nyeri jika dibandingkan dengan kompres dingin,
dengan nilai kompres hangat Sig. = 0,024 (p ≤ 0,05) jika dibandingkan dengan kompres
dingin yang memiliki nilai Sig. = 0,032 (α ≤ 0,05).

Anda mungkin juga menyukai