Anda di halaman 1dari 35

HALAMAN PENGESAHAN

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA


DRYING

Laporan Praktikum Operasi Teknik Kimia ini telah disetujui dan disahkan pada :
Hari :
Tanggal :
Mengetahui,
Pembimbing

Ir. Mega Kasmiyatun, MT


NIDN. 06-1902-6101

Praktikan

Lauranisa Yohanes Agung Cahyono


NIM. 17.4210.1735 NIM. 17.4210.1736

Irwanda Silvia A
Chelsi Chika Zeruya
NIM. 17.4210.1771
NIM. 17.4210.1751
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Drying atau pengeringan didefinisikan sebagai pengambilan sejumlah
air yang relatif sedikit dari zat pembawanya atau asalnya baik berupa padat,
cair maupun gas. Kandungan air yang diinginkan dalan hasil bahan kering
bervariasi tergantung pada jenis bahan yang dikeringkan, misalnya untuk
garam – garam 0,5%, batu bara 4% dan beberapa produk bahan makanan
sekitar 5%.
Pengeringan atau dehidrasi bahan – bahan biologis terutama bahan
makanan bertujuan untuk pengawetan. Mikroorganisme yang menyebabkan
makanan menjadi busuk atau rusak tidak akan dapat tumbuh dan
berkembang biak dalam bahan yang kering juga beberapa enzim yang dapat
mengubah secara kimia pada makanan/bahan – bahan biologis tidak akan
berfungsi tanpa adanya air. Apabila kandungan air direduksi sampai di
bawah 10% berat, mikroorganisme tidak akan aktif. Biasanya pengeringan
bahan makanan sampai di bawah 5% kadar air untuk mengawetkan rasa dan
nutrisi. Makanan yang kering dapat disimpan untuk waktu yang lama.
Dalam proses pengeringan diharapkan bahan makanan dapat disimpan lebih
lama tanpa adanya perubahan tekstur bahan.

1.2 Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah sebagai berikut:
a. Membuat grafik hubungan antara laju pengeringan (N) dengan kadar
H2O (X)

b. Membuat grafik hubungan antara laju pengeringan (N) dengan waktu (θ)
c. Membuat grafik hubungan antara kadar H2O (X) dengan kadar waktu (θ)

d. Menghitung waktu pengeringan (θ)


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pengeringan


Pengeringan atau drying merupakan suatu proses perpindahan moisture
dari suatu material yang sebagian besar mengandung zat padat. Peristiwa
yang terjadi dapat dikatakan seperti proses perpindahan massa dan panas
secara simultan. Pengeringan atau drying adalah proses pengambilan cairan
dari suatu bahan (padat) dengan cara penguapan, dengan mempergunakan
medium pengering aliran gas yang dilewatkan pada bahan yang dikeringkan.
Adapun tujuan proses pengeringan antara lain:
a. Membuat suatu bahan dengan kandungan air tertentu
b. Memperingan hasil akhir suatu produk
c. Mengawetkan bahan
Pada proses pengeringan mencakup dua peristiwa perpindahan atau
transfer yaitu perpindahan massa dan perpindahan panas yang keduanya
berlangsung serentak. Mekanisme perpindahan massa adalah sebagai berikut:
a. Difusi dari dalam bahan ke permukaan, yang disebabkan beda
konsentrasi dan daya kapilaritas.
b. Perpindahan massa antar fase dari dalam ke permukaan bahan.
c. Konveksi dari permukaan bahan ke dalam aliran gas pengering.
Perpindahan panas disebabkan adanya beda suhu pada bahan dengan
media pengering (udara). Pengeringan panas meliputi perpindahan panas
dalam bahan secara konduksi dan perpindahan panas antara fasa secara
konveksi dan radiasi.

2.2 Macam-macam Pengeringan


Di dalam proses drying, kita mengenal 2 macam pengeringan, yaitu:
1. Natural drying
Pengeringan alam dengan menggunakan sinar matahari
2. Artificial drying
Pengeringan buatan dengan menggunakan media pemanas steam atau
udara pemanas
Bahan yang akan dikeringkan dikontakkan dengan udara panas, panas
tersebut digunakan sebagai penguap air yang ada dalam bahan tersebut.
Adapun operasi pengeringan secara garis besar dapat digolongkan menjadi
beberapa golongan sebagai berikut:
1. Berdasarkan cara pengeringan
a. Pengeringan secara batch
Pada pengeringan secara batch ini, bahan yang dikeringkan berada
pada suatu tempat tertentu di dalam alat pengering dan udara mengalir
secara terus menerus melalui bahan tersebut dengan membawa air
berupa uap sehingga kandungan air pada bahan (padat) menjadi
berkurang.
b. Pengeringan secara kontinu
Pada pengeringan secara kontinu, mempunyai beberapa kelebihan
diantaranya :
 Dalam suatu proses produksi lebih terpadu (integrated) dengan unit
yang lain.
 Tidak memerlukan penampung antara (intermediate storage).
 Produk mempunyai moisture content yang seragam.
 Ongkos pengeringan tiap satuan produk relative kecil.
Pada sistem ini, pemanasan bisa secara langsung maupun tidak
langsung. Apabila dengan pemanasan langsung, bahan padat berjalan
sepanjang dryer, sementara itu aliran gas pemanas dikontakkan dengan
bahan tersebut. Apabila tidak ada panas yang ditambahkan atau panas
yang hilang ke sekeliling dryer maka operasi pengeringan disebut
dalam keadaan adiabatis. Apabila dengan pemanasan tidak langsung,
maka bahan padat yang akan dikeringkan tidak dikontakkan secara
langsung dengan media pemanas tetapi melalui perantara.
2. Berdasarkan suhu operasi
a. Suhu rendah
Operasi ini dilakukan pada bahan yang mudah mengalami
dekomposisi atau bahan yang mudah rusak.
b. Suhu tinggi
Pada temperatur yang tinggi dipergunakan untuk bahan yang tidak
mudah rusak atau tidak mudah mengalami dekomposisi.

2.3 Kandungan Air


Dalam proses pengeringan perlu dibedakan bahan yang higroskopis dan
bahan yang non higroskopis. Jika bahan yang higroskopis berhubungan
dengan udara pada temperature dan humidity tetap sampai terjadi
keseimbangan maka bahan akan mempunyai kandungan moisture tertentu.
Kandungan air di dalam bahan dapat dinyatakan dengan beberapa cara, yaitu :
1. Moisture Content (Wet Basis)
Berat Moisture
x 100%
Berat ba h an Kering + Berat Moisture
2. Moisture Content (Dry Basis)
Berat Moisture
Berat ba h an Kering
3. Equilibrium Moisture (X*)
Equilibrium Moisture adalah kandungan air dalam bahan yang seimbang
dengan uapnya dalam fase gas. Pada temperature dan humidity tersebut,
bahan tidak dapat dikeringkan lagi di bawah equilibrium moisture
content.
4. Bound Moisture (X’)
Bound Moisture adalah kandungan air dalam bahan apabila tekanan uap
air dalam bahan dalam keadaan seimbang harganya lebih kecil dari pada
tekanan uap murninya pada temperature yang sama.
5. Unbound Moisture (X – X’)
Unbound Moisture adalah kandungan air dalam bahan, di atas harga
equilibrium moisturenya. Free moisture ini dapat diuapkan pada proses
pengeringan di bawah kondisi persen relative humidity.

2.4 Mekanisme Pengeringan


Mekanisme pengeringan dapat diterangkan dengan teori perpindahan
massa di mana peristiwa lepasnya molekul uap air dari permukaan tergantung
bentuk dan luas permukaan. Dapat dimisalkan dari suatu butir padat yang
akan dikeringkan dengan udara panas, apabila lapisan air yang menyelimuti
bahan cukup tebal maka permukaan bahan berbentuk datar. Apabila udara
pengeringan diteruskan dan dikeringkan ke atas bahan basah tersebut maka
udara akan menarik molekul – molekul air pada permukaan yang datar. Jika
proses dilanjutkan, kecepatan pengeringan air yang lepas dari permukaan
akan tetap selama permukaan masih datar, luasan permukaan dari molekul
akan tetap sama. Baru setelah molekul air yang membentuk lapisan pada
permukaan butir habis luas permukaan akan bertambah besar, karena lekukan
pada permukaan butir akan nyata yang akan memperluas permukaan
pengeringan. Ada dua macam mekanisme pengeringan yaitu:
1. Mekanisme pengeringan dengan kecepatan tetap
2. Mekanisme pengeringan dengan kecepatan turun
Pada konstanta rate period harga N = Nc dan selama pengeringan
berlangsung bahan akan selalu basah dengan cairan sampai dengan titik kritis.
Nc adalah laju pengeringan pada periode kecepatan konstan yang besarnya
tetap dan Xc critical moisture constant. Titik kritis yaitu titik dimana suatu
permukaan bahan tidak sempurna basah dengan cairan. Setelah tercapai,
dimulailah periode penurunan kecepatan sampai dicapai cairan habis
teruapkan seluruhnya. Kecepatan penguapan pada periode tidak tetap
tergantung pada zat padat dan cairannya.
KURVA DRYING TEST

Gambar 1. Drying Test


Drying test yaitu hubungan antara suatu bahan vs waktu pengeringan
pada temperatur, humidity dan kecepatan pengeringan tetap. Pada percobaan
berat dari sampel diukur sebagai fungsi waktu.

KURVA LAJU PENGERINGAN SEBAGAI FUNGSI WAKTU

Gambar 2. Kurva Laju Pengeringan


Pada gambar di atas terlihat bahwa kurva terbagi menjadi 3 bagian
periode AB atau A’B disebut periode pengeringan pada penyesuaian awal,
BC disebut periode pengeringan tetap dan CD periode pengeringan sampai
akhir sampai terjadi kesetimbangan.

KURVA PENGERINGAN DAN PERSAMAANNYA

Gambar 3. Kurva Pengeringan


Keterangan:
A : titik awal pengeringan, suhu permulaan bahan lebih rendah dari suhu
operasi
A’ : titik awal pengeringan, suhu permukaan bahan lebih tinggi dari suhu
operasi
B : titik awal constant rate periode
C : titik kritis
D : titik akhir dari periode unsaturated drying (kurva C-D) lapisan cairan
pada
permukaan teruapkan sempurna
E : titik E yang menunjukkan Moisture Content dari bahan telah mencapai
kesetimbangan (pengeringan terakhir)
Xc: critical moisture content
Waktu pengeringan total dari suatu bahan adalah jumlah waktu
pengeringan dari masing – masing periode yaitu :
θ = θc + θf
Dalam hubungan ini :
θ : total waktu pengeringan
θc : waktu pengeringan pada periode kecepatan tetap
θf : waktu pengeringan pada periode kecepatan minimum
Untuk menentukan waktu pengeringan dari suatu bahan dapat berdasarkan
data dari drying test atau kurva laju pengeringan dari bahan tersebut.
Laju pengeringan didefinisikan sebagai berikut :
−LS dx
.
N= A dθ
Di mana:
N : laju pengeringan, berat H2O yang diuapkan/jam (ft)2
LS: berat bahan kering
A : luas permukaan pengeringan
X : moisture content dry basis
θ : waktu
Apabila persamaan diintegralkan pada batas X1 sampai X2, maka :
x2 x1
dx Ls dx
∫ dθ= −LS ∫ = ∫
A x1 N A x N
θ= 2

X1 dan X2 = moisture content mula – mula dan akhir.


Pada periode kecepatan tetap, harga N = Nc dan harga X1, X2> Xc karena
harga N= Nc adalah tetap maka persamaannya menjadi:
x1 x1
Ls dx Ls
∫ = ∫ dx
A x 2 Nc A . Nc x
θ= 2

Ls ( x1 −x 2 )
θc = A . Nc
Pada periode kecepatan menurun, akan terjadi apabila X1 dan X2
keduanya lebih kecil dari pada Xc, sehingga pengeringan terjadi pada kondisi
N yang berubah. Waktu pengeringan dihitung sebagai berikut:
a. Kondisi secara umum
Menganggap bahwa kurva falling rate tidak linear untuk menghitung
waktu pengeringan dilakukan dengan jalan menyelesaikan integral
persamaan secara grafis.
x1
Ls dx Ls
∫ = .I
A x N A
θf = 2

x1

∫ dxN
x2
dalam I = bisa diselesaikan secara grafis dengan membuat grafik
1/N Vs X. Luas yang dibatasi oleh kurva X1 dan X2 merupakan harga I.
b. Kondisi secara khusus
N adalah linear terhadap x sebagaimana ditunjukkan oleh kurva
pengeringan CD. Dalam hal ini:
N = mx + b
m = slope kurva CD
b = konstan (intercept)
x1 x1
Ls dx Ls
∫ = ∫ dx
A x N N x (mx+b )
θ= 2 2

Persamaan di atas dapat diselesaikan dengan pemisahan


V = mx + b
dV = m dx
dx = dv/m
Sehingga :
x1
Ls d ( mx+ b)

A x M ( mx +b )
θ= 2 , M = konstanta
x1
Ls d (mx+b )

A x (mx+b )
= 2

x
Ls
1
Ls ( mx 1 + b)

θ=
A
ln ( mx+b )∫ = ln
x A mx 2 +b
2
( )
Jika diasumsikan : mx1 + b = N1
Mx2 + b = N2
N 1 −N 2
m= x1 −x 2

Ls ( x 1 −x 2 ) N

jadi : θ =
A ( N 1 −N 2 ) ( )
ln 1
N2

Ambil log rata – rata N = Nm


N 1 −N 2
N1

Nm =
ln
( )
N2
maka
ln( x 1 −x2 )
θ= Am
Pada umumnya kurva kecepatan pengeringan terbagi menjadi 3 periode,
yaitu :
1. Periode penyesuaian awal
Mula – mula bahan dalam kondisi sangat basah sehingga
permukaannya tertutupi oleh lapisan cairan. Bahan basah dikontakkan
udara yang relatif kering maka terjadi penguapan pada permukaan bahan
tersebut. Biasanya suhu permukaan bahan lebih rendah dari suhu
kelembaban jenuh (ts), akibatnya terjadi kenaikan kecepatan dan
kenaikan ini akan berhenti saat suhu permukaan bahan = suhu
kelembaban jenuh (pada grafik ditunjukkan oleh AB). Jika suhu
permukaan bahan < suhu kelembaban jenuh terjadi penurunan kecepatan
(pada grafik ditunjukkan kurva A’B).
2. Periode kecepatan tetap
Pada keadaan ini, sejumlah cairan yang teruapkan langsung
digantikan oleh cairan yang ada di bawahnya, sehingga terjadi
kesetimbangan yaitu cairan yang menguap dari permukaan bahan =
cairan yang timbul dari dalam ke permukaan, akibatnya kecepatan
menjadi tetap (dalam grafik ditunjukkan kurva BC).
3. Periode kecepatan menurun
Jika kandungan cairan telah melewati kandungan cairan kritis (Xc),
maka untuk selanjutnya lapisan cairan menjadi sangat kurang, sehingga
tidak bisa menutupi seluruh permukaan bahan sehingga pada permukaan
terjadi daerah kering (dry spot). Dry spot luasnya akan bertambah karena
substitusi cairan ke permukaan sangat kurang sehingga kecepatan
pengeringan turun. Periode kecepatan menurun ada 2 bagian, pertama
(kurva D) yaitu bila penurunan linear, kedua (kurva DE) terjadi di akhir
pengeringan yaitu air bebas yang tersisa keluar melalui rongga – rongga
dalam bahan.
BAB III
PELAKSANAAN PERCOBAAN

3.1 Bahan-bahan
 Wortel bentuk balok
Berat basah : 2,9 gram
Berat kering : 1,725 gram
Luas permukaan : 0,0046 m2
 Wrotel bentuk silinder
Berat basah : 2,15 gram
Berat kering : 0,722 gram
Luas permukaan : 0,0006 m2
Alat-alat
 Seperangkat alat pengeringan dengan tray dryer
 Alat penimbang (neraca)
 Cawan porselen
 Penjepit
 desikator

3.2 Gambar Alat


Gambar 4. Rangkaian Alat Pengeringan
3.3 Cara Kerja
1. Persiapan bahan
a. Kupas bahan kerja dan dipotong sesuai ukuran yang ditentukan.
b. Timbang bahan yang akan dikeringkan, catat berat awal dan masukkan
dalam desikator untuk mempertahankan berat konstan.
2. Tahap Operasional
a. Periksa dan pastikan semua rangkaian peralatan sudah terhubung
dengan baik.
b. Buka setengah kran bypass blower, hidupkan blower.
c. Atur laju alir udara dengan mengatur kran bypass sehingga
pelampung pada rotameter mencapai ketinggian 50-80% tinggi. Catat
laju alir udara sesuai dengan harga yang ditunjukkan oleh pelampung
rotameter.
d. Hidupkan heater thermostat, atur temperaturnya 700C.
e. Masukkan bahan ke dalam rak dryer, baca dan catat yang
menunjukkan dry bulb dan wet bulb temperature udara keluar alat
pengering.
f. Keluarkan dan timbang bahan setiap periode waktu yang
ditetapkan, catat hasilnya.
g. Ulangi langkah (e), sampai didapat hasil berat penimbangan
menunjukkan konstan.
h. Setelah didapat berat constant, bahan dipanaskan dengan suhu
1100C selama 30 menit.
i. Keluarkan bahan dari pengering, masukkan dalam desikator, bahan
ditimbang setelah kering. Hasil penimbangan adalah berat kering.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Percobaan


Bahan kerja : wortel
Bentuk : balok
Luas permukaan (bahan) : 0,0046 m2
Berat bahan kering : 1,725 gram
Kadar air mula (wet basis) : 1,5 gr H2O/gr bahan basah
Laju alir udara : 45 liter/menit

Form A
Periode Berat Berat H2O Berat H2O Kadar air Laju
waktu bahan yang dalam (gr H2O/gr pengeringan
(menit ke) (gram) menguap (gr) bahan (gr) bahan kering) (gr H2O/jam.m2)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)

0 2,96 1,785
0,2 1,519 521,1
5 2,79 1,615
0,17 1,374 442,9
10 2,64 1,465
0,15 1,245 390,8
15 2,49 1,315
0,15 1,12 390,8
20 2,34 1,165
0,15 0,991 390,8
25 2,19 1,,015
0,15 0,862 390,8
30 2,04 0,865
0,15 0,736 390,8
35 1,89 0,715
0,15 0,608 390,8

Periode Berat Berat H2O Berat H2O Kadar air Laju


waktu bahan yang dalam (gr H2O/gr pengeringan
(menit ke) (gram) menguap (gr) bahan (gr) bahan kering) (gr H2O/jam.m2)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)

40 1,75 0,575
0,14 0,49 364,74
45 1,6 0,425
0,15 0,362 390,79
50 1,45 0,275
0,15 0,234 390,79
55 1,3 0,125
0,15 0,106 390,79
60 1,24 0,065
0,06 0,055 156,31
65 1,21 0,035
0,03 0,03 78,16
70 1,2 0,025
0,01 0,021 26,05
75 1,19 0,02
0,005 0,017 13,02
80 1,18 0,01
0,01 0,008 26,05
85 1,18 0,01
0 0,008 0
90 1,18 0,01
0 0,008 0
95 1,18 0,01
0 0,008 0
110 1,17 0
0,01 0 26,05

Form B
PENGUKURAN
Periode Berat Berat H2O Berat TEMPERATUR
waktu bahan yang H2O dalam MASUK KELUAR
(menit) (gr) menguap (gr) bahan (gr) td Tw td tw
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

0 2,96 1,785 61 32 29 30,5


0,2
5 2,79 1,615 60 33 29 30
0,17
10 2,64 1,465 60,5 33,5 30,5 30
0,15
15 2,49 1,315 61 34 31 30
0,15
20 2,34 1,165 6,5 34 30,5 30
0,15
25 2,19 1,015 61 34 31 31
0,15
30 2,04 0,865 60 34 30,5 31
0,15
35 1,89 0,715 60,5 34,5 31 31
0,15
40 1,75 0,575 60,5 34,5 31 31
0,14
45 1,6 0,425 61 35 31 31
0,15
50 1,45 0,275 61 35 31,5 31,5
0,15
55 1,3 0,125 61 32 29 30,5
0,15
60 1,24 0,065 60 33 29 30
0,06
65 1,21 0,035 60,5 33,5 30,5 30
0,03
70 1,2 0,025 61 34 31 30
0,01
75 1,19 0,02 6,5 34 30,5 30
0,005
80 1,18 0,01 61 34 31 31
0,01
85 1,18 0,01 60 34 30,5 31
0
90 1,18 0,01 60,5 34,5 31 31
0
95 1,18 0,01 60,5 34,5 31 31
0
110 1,17 0 61 35 31 31
0,01
61 35 31,5 31,5

Berat bahan kering pada 1100C


W = 1,725 gram
Udara masuk dryer:
td = 60,50C ; tw = 34,50C
Udara keluar dryer:
td = 320C ; tw = 320C

Keterangan:
 Berat H2O yang diuapkan = W1 – W2 , dst
 Berat H2O dalam bahan = W - Ls
W −L s
 Kadar air (X) =
Ls
ΔW
 Laju pengeringan (N) =
Δθ . A
Bahan kerja : wortel

Bentuk : silinder
Luas permukaan (bahan) : 0,0006 m2
Berat bahan kering : 0,722 gram
Kadar air mula (wet basis) : 1,5 gr H2O/gr bahan basah
Laju alir udara : 45 liter/menit

Form A
Periode Berat Berat H2O Berat H2O Kadar air Laju
waktu bahan yang menguap dalam (gr H2O/gr pengeringan, N
(menit ke) (gr) (gr) bahan (gr) bahan kering) (gr H2O/jam N2)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
0 2,15 1,428
0,15 1,215 390,79
5 2 1,728
0,12 1,087 312,63
10 1,88 1,158
0,1 0,985 260,52
15 1,78 1,058
0,1 0,900 260,52
20 1,68 0,958
0,1 0,815 260,52
25 1,58 0,858
0,1 0,730 260,52
30 1,48 0,758
0,1 0,645 260,52
35 1,38 0,658
0,1 0,56 260,52
40 1,28 0,558
0,1 0,474 260,52
45 1,18 0,458
0,1 0,389 260,52
50 1,08 0,358
0,1 0,304 260,52

Periode Berat Berat H2O Berat H2O Kadar air Laju


waktu bahan yang menguap dalam (gr H2O/gr pengeringan, N
(menit ke) (gr) (gr) bahan (gr) bahan kering) (gr H2O/jam N2)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
55 0,98 0,258
0,1 0,219 260,52
60 0,88 0,158
O,08 0,134 208,42
65 0,8 0,078
0,05 0,066 130,26
70 0,75 0,028
0,02 0,023 52,11
75 0,73 0,008
0,008 0,006 20,84
80 0,722 0
0 0 0
85 0,722 0
0 0 0
90 0,722 0
0 0 0
95 0,722 0
0 0 0
110 0,722 0
0,005 0 0

Form B

Periode Berat Berat H2O Berat PENGUKURAN TEMPERATUR


waktu bagan yang H2O dalam MASUK KELUAR
(menit) (gr) menguap (gr) bahan (gr) td tw Td tw
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

0 2,15 1,428 61 32 29 30,5


0,15
5 2 1,728 60 33 29 30
0,12

Periode Berat Berat H2O Berat PENGUKURAN TEMPERATUR


waktu bagan yang H2O dalam MASUK KELUAR
(menit) (gr) menguap (gr) bahan (gr) td tw td tw
10 1,88 1,158 60,5 33,5 30,5 30
0,1
15 1,78 1,058 61 34 31 30
0,1
20 1,68 0,958 6,5 34 30,5 30
0,1
25 1,58 0,858 61 34 31 31
0,1
30 1,48 0,758 60 34 30,5 31
0,1
35 1,38 0,658 60,5 34,5 31 31
0,1
40 1,28 0,558 60,5 34,5 31 31
0,1
45 1,18 0,458 61 35 31 31
0,1
50 1,08 0,358 60,5 33,5 30,5 30
0,1
55 0,98 0,258 61 34 31 30
0,1
60 0,88 0,158 6,5 34 30,5 30
O,08
65 0,8 0,078 61 34 31 31
0,05
70 0,75 0,028 60 34 30,5 31
0,02
75 0,73 0,008 60,5 34,5 31 31
0,008
80 0,722 0 60,5 34,5 31 31
0
85 0,722 0 61 35 31 31
0
90 0,722 0 61 35 31 31
0
Periode Berat Berat H2O Berat PENGUKURAN TEMPERATUR
waktu bagan yang H2O dalam MASUK KELUAR
(menit) (gr) menguap (gr) bahan (gr) td tw td tw
95 0,722 0 61 35 31 31
0
110 0,722 0 61 35 31 31
0,005

Berat bahan kering pada 1100C


W = 0,722 gram
Udara masuk dryer:
td = 60,50C ; tw = 34,50C
Udara keluar dryer:
td = 320C ; tw = 320C
Grafik Hasil Percobaan
1. Wortel dengan bentuk balok.
1.A. Grafik hubungan antara laju pengeringan (N) dan kadar air (X)

Laju Pengeringan (N) vs Kadar Air (X)


Laju Pengeringan (gram H2O/jam.m2)

450
NC= 390,88
400
350
300
250
200
150
100
50
0 XC = 0,3776 X1
0 X2 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7

Moisture Content (Gram H2O/gram bahan kering)

1.B. Grafik hubungan antara laju pengeringan (N) dan waktu (θ)

Laju Pengeringan (N) vs Waktu (θ)


Laju Pengeringan (gram H2O/jam.m2)

600

500

400

300

200

100

0
0 20 40 60 80 100 120
Waktu (menit)
1.C. Grafik Hubungan antara kadar air (X) dan waktu (θ)

Kadar air (X) vs Waktu (θ)


Moisture (gram H2O/gram berat bahan kering) 1.6
1.4
1.2
1
0.8 Wortel Balok
0.6
0.4
0.2
0
0 20 40 60 80 100 120
Waktu (menit)

1.D. Waktu Pengeringan


Ls (x 1−x c )
θc =
A Nc
1,175(1,246−0,106)
=
0,0046 x 390,764
= 0,74 jam
X2
Ls dX
θf = ∫
A X N c

X2
dX
∫ =I
Xc
N

Sehingga:
Ls
θf = I
A
 Menghitung I
X N 1/N
0,10
6 390,795 0,0026
0,05
5 156,318 0,0064
0,02
9 78,159 0,0128
0,02
1 26,053 0,0384
0,01
7 13,026 0,0767
0,00
8 26,053 0,0384
0,00
8 0 0
Grafik 1/N vs X

Dari grafik tersebut didapatkan:


LI = 0,053 (0,023 – 0,017)
= 0,00043
LII = 0,02 (0,03 - 0,23)
= 0,00014
LIII = 0,0075 (0,055 – 0,03)
= 0,00019
LIV = 0,0005 (0,1063 – 0,055)
= 0,00001
Luasan total (I) = LI + LII + LIII + LIV
= 0,00043 + 0,00014 + 0,00019 + 0,00001
= 0,00077
Ls
θf = I
A
1,175
= ¿ 0,00077)
0,0046
= 0,1967
θ = θc + θf
= 0,74 + 0,1967
= 0,9367 jam
= 56,2 menit

2. Wortel dengan bentuk balok.


2.A. Grafik hubungan antara laju pengeringan (N) dan kadar air (X)

Laju Pengeringan (N) vs Kadar Air (X)


Laju Pengeringan (gram H2O/jam.m2)

250 NC = 234,5

200

150

100

50

XC = 0,2151 X1
0
0 0.05X2 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4

Moisture Content (Gram H2O/gram bahan kering)


2.B. Grafik hubungan antara laju pengeringan (N) dan waktu (θ)

Laju Pengeringan (N) vs Waktu (θ)


Laju Pengeringan (gram H2O/jam.m2)

450
400
350
300
250
200
150
100
50
0
0 20 40 60 80 100 120
Waktu (menit)

2.C. Grafik hubungan antara kadar air (N) dan waktu (θ)
Kadar air (X) vs Waktu (θ)

Moisture (gram H2O/gram berat bahan kering)


1.4

1.2

0.8

0.6

0.4

0.2

0
0 20 40 60 80 100 120
Waktu (menit)

Menentukan Waktu Pengeringan


θ = θc + θf
Bentuk balok
Ls (x 1−x c )
θc =
A Nc
1,175(1,246−0,106)
=
0,0046 x 390,764
1,34
=
1,797
= 0,74 jam
X2
Ls dX
θf = ∫
A X N c

X2
dX
∫ =I
Xc
N

Sehingga:
Ls
θf = I
A
 Menghitung I
X N 1/N
0,106 390,795 0,0026
0,055 156,318 0,0064
0,029 78,159 0,0128
0,021 26,053 0,0384
0,017 13,026 0,0767
0,008 26,053 0,0384
0,008 0 0

Grafik 1/N vs X

Dari grafik tersebut didapatkan:


LI = 0,053 (0,023 – 0,017)
= 0,00043
LII = 0,02 (0,03 - 0,23)
= 0,00014
LIII = 0,0075 (0,055 – 0,03)
= 0,00019
LIV = 0,0005 (0,1063 – 0,055)
= 0,00001
Luasan total (I) = LI + LII + LIII + LIV
= 0,00043 + 0,00014 + 0,00019 + 0,00001
= 0,00077
Ls
θf = I
A
1,175
= ¿ 0,00077)
0,0046
= 0,1967
θ = θc + θf
= 0,74 + 0,1967
= 0,9367 jam
= 56,2 menit

Bentuk silinder
Ls (x 1−x c )
θc =
A Nc
0,722(0,985 – 0,219)
=
0,0006 x 260,5
= 0,35
X2
Ls dX
θf = ∫
A X N c

X2
dX
∫ =I
Xc
N

Sehingga:
Ls
θf = I
A
 Menghitung I
X N 1/N
0,219 260,5 0,0038
0,134 208,4 0,0048
0,066 130,3 0,0076
0,023 52,1 0,0192
0,006 20,8 0,0479

Grafik 1/N vs X
Dari grafik tersebut didapatkan:
LI = 0,0025 (0,048 – 0,005)
= 0,00015
LII = 0,0075 (0,065 – 0,048)
= 0,00012
LIII = 0,005 (0,22 – 0,075)
= 0,00072
Luasan total = LI + LII + LIII
= 0,00015 + 0,00012 + 0,00072
= 0,0009

Ls
θf = I
A
0,5
= ¿0,003)
0,00288
= 0,52
θ = θc + θf
= 0,35 + 0,0009
= 0,3509 jam = 21,1 menit

4.2 Pembahasan
Dari grafik N vs X menunjukkan bahwa periode pengeringan bahan
dibagi menjadi tiga periode yaitu kecepatan pengeringan awal, kecepatan
pengeringan konstan, dan kecepatan pengeringan akhir. Pada kecepatan
pengeringan awal kadar air masih sangat tinggi sehingga untuk kecepatan
pengeringan awal tidak dihitung waktu pengeringan. Sehingga untuk
menghitung waktu pengeringan yaitu pengeringan konstan dan pengeringan
turun.
Dari grafik N vs θ bisa disimpulkan bahwa semakin lama waktu
pengeringan maka laju pengeringan semakin turun karena kadar air dalam
bahan semakin sedikit.
Dari grafik X vs θ bisa disimpulkan bahwa semakin lama waktu
pengeringan maka kadar air semakin sedikit sampai didapat berat konstan.
Untuk waktu pengeringan bisa disimpulkan bahwa laju pengeringan awal
waktu diabaikan karena periode sangat cepat sehingga waktu total
pengeringan (θt) terdiri dari waktu pengeringan konstan (θc) dan waktu
pengeringan menurun (θf)

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dari percobaan yang dilakukan dengan menggunakan bahan kentang
dengan dua ukuran, dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Dari kurva N vs X, maka laju terdiri dari 3 periode yaitu periode
pengeringan awal, periode pengeringan konstan dan periode pengeringan
menurun.
2. Dari kurva N vs θ, maka semakin lama waktu pengeringan laju
pengeringan semakin turun.
3. Dari kurva X vs θ, semakin lama waktu pengeringan, maka kadar air
dalam bahan semakin berkurang hingga mencapai berat konstan.
4. Waktu pengeringan (θt) diperoleh :
a. Wortel dengan bentuk balok (luas permukaan : 0,0046 m2)
θ = 56,2 menit
Laju alir udara 45 liter / menit.
b. Kentang dengan bentuk silinder (luas permukaan : 0,0006 m2
θ = 21,1 menit
Laju alir udara 45 liter / menit.

4.2 Saran
1. Pada penimbangan bahan, sebaiknya dilakukan setelah bahan benar-benar
dingin agar diperoleh hasil yang tepat.
2. Pada saat mengamati td dan tw, sebaiknya juga dilakukan dengan teliti.

DAFTAR PUSTAKA

Foust, A.S. Wenzel, L.A, Mans L and Anderson. L.B, 1980, “Principles of
UnitOperation”, John Willey and Sons, Inc, New York, Page 456 – 400.
Perry, R.H Green D.W and Maloney I.O, 1994, “Perry’s Chemical
EngineeringHandbook” 6th Edition, Mc. Graw Hill Book Company, New
York, page 358 – 400.
Pramudono, Bambang, In., “Diktat Kuliah OTK” Dasar – dasar Pengeringan,
1993, halaman 11 – 14.
Staf Laboratorium OTK, “Buku Petunjuk Praktikum Operasi Teknik Kimia”,
2005, Laboratorium Operasi Teknik Kimia Fakultas Teknik UNTAG
Semarang.

Anda mungkin juga menyukai