Anda di halaman 1dari 17

KARYA TULIS ILMIAH

DAMPAK PANDEMI TERHADAP PERUBAHAN


EMOSIONAL SISWA/I XI MIPA 2 MAN 2 KOTA
BOGOR

Karya Tulis Ini Dibuat Untuk Memenuhi dan Melengkapi


Tugas Sekolah Bahasa Indonesia
Oleh :
Raihana Mardhiyah

MAN 2 KOTA BOGOR


JALAN RAYA PAJAJARAN NOMOR 06 KELURAHAN BARANANGSIANG
KECAMATAN BOGOR TIMUR, KOTA BOGOR
Telp/Fax (0251)8321740 / (0251)8321741.

i
Lembar Pengesahan
Karya ilmiah yang berjudul “ Dampak Pandemi terhadap Perubahan Emosional Siswa XI MIPA
MAN 2 Kota Bogor” telah disahkan dan disetujui pada :
Hari :
Tanggal:

Wali Kelas Pembina

Suja, S.Pd Mukti Hikmah, S.Pd

ii
ABSTRAK
Remaja merupakan sebuah tahap dari anak anak menuju dewasa. Di tahap ini individu memiliki
biasanya keinginan kuat untuk menemukan konsep diri dan bakat mereka. Sehingga di masa ini
individu sering memiliki emosi yang tidak stabil dikarenakan sedang dalam “masa pencarian”.
Kelabilan tersebut merupakan hal yang wajar untuk dialami oleh remaja, namun kedepannya
mereka harus memiliki kematangan emosi. Menurut Bimo Walgito (2005:135) “kematangan
emosi adalah individu menilai situasi secara kritis terlebih dahulu sebelum bereaksi secara
emosional, tidak lagi bereaksi tanpa berpikir sebelumnya seperti, anak-anak atau orang yang
tidak matang”. Kematangan emosi dapat dipelajari melalui situasi situasi yang nyata atau
pengalaman yang dialami oleh individu, seperti bersosialisasi dengan teman. Namun, adanya
pandemi membuat semua aktivitas dihentikan dan dialihkan untuk dilakukan di rumah saja.
Sehingga hal ini menjadi rawan bagi remaja untuk mendapatkan gangguan mental emosional

Kata kunci : remaja, emosi, kematangan, pandemi

iii
Kata Pengantar

Pertama tama penulis panjatkan puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis berjudul “Dampak Pandemi
terhadap Perubahan Emosional Siswa MAN 2 Kota Bogor” dengan lancar.
Adapun penelitian dan pembuatan karya tulis ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas Bahasa
Indonesia tahun pelajaran 2020/2021. Selain itu semoga dengan ditulisnya karya tulis ini dapat
menjadi pedoman dan acuan dalam menulis karya tulis untuk teman teman. Dan semoga tujuan
karya tulis ini dapat benar benar tersampaikan .
Dalam penyusunan karya tulis ini penulis telah berusaha dengan segenap kemampuan penulis.
Namun, penulis menyadari bahwa karya tulis ini jauh dari kesempurnaan. Terdapat banyak
kelemahan dan kekurangan dalam karya tulis ini.Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik
dan saran yang membangun agar karya tulis ini menjadi lebih baik dan dapat digunakan
sebagaimana fungsinya. Besar harapan penulis, jika karya tulis ini dapat memberikan
sumbangsih yang berarti bagi mereka yang membaca dan mempergunakannya.

Sabtu, 3 April 2021

iv
DAFTAR ISI
Halaman Judul ......................................................................................................................................i
Lembar Pengesahan.............................................................................................................................ii
Abstrak.................................................................................................................................................iii
Kata Pengantar....................................................................................................................................iv
Daftar Isi................................................................................................................................................v
Daftar Tabel.........................................................................................................................................vi
Bab I Pendahuluan...............................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah......................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................................1
1.3 Tujuan Penelitian.................................................................................................................1
1.4 Manfaat Penelitian...............................................................................................................1
1.5 Metode Penelitian.................................................................................................................2
Bab II Tinjauan Pustaka......................................................................................................................3
2.1 Remaja.................................................................................................................................3
2.2 Kematangan Emosi.............................................................................................................4
Bab III Pembahasan.............................................................................................................................6
3.1 Perubahan Emosional pada Remaja................................................................................6
3.2 Hubungan Pandemi dengan Perubahan Emosional Siswa.............................................7
3.3 Dampak Perubahan Emosional Siswa.............................................................................8
Bab IV Kesimpulan dan Saran..........................................................................................................10
Daftar Pustaka....................................................................................................................................11

v
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Deskripsi data hubungan antara perubahan emosional siswa


selama pandemi ......................................................................................7
Tabel 3.2 Data siswa yang mengalami emosi marah atau sedih yang berlebihan.7
Tabel 3.3 Faktor faktor pemicu perubahan emosi siswa selama pandemic..........8
Tabel 3.4 Data kegiatan yang siswa lakukan untuk menstabilkan emosi..............9

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masa remaja merupakan tahap yang penting dalam pertumbuhan. Di masa ini seorang individu
mulai berkembang untuk menjadi pribadi yang lebih baik kedepannya. Masa remaja merupakan
tahap pencarian. Pencarian jati diri dan bakat. Oleh karena itu masa remaja merupakan masa
dimana seorang individu menjadi labil . Emosi yang bergejolak itu namun biasanya akan
tersalurkan dengan bersosialisasi dan mengeksplor hal hal disekitarnya. Namun di kasus virus
COVID-19 yang pertama kali ditemukan di Wuhan, Cina mulai menyebar dan menyebabkan
WHO ( World Health Organization) menetapkannya sebagai Pandemi pada Maret 2020.
Pandemi ini terpaksa membuat pemerintah untuk melakukan lockdown untuk membatasi
mobilitas agar penularan virus ini tidak tersebar luas. WHO ( World Health Organization)
melaporkan adanya peningkatan kasus kesehatan mental di beberapa negara. Sementara itu, Data
Riskesdas (riset kesehatan dasar) 2018 menunjukkan prevalensi gangguan mental emosional
yang ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan untuk usia 15 tahun ke atas
mencapai sekitar 6,1% dari jumlah penduduk Indonesia atau setara dengan 11 juta orang.
Oleh karena, itu penulis tertarik untuk meneliti karya tulis yang berjudul “Dampak Pandemi
terhadap Perubahan Emosional Siswa/i XI MIPA 2 MAN 2 Kota Bogor”

1.2 Rumusan Masalah

i. Bagaimana remaja dapat mengalami perubahan emosional ?


ii. Bagaimana pandemi dapat berhubungan dengan perubahan emosional siswa?
iii. Bagaimana dampak yang dapat ditimbulkan oleh perubahan emosional siswa ?

1.3 Tujuan

i. Karya tulis ini dibuat untuk memenuhi tugas Bahasa Indonesia


ii. Mengetahui hubungan pandemi dengan perubahan emosional siswa
iii. Mendeskripsikan dampak yang ditimbulkan dari perubahan emosional siswa

1.4 Manfaat

1
i. Secara akademis, karya tulis ini diharapkan dapat menjadi kontribusi ilmiah pada kajian
mengenai kesehatan mental remaja saat pandemi.
ii. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi pada masyarkat akan
pentingnya menjaga kesehatan mental saat pandemi. Penelitian ini juga diharapkan dapat
mengedukasi orangtua dan siswa akan pentingya kesehatan mental remaja saat pandemi.

1.5 Metode

Metode yang digunakan dalam penulisan karya tulis ini adalah metode penelitian korelasional
dengan pendekatan kuantitatif. Data diperoleh melalui studi literatur dan pembagian angket .
Jenis referensi utama yang digunakan dalam studi literatur adalah buku dan jurnal. Data tersebut
dijadikan sebagai dasar untuk menganalisis dan menjelaskan masalah dalam sebuah pembahasan.
Pembagian angket dilakukan kepada 21 dari 30 orang XI MIPA MAN 2 Kota Bogor. Teknik
analisis data yang digunakan berupa analisis data inferensial.

2
BAB II

Tinjauan Pustaka

2.1 Remaja

Dalam tulisannya Durkin (1995) mengemukakan tentang sulitnya untuk membatasi usia remaja,
kapan harus mulai dan bilamana harus berakhir. Lebih lanjut diungkap Durkin, mungkin saja
menyebut angka 13 sebagai usia dimulainya masa remaja, namun tentunya hal tersebut
tergantung pada kematangan diri yang bersangkutan, sehingga bagi Durkin (1995) mungkin saja
pada diri seseremaja usia remaja dimulai pada saat yang bersangkutan berusia, 12 tahun, namun
bagi remaja lain dapat 11 tahun atau justru malah 14 tahun, dan itu tergantung dari tingkat
kematangan yang bersangkutan. Mungkin hal inilah yang menyebabkan Mönks, dkk., (2001)
menyebutnya meski sebagai masa yang penting, namun masa remaja mempunyai tempat yang
tidak jelas dalam rangkaian proses perkembangan seseremaja

Badan Kesehatan Dunia (WHO) memberikan batasan mengenai siapa remaja secara konseptual.
Dikemukakannya oleh WHO ada tiga kriteria yang digunakan; biologis, psikologis, dan sosial
ekonomi, yakni: (1) individu yang berkembang saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda
seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual, (2) individu yang mengalami
perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari anak-anak menjadi dewasa, dan (3) terjadi
peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada keadaan yang lebih mandiri

Selanjutnya, Jahja mengemukakan bahwa masa remaja adalah suatu masa perubahan. Pada masa
remaja terjadi perubahan yang cepat baik secra fisik, maupun psikologis. Ada beberapa
perubahan yang terjadi selama masa remaja yang sekaligus sebagai ciri-ciri masa remaja yaitu :

1. Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja awal yang dikenal sebagai
masa storm & stress. Peningkatan emosional ini merupakan hasil dari perubahan fisik terutama
hormon yang terjadi pada masa remaja. Dari segi kondisi sosial, peningkatan emosi ini
merupakan tanda bahwa remaja berada dalam kondisi bari yang berbeda dari masa-masa yang
sebelumnya. Pada fase ini banyak tuntutan dan tekanan yang ditujukan kepada remaja, misalnya
mereka diharapkan untuk tidak lagi bertingkah laku

3
seperti anak-anak, mereka harus lebih mandiri, dan bertanggung jawab. Kemandirian dan
tanggung jawab ini akan terbentuk seiring berjalannya waktu, dan akan tampak jelas pada remaja
akhir yang duduk di awal-awal masa kuliah di Perguruan Tinggi.

2. Perubahan yang cepat secara fisik juga disertai dengan kematangan seksual. Terkadang
perubahan ini membuat remaja merasa tidak yakin akan diri dan kemampuan mereka sendiri.
Perubahan fisik yang terjadi secara cepat, baik perubahan internal seperti sistem sirkulasi,
pencernaan, dan system respirasi maupun perubahan eksternal seperti tinggi badan, berat badan,
dan proporsi tubuh sangat berpengaruh terhadap konsep diri remaja.

3. Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungannya dengan orang lain. Selama
masa remaja banyak hal-hal yang menarik bagi dirinya dibawa dari masa kanak-kanak
digantikan dengan hal menarik yang baru dan lebih matang. Hal ini juga dikarenakan adanya
tanggung jawab yang lebih besa pada masa remaja, maka remaja diharapkan untuk dapat
mengarahkan ketertarikan mereka pada hal-hal yang lebih penting. Perubahan juga terjadi dalam
hubungannya dengan orang lain. Remaja tidak lagi berhubungan hanya dengan individu dari
jenis kelamin yang sama, tetapi juga dengan lawan jenis, dan dengan orang dewasa.

4. Perubahan nilai, di mana apa yang mereka anggap penting pada masa kanak-kanak menjadi
kurang penting, karena telah mendekati dewasa.

5. Kebanyakan remaja bersikap ambivalen dalam menghadapi perubahan yang terjadi. Di satu
sisi mereka menginginkan kebebasan, tetapi di sisi lain mereka takut akan tanggung jawab yang
menyertai kebebasan itu, serta meragukan kemampuan mereka sendiri untuk memikul tanggung
jawab itu.

2.2 Kematangan Emosi

“Dari segi etimologi, emosi berasal dari akar kata bahasa Latin ‘movere’yang berarti
‘menggerakkan, bergerak.’ Kemudian ditambah dengan awalan ‘e-‘ untuk memberi arti
‘bergerak menjauh. “Makna ini menyiratkan kesan bahwa kecenderungan bertindak merupakan
hal mutlak dalam emosi” Darwis Hude (2006 :16). Sedangkan menurut William James (dalam
Alex Sobur, 2003 :399), “emosi adalah kecenderungan untuk memilki perasaan yang khas bila
berhadapan dengan objek tertentu dalam lingkungannya”. Senada dengan itu Crow & Crow
(dalam Alex Sobur, 2003:400) “mengartikan emosi sebagai suatu keadaan yang bergejolak pada

4
diri individu yang berfungsi sebagai inner adjustment (penyesuaian dari dalam) terhadap
lingkungan untuk mencapai kesejahteraan dan keselamata individu”.

Secara tradisional masa remaja dianggap sebagai periode “badai dan tekanan”, suatu masa
dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar (Hurlock,
1980: 212). Menurut Rosenblum & Lewis (dalam Santrock, 2007: 201) masa remaja merupakan
suatu masa dimana fluktuasi emosi naik turun berlangsung dengan lebih sering. Hal ini
menunjukan bahwa pada masa ini perubahan emosi sering terjadi.

Namun, semua emosi itu dapat terkendalikan apabila remaja tersebut mencapai kematangan
emosi. Hal ini sesuai dengan pendapat Pikunas (dalam Ali & Asrori, 2012: 73) yang mengatakan
bahwa salah satu tugas perkembangan remaja adalah mencapai kematangan emosi.

Seremaja siswa remaja dikatakan sudah mencapai kematangan emosi bila pada masa remaja
tidak meledakkan emosinya dihadapan remaja lain, melainkan menunggu saat dan tempat yang
lebih tepat pula untuk mengungkapkan emosinya dengan cara- cara yang lebih dapat diterima.
Remaja yang telah mencapai kematangan emosi akan mampumenilai situasi secara kritis terlebih
dahulu bereaksi secara emosional, tidak lagi bereaksi tanpa berpikir sebelumnya.Hurlock (1990:
229) mengatakan bahwa keseimbangan emosi dapat diperoleh dengan 2 cara yaitu: 1)
mengendalikan lingkungan dengan tujuan, supaya emosi yang tidak menyenangkan cepat
diimbangi dengan emosi yang menyenangkan, 2) adalah dengan membantu anak
mengembangkan toleransi terhadap emosinya. Selanjutnya Hurlock (1990: 213) mempertegas
bahwa remaja yang emosinya telah matang dapat memberikan reaksi emosional yang stabil,
tidak berubah-ubah dari satu emosi atau suasana hati ke emosi atau suasana hati yang lain,
seperti periode sebelumnya.

Dari hal hal yang telah dijabarkan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kematangan emosi
adalah kondisi dimana seorang individu dapat mengontrol emosi nya dan dapat menyalurkan
emosinya melalui hal hal yang tidak membahayakan diri dan lingkungannya serta dapat menilai
situasi dan kondisi sebelum bereaksi secara emosional.

5
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Perubahan Emosional pada Remaja

Masa remaja sering dikaitkan dengan kondisi labil, dikarenakan emosi mereka yang cenderung
naik turun. Hal ini wajar dikarenakan remaja masih ditahap perkembangan sehingga banyak
remaja yang belum memiliki kematangan dalam mengekspresikan emosi secara tepat dan wajar.

Berdasarkan penelitian,sistem emosional berada pada struktur otak limbik, sedangkan sistem
logis berkutat di daerah frontal. Sistem limbik bertugas mengatur emosi, dorongan, penghargaan,
dan motivasi. Sementara itu, sistem frontal terkait dengan pengambilan keputusan, pengendalian
impuls dan lain-lain. Kedua sistem ini memiliki cara kerjanya masing-masing.

Pada segala usia, kedua struktur tersebut akan selalu berhubungan dengan tugas dan perannya
masing-masing. Namun, saat fase remaja, faktor hormonal dan perkembangan otak yang menjadi
lebih matang terkadang mesti “mengorbankan” fungsi dari bagian-bagian otak tersebut.

Selama masa remaja, sistem limbik akan lebih bergesekan dengan hormon testosteron. Hal ini
dapat memicu fungsi otak menjadi lebih labil dan “naik–turun”.

3.2 Hubungan Pandemi dengan Perubahan Emosional Siswa

Pandemi ini membuat kita untuk membatasi mobilitas. Termasuk di dalamnya aktivitas
yang biasa dilangsungkan di sekolah . Tentunya hal ini dapat berdampak terhadap kesehatan
mental remaja. Dikarenakan, masa remaja adalah masa untuk mengeksplorasi banyak hal untuk
mematangkan kemampuan problem solving, kontrol diri dan emosi. Selain itu Berdasarkan hasil
penelitian di dapatkan data sebagai berikut :

Tabel 3.1 Deskripsi data hubungan antara perubahan emosional siswa selama pandemi

6
Berdasarkan data dapat diketahui bahwa 60% siswa atau 12 dari 21 orang siswa mengalami
perubahan emosional yang drastis selama pandemi COVID-19 ini. Dan 40 % siswa atau 8 dari
21 orang siswa menyatakan bahwa mereka mungkin mengalami perubahan emosional siswa
selama pandemi. Sementara 1 responden lainnya memilih untuk tidak menjawab.

Tabel 3.2 Data siswa yang mengalami emosi marah atau sedih yang berlebihan

Berdasarkan data dapat diketahui 81% siswa atau 17 dari 21 siswa pernah mengalami perasaan
marah atau sedih yang berlebihan. Sementara 19% siswa atau 4 dari 21 siswa menyatakan tidak
pernah mengalami perasaan tersebut.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan berikut adalah faktor faktor yang dapat
memicu perubahan emosi siswa selama pandemi :

Tabel 3.3 Faktor faktor pemicu perubahan emosi siswa selama pandemi

7
Berdasarkan data yang telah didapatkan , faktor internal dari dalam diri sendiri
mendapatkan paling banyak respons yaitu sebanyak 80% atau 16 dari 21 siswa. Faktor kedua
yang paling banyak mendapat respon yaitu terkait masalah pembelajaran, sebanyak 70% atau 14
dari 21 siswa merespon bahwa masalah pembelajaran menjadi hal yang dapat memicu perubahan
emosi mereka . Kemudia diiikuti dengan faktor teman sebanyak 25% , faktor keluarga sebanyak
4 % , faktor tidak memiliki uang untuk membeli album sebanyak 2% , faktor stress dengan
keluarga dan tekanan batin sebenyak 5 % dan faktor tanggung jawab organisasi sebanyak 5 %.

Dari data data yang telah dijabarkan di atas dapat kita simpulkan mayoritas remaja XI
MIPA 2 MAN 2 Kota Bogor mengalami perubahan emosional drastis selama pandemi ini. Hal
ini dapat mengindikasikan bahwa beberapa dari mereka, memiliki kemungkinan mengalami
gangguan mental emosional. Mental emosional adalah suatu kondisi dimana seseorang
mengalami distress psikologik, terjadi perubahan psikologis pada keadaan tertentu tetapi bisa
kembali pulih seperti semula, akan tetapi masalah mental emosional ini apabila tidak ditangani
secara tepat akan menimbulkan dampak yang buruk bagi proses perkembangan remaja
(Mubasyiroh et al., 2017). Masalah mental emosional merupakan suatu keadaan yang di alami
oleh individu ditandai dengan perubahan emosional dan apabila berkelanjutan akan berkembang
menjadi keadaan patologis.

3.3 Dampak Perubahan Emosional Siswa

8
Perubahan emosi bagi seorang remaja merupakan hal yang normal. Namun, apabila perubahan
emosional ini terjadi secara tidak terkontrol tentu saja hal itu bisa sangat berakibat terhadap
kesehatan mental seorang siswa.

Kesehatan mental merupakan hal yang penting, namun banyak masyarakat kita yang masih abai
hal akan hal ini. Dibawah ini data yang penulis dapatkan dari hasil angket para siswa XI Mipa 2
Man 2 Kota Bogor mengenai dampak yang ditimbulkan apabila emosi mereka sedang tidak
stabil.

1. Sering menangis
2. Melampiaskan ke orang terdekatnya
3. Lupa waktu
4. Tugas tidak dikerjakan
5. Malas melakuka aktivitas

Dan berikut hal yang biasa siswa lakukan disaat emosi mereka sedang tidak stabil :

Tabel 3.4 Data kegiatan yang siswa lakukan untuk menstabilkan emosi

Dari data dapat diketahui bahwa tidur dan sholat merupakan dua hal yang paling banyak siswa
lakukan untuk menstabilkan kembali emosi mereka yaitu sebanyak 76.2% atau 16 dari 21 siswa
merespon kegiatan ini, kemudian dilanjutkan dengan bermain sosial media yaitu sebanyal 61,9%
atau 13 dari 21 siswa merespon akan hal ini, kemudian dilanjutkan dengan aktivitas bermain

9
bersama teman yang memiliki suara sebanyak 23.6% , bermain game sebanyak 14,3%, nonton
sembari makan sebanyak 9.5%, dan jawaban lainnya sebanyak 1 % .

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Dari data data yang telah dijabarkan di bab sebelumnya,maka penulis dapat menyimpulkan
bahwa :
a. Perubahan emosional pada remaja merupakan hal yang wajar untuk terjadi.Faktor
biologis menjadi salah satu penyebabnya, karena selama masa remaja terjadi perubhan
hormone yang drastic, sehingga hormone di dalam akan sering bergesekan dengan system
limbik, yaitu system yang bertugas untuk mengatur emosi.
b. Selama masa pandemi mayoritas siswa/i XI MIPA 2 MAN 2 Kota Bogor merasa yakin
bahwa mereka mengalami perubahan emosional yang drastis beberapa diantaranya
menyatakan tidak yakin akan pernyataan tersebut. Namun, selama masa pandemi hampir
lebih dari setengah siswa/i XI MIPA 2 MAN 2 Kota Bogor menyatakan pernah
mengalami emosi marah atau sedih yang berlebihan. Beerdasarkan, data yang diperoleh
tiga faktor paling utama yang memicu perubahan emosi ini adalah mengenai faktor
internal dari dalam sendiri kemudian diikuti dengan faktor pembelajaran, dan yang
terakhir berkaitan dengan pertemanan.
c. Dampak yang dapat terjadi ketika siswa mengalami penurunan atau kenaikan emosi
selama pandemic yaitu melalaikan tugas, melampiaskan ke orang terdekat,menjadi sering
menangis dan masih banyak lagi. Sementara hal hal yang biasa dilakukan siswa untuk
mengatasi perubahan emosi ini seperti tidur,sholat,bermain sosmed,bermain bersama
teman, bermain game, dan masih banyak lagi
4.2 Saran
Kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Kesehatan mental yang memburuk
juga dapat membuat manusia melakukan hal yang tidak seharunya dilakukan , namun banyak
masyarakat yang masih abai terhadap hal ini.
Selama pandemi ini beberapa negara melaporkan terjadinya peningkatan kasus kesehatan mental.
Oleh karena itu penulis berharap dengan adanya karya tulis ini masyarakat dapat lebih
meningkatkan kesadaran akan pengetahuan tersebut dan kepedulian terhadap sesame, terutama
terhadap individu yang mulai menunjukkan tanda tanda gangguan mental.

10
Penulis menyarankan kepada individu yang mulai merasakan gangguan mental untuk segera
memeriksakan kondisinya ke pusko pelayanan terdekat.

DAFTAR PUSTAKA
Komarudin. "MEMBENTUK KEMATANGAN EMOSI DAN KEKUATAN BERPIKIR
POSITIF PADA REMAJA MELALUI PENDIDIKAN JASMANI." Jurnal Pendidikan
Jasmani Indonesia 12, no. 2 (November 2016), 69-70. doi :10.21831/JPJI.V12I2.17104.
( diakses 2 April 2021)

Malfasari, Eka, Sarimah, Rizka Febtrina, and Rina Herniyanti. "KONDISI MENTAL
EMOSONAL PADA REMAJA." Jurnal Keperawatan Jiwa 8 (Agustus 2020), 241.

Prasetyo, Bobby Agung. “Mengapa Remaja Mudah Emosional?” Klikdokter.com, Klikdokter, 5


Oktober. 2018, 8.30, www.klikdokter.com/info-sehat/read/3615775/mengapa-remaja-
mudah-emosional. ( diakses 1 April 2021)

Rachmawati, Alfina Ayu. “Darurat Kesehatan Mental Bagi Remaja.”


https://egsa.geo.ugm.ac.id/. egsaugm, 27 November , 2020.
https://egsa.geo.ugm.ac.id/2020/11/27/darurat-kesehatan-mental-bagi-remaja/. ( diakses
3 April 2021)

Fitri, N.F.,& Adelya,B. "Kematangan emosi remaja dalam pengentasan masalah." JPGI (Jurnal
Penelitian Guru Indonesia) 2, no. 2 (Oktober 2017), 31.

Windy Pramuningtya, Irene N. "HUBUNGAN POLA ASUH ORANGTUA OTORITARIAN


DENGAN PERSAINGAN SAUDARA KANDUNG PADA REMAJA SMP." 2017.
http://repository.unika.ac.id/id/eprint/15824. ( diakses 4 April 2021)

Saputro, Khamim Z. "Memahami Ciri dan Tugas Perkembangan Masa Remaja." Aplikasia:
Jurnal Aplikasi Ilmu-ilmu Agama 17, no. 1 (2018), 25-28.
doi:10.14421/aplikasia.v17i1.1362.nm (diakses 4 April 2021)

11

Anda mungkin juga menyukai