Anda di halaman 1dari 12

INDIA ( DIJAJAH INGGRIS )

Dinasti Mughal

Sejarah Daulah Mughal

Kerajaan Mughal berdiri sejak abad ke 16 sampai abad ke 19.

Daulah Mughal bukanlah daulah pertama di India, sebelumnya sudah berdiri kekuasaan Islam, namun
belum menemukan kejayaannya. Jadi, Daulah Mughal bisa dikatakan sebagai penerus Kesultanan Delhi
yang sudah berdiri terlebih dahulu.

Dunia Islam pada Abad ke-17 bertumpu kepada tiga kerajaan besar, yaituKerajaan Syafawi di Persia,
Mughal di India, dan Turki Utsmani di Turki dengan dua periode

Didirikan oleh Zahiruddin Muhammad Babur (1526-1530 M), yang merupakan salah satu cucu dari Timur
Lenk dan Umar Mirza adalah ayahnya, yaitu penguasa Farghana

Ia punya ambisi kuat untuk menguasai Samarkand, gagal di usaha pertama, dapat amunisi dari dinasti
syafawiyah.

Setelah Samarkand, target berikutnya adalah Kabul (ibu kota Afghanistan) dans setelah Kabul berhasil
ditaklukkan atas bantuan raja Khurasan , Babur melanjutkann ekspansinya ke India.

Saat itu, Ibrahim Lodi, penguasa India, di landa krisis sehingga stabilitas pemerintahan menjadi kacau.
Daulah Khan, Gubernur Lahore dan Alam Khan, paman Ibrahim sendiri melakukan pembangkangan pada
tahun 1524 terhadap pemerintahan Ibrahim Lodi, dan meminta bantuan Babur untuk merebut Delhi.

Setelah punjab dikuasai, Babur beserta pasukannya bergerak ke Delhi. Ibrahim Lodi akhirnya berhasil
dikalahkan dan meninggal dunia beserta ribuan tentaranya dalampertempuran dahsyat di Panipat pada
tanggal 21 April 1526 M. Babur tampil sebagaipemenang dan kemudian menegakkan pemerintahannya
di Delhi. Dengan demikian, berdirilah Daulah Mughal di India.

Kejayaan

Kerajaan Mughal mencapai puncak kejayaannya pada masa kepemimpinan Akbar (1556-1605) dan
generasi sesudah Akbar yaitu Jahangir (1605-1627 ), Shah Jahan (1627-1658 ), Aurangzeb (1658-1707).

Kemajuan yang dicapai Kerajaan Mughal diantaranya :

Faktor kemajuan :

a.Kerajaan Mughal memiliki pemerintahan dan raja yang kuat.

b.Hingga Pemerintahan Aurangzeb, rakyat cukup puas dan sejahtera dengan pola kepemimpinan raja
dan program kesejahteraannya.

c.Prajurit Mughal dikenal sebagai prajurit yang tangguh dan memiliki patriotisme yang tinggi.

d.Sultan yang memerintah sangat mencintai ilmu dan pengetahuan.


Bidang Adminstrasi :

Dalam kaitannya dengan bidang administrasi, Pemerintahan Mughal di India membagi wilayahnya
menjadi 20 provinsi. Yang setiap-setiap provinsi dikepalai oleh seorang gubernur yang bertanggung
jawab kepada sultan, pemerintahan Mughal juga memiliki tata cara administrasi, gelar resmi serta tata
mata uang yang seragam. Bahasa resmi di tingkat birokrasi pemerintahan dan dalam dokumen-dokumen
resmi kenegaraan memakai bahasa Persia.

Selanjutnya untuk melaksanakan kebijkan pemerintahan, para penguasa biasanya dibantu oleh
beberapa dewan, seperti a Diwan a Khalisa yang bertugas mengurus wilayah, a Diwan-I tan yang
bertugas mengangkat dan menempatkan para aparat pemerintah daerah, the Mir Bahhsiyang bertugas
mengurus militer dan merekrut calon pejabat. Di samping itu, ada juga jabatanSadar al-sudur yang
bertugas mengurus masalah keagamaan. Untuk pelayanan masyarakat dikelola oleh suatu badanyang
bernama Mansabdari. Dilihat dari sini, bahwa sistem pemerintahan Mughal sudah relatif tertata, itu
adalah perjalanan yang bagus untuk pemerintahan yang maju.

Bidang Militer & Bidang Politik :

Perluasan wilayah pada masa Daulah Mughal berhasil menguasai Chundar,Ghond, Chitor, Ranthabar,
Kalinjar, Gujarat, Surat, Bihar, Bengal, Kashmir, Orissa,Deccan, Gawilgarh, Narhala, Ahmadnagar, dan
Asirgah. dan konsolidasi kekuatan. Pemerintahan daerah dipegang oleh seorang Sipah Salar (kepala
komandan), sedang sub-distrik dipegang oleh Faujdar(komandan). Jabatan-jabatan sipil juga diberi
jenjang kepangkatan yang bercorak kemiliteran. Pejabat-pejabat pada masa itu diharuskan mengikuti
Latihan kemiliteran.

Sistim yang menonjol adalah politik Sulh-E-Kul atau toleransi universal. Sistem ini sangat tepat karena
mayoritas masyarakat India adalah Hindu sedangkan Mughal adalah Islam. Disisi lain terdapat juga ras
atau etnis lain yang juga terdapat di India. Lembaga yang produk dari Sistim ini adalah Din-I-Ilahi dan
Mansabhadari. Dibidang militer, pasukan Mughal dikenal pasukan yang sangat kuat. Mereka terdiri dari
pasukan gajah berkuda dan meriam. Wilayahnya dibagi distrik-distrik. Setiap distrik dikepalai oleh sipah
salar dan sub distrik di kepalai oleh faudjar. Dengan sistim ini pasukan Mughal berhasil menahlukan
daerah-daera di sekitarnya.

Bidang Ekonomi

Mengembangkan pertumbuhan perekonomian Mughal, difokuskan pada sector pertanian dan


perdagangan. Sistem pertanian diatur pemerintah dengan cara yang baik. dimana para petani yang
memiliki lahan kecil atau deh, para deh ini membentuk sebuahkomunitas yang tergabung dalam
pargana (desa) dan dipimpin oleh seorang Mukaddam.Melalui para mukaddam inilah para petani kecil
berhubungan dengan pemerintah. DimasaAkbar pertanian Mughal terbilang maju, penjualan terbesar
pada sektor pertanian adalabiji-bijian, padi, kacang, tebu, sayur-sayuran, rempah, rempah , tembakau,
kapas, nila danbahan-bahan celupan, untuk setiap hasil panen sepertiga hasilnya wajib diberikan kepada
kerajaan. Selain maju dalam hasil buminya, Kerajaan Mughal juga mengembangkan pada sektor
perdagangan seperti kain tenun, kain tipis yang terbuat dari gordyn yang mana bahan ini banyak
dihasilkan di Gujarat dan Bengal. Selain sektor pertanian danperdagangan diterapkan sistem pajak
seperti pajak tanah dan hasil bumi yang diberatkan kepada rakyat, penarikan pajak dilakukan dengan
1
cara yang adil, pemberatan pajak diberlakukan kepada pejabat pusat berupa hasil gaji dan pemberian
3
bendabenda yang dihasilkan dari distrik dan subdistrik maupun dari harta rampasan perang. Petani
1
hanya diberatkan pajak dengan memberikan hasil pertanian (berupa bahan pokok) (Yatim, 2013:150).
3
Bidang Pendidikan

Dunia intelektual, ada kemajuan yang dialami oleh pemerintahan dinasti Mughal di India. Studi-studi di
bidang yang di anggap keilmuan “ non agama “ seperti logika, filsafat, geometri,geografi, sejarah, politik,
dan matematika di galakkan. Semangat itu juga di tunjang dengan di bangunnya berbagai sarana-sarana
pendidikan. Pada zaman pemerintahan Mughal dipimpin oleh Syah Jahan dan Aurangzeb, mereka
membangun sekolah-sekolah tinggi, di samping juga pusat pengajaran di Lueknow. Kualitas pendidikan
madrasah yang muncul pada periode-periode selanjutnya yaitu Madrasah Deoband. Pada masa Shah
Jahan didirikan sebuah Perguruan Tinggi di Delhi. Jumlah ini semakin bertambah ketika pemerintah di
pegang oleh Aurangzeb. Dibidang ilmu agama berhasil dikondifikasikan hukum islam yang dikenal
dengan sebutan Fatawa-I-Alamgiri . Ini membuktikan bahwa dunia intelektual pemerintahan Mughal di
india cukup eksis.

Bidang Agama

Pada masa Akbar, perkembangan agama Islam di Kerajaan Mughal mencapai suatu fase yang menarik,
dimana pada masa itu Akbar memproklamasikan sebuah cara baru dalam beragama, yaitu konsep Din-i-
Ilahi. Din-i-Ilahi sendiri merupkan konsep agama dengan menggabungkan unsur-unsur terbaik dari
ajaran Islam dan Hindu, ditambah dari unsur agama atau kepercayaan lainnya seperti Kristen, Jainisme,
Zoroastrianisme, dan seterusnya (sinkretisme).Karena aliran ini Akbar mendapat kritik dari berbagai
lapisan umat Islam. Bahkan Akbar dituduh membuat agama baru. Karena pada prakteknya, Din-Ilahi
bukan sebuah ajaran tentang agama Islam. Namun , konsepsi itu merupakan upaya mempersatukan
umat-umat beragama di India

Bidang Seni dan Budaya

Di masa pemerintahan Islam di India, Mughal, muncul hasil karya-karya yang indah. Para penguasanya
banyak yang menyukai keindahan. Itu terlihat misalnya pada sikap m ereka terhadap sepak terjang
dalam dunia arsitektur. Ciri yang menonjol dari arsitektur Mughaladalah pemakaian ukiran dan marmer
yang timbul dengan kombinasi warna-warni. Berbagai bangunan monumental masih bisa disaksikan
hingga sekarang, di antaranya Benteng Agra atau Agra Fort. Benteng Merah atau Red Fort. Taj Mahal.
Mesjid Raya Delhi

Bidang sastra juga menonjol. Banyak karya sastra yang diubah dari bahasa Persia ke bahasa India. Pada
masa Akbar berkembang bahasaUrdu, yang merupakan perpaduan dari berbagai bahasa yang ada di
India. Bahasa urdu ini kemudian banyak dipakai di India dan Pakisan sekarang. Sastrawan Mughal yang
terkenal adalah malik Muhammad Jayashi, dengan karya monumentalnya Padmavat, sebuah karya
alegoris yang mengandung kebajikan jiwa manusia. Sastrawan lain adalah Abu Fadhlyang juga
sejarawan. Karyanya berjudul Akbar Nameh dan Ain e-Akbari,yang mengupas sejarah Mughal
berdasarkan figure pimpinannya.
Faktor keruntuhan

Internal :

Tidak adanya Kejelasan Lajur Suksesi, Ketidakjelasan suksesi menimbulkan berbagai kemelut
berkepanjangan di antara para anggota keluarga kerajaan yang merasa mempunyaiwewenang dan
kemampuan untuk menjadi raja. Akibatnya, perebutankekuasaan melalui kekerasan dan bahkan
perang saudara sering tidak terhindarkan lagi

Lemahnya Para Pewaris Tahta Kerajaan, Kebanyakan pewaris tahta kerajaan, terutama setelah
Aurangzebadalah orang-orang yang lemah dalam kepemimpinan. Hal ini terbukti, bahwa dari 29
Sultan yang pernah memimpin kerajaan Mughal hanya beberapa saja yang tercatat mampu
bertahan lebih dari 20 tahun (Boswirh, 1993: 235).

Kebijakan Puritanisme, Kebijakan puritanisme oleh sultan Aurangzeb dan pengislaman orang-orang
Hindu secara paksa demi menjadikan tanah India sebagai negara Islam, sehingga akhirnya
meletuslah berbagai pemberontakan-pemberontakan seperti yang dilakukan oleh kalangan
Marathas di bawah pimpinan Santaji Ghjorpade dan Dhanaji Jadev (Mahmudunnasir, 1994: 373)

Pemaksaan Ajaran Syi’ah, Pemaksaan ajaran Syi’ah diberlakukan oleh Muazzam, putera tertua
Sultan Aurangzeb yang sebelumnya menjadi penguasa di Kabul bergelar Bahadur Syah (1707-1712
M).
Eksternal :

Adanya pemberontakan-pemberontakan yang dilakukan oleh orang-orang Hindu di India Tengah


dan Sikh di utara dan Islam di bagian timur

Adanya serangan-serangan dari luar, seperti yang dilakukan oleh Nadir Syah pada tahun 1739 M.
karena menganggap kerajaan Mughal telah banyak sekali memberikan bantuan kepada para
pemberontak Afghan di daerah Persia. Serangan yang dilakukan oleh Ahmad Khan Durrani dari
Afghan tahun 1761 M yang pada akhirnya membuat kerajaan ini menjadi negara boneka.

Datangnya kekuatan Inggris dengan perusahaan dagangnya IEC

Kemunduran

Dari masa panjang sekitar tiga setengah abad Mughal berkuasa, tetapi masa perkembangan dan
kejayaannya hanya dapat dipertahankan sekitar satu abad, yaitu sampai dengan masa Aurangzeb
(1658-1707 M). Setelah masa Aurangzeb, Mughal mengalami kemunduran secara berangsur-angsur
dalam waktu sekitar kurang dari dua abad.
Ada dua hal yang mengancam kebesaran Mughal di India ittu selain kerajaan-kerajaan Brahmana yang
dibangun hendak melepaskan diri dari kungkungan Mughal, demikian juga beberapa kerajaan Islam yang
lain. Adapun dual hal yang mengancam itu ialah

Pertama kerajaan Iran di bawah pimpinan Nadir Syah. Sebagaimana diketahui dalam sejarah Umat Islam
Iran yang telah terdahulu, Nadir Syah setelah dapat merampas kekuasaan dari pada keturunan Shafawiy
dengan akal yang asangat cerdik, dan setelah berhasil mengalahkan musuh-musuhnya, akhirnya
timbulnya keinginannya yang sangat besar untuk menaklukan kerajaan Mughal di Delhi Agra itu. Dengan
berbagai macam alasan terutama dengan tuduhan bahwa kerajaan Delhi banyak sekali memberikan
erbantuan kepada kaum pemberontak Afganistan dan memberikan perlindungan kepada pelarian-
pelarian politik, maka diserangnyalah negeri itu (1739), yaitu dua tahun saja setelah kekuasaan Iran
bulat di tangannya.

Setelah ada beberapa persetuan antara Sultan Muhammad Syah dan Nadir Syah, yang akhirnya
membuat Sultan Muhammad Syah mengakui atas kekuatan yang dimilki oleh Nadir Syah. Hal ini ditandai
dengan penyerahan berbagai upeti yang sangat banyak kepada Nadir Syah sebagai syarat penyerahan
diri serta memberikan pengampunan dan perlindungan kepada Sultan Muhammad Syah dan rakyat
Delhi. Diantara benda-benda yang diserahkan kepada Nadir adalah singgasana buruk merak yang sampai
sekarang masih dapat dilihat di dalam istana Iran. Demikian juga intan-berlian Koh-i-Nor yang terkenal
itu.

Setelah masa-masa pemerintahan Muhammad Syah berakhir maka digantikanlah oleh Sultan Alam Syah.
Pada masa ini Sultan Alam Syah berusaha merebut kembali wilayah Benggala dan berhasil, tiba-tiba
terjadilah peperangan dengan kompeni Inggris. Tidaklah henti-hentinya peperangan itu. Kerajaan
Mughal bertambah lama bertambah lemah, kompeni Inggris bertambah lama bertambah kuat, Inggris
mulai mempelajari segi-segi kelemahan India dengan perbedaan agama antara Islam dan Hindu, dan
juga keinginannya raja-raja Islam yang masing-masing hendak berdiri sendiri. Kesesudahannya lemahlah
Sultan Alam Syah dan patah semangat perlawanannya, sehingga diterimanya perdamaian dengan
Inggris, bahwa dia menyerahkan pemungutan bea-cukai benggala, Bihar, dan Orisa, dengan menerima
ganti kerugian 2.600.000 rupiah. Bertambah celaka dan malanglah nasib Sultan Alam Syah seketika
seorang panglima perangnya menagkapnya dan menghukumnya dengan mengorek kedua matanya
hingga buta (1788), maka bertambah kacau balaulah pertahanan Delhi yang penghabiskan itu. Dari
sehari-kesehari pindahlah kewibawaan kekuasaan pemerintahan kepada Inggris. Akhirnya kompeni
Inggris memberinya saja “ganti rugi ” sebanyak 90.000 rupiah sebuhal, cukup untuk belanjanya dalam
istananya saja, dan diberi hak terus memakai gelar “Sultan”, dalam keadaan buta dan seluruh kekuasaan
terserahlah mulai waktu itu kepada Inggris. Sultan Alam Syah, cahaya yang akhir dari kerajaan Mughal
India itu wafat pada tahun 1806. Lalu Alam Syah diganti oleh Muhammad Akbar (1806-1837), lalu
dilanjutkan oleh Bahadur Syah.

Pada masa pemerintahan Bahadur Syah ini, mulai terjadilah pemberontakan pada tahun 1857 yang
diusahakan untuk melawan pemerintahan Inggris dengan kongsi dagangnya yaitu EIC. Perlawanan
mereka dapat dipatahkan dengan mudah, karena Inggris mendapat dukungan dari beberapa penguasa
lokal Hindu dan Muslim. Inggris kemudian menjatuhkan hukuman yang kejam terhadap para
pemberontak. Mereka di usir dari kota Delhi, rumah-rumah ibadah banyak yang dihancurkan, dan
Bahadur Syah, raja Mughal terakhir, diusir dari istana (1858 M). Dengan demikian, berakhirlah sejarah
kekuasaan dinasti Mughal di daratan india dan tinggalah di sana umat Islam yang harus berjuang
mempertahankan eksistensi mereka.

Adapun maharaja-maharaja India brahmana dan sultan-sultan islam yang tinggal, yang telah banyak
berjasa kepada inggris dalma menguatkan imperialismenya di sana, diberi kemegahan dan kekuasaan,
memakai gelar pusaka dan diberi bintang-bintang. Seketika Ratu Victoria dialntik menjadi kaisar India,
maharaja-maharaja itupun datanglah berduyun-duyun ke London, menjadi pengawal dari Kaisar Ratu
Inggris itu, selama peralatan besar diadakan. Sampai akhirnya Indiapun merdeka dan kembali kepada
rakyatnya sendiri dan terbelah dengan Pakistan sebab yang beragama Islam ingin hendak mendirikan
negara dengan cita-citanya sendiri

IRAK : DIJAJAH INGGRIS

Dinasti Abbasiyah

Sejarah Dinasti Abbasiyah

Nama dinasti Abbasiah, diambil dari nama salah seorang paman Nabi Muhammad saw. bernama Al-
Abbas bin Abdul Muththalib ibn Hasyim. Secara nasab, para pencetus dinasti ini memang termasuk
keturunan keluarga Nabi darijalur Al-Abbas. Istilah Abbasiyyun belum dikenal pada masa-masa sebelum
tahun 132 H, yang terkenal adalah golongan yang mengatasnamakan istilahHasyimiyyin atau Bani
Hasyim. Namun pada dasarnya keduanya adalah golongan yang satu.

Menurut mereka, orang Umayyah secara paksa menguasai khilafah melalui tragedi perang Siffin. Oleh
karena itu, untuk mendirikan dinasti Abbasiyah, mereka mengadakan gerakan yang luar biasa
melakukan pemberontakan terhadap dinasti Umayyah

Bani Abbas telah mulai melakukan upaya perebutan kekuasaan sejak masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz
(717-720 M) berkuasa. Khalifah itu dikenal memberikan toleransi kepada berbagai kegiatan keluarga
Syiah. Keturunan Bani Hasyim dan Bani Abbas yang ditindas oleh Daulah Umayah bergerak mencari jalan
bebas, dimana mereka mendirikan gerakan rahasia untuk menumbangkan Daulah Umayah dan
membangun Daulah Abbasiyah.

Tempat yang menjadi tolakan pertama gerakan bani Abbas, adalah pada sebuah daerah terpencil
bernama Humaimah. Tempat ini adalah, daerah yang ditempati oleh Ali ibn Abdullah ibn al-Abbas ,
sepupu Nabi saw yang mengikut kepada pemerintahan bani Umayyah, seorang Zuhud dan ahli Ibadah
yang tidak terlalu mementingkan kepentingan pribadinya.

Dari perangai Ali ini, bani Umayyah tidak membayangkan akan terbentuknya satu gerakan untuk
menggulingkan kekhalifahan ditangan mereka sehingga tidak terlalu diperhatikan oleh pihak khalifah.
Perkiraan bani Umayyah memang benar, akan seorang Ali bin Abdullah.

Namun, mereka luput dari generasinya yang dating kemudian yaitu Muhammad bin Ali. Putra Ali bin
Abdullah ini, ternyata memiliki kecerdasan dan bertalenta tinggi. Dialah kemudian yang mencetuskan
gerakan untuk melakukan pemberontakan terhadap kekhalifahan bani Umayyah dan mengusung klan
keluarga bani Hasyim
Muncullah sebuah strategi gerakan hasil rancangan Muhammad bin Ali, berisikan tiga poin rencana.
Pertama, menyebarkan ajakan untuk memperjuangkan pemimpin yang berasal dari keluarga
Muhammad. Kedua, Hendaklah Bani Hasyim tidak melakukan pemberontakan menggulingkan
kepemimpinan khalifah sebelum persiapan betul-betul matang. Ketiga, Pemusatan gerakan pada tiga
tempat yaitu Humaimah, Kufah, dan Khurasan. Humaimah sebagai tempat mengatur dan memanage ide
dan pemikiran untuk mendirikan kekuasaan Abbasiyah. Kufah sebagai titik penghubung dan pusat
penyebaran strategi. Sedangkan tempat melakukan pergolakan adalah Khurasan, karena tempat ini jauh
dari pengamatan pemerintahan pusat Umayyah di Damaskus.

Kemudian Muhammad ibn ‘Ali mengatur strategi di Humaimah dengan mengirim misionari dan
mengangkat para pimpinan untuk selanjutnya ditugaskan mengawasi penyebaran misi di Kufah dan
perkembangan yang terjadi di Khurasan. Mereka menjalankan misinya dengan sangat rahasia, salah satu
caranya adalah mereka berdakwah sambil berdagang mengunjungi tempat tempat yang jauh. Peran ini
disebut sebagai peran misi rahasia atau periode gerakan rahasia yang berlangsung pada tahun 100-127
H.

Sementara di Kufah yang merupakan tempat bertemunya antara para pembesar Humaimah dan
kegiatan Khurasan terus diadakan penyebaran misi bani Hasyim. Di Khurasan cabang Abbasiyah berhasil
mengajak kerja sama ketua ketua Khurasan yang diketahui memiliki kecondongan kepada keluarga Nabi
dan kebencian atas kebijakan-kebijakan bani Umayyah. Agen-agen Abbasiyah melancarkan seruan
pembelaan terhadap Ali, untuk meruntuhkan kekuasaan Umayyah, dan sekaligus untuk menciptakan era
baru yang penuh kedamaian dan keadilan. Selama waktu itu, pimpinan agen Abbasiyah, yakni Abu
Muslim juga berhasil memperluas jaringan gerakan rahasia dan mengorganisir kekuatan militer
pendukung di Khurasan.

Kemudian propaganda selanjutnya dilakukan secara terang-terangan dimulai tahun 127 H (745 M) ketika
Abū Muslim al-Khurāsānīy diutus oleh pimpinan Humaimah untuk memimpin gerakan pasukan
perjuangan dari kalangan Khurasan untuk melawan dan meruntuhkan kekuasaan Umayyah. Para
pengikut Abu Muslim bergabung dengan pengikut Abbasiyah, mereka merupakan gabungan dari
sekumpulan orang yang menerima misi baru tersebut. Gerakan ini menghimpun keturunan ‘Ali
(‘Alawiyyīn) pemimpinnya Abū Salamah, keturunan Abbas (‘Abbāsiyah) pemimpinnya Ibrahim al-Imam
dan keturunan bangsa Persia, pemimpinnya Abū Muslim al-Khurāsānīy. Gabungan kekuatan ini berdiri
atas nama Abbasiyah yang sudah menggunakan kekuatan bersenjata untuk melawan kekuatan Umayyah
yang dipimpin oleh seorang tentara cerdik yaitu Abū Muslim al-Khurāsānīy.

Sekitar tahun 747 M, Abbasiyah telah siap bergerak. Khurasan merupakan sebuah ajang agitasi politik
dan menjadi harapan eskatologis. Kedatangan al-Mahdi di akhir zaman, dan berawalnya sebuah era baru
yang penuh keadilan menjadi harapan mereka. Abū Muslim menampilkan bendera hitam sebagai simbol
perjuangannya untuk menggalang masyarakat yang dirugikan lantaran kehilangan status dan beban
pajak yang tidak adil. Sekitar 3000 pasukan tempur bersatu untuk tujuan tersebut. Mereka mengalahkan
rival mereka di Khurasan, memperbanyak pendukungnya dari kalangan masyarakat Yaman yang tinggal
di Iran Barat, menghancurkan kekuatan Marwan di Iraq, dan akhirnya benar-benar mengambil alih
kekuasaan khilafah.

Pada tahun 132 H (750 M), daulat Umayyah digulingkan oleh Abbasiyah dengan terbunuhnya khalifah
terakhir bani Umayyah, Marwan bin Muhammad di Būshīr, wilayah Bani Suwayf ketika melarikan diri
hingga ke Mesir. Dengan demikian maka berdirilah Daulah Abbasiyah yang dipimpin oleh khalifah
pertamanya, Abū al-‘Abbas al-Saffāh yang berpusat untuk pertama kali di Kufah.

Kejayaan

Periode kejayaan dinasti Abbasiyah dimulai sejak masa kekhalifahan al-Mahdi (775-785) hingga al-
Wathiq (842-847), dan mencapai puncaknya secara khusus pada masa pemerintahan Harun al-Rasyid
(786-809) dan putranya al-Makmun (813-833). Pada masa Harun al-Rasyid Baghdad mulai muncul
sebagai pusat peradaban dunia, dengan tingkat kemakmuran dan peran internasional yang luar biasa.

Baghdad menjadi saingan satu-satunya bagi Bizantium. Kejayaannya berjalan seiring dengan
kemakmuran kerajaan, terutama ibu kotanya. Kemegahan Baghdad mencapai puncaknya pada masa al-
Rasyid, dengan julukan Baghdad sebagai “kota melingkar”. Sementara itu kemajuan keilmuwan Baghdad
mencapai puncaknya pada masa al-Makmun, dengan didirikannya Baitul Hikmah sebagai pusat
perpustakaan dan kajian keilmuwan.

Kemegahan Baghdad tercermin dari bangunan istananya, istana khalifah menempati sepertiga ruang
kota Baghdad. Bagian istana yang paling mengesankan adalah ruang pertemuan yang dilengkapi dengan
karpet, gorden, dan bantal terbaik dari Timur.

Harun al-Rasyid merupakan khalifah yang sangat mencintai keilmuwan, dia begitu senang bergaul
dengan orang-orang berilmu, selain itu dia selalu mengagunggkan perintah dan larangan Allah. Dia tidak
menyukai perdebatan dalam masalah agama, dan tidak suka membicarakan sesuatu yang tidak jelas
nashnya.

Meskipun hidup di istana yang sangat megah, al-Rasyid merupakan pemimpin yang dikenal dengan
kedermawanannya. Dia tidak segan-segan memberikan sedekah dalam jumlah banyak bagi orang-orang
yang membutuhkan. Kebesaran al-Rasyid, menjadi contoh ideal kerajaan Islam dan penerusnya.

Sifat dan perilaku yang sama juga tergambarkan pada putra al-Rasyid, yaitu al-Makmun. Al-Makmun
merupakan sosok yang begitu mencintai literatur-literatur keilmuwan, bahkan dia menugaskan orang-
orangnya untuk mencari literatur-literatur kuno ke penjuru dunia. Meskipun demikian banyak sejarawan
yang dengan ceroboh menggambarkan kedua pemimpin saleh tersebut sebagai pribadi buruk yang
senang mabuk-mabukan.

Ibnu Khaldun dalam Muqaddimahnya, dengan keras menentang pendapat tersebut. Al-Rasyid dan al-
Makmun merupakan pemimpin saleh yang menjauhkan diri dari khamr, mereka hanya mengkonsumsi
perasan kurma yang pada masa itu memang tidak melanggar syari’at agama. Sehingga, mereka sama
sekali tidak pernah mabuk karena khamr.

Kemegahan istana dan harta yang melimpah pada masa al-Rasyid, juga sering disalah gunakan saudara-
saudaranya untuk berfoya-foya. Salah satunya adalah yang dilakukan oleh ‘Ulayyah, saudara perempuan
al-Rasyid. ‘Ullayah menjadi wanita pertama yang menggenakan pengikat kepala berhiaskan permata,
hanya untuk menutupi bekas luka di dahinya.

Baghdad sempat mengalami kehancuran, ketika terjadi perang saudara antara al-Makmun, al-Amin, dan
pamannya Ibrahim ibn al-Mahdi. Perang yang dipicu keserakahan al-Amin, yang tidak melaksanakan
amanat ayahnya Harun al-Rasyid, untuk memberikan otonomi wilayah kekuasaan Abbasiyah bagian
timur kepada al-Makmun.
Tidak lama setelah itu, saat al-Makmun menjadi Khalifah, Baghdad kembali bangkit menjadi pusat
perdagangan dan intelektual. Pada masa ini, sepajang pelabuhan ditambatkan ratusan kapal dari
penjuru dunia. Tujuan mereka selain berdagang, banyak juga yang mempunyai tujuan untuk mencari
ilmu.

Para pedagang memainkan peranan utama, bagi perkembangan perekonomian Baghdad. Selain itu, para
pekerja professional dokter, pengacara, guru, penulis, dan sebagainya mulai mendapatkan kedudukan
penting pada masa al-Makmun.

Kemegahan Baghdad selain tergambarkan dari literatur-literatur sejarah, juga masih dapat kita temukan
pada karya-karya sastra yang terkenal hingga sekarang. Mulai dari cerita seribu satu malam, hingga
cerita jenaka Abu Nawas, seorang penyair kesayangan al-Rasyid.

Ekonomi

Sama seperti kemajuan negeri-negeri terdahulu, ekonomi menjadi salah satu faktor terpenting bagi
kejayaan suatu imperium. Hal yang sama juga berlaku pada masa imperium Abbasiyah. Ekonomi
imperium Abbasiyah digerakkan oleh perdagangan, dengan Baghdad menjadi pusatnya.

Sektor industri yang berasal dari daerah-daerah kekuasaan Abbasiyah, menjadi aspek penting bagi geliat
perdagangan Abbasiyah. Tercatat kain linen di Mesir, sutra dari Syria, dan Irak, kertas dari Samarkand,
serta berbagai produk pertanian seperti gandum dari Mesir, dan kurma dari Irak.

Bersamaan dengan kemajuan daulah Abbasiyah, dinasti T’ang di China juga mengalami periode
kejayaan, sehingga hubungan perdagangan antara kedua imperium menambah semarak kegiatan
perdagangan dunia. Banyak kapal-kapal China yang bersandar di pelabuhan Baghdad, begitu juga
banyak perkampungan Arab di pelabuhan China.

Selain melalui jalur laut, perdagangan juga dilakukan memalui darat melewati Jalan Sutra. Dari sana,
barang-barang dagangan dari Abbasiyah dikirim ke wilayah China dan India. Barang-barang dari Eropa
pun harus melalui bandar perdagangan Abbasiyah, jika ingin mengirimkan barang ke China dan India.
Begitulah gambaran perekonomian Abbasiyah, yang menjadi faktor kemajuan imperium tersebut.

Sistem Pemerintahan

Masa pemerintahan bani Umayyah, posisi-posisi strategis di isi keluarga bani Umayyah sendiri yang
notabene adalah dari kalangan arab. Sedangkan pada dinasti Abbasiah, justru di isi oleh orang-orang
non Arab. Khalifah sebagai kepala pemerintahan, penguasa tertinggi sekaligus menguasai jabatan
keagamaan dan sebagai pemimpin sakral.

untuk membantu Khalifah dalam menjalankan tata usaha negara diadakan sebuah dewan yang bernama
diwanul kitaabah(sekretariat negara) yang dipimpin oleh seorang raisul kuttab (sekretaris negara).

Pada masa awal berdirinya Daulah Abbasiyah ada 2 tindakan yang dilakukan oleh para Khalifah Daulah
Bani Abbasiyah untuk mengamankan dan mempertahankan dari kemungkinan adanya gangguan atau
timbulnya pemberontakan yaitu: pertama, tindakan keras terhadap Bani Umayah. dan kedua
pengutamaan orang-orang turunan persi. Dalam menjalankan pemerintahan, Khalifah Bani Abbasiyah
pada waktu itu dibantu oleh seorang wazir (perdana mentri) atau yang jabatanya disebut dengan
wizaraat.
Sedangkan wizaraat itu dibagi lagi menjadi 2 yaitu: 1) Wizaraat Tanfiz (sistem pemerintahan presidentil )
yaitu wazir hanya sebagai pembantu Khalifah dan bekerja atas nama Khalifah. 2) Wizaaratut Tafwidl
(parlemen kabimet). Wazirnya berkuasa penuh untuk memimpin pemerintahan. Sedangkan Khalifah
sebagai lambang saja. Pada kasus lainnya fungsi Khalifah sebagai pengukuh Dinasti-Dinasti lokal sebagai
gubernurnya Khalifah (Lapidus,1999).

Dan dibawah jabatan Wazir terdapat beberapa Diwan . Pembeda antara dinasti Abbasiah dengan
Umayyah, adalah dari jumlah Diwan pokok yang dibentuk. Pada masa Umayyah ada lima kementrian,
justru pada masa Abbasiah ditambah menjadi beberapa kementrian diantaranya yaitu (1). Diwan al-
Jund (Kementerian Peperangan ). (2). Diwan al-Kharaj (Kementrian Keuangan). (3). Diwan al-Rasa’il
(Kantor surat menyurat ). (4). Diwan al-Khatam ( Kantor kearsipan). (5). Diwan al-Barid (Departemen
Pos) (6). Baitul Mal ( Departemen Keuangan ).

Keseluruhannya berjumlah empat belas kementrian.

Selain jabatan wazir dan diwan, masih ada lagi jabatan penting lain. Hajib, perantara antara rakyat
dengan khalifah. Saat seseorang dari mancanegara datang, terlebih dahulu berhadapan dengan hajib
sebelum bisa diizinkan bertemu dengan khalifah. Kemudian jabatan jallad, pelaksana hukuman terhadap
terdakwa sering diistilahkan dengan algojo atau eksekutor yang selalu siap di belakang khalifah.

Dan demi kelancaran administrasi wilayah, khalifah bani Abbasiah membagi susunan pemerintahan
menjadi pemerintah pusat dan wilayah. Satu wilayah dianggap sebagai satu propinsi. Setiap propinsi
dipimpin oleh seorang amir yang melaksanakan tugas khalifah dan bertanggungjawab kepadanya.

Pengembangan fungsi dan jabatan pemerintahan pusat pada intinya merupakan usaha memusatkan
kekuasaan imperium, dan khalifdah semakin mudahmengendalikan, dan menjalin komunikasi dengan
wilayah-wilayah provinsi dai kota Baghdad.

Kebangkitan Intelektual Daulah Abbasiyah

Periode Abbasiah sangat identik dengan era pengembangan ilmu pengetahuan. Istilah yang melekat
dengan masa keemasan, banyak dipengaruhi oleh kemajuan pada beberapa bidang ilmu pengetahuan.
Kebangkitan intelektual sebagian besar disebabkan oleh masuknya berbagai pengaruh asing, sebagian
dari Indo-Persia dan Suriah, dan yang paling dominan dari pengaruh Yunani.

Bangsa yang Peduli Pada Ilmu Pengetahuan

Pada awalnya ilmu pengetahuan berasal dari Al-Qur`an dan hadits. Orang Islam keturunan non Arab
khususnya orang-orang Persia berpendapat bahwa mereka merasa perlu mempelajari tata bahasa Arab
(nahwu) dan philologi serta syair-syair sebelum Islam yang memerlukan studi geneologi dan history
untuk memahami Al-Qur`an dan hadits.13 Hal yang menarik peneliti sejarah kebudayaan Islam bahwa
mayoritas orang yang fokus pada keilmuan adalah kaum Mawali terutama orang Persia.

Bahasa Arab merupakan satu-satunya media komunikasi untuk berinteraksi dengan sesama muslimin di
Abbasiyah. Mayoritas pembawa ilmu dalam Islam adalah orang asing (non Arab), baik ilmu syar`i
maupun ilmu aqli. Sangat langka dari kalangan bangsa Arab, bila ada orang Arab dalam nasabnya,
namun bahasanya bukan Arab termasuk pendidik dangurunya.14 Orang Persia biasanya tinggal di kota-
kota besar, mereka berdagang dan sudah lama mengenal seni kebudayaan.
Pada mulanya umat Islam tidak mempunyai ilmu tentang seni dan ilmu pengetahuan lain. Seluruh
perhatian mereka hanya melekat pada undang-undang Al-Qur`an dan hadits. Mereka tidak tau cara
mengajarkan ilmu, seni (adab), mengarang, menyusun atau mengumpulkan buku. Mereka mampu
mengulangi Al-Qur`an dan meriwayatkan hadits. Pemindahan ilmu pengetahuan dilakukan secara lisan.
Seiring berjalannya waktu ilmu-ilmu yang disampaikan secara lisan, dan dihafalkan mengalami
pengurangan saat disampaikan pada generasi

Gerakan Penerjemahan

Usaha penerjemahan karya-karya ilmiah dijalankan oleh akademi ini terjadi sewaktu dikepalai oleh
Hunain ibn Ishaq seorang Kristen yang pandai berbahasa Arab dan Yunani. Dia memperkenalkan metode
penerjemahan baru yaitu menterjemahkan kalimat, bukan menerjemahkan kata per kata, hal ini agar
dapat memperoleh keakuratan naskah, Hunain juga menggunakan metode penerjemahkan dengan
membandingkan beberapa naskah untuk diperbandingkan. Hunain berhasil menerjemahkan buku-buku
ke dalam bahasa Arab seperti buku kedokterann yang dikarang oleh Paulus al-Agani. Dengan bantuan
para penerjemah dari Baitul Hikmah, Ia juga menerjemahkan kitab Republik dari Plato, dan kitab
Kategori, Metafi sika, Magna Moralia dari Aristoteles. Penerjemahan buku-buku ilmu kedokteran,fi
lsafat, dan lain-lain dilakukan secara langsung dari bahasa Yunani ke dalam Bahasa Arab. Selain kota
baghadad, seperti Merv (Persia Timur), dan Jund-eShapur (Persia Barat), Biasanya naskah berbahasa
Yunani diterjemahkan ke dalam Bahsa Syiria kuno dulu sebelum ke dalam Bahsa Arab. Hal ini
dikarenakan para penerjemah biasannya adalah para pendeta Kristen Syiria yang hanya memahami
Bahasa Yunani (Suwito, 2005).

Penerjemahan berjalan terus bahkan tidak hanya menjadi urusan istana, tetapi telah menjadi usaha
pribadi oleh orang yang gemar danmencintai ilmu. Sebagian orang yang cinta akan ilmu pengetahuan
telah menafkahkan sebagian besar hartanya untuk penerjemahan buku-buku baik itu dalam bahasa
Yunani ataupun bahasa lainnya kedalam Bahasa Arab. Kegiatan kaum muslimin bukan hanya
menerjemahkan, bahkan mulai memberikan penjelasan-penjelasan pada naskah-naskah atau bukubuku
yang mereka terjemahkan.

Perpustakaan Bait Al-Hikmah dan Darul Hikmah Sebagai Pusat Kebudayaan Islam Dinasti Abbasiyah

Pada masa Harun al-Rasyid institusi ini bernama khizanah al-Hikmah (Khazanah Kebijaksanaan) yang
berfungsi sebagai sebagai perpustakaan dan pusat penelitian. Di lembaga ini baik muslim maupun non
muslim bekerja mengalih bahasakan sebagai naskah kuno dan menyusun berbagai penjelasan
(H.Mahmud Yunus, 2008).

Tujuan utama didirikannya Baitul Hikmah adalah untuk mengumpulkan dan menyalin ilmu-ilmu
pengetahuan asing ke dalam bahasa Arab. Inilah yang menjadi awal kemajuan yang dicapai Islam, yaitu
menggenggam dunia dengan ilmu pengetahuan dan peradaban. Pada waktu itu pula berkembang
beragam disiplin ilmu pengetahuan dan peradaban yang ditandai dengan berdirinya Baitul Hikmah
sebagai pusat kajian ilmu pengetahuan dan peradaban terbesar pada masanya. Lembaga pendidikan ini
didirikan berkat adanya usaha dan bantuan dari orangorang yang memegang kepemimpinan dalam
pemerintahan.
Sejak 815 M al-Makmun mengembangkan lembaga ini dan diubah namanya menjadi Baitul Hikmah.
Pada masa Makmun inilah ilmu pengetahuan dan intelektual mencapai puncaknya. Pada masa ini Baitul
Hikmah digunakan secara lebih maju yaitu sebagai tempat penyimpanan buku-buku kuno yang didapat
dari Persia, Bizantium, bahkan Etiopia dan India. Di institusi ini al-Makmun memperkerjakan Muhammad
ibn Musa al-Hawarizmi yang ahli di bidang al-jabar dan astronomi dan juga Beliau adalah salah satu guru
besar di Baitul Hikmah. Orang-orang Persia lain juga diperkerjakan di Baitul Hikmah. Pada masa itu
direktur Baitul Hikmah adalah Sahl Ibn Harun.

Di bawah kekuasaan al-Makmun, Baitul Hikmah tidak hanya berfungsi sebagai perpustakaan tetapi juga
sebagai pusat kegiatan studi dan riset astronomi dan matematika. Pada 832 M, al-Makmun menjadikan
Baitul Hikmah di baghdad sebagai akademi pertama, lengkap dengan teropong bintang, perpustakan,
dan lembaga penerjemahan. Kepala akademi ini yang pertama adalah Yahya ibn Musawaih (777-857),
murid Gibril ibn Bakhtisyu, kemudian diangkat Hunain ibn Ishaq, murid Yahya sebagai ketua ke dua
(H.Mahmud Yunus, 2008).

Seni dan Arsitetur

Seni dekor mengalami kemajuan pesat, pada masa Abu Ja`far AlManshur. Dekorasi kubah dari emas dan
di atasnya terdapat patung yang bisa berputar jika tertiup angin. Al-Manshur suka beristirahat, jika ingin
melihat air ia duduk di kubah Pintu Gerbang Khurasan, bila ingin melihat kawasan sekitar Bagdad ia
duduk di Pintu Gerbang Syam. Bila ingin melihat Al Kurkh ia duduk di Pintu Gerbang Basrah dan jika ingin
melihat perkebunan dan pertanian ia duduk di kubah Pintu Gerbang Kufah.

Pada masa ini istana-istana menjadi media menuangkan lukisan dan dekorasi, baik di bagian dalam
maupun luar. Dekorasi dari bahan gibs, ditutup dengan gordyn berhiaskan lukisan khas Persia. Ciri
dekorasi masa ini adalah dekorasi yang terbuat dari bahan gibs yang menutup bagian bawah dinding
istana-istana, seperti ditemukan oleh para penggali reruntuhan kota Samara. Gambar-gambar
ditemukan pada reruntuhan berupa binatang, burung dan manusia yang sedang berburu atau
perempuan yang sedang menari. Gaya Abbasiyah dalam seni dekor tekstil, benda-benda antik dari
logam dan keramik serta kayu telah menyebar di negara Islam pada waktu itu, hingga sampai Mesir,
Afrika dan Iran. Dalam teknik terkenal Al Hajjaj bin Ar Ta`ah yang membuat kaligrafi Masjid Raya Bagdad
pada masa Abu Ja`far Al Manshur. Bahkan Baqdad dijuluki sebagai menara ilmu dan pengetahuan

Anda mungkin juga menyukai