Anda di halaman 1dari 6

POLA ISTIRAHAT DAN TIDUR

A. Pengertian Istirahat dan Tidur


1. Istirahat merupakan keadaan relaks tanpa adanya tekanan emosional, bukan hanya
dalam keadaan tidak beraktivitas tetapi juga kondisi yang membutuhkan
ketenangan. Kata istirahat berarti berhenti sebentar untuk melepaskan lelah,
bersantai untuk menyegarkan diri atau melepaskan diri dari segala hal yang
membosankan, menyulitkan bahkan menjengkelkan (Hidayat, 2008).
2. Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadar dimana persepsi dan reaksi individu
terhadap lingkungan menurun atau hilang, dan dapat dibangunkan kembali dengan
indra atau rangsangan yang cukup. Tidur ditandai dengan aktivitas fisik minimal,
tingkat kesadaran yang bervariasi, terjadi perubahan proses fisiologis tubuh serta
penurunan respon terhadap rangsangan dari luar (Asmadi, 2008).

B. Tujuan Istirahat dan Tidur


1. Regenerasi sel-sel tubuh yang rusak menjadi baru
2. Menambah konsentrasi dan kemampuan fisik
3. Memperlancar produksi hormon pertumbuhan tubuh
4. Memelihara fungsi jantung
5. Mengistirahatkan tubuh yang letih akibat aktivitas seharian
6. Menyimpan energi
7. Meningkatkan kekebalan tubuh kita dari serangan penyakit
8. Menambah konsentrasi dan kemampuan fisik

C. Konsep Fisologis Tidur


Fisiologi tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur oleh adanya hubungan
mekanisme serebral yang secara bergantian mengaktifkan dan menekan pusat otak
agar dapat tidur dan bangun. Salah satu aktivitas tidur ini diatur oleh sistem
pengaktivasi retikularis yang merupakan sistem yang mengatur seluruh tingkatan
kegiatan susunan saraf pusat termasuk pengaturan kewaspadaan dan tidur (Hidayat,
2008).
Pusat pengaturan aktivitas kewaspadaan dan tidur terletak dalam mesensefalon
dan bagian atas pons. Reticular Activating System (RAS) berlokasi pada batang otak
teratas. RAS dipercayai terdiri dari sel khusus yang mempertahankan kewaspadaan
dan tidur. Selain itu, RAS dapat memberikan rangsangan visual, pendengaran, nyeri,
dan perabaan juga dapat menerima stimulasi dari korteks serebri termasuk rangsangan
emosi dan proses pikir. Dalam keadaan sadar, neuron dalam RAS akan melepaskan
katekolamin seperti norepineprin. Demikian juga pada saat tidur, kemungkinan
disebabkan adanya pelepasan serum serotonin dari sel khusus yang berada di pons dan
batang otak tengah, yaitu Bulbar Synchronizing Regional (BSR), sedangkan bangun
tergantung dari keseimbangan impuls yang diterima di pusat otak dan sistem limbic.
Dengan demikian, sistem pada batang otak yang mengatur siklus atau perubahan
dalam tidur adalah RAS dan BSR (Hidayat, 2008).
Ketika orang mencoba tertidur, mereka akan menutup mata dan berada dalam
posisi relaks. Stimulus ke RAS menurun. Jika ruangan gelap dan tenang, maka
aktivasi RAS selanjutnya menurun. Pada beberapa bagian BSR mengambil alih yang
menyebabkan tidur (Potter&Perry, 2006).

D. Tahapan tidur
Menurut hasil penelitian ada 2 tahap/pola tidur, yaitu:
1. Pola Tidur Biasa atau NREM
Pola / tipe tidur biasa ini juga disebut NREM (Non Rapid Eye Movement =
Gerakan mata tidak cepat). Pola tidur NREM merupakan tidur yang nyaman dan
dalam tidur gelombang pendek karena gelombang otak selama NREM lebih
lambat daripada gelombang alpha dan beta pada orang yang sadar atau tidak
dalam keadaan tidur (lihat gambar). Tanda-tanda tidur NREM adalah:
a. Mimpi berkurang
b. Keadaan istirahat (otot mulai berelaksasi)
c. Tekanan darah turun
d. Kecepatan pernafasan turun
e. Metabolisme turun
f. Gerakan mata lambat
Fase NREM atau tidur biasa ini berlangsung ± 1 jam dan pada fase ini
biasanya orang masih bisa mendengarkan suara di sekitarnya, sehingga dengan
demikian akan mudah terbangun dari tidurnya. Tidur NREM ini mempunyai 4
(empat) tahap yang masing-masing tahap di tandai dengan pola gelombang otak.
a. Tahap 1
Tahap ini merupakan tahap transisi, berlangsung selama 5 menit yang
mana seseorang beralih dari sadar menjadi tidur. Seseorang merasa kabur dan
relaks, mata bergerak ke kanan dan ke kiri, kecepatan jantung dan pernafasan
turun secara jelas. Gelombang alpha sewaktu seseorang masih sadar diganti
dengan gelombang betha yang lebih lambat. Seseorang yang tidur pada tahap I
dapat di bangunkan dengan mudah. Ketika bangun seseorang merasa seperti
telah melamun.
b. Tahap 2
Tahap ini merupakan tahap tidur ringan, dan proses tubuh terus
menurun. Mata masih bergerak-gerak, kecepatan jantung dan pernafasan turun
dengan jelas, suhu tubuh dan metabolisme menurun. Gelombang otak ditandai
dengan “sleep spindles” dan gelombang K komplek. Tahap II berlangsung
pendek dan berakhir dalam waktu 10 sampai dengan 15 menit. Pada tahap ini
merupakan periodetidur bersuara, kemajuan relaksasi, untuk bangun relatif
mudah.
c. Tahap 3
Pada tahap ini meliputi awal dari tidur dalam. Otot –otot dalam
keadaan santai penuh, kecepatan jantung, pernafasan serta proses tubuh
berlanjut mengalami penurunan akibat dominasi sistem syaraf parasimpatik.
Seseorang menjadi lebih sulit dibangunkan dan jarang bergerak. Gelombang
otak menjadi lebih teratur dan terdapat penambahan gelombang delta yang
lambat. Tahap ini berlangsung 15-30 menit.
d. Tahap 4
Tahap ini merupakan tahap tidur dalam yang ditandai dengan
predominasi gelombang delta yang melambat. Kecepatan jantung dan
pernafasan turun. Seseorang dalam keadaan rileks, jarang bergerak dan sulit
dibangunkan. (mengenai gambar grafik gelombang dapat dilihat dalam
gambar). Siklus tidur sebagian besar merupakan tidur NREM dan berakhir
dengan tidur REM. Tahap ini berlangsung 15-30 menit.
2. Pola Tidur Paradoksikal atau REM
Pola / tipe tidur paradoksikal ini disebut juga (Rapid Eye Movement =
Gerakan mata cepat). Tidur tipe ini disebut“Paradoksikal” karena hal ini
bersifat“Paradoks”, yaitu seseorang dapat tetap tertidur walaupun aktivitas
otaknya nyata. Tidur REM / Paradoks merupakan pola/tipe tidur dimana otak
benar-benar dalam keadaan aktif. Namun, aktivitas otak tidak disalurkan ke arah
yang sesuai agar orang itu tanggap penuh terhadap keadaan sekelilingnya
kemudian terbangun. Pola/tipe tidur ini, ditandai dengan perbedaan antara mimpi-
mimpi yang timbul sewaktu tahap tidur NREM dan tahap tidur REM adalah
bahwa mimpi yang timbul pada tahap tidur REM dapat diingat kembali,
sedangkan mimpi selama tahap tidur NREM biasanya tak dapat diingat. Jadi
selama tidur NREM tidak terjadi konsolidasi mimpi dalam ingatan.
a. Mengigau atau bahkan mendengkur
b. Otot-otot kendor (relaksasi total)
c. Kecepatan jantung dan pernafasan tidak teratur, sering lebih cepat
d. Perubahan tekanan darah
e. Gerakan otot tidak teratur
f. Gerakan mata cepat
g. Pembebasan steroid
h. Sekresi lambung meningkat
i. Ereksi penis pada pria
Syaraf-syaraf simpatik bekerja selama tidur REM. Dalam tidur REM
diperkirakan terjadi proses penyimpanan secara mental yang digunakan sebagai
pelajaran, adaptasi psikologis dan memori (Hayter, 1980:458). Fase tidur REM
(fase tidur nyenyak) ini berlangsung selama ± 20 menit. Dalam tidur malam yang
berlangsung selama 6 – 8 jam, kedua pola tidur tersebut (REM dan NREM) terjadi
secara bergantian sebanyak 4 – 6 siklus.

E. Pola Normal Tidur


Tingkat
Pola Tidur Normal
Perkembangan/ Usia
Tidur 14-18 jam sehari, pernafasan teratur, gerak tubuh
Bayi baru lahir sedikit, 50% tidur NREM, banyak waktu tidurnya dilewatkan
(0 – 1 bulan) pada tahap III dan IV tidur NREM. Setiap siklus sekitar 45-
60 menit.
Bayi Tidur 12-14 jam sehari, 20-30% tidur REM, tidur lebih lama
(1 – 18 bulan) pada malam hari dan punya pola terbangun sebentar
Tidur sekitar 10-12 jam sehari, 25% tidur REM, banyak tidur
Toddler
pada malam hari, terbangun dini hari berkurang, siklus
(18 bulan – 3 tahun)
bangun tidur normal sudah menetap pada umur 2-3 tahun
Tidur sekitar 11 jam sehari, 20% tidur REM, periode
Pra Sekolah
terbangun kedua hilang pada umur 3 tahun. Pada umur 5
(3 – 6 tahun)
tahun, tidur siang tidak ada kecuali kebiasaan tidur sore hari.
Usia Sekolah Tidur sekitar 10 jam sehari, 18,5% tidur REM. Sisa waktu
(6 – 12 tahun) tidur relatif konstan.
Remaja Tidur sekitar 8,5 jam sehari, dan 20% tidur tahap III-IV.
(12 – 18 tahun)
Tidur sekitar 7-9 jam sehari, 20-25% tidur REM, 5-10%
Dewasa Muda
tidur tahap I, 59% tidur tahap II, dan 10-20% tidur tahap III-
(18 – 40 tahun)
IV.
Dewasa Pertengahan Tidur sekitar 7 jam sehari, 20% tidur REM, mungkin
(40 – 60 tahun) mengalami insomnia dan sulit untuk dapat tidur.
Tidur sekitar 6 jam sehari, 20-25% tidur REM, tidur tahap IV
Dewasa Tua nyata berkurang kadang-kadang tidak ada. Mungkin
(> 60 tahun) mengalami insomnia dan sering terbangun sewaktu tidur
malam hari.

F. Gangguan dalam Pemenuhan Istirahat dan Tidur


1. Insomnia
Insomnia adalah ketidakmampuan memenuhi kebutuhan tidur, baik
secara kualitas maupun kuantitas. Gangguan tidur ini umumnya ditemui pada
individu dewasa. Penyebabnya bisa karena gangguan fisik atau karena faktor
mental seperti perasaan gundah atau gelisah. Ada tiga jenis insomnia:
a. Insomniainisial : Kesulitan untuk memulai tidur.
b. Insomnia intermiten : Kesulitan untuk tetap tertidur karena seringnya terjaga.
c. Insomnia terminal : Bangun terlalu dini dan sulit untuk tidur kembali.
Beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mengatasi insomnia anatar lain
misalnya: membaca, mendengarkan musik, dan tidur jika benar-benar
mengantuk.
2. Parasomnia
Parasomnia adalah perilaku yang dapat mengganggu tidur atau muncul saat
seseorang tidur. Gangguan ini umum terjadi pada anak-anak. Beberapa turunan
parasomnia antara lain sering terjaga(misalnya: tidur berjalan, night terror),
gangguan transisi bangun-tidur (misalnya: mengigau), parasomnia yang terkait
dengan tidur REM (misalnya: mimpi buruk), dan lainnya (misalnya: bruksisme).
3. Hipersomnia
Hipersomnia adalah kebalikan dari insomnia, yaitu tidur yang berkelebihan
terutama pada siang hari. Gangguan ini dapat disebabkan oleh kondisi tertentu,
seperti kerusakan system saraf, gangguan pada hati atau ginjal, atau karena
gangguan metabolisme (misalnya: hipertiroidisme). Pada kondisi tertentu,
hipersomnia dapat digunakan sebagai mekanisme koping untuk menghindari
tanggung jawab pada siang hari.
4. Narkolepsi
Narkolepsi adalah gelombang kantuk yang tak tertahankan yang muncul
secara tiba-tiba pada siang hari. Gangguan ini disebut juga sebagai “serangan
tidur” atau sleep attack. Penyebab pastinya belum diketahui. Diduga karena
kerusakan genetik system saraf pusat yang menyebabkan tidak terkendalinya
periode tidur REM. Alternatif pencegahannya adalah dengan obat-obatan, seperti:
amfetamin atau metilpenidase, hidroklorida, atau dengan antidepresan seperti
imipramin hidroklorida.
5. Apnea saat tidur
Apnea saat tidur atau sleep abnea adalah kondisi terhentinya napas secara
periodik pada saat tidur. Kondisi ini diduga terjadi pada orang yang mengorok
dengan keras, sering terjaga di malam hari, insomnia, mengatup berlebihan pada
siang hari, sakit kepala di siang hari, iritabilitas, ataumengalami perubahan
psikologis seperti hipertensi atau aritmia jantung.
6. Deprivasi tidur
Deprivasi tidur adalah masalah yang dihadapi banyak klien akibat disomnia.
Penyebab dapat mencakup penyakit (misal: demam, sulit bernafas atau nyeri),
stress emosional, obat – obatan, gangguan lingkungan (misal asuhan keperawtan
yang dilakukan) dan keanekaragaman waktu tidur yang terkait dengan waktu
kerja. Dokter dan perawat cenderung mengalai deprivasi tidur karena jadwal kerja
yang panjang dan rotasi jam dinas.
Deprivasi tidur menyebabkan penurunan kualitas dan kuantitas tidur serta
ketidak konsistenan waktu tidur. Respon orang terhadap deprivasi sangat
bervariasi, gejala fisiologis : ptosis, penglihatan kabur, kekakuan motorik halus,
penurunan reflek, waktu respon melambat, penilaian menurun, aritmia jantung.
Gejala psikologisnya: bingung, peningkatan sensifitas nyeri, menarik diri, apatis,
rasa kantuk berlebihan, agitasi, hiperaktif, penurunan motivasi.
7. Enuresis
Enuresis adalah kencing/BAK yang tidak disengaja (mengompol). Terjadi
pada anak-anak dan remaja, paling banyak terjadi pada laki-laki. Penyebab secara
pasti belum jelas, tetapi ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan enuresis
seperti gangguan pada bladder, stres, dan toilet trainingyang kaku. Upaya yang
dapat dilakukan untuk mencegah enuresis anatara lain: hindari stres, hindari
minum yang banyak sebelum tidur, dan kosongkan kandung kemih (berkemih
dulu) sebelum tidur.
8. Night terror
Night terror adalah mimpi buruk. Umumnya terjadi pada anak usia 6 tahun
atau lebih. Setelah tidur beberapa jam, anak tersebut langsung terjaga dan
berteriak, pucat dan ketakutan.
9. Mendengkur
Mendengkur disebabkan oleh rintangan terhadap aliran udara di hidung dan
mulut. Amandel yang membengkak dan adenoid dapat menjadi faktor yang turut
menyebabkan mendengkur. Pangkal lidah yang menyumbat saluran napas pada
lansia. Otot-otot di bagian belakang mulut mengendur lalu bergetar jika dilewati
udara pernapasan.

Anda mungkin juga menyukai