Anda di halaman 1dari 6

TUGAS

KAPITA SELEKTA
PENGOLAHAN BAWANG MERAH
DOSEN:

Dr. Ir. SALMIAH, MS

Oleh:

EMMA REGINA BR PINEM

197039027

PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2021
BAB. I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bawang merah merupakan komoditas pertanian yang sudah banyak dibudidayakan oleh
petani di Indonesia. Usahatani bawang merah merupakan sumber pendapatan dan kesempatan
kerja yang memberikan kontribusi cukup tinggi terhadap perkembangan ekonomi wilayah
(Deptan 2005). Hal ini tidak terlepas dari status bawang merah sebagai salah satu komoditas
hortikultura yang termasuk dalam kategori komoditas bernilai tinggi (high value comodity)
sehingga banyak petani yang mengusahakannya. Usahatani bawang merah sudah tidak lagi
berorientasi pada pemenuhan kebutuhan rumah tangga petani semata tetapi sudah berorientasi
pada usaha komersial. Hal ini dilakukan petani karena usahatani bawang merah mampu
mendatangkan keuntungan yang jauh lebih besar jika dibandingkan dengan usahatani pada
komoditas pangan seperti padi atau jagung.
Permintaan dan kebutuhan bawang merah meningkat seiring dengan peningkatan jumlah
penduduk. Konsumsi bawang merah di Indonesia setiap tahun berfluktuatif namun cenderung
meningkat dengan pertumbuhan setiap tahunnya adalah 1.18 persen. Konsumsi bawang merah
tertinggi dicapai pada tahun 2012 yaitu sebesar 2.76 kilogram/kapita/tahun, namun mengalami
penurunan tingkat konsumsi pada tahun 2013 yaitu turun menjadi 2.07 kilogram/kapita/tahun
dan kembali mengalami peningkatan pada tahun 2014 yaitu menjadi 2.49 kilogram/kapita/tahun.
Konsumsi bawang merah meningkat seiring dengan kebutuhan masyarakat yang terus meningkat
karena adanya pertambahan penduduk dan berkembangnya industri makananan.
Tahun 2017 luas panen bawang di Kabupaten Karo mengalami peningkatan. Dimana ada 10
kecamatan bertanam bawang merah, tetapi tahun 2018 pertanaman hanya di 7 kecamatan dengan
produktivitas yang tinggi hanya pada 3 Kecamatan yaitu Merek, Payung dan Tiganderket (tabel
1.1). Pada tahun 2019 produksi yang tinggi hanya pada 3 kecamatan saja (tabel 1.2).

Tabel 1.1 Rata-Rata Produktivitas Bawang Merah Menurut Kecamatan (Kw/Ha)


Tahun 2018

No Kecamatan Produktivitas
1 Mardinding 4
2 Laubaleng 0
3 Tigabinanga 7.5
4 Juhar 18
5 Munte 0
6 Kutabuluh 0
7 Payung 198
8 Tiganderket 327
9 Simpang Empat 0
10 Naman Teran 0
11 Medeka 0
12 Kabanjahe 0
13 Berastagi 0
14 Tigapanah 0
15 Dolat Rayat 12
16 Merek 200
17 Barusjahe 0

Tabel. 1. 2 Rata-Rata Produksi Bawang Merah Menurut Kecamatan (Ton) Tahun


2019
No Kecamatan Produksi
1 Mardinding 733
2 Laubaleng 0
3 Tigabinanga 0
4 Juhar 0
5 Munte 0
6 Kutabuluh 12
7 Payung 1237.40
8 Tiganderket 1587.00
9 Simpang Empat 0
10 Naman Teran 7
11 Medeka 0
12 Kabanjahe 0
13 Berastagi 0
14 Tigapanah 0
15 Dolat Rayat 0
16 Merek 2450.00
17 Barusjahe 14.50
Sumber: Karo dalam Angka Tahun 2020
Ada kecenderungan produksi bawang merah yang melimpah pada waktu-waktu tertentu (saat
panen raya) menyebabkan harga bawang merah relatif murah dan sebaliknya pada waktu di luar
musim harganya cukup tinggi. Dalam keadaan produksi melimpah, petani berusaha
menyimpannya selama mungkin. Namun demikian umbi bawang merah tidak tahan disimpan
lama karena umbi tersebut dapat mengalami pembusukan ataupun pertunasan dini. Kondisi
seperti ini tidak rnenguntungkan sebab dapat menurunkan kualitas dan tidak dikehendaki untuk
bahan konsumsi.
Mengingat bawang rnerah dapat mengalami pertunasan dini dan mudah rusak atau
mengalami perubahan-perubahan akibat proses-proses fisiologi, biologi, psikokimia dan
mikrobiologi sehingga sulit dipertahankan dalam bentuk segar dalarn jangka waktu yang lama
memerlukan penanganan pasca panen yang baik terutama dalam ha1 pengolahan atau
pengawetan guna memperpanjang masa simpan dan mempertahankan mutu, menjamin
kontinuitas stok bawang merah serta meningkatkan nilai ekonominya. Pengolahan bawang
merah yang sudah dikenal adalah dalam bentuk tepung, irisan kering, bawang goreng dan acar.
Proses pengolahan dapat dilakukan oleh petani sendiri maupun industri khusus, baik dalam skala
kecil maupun skala besar

1.2 Masalah

Hasil pertanian memang tidak mampu bertahan dalam waktu yang lama tanpa penanganan
tertentu. Sifat produk pertanian yang mudah busuk dan rusak, terutama produk buah dan sayur
serta daging dan ikan memerlukan penanganan yang cepat dan cermat untuk menjaga mutu agar
sesuai dengan yang diinginkan oleh konsumen. Bawang merah yang bersifat segar dan mudah
rusak sehingga tidak dapat disimpan dalam waktu yang relatif lama. Kalau diinginkan
penyimpanan dalam waktu yang relatif lama, maka diperlukan perlakuan tambahan., misalnya
pengeringan atau perlakuan pasca panen lainnya.
BAB II. PEMBAHASAN

Kecamatan Merek yang merupakan daerah yang memiliki produksi bawang merah tertinggi
di Kabupaten Karo. Melihat banyak nya produksi yang di hasilkan di setiap kelompok maka
mereka mempunyai ide untuk melakukan penanganan pasca panen dengan cara pengolahan
bawang merah menjadi bawang goreng. Kelompok tani ini masih menggunakan alat sederhana
dalam proses pembuatan bawang merah.
Pengolahan bawang rnerah dapat dilakukan dengan mengolah umbi segar- melalui
penggorengan. Pembuatan bawang goreng merupakan salah satu alternatif untuk menyimpan
lebih lama jika dibandingkan dalarn bentuk segar. Untuk mendapatkan bawang goreng yang
berkualitas tidak terlepas pula dari perlakuan saat panen. Penentuan umur panen sangat penting
untuk menghasilkan bawang goreng yang renyah.
Tahap dalam pembuatan bawang goreng:
1. Pengupasan
2. Pengirisan : 1-2 mm.
3. Perendaman dalam larutan NaHS03 dan atau NaCl (30 menit)
4. Pengeringan : Tahap I, suhu 65°C (1 jam) Tahap It, suhu 55 "C (6jam)
5. Pengemasan
Pengolahan bawang merah menjadi bawang goreng dilakukan di kelompok tani dan di bantu
oleh PPL dan Ibu Camat Merek. Dalam penjualan bawang goreng tersebut mereka masih
menjual di daerah mereka dan daerah yang dekat dengan wilayah mereka.
BAB III. KESIMPULAN

Penanganan pasca panen bawang merah yang baik, khususnya dalarn ha1 pengolahan dapat
memperpanjang masa simpan dan mernpertahankan mutu bawang merah, menjamin kontinuitas
stok bawang merah sepanjang musim serta meningkatkan nilai ekonominya. Untuk
menghasilkan produk olahan yang berkualitas hal-ha1 yang perlu mendapat perhatian adalah
umur panen, pemilihan bahan, pengirisan, kadar air bahan, penggunaan bahan pengawet dan
bentuk pengemasan.

Anda mungkin juga menyukai