Anda di halaman 1dari 27

MATA KULIAH KEWIRAUSAHAAN PENDIDIKAN EDUPRESENSHIP

Dosen Pengampu : Dr. Sri hidayati M. Pd

Disusun Oleh : Kelompok 1


HERLINA
Ratu bintang
Siti khofifah turihi
Nadila hidayati
Nurhildani eka putri
Venny ayu safitri

Kelas IV (Empat) PIAUD B2


Semester IV (Empat)

INSTITUT AGAMA ISLAM NUSANTARA BATANGHARI


MUARA BULIAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan
terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah
ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.

Jangga, April 2021

Penyus un

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar …………………………………………………… i


Daftar Isi …………………………………………………… ii

BAB I
A. Pendahuluan …………………………………………………... 1
B. Rumusan Masalah ………………………………………………….. 4
C. Tujuan ………………………………………………….. 4

BAB II PEMBAHASAN
A. Enterpreneurship atau kewirausahaan pada diri anak usia dini … 5
B. Cara Atau Upaya Menumbuhkan Kemampuan Enterpreneurship Anak Usia
Dini …………………………………………………….. 15

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ……………………………………………………. 22
B. Saran ……………………………………………………. 22

DAFTAR PUSAKA

ii
1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan Anak Usia Dini pada hakikatnya adalah pendidikan yang
diselenggarakan dengan tujuan untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan
anak secara menyeluruh atau menekankan pada pengembangan seluruh aspek
kepribadian anak. Oleh karena itu, PAUD memberi kesempatan bagi anak untuk
mengembangkan kepribadian dan potensi secara maksimal. Atas dasar ini, lembaga
PAUD perlu menyediakan berbagai kegiatan yang dapat mengembangkan berbagai
aspek perkembangan seperti kognitif, bahasa, sosial, emosi, fisik, dan motorik 1.
PAUD merupakan lembaga pendidikan yang memiliki peranan penting dalam
membina dan mengasah kemampuan anak mulai dari aspek kognitif, afektif, dan
psikomotor. Aspek-aspek tersebut dapat berkembang dengan adanya proses belajar
mengajar yang maksimal yang dilakukan pendidik dan anak didik.
Adapun kegiatan pengembangan pembiasaan dan kemampuan dasar yang
dilakukan meliputi nilai agama moral, sosial dan emosional, fisik motorik, kognitif,
bahasa dan seni. Banyak aspek sebagai pembentukan perilaku yang berawal dari
pembiasaan. Bicara gaya hidup bicara masyarakat, bicara mengenai masyarakat bicara
kebiasaan, kebiasaan terbentuk karena adanya rutinitas dan kesenangan yang
dilakukan berkali-kali sehingga menjadi hal yang biasa. Budaya konsumtif Indonesia
telah lama diterapkan masyarakat jauh sebelum zaman reformasi, pada masa orde
baru terbentuklah masyarakat konsumtif yang membeli barang yang sudah jadi
daripada menciptakan atau membuat sesuatu menjadi barang jadi. Berbagai hal yang
kita lakukan setiap hari adalah membeli atau belanja, ini adalah kata yang sering
digunakan dalam perekonomian, baik di dunia usaha maupun didalam rumah tangga
baik membeli jasa maupun barang. Setiap hari kita selalu membeli barang ataupun
jasa yang sadar atau tanpa sadar sebenarnya bisa membuatnya sendiri jikalau kita mau
meluangkan sedikit waktu untuk membuatnya.
Enterpreneurship atau kewirausahaan merupakan konsep yang memiliki wajah
majemuk. Satu konsep tetapi maknanya berbeda-beda, tergantung dari sudut pandang
seseorang melihat. Kewirausahaan telah menjadi penggerak utama dalam
perekonomian global. Para penggerak kebijakan di seluruh dunia menyadari bahwa

1
Dahlia dan Suyadi.. Implementasi Dan Inovasi Kurikulum Paud 2013 Program Pembelajaran
Berbasis Multiple Intelligences. (Bandung: PT Remaja Rosda karya. 2014). Halm. 22
pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan terletak ditangan para wirausahawan,
mereka tidak hanya menciptakan kesejahteraan ekonomi tapi banyak diantara mereka
yang juga berjuang keras untuk membuat dunia ini menjadi tempat tinggal yang lebih
baik. Mereka yang memiliki semangat kepemimpinan yang berjiwa kewirausahaan ini
akan terus memimpin masyarakat dimanapun.
Enterpreneurship memiliki peran sentral dalam kehidupan dan pembangunan
suatu bangsa. Keberadaan entrepreneur yang rendah atau lemah, menjadikan gerak
dinamika masyarakat dalam mengubah diri untuk mencapai kemajuan sangat lambat.
Kelemahan negara-negara yang sedang berkembang termasuk negara Indonesia ini
adalah lemahnya Enterpreneurship. Apalagi, Enterpreneurship yang lemah ini tidak
diarahkan pada sesuatu yang produktif.
Kewirausahaan adalah salah satu jalan menuju sukses. Kesuksesan itu dipilih
bukan memilih. Kita dihadapkan oleh banyak pilihan dan memilih menjadi
entrepreneur itu seperti halnya jika ada di dalam labirin, semua diawali dari pintu
yang sama tapi berakhir di pintu yang belum tentu sama karena masing-masing
mengambil langkah, cara dan strategi yang tidak sama. Semua pilihan sama tetapi
berujung berbeda2.
Menjadi pekerja bisa sukses dan makmur, begitu juga menjadi entrepreneur.
Namun kenyataannya adalah 80% orang kaya di dunia ini berawal dari pilihan
menjadi entrepreneur. Terbukti bahwa menjadi seorang entrepreneur adalah salah satu
jalan menuju sukses. Tidak nyaman di awal tetapi enaknya dibelakang, sementara
pekerja adalah nyaman di awal tetapi tidak aman di akhir.
Bisakah Enterpreneurship diajarkan? Buchari3 mengatakan bahwa beberapa
puluh tahun yang lalu ada pendapat yang mengatakan bahwa kewirausahaan tidak
dapat diajarkan. Akan tetapi sekarang ini Enterpreneurship merupakan mata pelajaran
yang dapat diajarkan di sekolah-sekolah dan telah bertumbuh sangat pesat. Di negara
maju pertumbuhan wirausaha membawa peningkatan ekonomi yang luar biasa.
Pengusaha-pengusaha baru ini telah memperkaya pasar dengan produk-produk
yang inovatif. Tahun 1980-an di Amerika telah lahir sebanyak 20 juta wirausahawan
baru, mereka menciptakan lapangan pekerjaan baru. Demikian pula di Eropa Timur,
wirausahawan ini mulai bermunculan, bahkan di negeri China, yang menganut paham
komunis, mulai membuka diri terhadap lahirnya wirausahawan. Universitas Beijing,
2
Hendro,. Dasar - Dasar Kewirausahaan. (Jakarta. Erlangga :2011). Halm. 13
3
Buchari.Alma. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. (Bandung, Alfabeta : 2000) Edisi Revisi.
Cetakan Keempat. Halm. 11

2
menghapuskan mata kuliah Marxis, dan menggantinya dengan mata kuliah
entrepreneurship. Transformasi pengetahuan enterpreneurship telah berkembang pada
akhir-akhir ini. Demikian pula di Negara kita pengetahuan enterpreneurship diajarkan
di berbagai kursus bisnis, Perguruan Tinggi, Sekolah Menengah, di Sekolah Dasar,
dan bahkan di PAUD.
Jadi kesimpulannya kewirausahaan itu dapat diajarkan. Berikanlah para anak
pemahaman sikap-sikap perilaku untuk membuka bisnis, kemudian kita akan
membuat mereka menjadi seorang entrepreneur yang berbakat. Menurut
Khoerussalim4 Pendidikan di Indonesia tidak mengarahkan output nya menjadi
entrepreneur tetapi diorientasikan agar orang menjadi karyawan. Pendidikan tinggi
misalnya, tidak diorientasikan untuk menciptakan lapangan kerja, tetapi
diorientasikan agar orang bekerja sebagai professional. Sekolah atau pendidikan
tinggi yang bisa menciptakan entrepreneur/pengusaha tidak ada di negeri ini, yang ada
hanyalah pendidikan menciptakan pekerja-pekerja
Apa yang terjadi dengan itu semua? Negeri ini over suplay terhadap stok
tenaga kerja. Pengangguran terlalu banyak akibat PHK atau karena penciptaan
pengangguran baru lewat pendidikan setingkat SMK/SMU dan perguruan tinggi.
Fenomena tersebut semestinya sudah saatnya disikapi secara serius oleh para
pengambil kebijakan (pemerintah). Jiwa entrepreneurship sebaiknya dimunculkan
sejak dini karena jika entrepreneurship diberikan oleh guru secara continue lambat
laun akan tertanam di mindset anak untuk lebih menghargai dan memanfatkan barang
bekas dan kemudian anak akan mempunyai sikap pantang menyerah dan tidak takut
akan resiko yang akan dihadapinya di kemudian hari.
Keadaan di Lembaga PAUD, setelah peneliti melihat dan mengamati bahwa
ada permasalahan dalam kurangnya pengembangan kemampuan kewirausahaan anak,
dilihat dari kegiatan belajar mengajar yang biasa saja bahkan apabila mengalami
kesulitan anak langsung bilang “aku tidak bisa” dan ada beberapa yang langsung
marah apabila tidak bisa mengerjakan. Diharapkan dengan menggunakan metode
yang menarik dan sesuai dengan perkembangan anak dapat tertarik dan benar-benar
bisa mengembangkan kemampuan kewirausahaan anak sejak dini.

B. Rumusan Masalah

4
Ikhsan. Akuntansi Keprilakua. (Jakarta, Salemba Empat : 2005). Halm. 136

3
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah yaitu bagaimana
cara menumbuhkan jiwa atau mental Enterpreneurship atau kewirausahaan pada diri
anak usia dini?

C. Tujuan
Untuk menumbuhkan kemampuan entrepreneurship pada anak usia dini

4
5

BAB II
PEMBAHASAN
A. Enterpreneurship atau kewirausahaan pada diri anak usia dini
Wirausaha adalah seseorang yang bebas dan memiliki kemampuan untuk
hidup mandiri dalam menjalankan kegiatan usahanya atau bisnisnya atau hidupnya. Ia
bebas merancang, menentukan dan mengelola serta mengendalikan semua usahanya.
Sedangkan kewirausahaan adalah suatu sikap, jiwa dan kemampuan untuk
menciptakan sesuatu yang baru yang sangat bernilai dan berguna bagi dirinya dan
orang lain. Kewirausahaan merupakan sikap mental dan jiwa yang selalu aktif atau
kreatif berdaya, bercipta, berkarsa dan bersahaja dalam berusaha dalam rangka
meningkatkan pendapatan dalam kegiatan usahanya atau kiprahnya. Seseorang yang
memiliki jiwa dan sikap wirausaha selalu tidak puas dengan apa yang telah
dicapainya. Dari waktu ke waktu, hari demi hari, minggu demi minggu selalu mencari
peluang untuk meningkatkan usaha dan kehidupannya. Ia selalu berkreasi dan
berinovasi tanpa berhenti karena dengan berkreasi dan berinovasi itulah semua
peluang dapat diperolehnya.
Kewirausahaan (entrepreneurship) muncul apabila seseorang individu berani
mengembangkan usaha-usaha dan ide-ide barunya. Proses kewirausahaan meliputi
semua fungsi, aktivitas dan tindakan yang berhubungan dengan perolehan peluang
dan penciptaan organisasi usaha. Esensi dari kewirausahaan adalah menciptakan nilai
tambah di pasar melalui proses pengkombinasian sumber daya dengan cara-cara baru
dan berbeda agar dapat bersaing.
Nilai tambah tersebut dapat diciptakan melalui cara-cara sebagai berikut :
1) Pengembangan teknologi baru (developing new technology)
2) Penemuan pengetahuan baru (discovering new knowledge)
3) Perbaikan produk (barang dan jasa) yang sudah ada (improving existing
products or services)
4) Penemuan cara-cara yang berbeda untuk menghasilkan barang dan jasa yang
lebih banyak dengan sumber daya yang lebih sedikit (finding different ways of
providing more goods and services with fewer resources).  
Ada enam hakikat pentingnya kewirausahaan, yaitu :
1) Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam perilaku yang
dijadikan sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses dan hasil
bisnis.
2) Kewirausahaan adalah suatu nilai yang dibutuhkan untuk memulai sebuah usaha
dan mengembangkan usaha.
3) Kewirausahaan adalah suatu proses dalam mengerjakan sesuatu yang baru
(kreatif) dan berbeda (inovatif) yang bermanfaat dalam memberikan nilai lebih.
4) Kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan
berbeda.
5) Kewirausahaan adalah suatu proses penerapan kreativitas dan keinovasian
dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki
kehidupan usaha.
6) Kewirausahaan adalah usaha menciptakan nilai tambah dengan jalan
mengkombinasikan sumber-sumber melalui cara-cara baru dan berbeda untuk
memenangkan persaingan.
Sejalan dengan hal tersebut, Meredith memberikan  ciri-ciri seseorang yang
memiliki karakter wirausaha, yaitu sebagai orang yang :
1) Percaya diri
2) Berorientasi pada tugas dan hasil
3) Berani mengambil resiko
4) Berjiwa kepemimpinan
5) Berorientasi ke masa depan
6) Keorisinalan
Kewirausahaan tidak muncul secara mendadak, akan tetapi melalui proses
pembelajaran. Perlunya pendidikan kewirausahaan bagi setiap orang antara lain
sebagai berikut :
1) Tenaga-tenaga wirausaha mempunyai kemampuan luar biasa. Oleh karena itu,
sudah sewajarnya memberikan kesempatan kepada setiap manusia memiliki
kepribadian wirausaha. Ilmu kewirausahaan dapat dibentuk, dilatih, dididik,
dikembangkan dan ditingkatkan jumlahnya.
2) Seorang yang berjiwa wirausaha, diri sendirinyalah yang menjadikan seorang
manusia yang berkepribadian dan berwatak unggul, memberikan kemampuan
untuk membersihkan sikap mental negatif, serta meningkatkan daya saing dan
daya juang untuk mencapai kemajuan.
3)   Jiwa kewirausahaan merupakan salah satu bekal bagi seseorang dalam
menjalani kehidupan.

6
4) Kewirausahaan adalah sumber peningkatan mutu kepribadian dan kemampuan
usaha. Usaha penggalian kewirausahaan sangat mutlak diharapkan oleh setiap
orang.
Pendidikan kewirausahaan merupakan salah satu bentuk aplikasi kepedulian
dunia pendidikan terhadap kemajuan bangsanya. Di dalam pendidikan kewirausahaan
akan diperlihatkan beberapa hal mengenai kewirausahaan, diantaranya adalah nilai
dan bentuk kerja untuk mencapai kesuksesan. Dalam arti yang lebih luas bahwa
pendidikan kewirausahaan adalah pertolongan untuk membelajarkan manusia
Indonesia sehingga mereka memiliki kekuatan pribadi yang dinamis dan kreatif sesuai
dengan kepribadian bangsa Indonesia yang berdasarkan pancasila.
Karakter seorang anak dibangun melalui apa yang didengarkan, apa yang
dilihat dan apa yang dirasakan. Pendengaran dan penglihatan adalah pintu masuk
pelajaran sebelum masuk menempa hati nuraninya. Melalui seluruh indera yang
manusia miliki inilah, akan muncul pembelajaran yang kuat terkait dengan apa-apa
yang diterima oleh indera. Bila anak terbiasa dengan dunia wirausaha sejak kecil,
maka karakter inilah yang akan muncul kelak ketika anak dewasa.
Pembelajaran kewirausahaan (entrepreneurship) lebih mengarah pada
perubahan mental.  Mien Uno berpendapat bahwa untuk menjadi wirausahawan
handal dibutuhkan karakter unggul yang meliputi ; pengenalan terhadap diri  sendiri,
kreatif, mampu berpikir kritis, mampu memecahkan permasalahan, dapat
berkomunikasi, mampu  membawa diri di berbagai lingkungan, menghargai waktu,
mampu berbagi dengan orang lain, mampu mengatasi stres, bisa mengendalikan
emosi dan mampu membuat keputusan.
Berwirausaha bukan hanya dunianya orang dewasa, tetapi juga bisa menjadi
bagian dari dunianya anak-anak. Bedanya, berwirausaha pada anak-anak tidak bisa
dijalankan sendirian, namun membutuhkan bimbingan dan dukungan dari orang 
dewasa, orangtua maupun guru. Anak-anak yang mengenal dunia wirausaha sejak
dini, akan mendapatkan manfaat yang besar untuk bekal masa depan kelak. Pada
tahapan usia dini, anak-anak yang belajar menumbuhkan pembelajaran wirausaha
akan tumbuh menjadi pribadi yang kreatif. Kreativitas yang terlatih sejak dini,
termasuk melalui berbagai kegiatan kewirausahaan menjadi modal utama
produktivitas dan kemandirian anak ketika dewasa nanti. Jiwa
wirausaha (entrepreneurship) harus ditanamkan oleh para orang tua dan sekolah
ketika anak-anak mereka dalam usia dini. Mengingat bahwa kewirausahaan ternyata

7
lebih kepada menggerakkan perubahan mental. Jadi tak perlu dipertentangkan apakah
kemampuan wirausaha itu berkat adanya bakat atau hasil dari proses pendidikan.
Pembelajaran kewirausahaan pada diri anak tidak serta merta ada, akan tetapi
memerlukan latihan secara bertahap. Bisa dimulai dari hal-hal kecil dalam aktivitas
keseharian anak. Misalnya, membereskan  mainan selesai bermain, rajin sikat gigi
sebelum tidur dan membereskan tempat tidur. Ini merupakan latihan berdisiplin,
bertanggung jawab dan awal pengajaran tentang kepemilikan.  Latihan selanjutnya,
mengajarkan anak untuk mampu mengelola uang dengan baik. Latihan yang perlu
diajarkan bukan hanya cara membelanjakan, tapi juga menabung, sedekah dan
mencari uang.
Hal lain yang juga penting adalah dukungan dari orang tua kepada anak.
Dukungan tidak hanya dapat berupa finansial tapi juga motivasi agar anak mau
berpikir kritis untuk mengeluarkan ide. Bentuk motivasi  itu antara lain bisa berwujud
ucapan selamat ketika tanaman yang dipelihara anak dapat tumbuh dan anak dapat
memetik hasilnya atau dorongan semangat untuk pantang menyerah.  Pengakuan dan
dukungan dari orang tua akan menentukan perkembangan minat dan percaya diri
anak. Sekolah sebagai wadah bagi anak mendapatkan ilmu dan menerapkan ilmunya
untuk mengembangkan pembelajaran kewirausahaan  anak, sedangkan orang tua
sebagai motivator bagi anak dalam mewujudkan segala hal tersebut. Sekolah dan
orang tua merupakan kunci sukses dari program kewirausahaan pada anak usia dini.
Penumbuhan pembelajaran kewirausahaan perlu ditumbuhkan sejak dini,
bukan hanya dalam dataran pembentukan kognitif dengan memberitahu anak tentang
definisi kewirausahaan, manfaatnya dan caranya. Tetapi kewirausahaan dapat
diintegrasikan dalam tema pembelajaran melalui kurikulum yang telah ada. Hal ini
dapat dilakukan oleh guru secara kreatif pada saat pemberian materi pembelajaran
yang dilakukan seraya bermain.
Menanamkan jiwa kewirausahaan kepada anak sejak dini, akan membentuk
individu yang memiliki beberapa keterampilan, antara lain :
1.    Managerial skill (ketrampilan manajerial),
2.    Conceptual skill (merumuskan tujuan),
3.    Human skill (keterampilan memahami, mengerti, berkomunikasi dan berelasi),
4.    Decision making skill (keterampilan merumuskan masalah dan mengambil
keputusan),
5.    Time managerial skill (keterampilan mengatur dan menggunakan waktu).

8
Jika anak sejak usia dini sudah diajarkan tentang kewirausahaan, anak akan
memiliki keterampilan-keterampilan tersebut. Sehingga hal ini akan membuat anak
menjadi pribadi yang tangguh dalam menghadapi kehidupannya di masa depan.
Dalam INPRES No. 1 dan 6 Tahun 2010 terdapat 17 nilai kewirausahaan,
yang juga dijadikan sebagai landasan dasar sekaligus tujuan dalam mengenalkan dan
menanamkan jiwa wirausaha pada anak usia dini, yaitu :
Nilai Deskripsi
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung
1.  Mandiri
pada orang lain dalam menyelesaikan tugas
Berpikir dan melakukan sesuatu untuk
2.  Kreatif menghasilkan cara atau hasil berbeda dari
produk atau jasa yang telah ada
Kemampuan seseorang untuk menyukai
3.  Berani mengambil resiko pekerjaan yang menantang, berani dan
mampu mengambil resiko kerja
Mengambil inisiatif untuk bertindak, dan bukan
4.  Berorientasi pada
menunggu, sebelum sebuah kejadian yang
tindakan
tidak dikehendaki terjadi
Sikap dan perilaku seseorang yang selalu
terbuka terhadap saran dan kritik, mudah
5.  Kepemimpinan
bergaul, bekerjasama dan mengarahkan
oranglain
Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-
6.  Kerja keras sungguh dalam menyelesaikan tugas dan
mengatasi berbagai hambatan
Perilaku yang didasarkan atas upaya menjadikan
7.  Jujur dirinya sebagai orang yang selalu dapat
dipercaya  dalam perkataan dan tindakan
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan
8   Disiplin
patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan
Kemampuan untuk menerapkan kreativitas
dalam rangka memecahkan persoalan-
9.  Inovatif
persoalan dan peluang untuk meningkatkan
dan memperkaya kehidupan
Sikap dan perilaku seseorang yang mau dan
10. Tanggung jawab mampu melaksanakan tugas dan
kewajibannya
Perilaku yang didasarkan pada upaya
menjadikan dirinya mampiu menjalin
11. Kerjasama
hubungan  dengan orang lain dalam
melaksanakan tindakan dan pekerjaan
12. Pantang menyerah (ulet) Sikap dan perilaku seseorang yang tidak mudah

9
menyerah untuk mencapai  suatu tujuan
dengan berbagai alternatif
Kesepakatan mengenai sesuatu hal yang dibuat
13. Komitmen seseorang, baik terhadap dirinya maupun
orang lain
Kemampuan menggunakan fakta atau realita
sebagai landasan berpikir yang rasional
14. Realistis
dalam setiap pengambilan keputusan maupun
tindakan atau perbuatan
Sikap dan tindakan  yang selalu berupaya untuk
15. Rasa ingin tahu mengetahui secara mendalam dan luas dari
apa yang dipelajari, dilihat, dan didengar
Tindakan yang memperlihatkan rasa senang
16. Komunikatif berbicara, bergaul, dan bekerjasama dengan
orang lain
17. Motivasi kuat untuk
Sikap dan tindakan selalu mencari solusi terbaik
sukses

Minat adalah rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau
aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan
suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar dirinya. Semakin kuat atau
dekat hubungan tersebut, maka semakin besar minatnya. Jika seseorang telah
melaksanakan kesungguhannya kepada suatu objek maka minat ini akan menuntun
seseorang untuk memperhatikan lebih rinci dan mempunyai keinginan untuk ikut atau
memiliki objek tersebut. Minat merupakan salah satu aspek psikis manusia yang
mendorongnya untuk memperoleh sesuatu atau untuk mencapai suatu tujuan,
sehingga minat mengandung unsur keinginan untuk mengetahui dan mempelajari dari
sesuatu yang diinginkannya itu sebagai kebutuhannya.
Oleh sebab itu, apa yang dilihat seseorang sudah tentu akan membangkitkan
minatnya sejauh apa yang dilihatnya itu mempunyai hubungan dengan
kepentingannya sendiri. Minat merupakan suatu keinginan yang cenderung menetap
pada diri seseorang untuk mengarahkan pada suatu pilihan tertentu sebagai
kebutuhannya, kemudian dilanjutkan untuk diwujudkan dalam tindakan nyata dengan
adanya perhatian pada objek yang diinginkannya itu untuk mencari informasi sebagai
wawasan bagi dirinya.
Anak akan mempunyai dorongan yang kuat untuk berwirausaha apabila
menaruh minat yang besar terhadap kegiatan wirausaha. Dengan adanya minat akan
mendorong anak untuk melakukan suatu aktivitas tertentu, karena di dalam minat

10
terkandung unsur motivasi atau dorongan yang menyebabkan anak
melakukan aktivitas sesuai dengan tujuan. Kuatnya dorongan bagi diri seseorang
dapat berubah-ubah sewaktu-waktu. Perubahan tersebut terjadi karena kepuasan
kebutuhan, yakni seseorang telah mencapai kepuasan atas kebutuhannya. Dengan
demikian, dorongan kuat untuk melakukan kegiatan berhubungan dengan pemenuhan
kebutuhan. Apabila kebutuhan terpenuhi, maka akan timbul kepuasan, sedangkan
kepuasan itu sendiri sifatnya menyenangkan. Hal ini berarti bahwa dorongan untuk
berhubungan lebih aktif dengan obyek yang menarik ini disertai dengan perasaan
senang.
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi minat siswa
untuk berwirausaha, diantaranya :
1) Kemauan adalah suatu kegiatan yang menyebabkan seseorang mampu untuk
melakukan tindakan dalam mencapai tujuan tertentu. Dengan adanya kemauan
seseorang untuk mencoba berwirausaha, ini merupakan suatu hal yang baik.
2) Ketertarikan adalah perasaan senang, terpikat, menaruh minat kepada sesuatu.
Saat ada ketertarikan dari diri seseorang, maka ada daya juang untuk meraih
yang ingin dicapai. Dalam hal ini adalah ketertarikan untuk mau berwirausaha,
maka siswa tersebut mempunyai minat untuk berwirausaha.
3) Lingkungan Keluarga, berkaitan dengan lingkungan keluarga, maka peran
keluarga sangat penting dalam menumbuhkan minat anak. Orang tua merupakan
pendidik pertama dan sebagai tumpuan dalam bimbingan kasih sayang yang
utama. Maka orang tualah yang banyak memberikan pengaruh dan warna
kepribadian terhadap seorang anak. Dengan demikian mengingat pentingnya
pendidikan di lingkungan keluarga, maka pengaruh di lingkungan keluarga
terhadap anak dapat mempengaruhi apa yang diminati oleh anak.
4) Lingkungan Sekolah, pendidikan di sekolah menjadi tanggung jawab guru. Jadi
pada dasarnya yang berpengaruh terhadap perkembangan siswa yaitu proses
pendidikan di sekolah sebagai bekal untuk diterapkan dalam kehidupan di
lingkungan masyarakat. Seorang guru dalam proses pendidikan juga dapat
memberikan motivasi dan dorongan kepada siswa dalam menumbuhkan
minatnya. Sebagai pendidik dalam lembaga pendidikan formal, maka guru
berperan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, apalagi yang dibutuhkan
orang pada dasarnya adalah ke arah pengembangan kualitas SDM yang berguna.

11
Motivasi adalah proses membangkitkan, mengarahkan dan memantapkan
perilaku arah suatu tujuan. Motivasi merupakan hal yang melatar belakangi individu
berbuat untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Motivasi adalah kesediaan individu
untuk mengeluarkan berbagai upaya dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
Motivasi dapat dicermati dari ketegangan yang dialami oleh individu, semakin besar
ketegangannya, semakin tinggi tingkat upaya yang ditunjukkan  oleh  individu 
tersebut dalam mencapai tujuannya.
Dalam berwirausaha, peran motivasi terutama motivasi untuk berhasil
menjadi sangat penting. Sebab di dalam motivasi terdapat sejumlah motif yang akan
menjadi pendorong (drive  atau stimulus) tercapainya keberhasilan. Apalagi di dalam
motivasi berwirausaha diperlukan daya juang untuk sukses, mau belajar melihat
keberhasilan orang lain, memiliki dorongan kuat untuk mengatasi semua kendala
dalam berwirausaha. Oleh karena itu, untuk memahami motivasi perlu untuk
memahami berbagai jenis kebutuhan. Hal itu sejalan dengan teori hierarki kebutuhan
(hierarchy of needs) dari Abraham Maslow, yang terdiri dari: kebutuhan fisiologis,
kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan sosial, kebutuhan terhadap harga diri,
kebutuhan akan aktualisasi.
Pengertian motivasi seperti yang dikemukakan di atas mengacu pada
timbulnya dorongan. Sedangkan berwirausaha merupakan salah satu objek pekerjaan
di samping pekerjaan lain, yakni pegawai negeri atau pegawai swasta. Dengan
demikian motivasi berwirausaha diartikan sebagai tenaga dorongan yang
menyebabkan siswa melakukan suatu kegiatan berwirausaha. Dengan demikian
adanya perasaan senang yang menyertai timbulnya motivasi berwirausaha.
Rangsangan-rangsangan dari objek wirausaha akan dapat menumbuhkan
motivasi, dan motivasi yang telah tumbuh akan menjadikan sebagai dorongan dan
motor untuk mencapai tujuan pemenuhan kebutuhan.
Kebutuhan ini menimbulkan dorongan atau motif untuk berbuat sesuatu.
Setelah perbuatan tersebut dilakukan maka tercapai keadaan seimbang dalam diri
siswa. Kebutuhan yang sudah tercapai dengan hasil baik akan memberikan kepuasan
dan timbulnya rasa puas pada diri siswa akan diikuti perasaan senang. Akan tetapi
keseimbangan tersebut tidak berlangsung untuk selamanya karena akan timbul
ketidakseimbangan baru yang menyebabkan proses motivasi di atas diulangi.
Keberhasilan usaha dalam bidang wirausaha terletak pada sejauhmana motivasi
berprestasi dalam berwirausaha menjiwai usahanya. Semakin tinggi motivasi

12
berprestasi dalam berwirausaha akan semakin menunjang keberhasilan usaha yang
dicapai. Karena dengan motivasi berwirausaha yang tinggi akan mampu mengatasi
kesulitan-kesulitan yang dihadapi dan akan mampu menciptakan jalan keluar dari
kesulitan. Selain itu akan selalu didorong oleh pemikiran optimis, semangat kerja, ulet
dan menggunakan program dalam mencapai tujuan di bidang usahanya, 
dimana kegiatannya tersebut dilaksanakan secara teratur dan bertanggung jawab.
Anak yang memiliki motivasi berwirausaha tinggi, berarti mempunyai
kemauan untuk berhasil dalam berwirausaha. Dengan pertimbangan siswa-siswi
belum terjun secara aktif dalam kegiatan wirausaha sehingga tidaklah mungkin
mengukur perilakunya dalam berwirausaha dan dengan asumsi bahwa sikap
berwirausaha sangat dekat dengan perilaku dalam bidang berwirausaha, maka
berdasarkan teori dan hasil-hasil penelitian yang telah diuraikan di atas, dapat
disimpulkan bahwa motivasi berwirausaha mempengaruhi sikap berwirausaha.
Menurut psikolog anak, Dr Seto Mulyadi, bila ada seorang anak yang
memiliki inisiatif untuk belajar berbisnis di usia dini, orang tua perlu memberi
apresiasi terhadap gagasan tersebut. Inisiatif itu menunjukkan bahwa anak sudah
mulai memiliki kecerdasan finansial. Kecerdasan finansial adalah kecerdasan untuk
mengelola uang. Menambah penghasilan dengan usaha seperti itu, bukanlah hal yang
negatif. Justru hal itu sangatlah disarankan untuk dikenalkan kepada anak sejak dini.
Mengajarkan anak soal menabung dan menambah penghasilan merupakan suatu cara
yang efektif untuk menumbuhkan jiwa enterpreneurship pada si kecil.
Kecerdasan finansial dan jiwa wirausaha bisa dikenalkan orang tua kepada
anaknya sejak dini. Yang perlu ditekankan adalah cara mendidik anak dengan suasana
yang menyenangkan, dan tidak memaksa kehendak kepada anak. Caranya sekali-kali
ajaklah anak ke bank. Begitu sampai di bank, orang tua bisa menjelaskan kepada
mereka bahwa sebenarnya uang bisa ditabung. Jelaskan pula kepada mereka, untuk
bisa membeli sesuatu yang diinginkan, maka uang harus ditabung dulu. Bisa juga
mengajak anak-anak ke supermarket. Orangtua bisa menjelaskan istilah harga,
keuntungan, mahal, dan murah. Berikan pengertian kepada anak, bila ada sebuah
barang yang dijual denga harga Rp 10.000,- orangtua bisa memberi penjelasan kepada
si anak bahwa harga barang itu sebetulnya lebih murah, misalnya seharga Rp 9.000,-.
Harganya tersebut jadi lebih mahal, karena supermarket perlu mengambil untung.
Orang tua bisa menjelaskan, nilai selisih atau keuntungan itu digunakan supermarket

13
untuk membayar karyawan, listrik, sewa gedung, dan keperluan lainnya. Hal seperti
itu perlu dikenalkan sejak dini dengan cara yang mudah dan menyenangkan.
Bila sang anak sudah mulai memiliki inisiatif untuk berbisnis, orang tua
tinggal membuat semacam rambu-rambu yang tentu saja harus dipahami sang anak.
Salah satu hal yang perlu ditanamkan adalah soal kejujuran. Orang tua bisa
menjelaskan bahwa dalam berbisnis tidak boleh berbohong. Orang tua juga perlu
memberi penjelasan bahwa kegiatan sang anak hanyalah semacam kegiatan
ekstrakurikuler. Dengan begitu, tugas utamanya adalah tetap belajar. Berbisnis atau
jualan kecil-kecilan di sekolah hanyalah kegiatan tambahan. Inisiatif bisnis kecil-
kecilan itu harus muncul dari si anak. Jangan pernah orang tua
memaksanya. Orangtua tidak bisa memaksa si anak untuk berbisnis kecil-kecilan.
Namun, bisa merangsang mereka agar jiwa kewirausahaan dan kecerdasan
finansialnya tumbuh.
Menurut konsultan bisnis, Ir. Sri Bramantoro Abdinagoro, menanamkan jiwa
kewirausahaan pada anak sejak usia dini bisa dilakukan dengan suasana yang riang
dan menyenangkan. Tetapi semua kembali lagi ke anak, jadi orangtua mengajarkan
kepada anak berdasarkan kemauan anak, orangtua tidak boleh memaksa atau
mengarahkan, sehingga anak tidak merasa terbebani, dan mau melakukan hal tersebut
dengan senang dan sukarela. Hal yang dilakukan orangtua adalah memfasilitasi anak.
Baik psikolog anak Dr Seto Mulyadi maupun konsultan bisnis Ir. Sri
Bramantoro Abdinagoro, berpendapat tentang manfaat belajar berbisnis dan
mengelola uang sejak dini. Menurut Dr Seto Mulyadi, saat ini sangat banyak orang
yang bergelar master dan doktor, namun kemampuan mengelola uangnya sangat
rendah. Itu karena mereka tak memiliki kecerdasan finansial. Selain itu anak yang
sejak dini diajarkan cara mengelola uang, juga bisa tumbuh menjadi pribadi yang
kreatif dan mandiri. Tak cuma itu, mereka pun bisa memiliki jiwa kewirausahaan.

B. Cara Atau Upaya Menumbuhkan Kemampuan Enterpreneurship Anak Usia


Dini
Sejak tahun 2009 lalu, pemerintah sudah menyusun kurikulum
berbasis enterpeneurship yang seharusnya dapat diintegrasikan dalam pembelajaran.

14
Tujuannya antara lain ialah bagaimana mempersiapkan generasi muda yang
kompetitif serta bisa membuka dunia usaha baru, termasuk mampu memberikan
lapangan kerja untuk orang lain.
Mencetak wirausaha tentu tidaklah semudah membalikkan telapak tangan.
Perlu sebuah sistem yang baik, dijalankan secara konsisten, dikontrol, dan ditanamkan
sejak dini pada setiap insan Indonesia. Kurikulum yang diterapkan harus terintegrasi
dengan karakter kewirausahaan. Sehingga anak sudah dapat dikenalkan pada
kewirausahaan sejak dini.
Kegiatan pembelajaran kewirausahaaan direncanakan secara khusus dan
diikuti oleh peserta didik. Dalam program pembelajaran kewirausahaan, perencanaan
dan pelaksanaan pendidikan kewirausahaan dapat dilakukan melalui pengintegrasian
kedalam kegiatan sehari-hari yang dilakukan di rumah atau sekolah. Penanaman
konsep-konsep terkait dengan kegiatan kewirausahaan pada anak didik dapat
diberikan kepada mereka mengenai hal-hal yang terkait dengan kegiatan
kewirausahaan, walau hanya sebatas pengenalan yang minimalis.
Pembelajaran  kewirausahaan di lingkungan anak usia dini dapat dilakukan
dengan berbagai kegiatan belajar melalui bermain sesuai dengan kebutuhan, potensi,
bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh
pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di
sekolah, sehingga dapat memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk dapat
mengekspresikan dirinya secara bebas melalui kegiatan mandiri dan atau kelompok.
Menumbuhan sifat wirausaha pada diri anak memerlukan latihan bertahap.
Latihan wirausaha ini bukanlah sesuatu yang rumit. Kegiatan anak di PAUD bersama
guru dan teman sebayanya dapat dimaksimalkan dalam menanamkan pola pikir untuk
menjadi  seorang wirausaha (entrepreneur), serta memberikan pembiasaan-
pembiasaan yang positif terhadap anak terkait dengan nilai-nilai positif yang terdapat
dalam jiwa seorang wirausaha. Hal-hal yang dapat guru lakukan antara lain ;
memberikan fasilitas, metode mengajar yang kreatif, mengaitkan apa yang diajarkan
dengan berpikir layaknya seorang wirausaha. Agar kelak ketika dewasa nanti anak
akan terbiasa dengan kegiatan kewirausahaan dan yang terpenting lagi anak tidak
akan takut dalam mengambil resiko. Kegiatan sekolah yang berkaitan dengan
kewirausahaan merupakan penyeimbang bagi anak untuk menerapkan  apa  yang 
anak  peroleh  dari pelajaran yang telah diajarkan oleh guru, misalnya ketika ada tema

15
tumbuhan, guru bisa mengajarkan cara menanam tumbuhan, merawatnya
sampai dengan bagaimana memanfaatkan tumbuhan.
Berdasarkan dari berbagai kegiatan yang dilakukan oleh anak-anak usia pra-
sekolah dasar (PAUD), bahwa sudah ada beberapa aktivitas yang dilakukan untuk
menanamkan sikap entrepreneurship sedari dini, baik yang diajarkan oleh orangtua di
rumah maupun oleh guru di sekolah. Diantaranya adalah sebagai berikut :
1) Penanaman jiwa wirausaha melalui metode bercerita
Menurut psikolog anak, Dr. Seto Mulyadi5, cara yang mudah untuk
dilakukan orangtua adalah dengan cara bercerita. Misalnya saja, orangtua bisa
menceritakan kisah tentang teman yang dulu sejak kecil sudah bisa mencari
uang dengan berbisnis kecil-kecilan. Selain itu, orang tua juga bisa bercerita
soal kisah sukses dan masa kecil para pengusaha ternama. Setelah bercerita,
yakinkan pula pada sang anak, bahwa dirinya juga bisa sukses seperti itu.
Sehingga, anak akan menjadi tertantang untuk mengikuti kisah sukses itu.
2) Pendidikan kewirausahaan diintegrasikan dalam mata pelajaran, muatan lokal,
kegiatan ekstrakurikuler, pengembangan diri, kultur sekolah atau aturan-aturan
yang dibuat oleh sekolah
Kegiatan berwirausaha dapat dijadikan sebuah event kompetisi bagi
peserta didik, misalkan lomba karya seni, lomba memasak dan mengemas
produk sehingga memiliki nilai jual, lomba kerajinan tangan, dan sebagainya.
Kemudian hasil karya siswa tersebut dipasarkan dan di jual. Selanjutnya
masing-masing individu atau kelompok peserta lomba diberi nilai sesuai
indikator penilaian yang telah ditentukan dan diberi penghargaan atas
keberhasilan yang peserta didik peroleh.
3) Mengajak siswa melakukan kegiatan dasar kewirausahaan, misalnya kegiatan
ekonomi di kelas, kebiasaan usaha, yaitu warung kelas
Warung kelas dapat dijadikan sebagai dasar penanaman jiwa
kewirausahaan. Sebab pada kegiatan ini, semua hal dari anak didik, untuk
anak didik dan oleh anak didik. Warung kelas ini adalah milik siswa sehingga
setiap anak mempunyai tanggung jawab dan kewajiban yang sama dalam
upaya peningkatan dan kelancaran penjualan jajanan yang ada. Setelah jajanan
habis, maka beberapa orang secara bergantian bertugas untuk belanja makanan

5
http://www.teknokreatipreneur.com/2020/03/penerapan-pembelajaran-kewirausahaan.html diakses tanggal
13 April 2021 Jam 21 : 23 wib

16
dan jajanan untuk periode jualan ke depan. Pada saat inilah, anak dapat
mengetahui apakah warung kelasnya mendapatkan untung ataukah tidak. Dan,
nilai keuntungan tersebut dapat ditambahkan untuk belanja sekaligus
memperbanyak barang dagangan. Dengan cara ini, maka tumbuh kesadaran
dalam jiwa anak didik bahwa mereka dapat melakukan kegiatan usaha.
Kesadaran ini diyakini dapat memicu semangat kewirausahaan pada anak-
anak. Dalam konteks ini yang paling dibutuhkan adalah bimbingan guru agar
kegiatan ini tidak mengganggu proses pendidikan anak. Artinya, warung kelas
hanya dibuka pada saat sebelum masuk waktu pembelajaran dan pada saat jam
istirahat saja. Di luar kedua jam tersebut, maka secara tegas guru melarang
adanya transaksi jual beli.
4) Membuat kue dan minuman ringan dan menjualnya dalam acara-acara tertentu
Untuk dapat menanamkan jiwa berwirausaha kepada anak, guru dapat
memberikan suatu kegiatan pembelajaran yang dapat melibatkan orangtua dan
anak. Seperti misalnya acara Cooking Classes And Food Bazaar, dimana
acara ini merupakan acara memasak bersama antara anak dan orangtua,
dengan dibimbing oleh guru atau pendidik yang menu makanannya dapat
disesuaikan dengan kesukaan anak-anak. Setelah itu, makanan-makanan yang
dibuat tersebut dijual ke dalam acara Food Bazaar pada hari itu juga, dengan
penjual adalah anak-anak itu sendiri dan orangtua siswa sebagai pembelinya
atau dapat juga melibatkan masyarakat luar di sekitar lingkungan sekolah
anak.
5) Membuat craft dan menjualnya dalam acara “Market Day”
Salah satu contoh aplikasi pendidikan terintegrasi mengenai
kewirausahaan adalah kegiatan “Market Day” dengan melibatkan semua siswa
dalam proses produksi, distribusi, dan konsumsi. Kegiatan produksi adalah
dengan memberikan tanggung jawab kepada siswa berdasakan kelas secara
bergantian untuk membuat produk yang memiliki nilai jual dan bermanfaat
bagi selurus civitas academica sekolah. Kemudian siswa diminta untuk
menjual produknya (distribusi), sedangkan siswa yang lainnya termasuk para
guru bertanggung jawab sebagai konsumen (pembeli). Kegiatan “Market
Day” bisa dilakukan secara mandiri (memproduksi barang secara individu)
atau secara klasikal (memproduksi barang dengan berkelompok) sesuai minat
siswa dan produk yang akan diproduksikan.

17
Untuk satuan pendidikan PAUD kegiatan di atas tidak sepenuhnya
dibebankan kepada siswa. Peran orang tua dan guru juga diperlukan dan harus
disertakan. Para siswa dalam “Market Day” hanya sebatas distributor.
Sedangkan kegiatan produksinya bisa melibatkan orang tua maupun guru. Satu
lagi yang perlu ditambahkan adalah fungsi kontrol ketika kegiatan distribusi
berlangsung, disini dibutuhkan peran guru, karena “Market Day” biasanya
dilaksanakan di area sekolah. Fungsi kontrol bertujuan untuk mengajarkan
kepada siswa berjual beli yang benar, mengajarkan siswa yang belum bisa
bertransaksi dalam bentuk uang dan barang. Sedangkan yang menjadi
konsumennya adalah semua siswa dan guru.
Kegiatan “Market Day” bukan hanya mengajarkan tata cara
bertransaksi bagi siswa. Tetapi banyak nilai moril yang bisa ditanamkan
kepada para siswa, seperti kemandirian, kedisiplinan, kejujuran, tanggung
jawab, komunikasi interpersonal, membantu siswa dalam memahami pelajaran
yang berkaitan dengan kegiatan “Market Day”, serta menanamkan nilai-nilai
syari’at Islam yang benar dalam kegiatan jual-beli kepada siswa yang
berhubungan erat dengan Pendidikan Agama Islam.
6) Kegiatan “Family Day”
Dalam membuat program “Family Day”, dimana ayah dan bunda
terlibat dalam kegiatan sekolah diantaranya menampilkan pentas, hasil karya
yang di buat anak serta berbagai makanan yang telah anak coba pada program
masak-memasak. Dalam program ini, diharapkan orang tua bertanya tentang
proses pembuatannya sehingga titik berat kegiatan ini adalah bagaimana anak
bisa menjelaskan pada orang dewasa karya yang telah mereka buat, dan juga
mengajarkan pembelajaran kewirausahaan bahwa apa yang telah mereka buat
dapat mengahasilkan karya dan uang. Dalam program “Family Day” ini juga,
orang tua diminta untuk dapat ikut berpartisipasi dalam kegiatan
kewirausahaan yang anak lakukan, yaitu dengan membeli hasil karya anak,
dan seluruh hasil penjualannya ditabung sebagai kas kelas.
Pada saat “Family Day” yang mengundang adalah anak, bukan pihak
sekolah, anak-anak membuat surat undangan dan ditandatangani kesanggupan
orang tua untuk hadir. Pada saat acara ini juga orang tua turut serta membantu
melancarkan program sekolah dalam kemampuan berkomunikasi dengan anak
dan memaparkan kepada orang dewasa mengenai proses pembuatan suatu

18
karya. Pada saat orang tua  membeli beberapa makanan yang di jual oleh anak-
anak, terjadilah transaksi secara ekonomi. Setelah semua dagangan habis
terjual, setiap kelompok menghitung hasil usahanya, uang hasil tersebut
disimpan dalam kas kelas dan dapat digunakan dalam kegiatan bersama
nantinya.
7) Anak-anak bisa diajak berkarya wisata atau mengunjungi tempat perbelanjaan
Terlebih dahulu anak-anak dibekali oleh orangtua, antara lain uang
secukupnya dan catatan apa yang akan dibeli oleh anak. Peran orangtua dalam
kegiatan ini tidak lebih sebagai pengawas dan motivator, urusan membeli kita
serahkan pada anak-anak. Sebab dengan belanja sendiri anak-anak nantinya
mengerti arti dari belanja dan membelanjakan. Mereka akan belajar
menghitung, membayar, dan menerima kembaliannya. Selain itu, dalam
kegiatan ini anak dapat juga dilatih tentang kebutuhan-kebutuhan apa saja
yang harus diutamakan untuk dibeli dan kebutuhan apa saja yang dapat
ditunda pembeliannya. Sehingga secara tidak langsung, anak akan dapat
mengerti tentang makna akan kebutuhan primer dan sekunder.
8) Mengajak anak berkunjung ke produsen pembuatan kue pada saat libur
sekolah
Saat ini mulai banyak produsen kue bermunculan membuat progam
trip di dapur produksi mereka yang dikhususkan untuk anak-anak, seperti yang
sering dilakukan Pizza Hut. Anak-anak diajak ke dapur produksi, sehingga
anak-anak akan mengetahui proses pembuatan kue, mulai dari pengolahan kue
sampai pengemasan kue. Mereka akan mengetahui langsung proses
pembuatan kue tersebut. Hal ini merupakan pengalaman baru bagi mereka,
sehingga anak akan tertarik dan terkesan. Rasa tertarik dan terkesan ini akan
terbawa ke alam bawah sadar anak, sehingga kelak anak akan merasa tidak
asing lagi dengan proses produksi, dan bahkan dapat menumbuhkan minat dan
motivasi anak dalam membuka suatu lapangan kerja atau bentuk usaha baru
pada saat anak dewasa nanti. Kunjungan seperti ini diharapkan akan
menumbuhkembangkan jiwa kewirausahaan kepada anak-anak.
9) Memancing (stimulasi) anak untuk berfikir kreatif dan berani mengambil
resiko
Misalnya, orangtua mengajak anak berjalan-jalan, ke toko atau
pedagang stiker. Orang tua bisa menanyakan kepada anak, apakah anak

19
tertarik untuk membeli stiker, kemudian dijual lagi di sekolahnya, dengan
harga yang lebih tinggi. Beri pengertian juga kepada anak, jika dapat
menjualnya, maka keuntungannya bisa ditabung sebagai simpanan dana bagi
kebutuhan pribadi anak nantinya. Sampaikan tawaran itu dengan penuh
keakraban. Namun, satu hal yang perlu dicatat, dalam kegiatan ini orangtua
tidak boleh membebani anak.
10) Berwirausaha dengan bermodalkan jasa pada orang lain yang membutuhkan
Menawarkan suatu jasa pun bisa menghasilkan uang. Misalnya ; jasa
menyapu halaman rumah, mencuci sepeda, menjaga adik, merawat binatang
kesayangan milik tetangga, membungkus kado dan lain sebagainya. Dalam hal
ini, anak tidak hanya belajar tentang bagaimana berwirausaha yang dapat
menghasilkan uang hanya dengan bermodalkan jasa saja, akan tetapi anak juga
dapat belajar mengenai kejujuran, tanggung jawab, saling menghargai, dan
tolong-menolong. Sehingga anak akan mendapatkan nilai lebih dari apa yang
telah dilakukannya.
11) Membantu usaha orangtua saat liburan atau akhir pekan
Menanamkan jiwa kewirausahaan pada diri anak tidak hanya dilakukan
di lingkungan sekolah saja, akan tetapi dapat pula dilakukan di rumah dengan
bantuan dan dukungan dari orangtua. Terutama jika orangtua memiliki usaha
sendiri. Dalam hal ini misalnya, orangtua dapat meminta anak untuk dapat
melayani pembeli dengan baik dan ramah, memberikan kesempatan kepada
anak untuk dapat membantu dalam mengurusi administrasi usaha tersebut,
atau dapat pula memberikan kesempatan kepada anak untuk dapat mengurusi
bagian pengemasan atau penataan setting usaha. Sehingga melalui kegiatan
ini, anak dapat belajar tentang bagaimana cara berwirausaha yang baik, agar
usaha yang diciptakannya dapat berkembang dengan pesat tentunya dengan
penataan administrasi dan setting usaha yang menarik bagi konsumen.
Kegiatan ini juga dapat melatih dan mengembangkan kejujuran, ketekunan,
dan kedisplinan pada diri anak dalam menjalankan suatu usaha maupun dalam
kehidupan bermasyarakatanantinya.
12) Membuat buku cerita bergambar atau buku catatan kecil dan menjualnya
kepada teman-teman bermain atau teman-teman sekolah
Menanamkan jiwa berwirausaha pada anak dapat pula dilakukan dari
hal yang paling kecil dan sedrhana yang dekat dengan kehidupan anak.

20
Dengan mengandalkan hobi, kreativitas, imajinasi dan ketekunan anak, anak
dapat membuat suatu buku bergambar atau buku catatan kecil dengan bahan-
bahan yang sederhana, yang kemudian dijual kepada teman-teman
bermainnya. Kegiatan ini tentunya memerlukan dukungan dan bimbingan dari
orangtua, agar anak dapat lebih terarah dalam menciptakan suatu hal yang
dapat bermanfaat bagi oranglain dan menguntungkan bagi dirinya sendiri.
Uang hasil berjualan buku cergam atau buku catatan kecil ini kemudian
ditabung untuk membeli kebutuhan pribadi anak sendiri nantinya.

21
22

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pembelajaran  kewirausahaan di lingkungan anak usia dini dapat
dilakukan dengan berbagai kegiatan belajar melalui bermain sesuai dengan
kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang secara
khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang
berkemampuan dan berkewenangan di sekolah, sehingga dapat memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk dapat mengekspresikan dirinya secara
bebas melalui kegiatan mandiri dan atau kelompok.
Menumbuhan sifat wirausaha pada diri anak memerlukan latihan
bertahap. Latihan wirausaha ini bukanlah sesuatu yang rumit. Kegiatan anak di
PAUD bersama guru dan teman sebayanya dapat dimaksimalkan dalam
menanamkan pola pikir untuk menjadi  seorang wirausaha (entrepreneur),
serta memberikan pembiasaan-pembiasaan yang positif terhadap anak terkait
dengan nilai-nilai positif yang terdapat dalam jiwa seorang wirausaha
Jika anak sejak usia dini sudah diajarkan tentang kewirausahaan, anak
akan memiliki keterampilan-keterampilan Managerial skill (ketrampilan
manajerial), Conceptual skill (merumuskan tujuan),   Human skill 
(keterampilan memahami, mengerti, berkomunikasi dan berelasi),    Decision
making skill (keterampilan merumuskan masalah dan mengambil keputusan),
Time managerial skill (keterampilan mengatur dan menggunakan waktu).

B. Saran
Penelitian ini memang banyak kekurangannya terutama dalam kajian
literaturnya. Peneliti berharap pertama tersedianya buku yang membahas
pentingnya edupreneuship atau kewirausahaan untuk anak usia dini. Kedua
pemerintah telah banyak memberikan pelatihan kewirausahaan tetapi pelatihan
edupreneuship atau kewirausahaan untuk anak usia dini belum tersentuh. Berbeda
dengan pelatihan, karakter, pelatihan pendidikan karakter sering dilaksanakan di
berbagai tingkatan pendidikan.
DAFTAR PUSAKA

Alma. Buchari.2000. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Bandung, Alfabeta


Edisi Revisi. Cetakan Keempat. Halm. 11
Dahlia dan Suyadi.2014. Implementasi Dan Inovasi Kurikulum Paud 2013 Program
Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences. Bandung: PT Remaja Rosda
karya
Hendro. 2011. Dasar - Dasar Kewirausahaan. Jakarta. Erlangga
Ikhsan.2005. Akuntansi Keprilakua. Jakarta, Salemba Empat
http://www.teknokreatipreneur.com/2020/03/penerapan-pembelajaran-
kewirausahaan.html diakses tanggal 13 April 2021 Jam 21 : 23 wib

23

Anda mungkin juga menyukai