Anda di halaman 1dari 2

Hakikat Pembelajaran Konstruktivisme

Konstruktivisme merupakan salah satu filsafat yang beranggapan bahwa


pengetahuan itu merupakan konstruksi atau bentukan dari pengetahuan-pengetahuan
yang telah ada pada diri seseorang. Dalam pandangan teori belajar konstruktivimenya
Piaget menyatakan bahwa belajar adalah proses perubahan konsep, dalam konsep
tersebut si pelajar setiapkali membangun konsep melalui asimilasi dan akomodasi skema
mereka. Oleh sebab itu belajar merupakan proses yang terus menerus tidak berkesudahan
( Paul Suparno. 1997 :35)
Belajar merupakan proses aktif pelajar mengkonstruksi entah teks, dialog
pengalaman fisis dan lain-lain. Belajar juga merupakan proses mengasimilasikan dan
menghubungkan pengalaman atau bahan yang dipelajari dengan pengertian yang sudah
dipunyai seseorang sehingga pengirimanya dikembangkan ( Paul Suparno, 1997. 61 )
Pembelajaran di kelas yang dilakukan terdiri atas tahapan-tahapan yaitu :
1) Invitasi : dimana guru memanfaatkan struktur kognitif yang telah ada
pada siswa untuk membahas konsep-konsep baru sehingga
tergugah motivasinya untuk belajar.
2) Eksplorasi : yang menyangkut interaksi manusia dengan lingkungan
alam atau lingkungan fisik di sekitarnya. Dalam tahapan ini
guru bertindak sebagai fasilitator agar siswa secara aktif
menggunakan konsep-konsep baru.
3) Solusi dan Ekplanasi : dimana siswa dihadapkan pada situasi masalah yang
menyangkut konsep atau prinsip yang baru diterimanya
untuk menyelesaikan masalah yang diberikan atau
dihadapi.
4) Tindak Lanjut : dimana siswa mengembangkan sikap dan perilaku untuk
berkembang lebih jauh.
5) Ekspansi : siswa diminta untuk belajar sendiri aplikasi dan perluasan
berbagai konsep dan prinsip yang telah dipelajari.

Dari uraian di atas terlihat jelas bahwa dalam pendekatan konstruktivisme siswa
diharapkan aktif untuk mengkonstruksi pengetahuannya dengan arahan dari guru
berdasarkan pengalaman, konsep, prinsip, fakta, dan sebagainya yang telah dipunyai.
Adapun yang diharapkan setelah adanya penerapan pendekatan ini akan mengangkat hal-
hal berikut :
1) Proses ilmiah melalui eksperimen atau observasi pada kajian yang nyata.
2) Terjadinya sikap menyukai sains dan sikap ilmiah siswa.
3) Kemampuan untuk menjelaskan peristiwa sehari-hari sehubungan dengan
pengalaman, pemanfaatan sains dan teknologi dan sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai