Anda di halaman 1dari 1

Burung di Senja Hari

Ketika itu hari sudah mulai senja seperti biasa yang kulakukan hanyalah keluar
rumah dan duduk di depan rumah karna disitu ada sebuah kursi yang sudah aggak tua dan
lusuh kursi itu aggak panjang sehingga aku sesekali membaringkan tubuh ku di atas kursi
yang lusuh itu, ku lihat hari yang mulai padam karena kehilanggan hawa panasnya
berganti dengan sejuk disertai tenggelamnya matahari dengan warna khas senja yaitu
kuning ke oranye-oranyean. Disitu aku masih termenung memikirkan hal-hal apa yang
akan aku lakukan selanjutnya untuk menyokong serta menjadikan masa depanku lebih
bermakna lagi, disitu aku melihat sekawanan burung terbang dengan gembiranya
mungkin mereka pulang ke sarang dan berkumpul dengan keluargannya.

Seketika itu ayah ku datang menghampiriku duduk di sebelah ku dengan muka yang
terlihat seperti sudah kusam karena terlalu panjang pengalaman yang dilaluinya segelintir
pengalamannya yang diceritakannya dia bercerita waktu dia muda sebagai pekerja yang
sangat handal di bidangnya dia beberapa kali gonta ganti pekerjaan dikarnakan bukan
karena bosan atau mengharap gaji tinggi, tapi karena ayahku disuruh untuk berbohong,
dia lebih baik mengundurkan diri dan mencari pekerjaan lain walaupun gaji yang tak
sepadan dengan keadaan diri pada saat itu dengan keadaannya yang sangat sebar serta
kejujuran adalah motonya sekarang dia hidup dengan santainya menikmati hidupnya
karena di masa lampaunya dia adalah seorang pekerja keras seorang yang jujur serta
tugasnya sekarang adalah membagi kejujuran tersebut dengan ketiga anaknya termasuk
aku.

Seraya dia ayah ku selesai dengan ceritanya yang aggak panjang tapi lumayam
mengisnpirasi ku, dia duduk termenung seolah apa yang ia ceritakan tadi semoga jadi
pelajaran untuk anaknya kelak dalam hal bekerja, berusaha dan betapa pentingnya
kejujuran, seraya dia menarik nafas sangat dalam dan meninggalkan aku sendirian di
duduk termenung melihat hari yang hanya menyisakan sedikit sisa cahaya dan kulihat
burung terakhir terbang membawa setangkai daun kering, dalam benakku berfikir
mungkin si burung itu telah usai membangun sarang untuk menghidupi burung betinanya
serta anak-anaknya yang akan tumbuh dewasa melewati betapa misterinya dunia yang
akan dilewatinya tapi itu hanyalah segelintir dari berbagai macam peristiwa dunia
mungkin di luar sana masih banyak hal-hal yang harus kita jadikan pelajaran.

Aku menggerakkan tubuhku yang kaku termenung tadi seraya menggangkat badan dan
berdiri tegak aku menarik nafas dengan penuh semangat, aku tersenyum sesaat dan ku
katakan kuniatkan dalam hati mari kita mulai.

Anda mungkin juga menyukai