Anda di halaman 1dari 15

MATA KULIAH

KESEHATAN PEREMPUAN DAN PERENCANAAN KELUARGA


“ TEKNIK PELAYANAN KONTRASEPSI MODERN ”

Dosen Pengampu: Linda Yusanti, S.ST, M.Keb.


Disusun Oleh:
Kelompok 7

1. Djihan Mifahera (F0G019011)


2. Febi Oktasari (F0G019003)
3. Noni Lestari (F0G019008)
4. Nurhamida Octarya (F0G019030)
5. Meldatil cahyani (F0G019003)
6. Rica Pustika (F0G019029)

PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BENGKULU
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, karunia, dan hidayah-Nya
sehingga penulisan makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Penulis menyadari sepenuhnya
bahwa makalah ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, baik yang
berupa saran, kritik, bimbingan maupun bantuan lainnya. Penulis menyampaikan rasa terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada teman-teman yang telah membantu dalam mengerjakan
makalah ini. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada semua
pihak yang telah membantu dan memberikan motivasi serta bimbingannya.

Demikian penulisan makalah ini, penulis menyadari banyak keterbatasan dan kekurangan
ada di dalamnya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
peningkatan wawasan kami dalam memberikan penulisan makalah selanjutnya. Semoga makalah
ini  bermanfaat pada semua pihak.

                         Bengkulu, 09 Maret 2021

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...................................................................................................................i

KATA PENGANTAR................................................................................................................ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4

A. Latar Belakang................................................................................................................4
...........................................................................................................................................
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................4
C. Tujuan.............................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN

A. MOP................................................................................................................................5
B. Penyumbatan vas deferens mekanis..............................................................................13
C. Penyumbatan vas deferens kimiawi..............................................................................13

BAB III PENUTUP.................................................................................................................14

A. Kesimpulan...................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................15
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar belakang

Tingginya angka kelahiran di Indonesia merupakan salah satu masalah besar dan
memerlukan perhatian khusus dalam penanganannya. Salah satu bentuk perhatian khusus
pemerintah dalam menanggulangi angka kelahiran yang tinggi tersebut, adalah dengan
melaksanakan pembangunan dan keluarga berencana secara komprehensif (Saifuddin, 2006).

Program Keluarga Berencana (KB) adalah salah satu usaha untuk mencapai kesejahteraan
keluarga. Program KB merupakan bagian terpadu dalam program pembangunan nasional yang
bertujuan untuk mewujudkan penduduk tumbuh seimbang agar kesejahteraan ekonomi, spiritual,
dan social budaya penduduk Indonesia dapat tercapai dengan Total Fertility Rate (TFR) sebesar
2,2 (BKKBN, 2005)

B.Rumusan Masalah

1.Apa yang di maksud MOP ?

2.Apa yang di maksud penyumbatan vas deferens mekais ?

3.Apa yang di maksud penyumbatan vas deferens kimiawi ?

C.Tujuan

1.Untuk mengetahui di maksud MOP

2.Untuk mengetahui penyumbatan vas deferens mekais

3.Untuk mengetahui penyumbatan vas deferens kimiawi


BAB II

PEMBAHASAN

1. Kontrasepsi Metode Operatif Pria (MOP)


a. Pengertian MOP
Menurut Handayani (2010), kontrasepsi Mantap Pria/ Vasektomi/
Metode Operatif Pria (MOP) adalah suatu metode kontrasepsi operatif kecil
pada pria yang aman, sederhana, efektif, memakan waktu operasi yang
singkat dan tidak memerlukan anestesi umum.
Menurut Saifuddin (2010), MOP adalah prosedur klinik untuk
menghentikan kapasitas reproduksi pria dengan melakukan oklusi vasa
deferensia sehingga transportasi sperma terhambat dan proses pembuahan
tidak terjadi. Sedangkan menurut Proverawati (2010), MOP adalah metode
sterilisasi dengan cara mengikat saluran sperma. Beberapa alternatif untuk
mengikat saluran sperma tersebut, yaitu dengan mengikat saja, memasang klip
tantalum, kauterisasi, menutup aliran dengan jarum dankombinasinya.
Berdasarkan pengertian diatas, maka MOP adalah suatu metode
kontrasepsi pria untuk menghentikan produksi sperma dengan cara memotong
atau mengikat saluran sperma melalui tindakan operasi kecil.

b. Syarat MOP
Setiap metode kontrasepsi pasti memiliki syarat sebelum calon akseptor
memilih kontrasepsi yang diinginkan. Menurut Anggraeni & Martini (2012),
syarat pelaksanaan MOP antara lain:
1) Syarat Sukarela
Calon peserta dianggap dapat menerima MOP secara sukarela jika telah
diberikan konseling.
Dalam konseling tersebut dibicarakan hal-hal sebagai berikut:
a) Bahwa disamping MOP masih ada berbagai cara KBlainnya.
b) Bahwa cara MOP melalui operasi, dan selalu adaresiko.
c) Bahwa cara MOP apabila berhasil tidak akan memberikan keturunan.
d) Calon akseptor diberi kesempatan berfikir dan mempertimbangkan
kembali keputusannya, tetapi tetap memutuskan untuk memilihMOP.
2) Syarat Bahagia
Selain syarat sukarela, calon akseptor MOP juga harus memenuhi syarat
bahagia. Syarat bahagia yang dimaksud adalah sebagai berikut:
a) Perkawinan syah danharmonis.
b) Memiliki anak hidup minimal dua orang dengan umur anak terkecil
lebih dari 2 tahun, keadaan fisik dan mental anaksehat.
c) Mendapat persetujuanistri.

d) Umur istri tidak kurang dari 25 tahun dan tidak lebih dari 45 tahun.
e) Umur calon akseptor tidak kurang dari 30tahun.
3) Syarat Sehat
Syarat kesehatan dilakukan melalui pemeriksaan pra bedah oleh dokter.

c. Efektivitas MOP
Setiap metode kontrasepsi mempunyai tingkat efektivitas yang berbeda-
beda. Berikut ini adalah efektivitas MOP menurut Proverawati (2010) yaitu
angka keberhasilan tinggi (99%), angka kegagalan 0-2,2%, umumnya <1%.

d. Kontra Indikasi MOP


Kontrasepsi MOP tidak dianjurkan bagi calon akseptor dengan kondisi
tertentu karena dapat menimbulkan masalah baru. Menurut Anggraeni &
Martini (2012) kontra indikasi kontrasepsi MOP antara lain:
1) Infeksi kulitlokal
2) Infeksi traktusgenitalia
3) Kelainan skrotum dan sekitarnya: Varicocle, Hydrocele besar, Filariasis,
luka parut bekas operasi, skrotum yang sangattebal.
4) Penyakit sistemik: penyakit-penyakit perdarahan, Diabetes
Melitus, penyakit jantung koroner yangbaru.
Riwayat perkawinan, psikologis atau seksual yang tidak stabil

e. Keuntungan MOP
Semua metode kontrasepsi mempunyai keuntungan dan kerugian. Hal
ini sangat bermanfaat bagi klien agar dapat memilih dan memutuskan metode
kontrasepsi dengan tepat sesuai dengan kebutuhannya. Menurut Handayani
(2010), keuntungan kontrasepsi MOP antara lain:
1) Efektif, kemungkinan gagal tidak ada karena dapat diperiksa kepastian
dilaboratorium.
2) Aman, morbiditas rendah dan tidak adamortalitas.
3) Cepat, hanya memerlukan 5-10 menit dan pasien tidak perlu dirawat diRS.
4) Sederhana
5) Tidak mengganggu hubungan seksualselanjutnya.
6) Biaya rendah.

f. Kerugian MOP
Kontrasepsi MOP juga mempunyai kerugian, sehingga klien dapat
mempertimbangkan sebelum menjadi akseptor. Menurut Hartanto (2004),
kerugian kontrasepsi MOP yaitu:
1) Harus dengan tindakanoperatif.
2) Kemungkinan ada komplikasi seperti perdarahan daninfeksi.
Tidak seperti sterilisasi wanita yang langsung menghasilkan steril
permanen, pada MOP masih harus menunggu beberapa bulan sampai sel mani
menjadi negatif.

1) Tidak dapat dilakukan pada orang yang masih ingin mempunyai anak.

g. Tempat Pelayanan MOP


Untuk prosedur pelaksanaan MOP tidak dapat dilakukan di sembarang
tempat. MOP dapat dilakukan di fasilitas kesehatan umum yang mempunyai
ruang tindakan untuk bedah minor. Ruang yang dipilih sebaiknya tidak di
bagian yang sibuk/ banyak orang lalu lalang. Menurut Saifuddin (2010),
ruangan tersebut sebaiknya:
1) Mendapat penerangan yang cukup.
2) Lantainya terbuat dari semen atau keramik agar mudah dibersihkan, bebas
debu danserangga.
3) Ventilasi ruangan harus baik dan apabila jendela dibuka, tirai harus
terpasang baik dankuat.
Untuk mencuci tangan sebaiknya disediakan air bersih yang mengalir dan
jumlahnya cukup. Tangki air harus bersih, dekat dengan tempat mencuci
tangan dan tertutup baik, sedangkan tempat pembuangan limbah harus
rapat dan bebas darikebocoran.

h. Teknik MOP
Pelaksanaan MOP dapat dilakukan apabila klien sudah mempersiapkan
diri sesuai anjuran petugas kesehatan. Begitu juga- dengan petugas kesehatan
agar mempersiapkan alat dan bahan sesuai dengan prosedur. Berikut ini
adalah teknik MOP Menurut Handayani (2010), antara lain:

1) MOP Konvensional
a) Celana dibuka dan klien berbaring dalam posisiterlentang.
b) Daerah kulit skrotum, penis, supra pubis dan bagian dalam pangkal
paha dibersihkan dengan larutan Betadine 0,75%, larutan
Khlorheksidin (Hibiscrub) 4% atau asam pikrat2%.
c) Tutup daerah yang telah dibersihkan dengan kain steril berlubang pada
tempat skrotum ditonjolkankeluar.
d) Tepat di lenia mediana di atas vas deferens, kulit skrotum diberi
anestesi lokal (Prokain/ Lidokaain/ Novokain/ Xilocain 1-2% tanpa
epinefrin) 0,5 ml lalu jarum diteruskan masuk dan di daerah distal
serta proksimal vas deferens dideponir lagi masing-masing 0,5ml.
e) Kulit skrotum diiris longitudinal 1-2 cm, tepat diatas vas deferens
yang telah ditonjolkan ke permukaankulit.
f) Setelah kulit dibuka, vas deferens dipegang dengan klem, disiangi
sampai tampak vas deferens mengkilat seperti mutiara, perdarahan
dirawat dengan cermat. Sebaiknya ditambah obat anestesi ke dalam
fasia vas deferens baru kemudian fasia disayat longitudinal sepanjang
0,5 cm. Usahakan tepi sayatan rata (dapat dicapai jika pisau cukup
tajam) hingga memudahkan penjahitan kembali. Jepitlah vas deferens
dengan klem pada dua tempat dengan jarak 1-2 cm dan ikat jangan
dipotong dulu. Tariklah benang yang mengkilat keduaujung-

vas deferens tersebut untuk melihat kalau ada perdarahan yang


tersembunyi. Jahitan hanya pada titik perdarahan, jangan terlalu
banyak, karena dapat menjepit pembuluh darah lain seperti arteri
testikularis atau deferensialis yang berakibat kematiantestis.
g) Potong diantara dua ikatan tersebut sepanjang 1 cm. Gunakan benang
sutra No.000 atau 1 untuk mengikat vas deferens. Ikatan tidak boleh
terlalu longgar tetapi juga jangan terlalu keras karena dapat memotong
vasdeferens.
h) Untuk mencegah rekanalisasi spontan yang dianjurkan adalah dengan
melakukan interposisi fasia vas deferens, yakni menjahit kembali fasia
yang terluka, vas deferens bagian distal (sebelah uretral) dibenamkan
dalam fasia dan vas deferens bagian proksimal (sebelah testis) terletak
di luar fasia. Cara ini mencegah timbulnya kemungkinanrekanalisasi.
i) Lakukan tindakan (langkah f-h) untuk vas deferens kanan dan kiri,
setelah selesai tutup kulit dengan 1-2 jahitan “plain catgut” No.000
kemudian tutup dengan kassa steril dandiplester.
2) Selain teknik MOP secara konvensional, berikut ini adalah prosedur
pelaksanaan MOP tanpa pisau Menurut Arum & Sujiyatini (2009),yaitu:
a) Celana dibuka dan baringkan klien dalam posisiterlentang.
b) Rambut di daerah skrotum dicukur sampaibersih

c) Penis diplester ke dindingperut.


d) Daerah kulit skrotum, penis, supra pubis dan bagian dalam pangkal
paha dibersihkan dengan cairan yang tidak merangsang seperti larutan
Betadine 0,75%, larutan Khlorheksidin (Hibiscrub)4%.
e) Tutup daerah yang telah dibersihkan tersebut dengan kain steril
berlubang pada tempat skrotum ditonjolkankeluar.
f) Tepat di lenia mediana di atas vas deferens, kulit skrotum diberi
anestesi lokal (Prokain/ Lidokaain/ Novokain/ Xilocain 1-2% tanpa
epinefrin) 0,5 ml lalu jarum diteruskan masuk dan di daerah distal
serta proksimal vas deferens dideponir lagi masing-masing 0,5 ml lalu
jarum diteruskan masuk sejajar vas deferens ke arah distal, kemudian
dideponir lagi masing- masing 3-4 cm, prosedur ini dilakukan sebelah
kanan dankiri.
g) Vas deferens dengan kulit skrotum yang ditegangkan difiksasi di
dalam lingkaran klem fiksasi pada garis tengah skrotum. Kemudian
klem direbahkan ke bawah sehingga vas deferens mengarah ke
bawahkulit.
h) Tusuk bagian yang paling menonjol dari vas deferens, tepat di sebelah
distal lingkaran klem dengan sebelah ujung klem diseksi dengan
membentuk sudut kurang lebih45o.
i) Renggangkan ujung klem pelan-pelan. Semua lapisan jaringan
darikulitsampaidindingvasdeferensakandapatdipisahkan

dalam satu gerakan. Setelah itu dinding vas deferens yang telah
telanjang dapat dilihat.
j) Dengan ujung klem diseksi menghadap ke bawah, tusuklah salah satu
ujung klem ke dinding vas deferens dan ujung klem diputar menurut
arah jarum jam, sehingga ujung klem menghadap ke atas. Ujung klem
pelan-pelan dirapatkan dan pegang dinding anterior vas deferens.
Lepaskan klem fiksasi dari kulit dan pindahkan untuk memotong vas
deferens yang telah terbuka. Pegang dan fiksasi vas deferens yang
sudah telanjang dengan klem fiksasi lalu lepaskan klemdiseksi.
k) Pada tempat vas deferens yang melengkung, jaringan sekitarnya
dipisahkan pelan-pelan ke bawah dengan klem diseksi. Jika lubang
telah cukup luas, kemudian klem diseksi- dimasukkan ke lubang
tersebut. Kemudian buka ujung klem pelan-pelan paralel dengan arah
vas deferens yang diangkat. Diperlukan kira-kira 2 cm vas deferens
yang bebas. Vas deferens dipotong secara lunak dengan klem diseksi,
sebelum dilakukan ligasi dengan benang sutra3-0.
l) Diantara dua ligasi kira-kira 1-1,5 cm vas deferens dipotong dan
diangkat. Benang pada putung distal sementara tidak dipotong.
Kontrol perdarahan dan kembalikan putung-putung vas deferens
dalamskrotum.

m) Tarik pelan-pelan benang pada putung yang distal. Pegang secara


halus fasia vas deferens dengan klem diseksi dan tutup lubang fasia
sehingga putung bagian epididymis tertutup dan putung distal ada di
luar fasia. Apabila tidak ada perdarahan pada keadaan vas deferens
tenang, maka benang yang terakhir dapat dipotong dan vas deferens
dikembalikan dalamskrotum.
n) Lakukan tindakan (langkah g-m) untuk vas deferens kanan-kiri,
melalui luka di garis tengah yang sama. jika tidak ada perdarahan, luka
kulit tidak perlu dijahit hanya diproksimasikan denganplester.

Gambar 2.1 Teknik MOP

i. Perawatan Setelah Operasi


MOP merupakan metode kontrasepsi yang dilakukan dengan tindakan
bedah minor, sehingga klien tidak perlu rawat inap di rumah sakit.Menurut
Handayani (2010) berikut ini adalah perawatan post- operatif:

1) Istirahat 1-2 jam diklinik


2) Menghindari pekerjaan berat selama 2-3hari
3) Kompres dingin padaskrotum
4) Analgetika
5) Memakai penunjang skrotum selama 7-8hari
6) Luka operasi jangan kena air selama 24jam
7) Senggama dapat dilakukan dengan menggunakan alat kontrasepsi lain
seperti kondom.

j. Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Kontrasepsi MOP


Setiap calon akseptor berhak mendapatkan informasi tentang MOP,
selain itu juga harus memenuhi beberapa syarat agar tidak menyesal setelah
dilakukan tindakan MOP. Menurut BKKBN (2010), ada beberapa faktor yang
memepengaruhi pemilihan kontrasepsi MOP antara lain:
1) Faktor budaya
Faktor budaya disini menyangkut dengan nilai agama, bahwa
MOP dilarang karena penggunaan metode ini dipersepsikan menolak
anugerah dari Tuhan.
2) Faktor pengetahuan
Minimnya pengetahuan tentang MOP menyebabkan jumlah
akseptor MOP menempati urutan paling rendah

3) Faktor kecemasan

Kecemasan disini dipicu oleh kekhawatiran menjadi mandul


secara permanen dan hilangnya kemampuan seksual untuk memenuhi
kebutuhan istri.
4) Faktor biaya
Kekhawatiran membutuhkan biaya yang besar karena kontrasepsi
MOP harus melalui tindakan operasi.
5) Faktor usia
Orang yang usianya lebih dari 50 tahun merasa sudah tua dan
jarang melakukan hubungan seksual dengan istrinya, sehingga mereka
merasa tidak perlu menggunakan kontrasepsi MOP.
2. Penyumbatan Vas Deferens
Mekanis dilakukan dengan penjepitan vas deferens menggunakan :
a. Vaso-clips
b. Intra Vasal Thread (IVT)
c. Reversible Intravas Device (R-IVD).
d. Shug
e. Phaser (Bionyx Control)
f. Reversible Intravasal Occlusive Devices (RIOD)

3. Penyumbatan Vas Deferens Kimiawi


Dilakukan penyumbatan terhadap vas deferens menggunakan zat-zat kimiawi
berupa :
a. Quinacrine
b. Ethanol
c. Ag-nitrat
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Vasektomi Dasarnya indikasi untuk melakukan vasektomi adalah bahwa


pasangan suami – isteri tidak menghendaki kehamilan lagi dan pihak suami
bersedia bahwa tindakan kontrasepsi dilakukan pada dirinya. Kontraindikasi
vasektomi Sebetulnya tidak ada kontraindikasi untuk vasektomi , hanya apabila ada
kelainan local atau umum yang dapat mengganggu sembuhnya luka operasi ,
kelainan ini harus disembuhkan dahulu. Asuhan yang diberikan kepada pasien
dengan vasektomi dapat dilakukan dengan pertama-tama melakjukan pengkajian,
yang meliputi pengkajian terhadap pengetahuan dan komitmen pasien terhadap
vasektomi sampai dengan meminta surat persetujuan tentang akan dilakukan
tindakan vasektomi. Setelah melakukan penglkajian, membuat diagnosa
keperawatan berdasarkan data yang telah didapat, kemudian membuat intervensi,
melakukan implementasi, dan mengevaluasinya.
DAFTAR PUSTAKA

Guyton. 2018. Fungsi Reproduksi dan Hormonal Pria. Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran. Edisi ke-7. Jakarta

Hartanto, H. 2016. Definisi Keluarga Berencana. Keluarga Berencana dan


Konfrasepsi. Jakarta

Henderson, C. 2017. Buku Ajar Konsep Kebidanan. Jakarta

Ida, Bagus. 2017. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan Keluarga Berencana
untuk Pendidikan Bidan. Jakarta

Kasdu, D. 2016. Kiat Sukses Pasangan Memperoleh Keturunan, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai