Anda di halaman 1dari 51

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

“Trauma Abdomen”

Dosen Pembimbing
Ns. Fitri Mailani, M.Kep

KELOMPOK 7

Rizky Cahaya Putri 2011316044


Windi Wahyuni 2011316045
Nadiya Ayu Nopihartati 2011316046
Dina Annisa Utami 2011316047
Salmi Dianita Nasution 2011316048
Rada Putri Agusti 2011316049
Anita Rahayu 2011316050

S1 KEPERAWATAN PROGRAM B
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
TAHUN 2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat Rahmat, Hidayah, dan Karunia-Nya
kepada kita semua sehingga kami Tim Penulis dapat menyelesaikan Makalah ini dengan
judul “Trauma Abdomen”
Penulis mengakui bahwa penulis adalah manusia yang mempunyai keterbatasan dalam
berbagai hal. Oleh karena itu tidak ada hal yang dapat diselesaikan dengan sempurna. Begitu
pula dengan Makalah ini yang telah Tim penulis selesaikan. Tidak semua hal dapat penulis
deskripsikan dengan sempurna. Penulis melakukannya semaksimal mungkin dengan
kemampuan yang penulis miliki.
Meskipun demikian, dalam penyusunan Makalah ini, penulis menyadari masih belum
sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan dengan segala kerendahan hati menerima
masukan, saran, dan usul guna untuk menyempurnakan Makalah ini. Semoga Allah SWT
selalu melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua Amin.

Padang, 1 Maret 2021

Kelompok 7

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan Penulisan 2
C. Manfaat Penulisan Makalah 2

BAB II KERANGKA TEORI

A. Definisi 3
B. Etiologi 3
C. Patofisiologi 3
D. Manifestasi 4
E. Penatalaksanaan 4
F. Pemeriksaan Diganostik 5
G. Penatalaksanaan Medis 7

BAB III KASUS


A. Kasus 8
B. Pembahasan Kasus 8
C. Analisa Data 13
D. Diagnosis Keperawatan 14
E. Intervensi Keperawatan 14

BAB IV ANALISA KASUS

A. Latar Belakang 18
B. Tujuan 18
C. Subjek Penelitian 18
D. Informasi dan Hasil yang Diperoleh 18
E. Kesimpulan 19

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan 21
B. Saran 21

iii
DAFTAR PUSTAKA 22

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kejadian trauma terjadi ketika adanya perpindahan energi dari luar ke dalam tubuh
manusia. Proses perpindahan energi ini bisa berupa trauma tumpul atau trauma tajam.
Trauma tumpul terjadi saat sebuah energi yang dipaparkan ke tubuh tidak berbentuk
tajam, sedangkan trauma tajam atau trauma tembus adalah trauma yang diakibatkan oleh
masuknya suatu objek Ke dalam tubuh dan terkadang menembus hingga menyebabkan
kerusakan jaringan didalamnya. Trauma bisa saja mengenai seluruh bagian tubuh, seperti
kepaala, thoraks, abdomen, ekstremitas dan organ-organ dalam lainnya (Nayduch, 2014).
RISKESDAS (2013) menunjukkan bahwa penyebab cedera paling yang paling banyak
adalah jatuh yaitu sebesar 40,9%.
Trauma merupakan keadaan yang disebabkan oleh luka atau cedera. Trauma juga
mempunyai dampak psikologis dan sosial. Pada kenyataannya, trauma adalah kejadian
yang bersifat holistik dan dapat menyebabkan hilangnya produktivitas seseorang.Pada
pasien trauma, bagaimana menilai abdomen merupakan salah satu hal penting dan
menarik. Penilaian sirkulasi sewaktu primary survey harus mencakup deteksi dini dari
kemungkinan adanya perdarahan yang tersembunyi pada abdomen dan pelvis pada pasien
trauma tumpul. Trauma tajam pada dada di antara nipple dan perineum harus dianggap
berpotensi mengakibatkan cedera intraabdominal. Pada penilaian abdomen, prioritas
maupun metode apa yang terbaik sangat ditentukan oleh mekanisme trauma, berat dan
lokasi trauma, maupun status hemodinamik penderita.
Cedera abdomen menduduki urutan ketiga penyebab kematian akibat trauma. Cedera
ini dilaporkan menyebabkan 13% hingga 15% kematian akibat trauma, terutama
disebabkan oleh pendarahan. Kematian yang terjadi lebih dari 48 jam setelah cedera
abdomen disebabkan oleh sepsis dan komplikasinya. Pada trauma intra abdomen, jarang
sekali terjadi hanya cedera pada satu organ saja.
Adanya trauma abdomen yang tidak terdeteksi tetap menjadi salah satu penyebab
kematian yang sebenarnya dapat dicegah. Sebaiknya jangan menganggap bahwa ruptur
organ berongga maupun perdarahan dari organ padat merupakan hal yang mudah untuk
dikenali. Hasil pemeriksaan terhadap abdomen mungkin saja dikacaukan oleh adanya
intoksikasi alkohol, penggunaan obat-obat tertentu, adanya trauma otak atau medulla
spinalis yang menyertai, ataupun adanya trauma yang mengenai organ yang berdekatan
1
seperti kosta, tulang belakang, maupun pelvis. Setiap pasien yang mengalami trauma
tumpul pada dada baik karena pukulan langsung maupun deselerasi, ataupun trauma
tajam, harus dianggap mungkin mengalami trauma visera atau trauma vaskuler abdomen.
Trauma tumpul cenderung menyebabkan kerusakan serius di organ padat dan trauma
tembus paling sering mencederai organ berongga. Kompresi dan deselerasi pada trauma
tumpul menyebabkan fraktur pada kapsul organ padat dan parenkim, sementara organ
berongga dapat kolaps dan menyerap gaya tersebut. Namun usus yang menempati
sebagian besar rongga abdomen terpajan cedera yang disebabkan oleh trauma tembus.
Umumnya organ padat merespon trauma dengan pendarahan. Organ berongga rupture dan
mengeluarkan isinya ke dalam ruang peritoneum yang menyebabkan peradangan dan
infeksi. (Morton, P.G. et.al. 2008)
Trauma tumpul abdomen adalah salah satu trauma yang dapat menyebabkan kerusakan
serius organ-organ padat. Kompresi dan perlambatan dari trauma tumpul menyebabkan
fraktur pada kapsula dan parenkim organ padat. Organ yang paling sering mengalami
cedera akibat trauma tumpul abdomen adalah limpa (40-55%) dan hepar (35-45%). Limpa
adalah organ yang berfungsi dalam hematopoiesis, peenghancuran sel darah merah dan
trombosit, dan memainkan peranan fungsi imun primer dengan menghilangkan bakteri
yang menyebar melalui darah. Perdarahan dapat terjadi segera atau muncul sebagai ruptur
yang tertunda (Oman, dkk. 2012)

A. Rumusan Masalah
1. Bagaiamana Konsep Trauma Abdomen?
2. Bagaimana Konsep Asuhan Keperawatan Gawat Darurat pada trauma Abdomen?
3. Bagaimana Intervensi berdasarkan jurnal untuk kasus trauma abdomen?

B. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah mahasiswa mampu memahami Konsep
Asuhan Keperawatan Gawat Darurat dan Intervensi berdasarkan jurnal

C. Manfaat
Manfaat penulisan makalah ini agar makalah ini dapat digunakan sebagai bahan ajar
dalam proses pendidikan, dan pengetahuan bagi pelayanan

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Trauma adalah cedera fisik dan psikis, kekerasan yang mengakibatkan cedera
(Sjamsuhidajat, 2014). Trauma abdomen terbagi menjadi jenis : Trauma terhadap
dinding abdomen.Trauma pada dinding abdomen terdiri dari :
1. Kontusio dinding abdomen ,disebabkan oleh trauma tumpul . Kontusio dinding
abdomen tidak terdapat cedera abdomen , tetapi trauma tumpul pada abdomen
dapat terjadi karena kecelakaan motor , jatuh, ataupukulan.
2. Laserasi , merupakan trauma tembus abdomen yang disebabkan oleh luka
tembakan atau luka tusuk yang bersifat serius dan biasanya memerlukan
pembedahan. Hampir semua luka tembak membutuhkan bedah ekspolarasi, luka
tusuk mungkin lebih ditangani secara konservatif. ( Smeltzer,2001)
Trauma abdomen adalah terjadinya cedera atau kerusakan pada organ abdomen
yang menyebabkan perubahan fisiologi sehingga terjadi gangguan metabolisme ,
kelainan imunologi dan gangguan faal berbagai organ.

B. Etiologi
Penyebab trauma abdomen menurut Sjamsuhidajat (2014) antara lain : trauma,
iritasi,infeksi, obstruksi dan operasi .Kerusakan organ abdomen dan pelvis dapat
disebabkan trauma tembus ,biasanya tikaman atau tembakan dan trauma tumpul
akibat kecelakaan mobil, pukulan langsung atau jatuh.. Luka yang tampak ringan
bisa menimbulkan cedera eksterna yang mengancam nyawa.

C. Patofisiologi
Trauma abdomen terjadi karena trauma ,infeksi ,iritasi dan obstruksi. Kemungkinan
bila terjadi perdarahan intra abdomen yang serius pasien akan memperlihatkan tanda-
tanda iritasi yang disertai penurunan hitung sel darah merah dan akhirnya gambaran
klasik syok hemoragik. Bila suatu organ viseral mengalami perforasi, maka tanda –
tanda perforasi ,tanda-tanda iritasi peritonium cepat tampak. Tanda-tanda dalam
trauma abdomen tersebut meliputi nyeri tekan , nyeri spontan, nyeri lepas dan distensi
abdomen tanpa bising usus bila telah terjadi peritonitis umum.

3
Bila syok telah lanjut pasien akan mengalami tatikardi dan peningkatan suhu tubuh ,
juga terdapat leukositosis. Biasanya tanda –tanda peritonitis belum tampak .Pada fase
awal perforasi kecil hanya tanda-tanda tidak khas yang muncul . Bila terdapat
kecurigaan bahwa masuk kerongga abdomen , maka operasi harus dilakukan
(Sjamsuhidajat ,2014).

D. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis trauma abdomen dapat meliputi : nyeri (khususnya karena
gerakan),nyeri tekan dan lepas(mungkin menandakan iritasi peritonium karena cairan
gastrointestinal atau darah)distensi abdomen ,demam, anoreksia, mual dan muntah ,
tatikardi ,peningkatan suhu tubuh ( Smeltzer,2001)

E. Penatalaksanaan

1. PreHospital
Pengkajian yang dilakukan untuk menentukan masalah yang mengancam nyawa,
harus mengkaji dengan cepat apa yang terjadi dilokasi kejadian. Paramedik
mungkin harus melihat apabila sudah ditemukan luka tikaman, luka trauma
benda lainnya, maka harus segera ditangani, penilaian awal dilakukan prosedur
ABC jika ada indikasi. Jika korban tidak berespon, maka segera buka dan
bersihkan jalan napas.
a. Airway
Dengan kontrol tulang belakang. Membuka jalan napas menggunakan
teknik „head tilt chin lift‟ atau menengadahkan kepala dan mengangkat
dagu,periksa adakah benda asing yang dapatmengakibatkan tertutupnya
jalan napas, muntahan, makanan, darah atau benda asing lainnya.
b. Breathing
Dengan ventilasi yang adekuat. Memeriksa pernapasan dengan
menggunakan cara „lihat – dengar – rasakan‟ tidak lebih dari 10 detik
untuk memastikan apakah ada napas atau tidak. Selanjutnya lakukan
pemeriksaan status respirasi korban (kecepatan, ritme dan adekuat
tidaknya pernapasan).
c. Circulation

4
Dengan kontrol perdarahan hebat. Jika pernapasan korban tersengal-sengal
dan tidak adekuat, maka bantuan napas dapatdilakukan. Jika tidak ada
tanda-tanda sirkulasi, lakukan resusitasi jantung paru segera. Rasio
kompresi dada dan bantuan napas dalam RJP adalah 30 : 2 (30kali
kompresi dada dan 2 kali bantuan napas).

Penanganan awal trauma non- penetrasi (trauma tumpul) :


• Stop makanan danminuman
• Imobilisasi
• Kirim kerumah sakit.

Penetrasi (traumatajam)
• Bila terjadi luka tusuk, maka tusukan (pisau atau
benda tajam lainnya) tidak bolehdicabut kecuali
dengan adanya tim medis.
• Penanganannya bila terjadi luka tusuk cukup dengan
melilitkan dengan kain kassapada daerah antara
pisau untuk memfiksasi pisau sehingga tidak
memperparahluka.
• Bila ada usus atau organ lain yang keluar, maka
organ tersebut tidak dianjurkan dimasukkan kembali
kedalam tubuh, kemudian organ yang keluar dari
dalam tersebut dibalut kain bersihatau bila ada
verbansteril.
• Imobilisasipasien.
• Tidak dianjurkan memberi makan danminum.
• Apabila ada luka terbuka lainnya maka balut luka
denganmenekang.
• Kirim ke rumah sakit.

F. Pemeriksaan Diagnostik
a. Fotothoraks
Untuk melihat adanya trauma pada thorak.

5
b. Pemeriksaan darahrutin
Pemeriksaan Hb diperlukan untuk base-linedata bila terjadi perdarahan terus
menerus. Demikian pula dengan pemeriksaan hematokrit. Pemeriksaan leukosit
yang melebihi 20.000 /mm tanpa terdapatnya infeksi menunjukkan adanya
perdarahan cukup banyak kemungkinan ruptura lienalis. Serum amilase yang
meninggi menunjukkan kemungkinan adanya trauma pankreas atau perforasi
usus halus. Kenaikan transaminase menunjukkan kemungkinan trauma pada
hepar.
c. Plain abdomen fototegak
Memperlihatkan udara bebas dalam rongga peritoneum, udara bebas retro
perineal dekatduodenum, corpus alineum dan perubahan gambaran usus.
d. Pemeriksaan urinerutin
Menunjukkan adanya trauma pada saluran kemih bila dijumpai hematuri. Urine
yang jernih belum dapat menyingkirkan adanya trauma pada saluran urogenital.
e. Diagnostik Peritoneal Lavage (DPL)
f. Dapat membantu menemukan adanya darah atau cairan usus dalam rongga perut.
Hasilnya dapat amat membantu. Tetapi DPL inihanya alat diagnostik. Bila ada
keraguan, kerjakan laparatomi (gold standard).
Indikasi untuk melakukan DPL adalah sebagai berikut:
1) Nyeri abdomen yang tidak bisa diterangkansebabnya
2) Trauma pada bagian bawah dari dada
3) Hipotensi, hematokrit turun tanpa alasan yangjelas
4) Pasien cedera abdominal dengan gangguan kesadaran (obat, alkohol, cedera
otak)
5) Pasien cedera abdominal dan cedera medula spinalis (sumsum
tulangbelakang)
6) Patah tulangpelvis

g. Ultrasonografi dan CTScan


Sebagai pemeriksaan tambahan pada penderita yang belum dioperasi dan
disangsikan adanya trauma pada hepar dan retro peritoneum.

Pemeriksaan khusus
1. AbdomonalParacentesis

6
Merupakan pemeriksaan tambahan yang sangat berguna untuk
menentukan adanya perdarahan dalam rongga peritoneum. Lebih
dari100.000 eritrosit /mm dalam larutan NaCl yang keluar dari rongga
peritoneum setelah dimasukkan 100–200 ml larutan NaCl 0.9% selama 5
menit, merupakan indikasi untuk laparotomi.
2. PemeriksaanLaparoskopi
Dilaksanakan bila ada akut abdomen untuk mengetahui langsung sumber
penyebabnya.
Bila dijumpai perdarahan dan anus perlu dilakukanrekto-sigmoidoskopi.

G. Penatalaksanaan Medis
1. Abdominal paracentesis
Menentukan adanya perdarahan dalam rongga peritonium, merupakan indikasi
untuk laparotomi.
2. Pemeriksaan laparoskopi
Mengetahui secara langsung penyebab abdomen akut.
3. Pemasangan NGT
Memeriksa cairan yang keluar dari lambung pada trauma abdomen.
4. Pemberian antibiotik
Mencegah infeksi.
5. Laparotomi

7
BAB III

ANALISIS KASUS

A. Kasus
Pasien anak laki-laki usia 16 tahun datang dengan keluhan utama luka tusuk pisau
pada bagian perut ± 2 jam SMRS (Sebelum Masuk Rumah Sakit) dengan usus dan
omentum keluar melalui perut dari tempat luka tusuk. Pasien mengalami perkelahian
dengan laki-laki yang tidak dikenalnya. Menurut keterangan dari perawat yang
mengantar, pasien ditemukan oleh warga disekitar kejadian tempat perkelahian dan
langsung dibawa ke Rumah Sakit.
Pada pemeriksaan fisik pasien lemah tampak sakit berat, kesadaran compos mentis,
temperatur 360C, tekanan darah 90/40 mmHg, denyut nadi 130x/menit teraba lemah,
frekuensi nafas 24x/menit, dan saturasi oksigen 92% dengan pemberian Oksigen 10
lpm dengan Non-rebreathing masker. Pada pemeriksaan fisik lebih lanjut ditemukan
konjungtiva anemis, akral dingin, pada regio abdomen ditemukan luka, tepat digaris
tengah, lima sentimeter di bawah pusat, terdapat luka terbuka ukuran lima sentimeter
kali empat koma lima sentimeter tranversal, bentuk elips, batas tegas, tepi rata, kedua
sudut lancip, kedalaman empat sentimeter, dasar rongga perut, jembatan jaringan tidak
ada, warna kemerahan, dengan sebagian usus tampak keluar dari rongga perut.

B. Pembahasan Kasus
1. Identitas Pasien
Nama : An. E
No RM : 1636xxx
Tanggal Lahir : 13 Desember 2005
Usia : 16 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Jakarta
Pekerjaan : Lain-lain
Agama : Islam
Bangsa : Indonesia

8
2. Anamnesis
Anamnesis dilakukan di UGD RSUP x pada hari Senin tanggal 2 Januari 2021
a. Keluhan Utama
Pasien anak laki-laki usia 16 tahun datang dengan keluhan utama luka tusuk pisau
pada bagian perut ± 2 jam SMRS (Sebelum Masuk Rumah Sakit) dengan usus dan
omentum keluar melalui perut dari tempat luka tusuk

b. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien anak laki-laki usia 16 tahun datang dengan keluhan utama luka tusuk pisau
pada bagian perut ± 2 jam SMRS (Sebelum Masuk Rumah Sakit) dengan usus dan
omentum keluar melalui perut dari tempat luka tusuk. Pasien mengalami
perkelahian dengan laki-laki yang tidak dikenalnya. Menurut keterangan dari
perawat yang mengantar, pasien ditemukan oleh warga disekitar kejadian tempat
perkelahian dan langsung dibawa ke Rumah Sakit. Pada pemeriksaan fisik pasien
lemah tampak sakit berat, kesadaran compos mentis, temperatur 360C, tekanan
darah 90/40 mmHg, denyut nadi 130x/menit teraba lemah, frekuensi nafas
24x/menit, dan saturasi oksigen 92% dengan pemberian Oksigen 10 lpm dengan
Non-rebreathing masker. Pada pemeriksaan fisik lebih lanjut ditemukan
konjungtiva anemis, akral dingin, pada regio abdomen ditemukan luka, tepat digaris
tengah, lima sentimeter di bawah pusat, terdapat luka terbuka ukuran lima
sentimeter kali empat koma lima sentimeter tranversal, bentuk elips, batas tegas,
tepi rata, kedua sudut lancip, kedalaman empat sentimeter, dasar rongga perut,
jembatan jaringan tidak ada, warna kemerahan, dengan sebagian usus tampak
keluar dari rongga perut.

c. Riwayat Penyakit Dahulu


Sebelumnya pasien tidak pernah mengalami kejadian serupa. Pasien tidak memiliki
riwayat alergi maupun penyakit lainnya. Pasien juga tidak pernah dirawat di RS
sebelumnya.

d. Riwayat Penyakit Keluarga


Pada keluarga pasien tidak ada riwayat penyakit darah tinggi, diabetes, ataupun
penyakit berat lainnya.

9
3. Pemeriksaan Fisik
a. Primary Survey

Airway
- Jalan napas tidak ada sumbatan
- snoring (-), gargling (-)
Breathing
- Spontan
- RR: 24x/menit, stridor (-)
- Saturasi oksigen 92%
- Pemberian Oksigen 10 Lpm dengan Non-rebreating masker
- pergerakan dinding dada simetris
- vesikuler +/+, suara napas tambahan -/-
Circulation
- Nadi: 130 x/menit, teraba lemah, reguler
- TD : 90/40 mmHg
- Suhu 360C
- Akral teraba dingin
- Kongjungtiva Anemis
- CRT >3 detik
Disability
- GCS 15 (E4M6V5)
- Pemeriksaan mata : pupil bulat isokor, RCL +/+, RCTL +/+
- Dapat menunjukkkan area nyeri
Exposure
- Terdapat luka tusuk pisau pada bagian perut ± 2 jam SMRS (Sebelum Masuk Rumah
Sakit) dengan usus dan omentum keluar melalui perut dari tempat luka tusuk
- Pada regio abdomen ditemukan luka, tepat digaris tengah, lima sentimeter di bawah
pusat, terdapat luka terbuka ukuran lima sentimeter kali empat koma lima sentimeter
tranversal, bentuk elips, batas tegas, tepi rata, kedua sudut lancip, kedalaman empat
sentimeter, dasar rongga perut, jembatan jaringan tidak ada, warna kemerahan, dengan
sebagian usus tampak keluar dari rongga perut.

b. Primary Survey

10
Keadaan umum : Pasien Lemah tampak sakit berat
Kesadaran : Compos mentis, GCS E4M6V5
Tanda vital
Tekanan darah : 90/40 mmHg
Nadi : 130kali / menit, teraba Lemah
Pernapasan : 24 kali / menit
Suhu tubuh : 36,oC
Status Gizi : BB: 50 kg, TB: 155 cm
Kulit : warna sawo matang, turgor buruk
Kepala : tidak ada massa, jejas (-)
Rambut : warna hitam, distribusi merata
Wajah : simetris
Mata : pupil bulat isokor, konjungtiva pucat +/+, sklera ikterik -/-
Telinga : tidak terdapat luka, sekret -/-
Hidung : sekret -/-, hiperemis -/-
Leher : trakea lurus di tengah, KGB tidak membesar
Thoraks
Inspeksi : simetris saat statis maupun dinamis
Palpasi : tidak terdapat massa
Perkusi : sonor
Auskultasi : vesikuler

Jantung
Inspeksi : tidak terdapat jejas
Palpasi : tidak terdapat massa
Perkusi : pekak
Auskultasi : lup – dup, lup – dup (regular)

Abdomen
Inspeksi : Pada regio abdomen ditemukan luka, tepat digaris tengah, lima
sentimeter di bawah pusat, terdapat luka terbuka ukuran lima sentimeter kali
empat koma lima sentimeter tranversal, bentuk elips, batas tegas, tepi rata, kedua
sudut lancip, kedalaman empat sentimeter, dasar rongga perut, jembatan jaringan

11
tidak ada, warna kemerahan, dengan sebagian usus tampak keluar dari rongga
perut.
Palpasi :-
Perkusi :-
Auskultasi :-
Ektremitas atas : tidak terdapat jejas, akral dingin (+), CRT > 3 detik, sianosis
+/+
Ektremitas bawah : tidak terdapat jejas, akral dingin (+), CRT > 3 detik, sianosis
+/+
c. Hasil Pemeriksaan Labor

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan


Hematologi
Hemoglobin 7,3 g/dL 13,2-17,3
Hematokrit 33 33-45
Leukosit 7.200/uL 5,0-10,0
Trombosit 262.000/uL 150-440

12
C. Analisa Data
No Data Etiologi Problem
1 Gejala dan Tanda Mayor Penurunan aliran Perfusi perfifer
Subjektif : arteri dan/atau vena tidak efektif
(tidak tersedia)
Objektif :
1. Pengisian kapiler >3 detik
2. Akral teraba dingin
3. Warna kulit pucat
4. Hb : 7,3 g/dL
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif :
Pasien mengeluh nyeri di bagian
trauma abdomen
Objektif :
1. Edema disekitar luka

2 Gejala dan Tanda Mayor Faktor mekanis Gangguan integritas


Subjektif : (penusukan) kulit/jaringan
(tidak tersedia)
Objektif :
Kerusakan jaringan dan/atau
lapisan kulit (trauma abdomen)
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif :
(tidak tersedia)
Objektif :
1. Nyeri pada daerah trauma
abdomen
2. Perdarahan
3. Kemerahan pada daerah
bekas tusukan

3 Tanda dan Gejala Trauma abdomen Risiko Perdarahan


Subjektif :
(-)
Objektif :
1. Pada regio abdomen
ditemukan luka tepat digaris
tengah lima sentimeter di
bawah pusat

13
2. Terdapat luka terbuka
ukuran lima sentimeter kali
empat koma lima sentimeter
tranversal bentuk elips,
batas tegas, tepi rata, kedua
sudut lancip, kedalaman
empat sentimeter, dasar
rongga perut, jembatan
jaringan tidak ada, warna
kemerahan, dengan
sebagian usus tampak
keluar dari rongga perut.

D. Diagnosa Keperawatan
1. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan aliran arteri dan/
atau vena
2. Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan faktor mekanis
(trauma abdomen (penusukan))
3. Risiko perdarahan berhubungan dengan trauma abdomen

E. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Standar Luaran Standar Intervensi Keperawatan
Keperawatan Keperawatan Indonesia Indonesia (SIKI)
(SLKI)
1 Perfusi perifer Setelah dilakukan Perawatan Sirkulasi
tidak efektif intervensi keperawatan Observasi :
berhubungan selama 3x24 jam Perfusi a. Periksa sirkulasi perifer
dengan perifer membaik dengan b. Identifikasi faktor risiko
penurunan aliran kriteria hasil : gangguan sirkulasi
arteri dan/ atau 1. Denyut nadi c. Monitor panas, kemerahan,
vena perifer meningkat nyeri, atau bengkak pada
2. Warna kulit pucat ekstermitas
menurun Terapeutik :
3. Pengisapan kapiler a. Lakukan pencegahan infeksi
membaik b. lakukan hidarsi
4. Akral membaik Edukasi :
5. TDS membaik a. anjurkan program diet untuk
6. TDD membaik memperbaiki sirkulasi
7. Tekanan arteri b. informasikan tanda dan
rata-rata membaik gejala darurat yang harus
14
dilaporkan.

Manajemen Syok
Observasi :
a. monitor status
kardiopulmonal
b. monitor status oksigenasi
c. monitor status cairan
d. monitor tingkat kesadaran
dan respon pupil
e. periksa seluruh permukaan
tubuh terhadap adanya
DOST
Terapeutik :
a. pertahankan jalan napas
paten
b. berikan oksigen untuk
mempertahankan SO2 >94%
c. berikan posisi syok
d. pasang jalur IV
e. pasang kateter urine untuk
menilai produksi urine
Kolaborasi :
a. kolaborasi pemberian infus
b. kolaborasi pemberian
transfuse darah
2 Gangguan Setelah dilakukan Perawatan Integritas Kulit
integritas intervensi keperawatan Observasi :
kulit/jaringan selama 3x24 jamIdentifikasi penyebab gangguan
berhubungan Integritas kulit danintegritas kulit
dengan faktor jaringan meningkat Terapeutik :
mekanis dengan kriteria hasil : Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah
(penusukan) 1. Perfusi jaringanbaring
meningkat Edukasi :
2. Kerusakan jaringan 1. Anjurkan minum air
menurun secukupnya
3. Kerusakan lapisan 2. Anjurkan meningkatkabn
kulit menurun asupan nutrisi
4. Nyeri menurun 3. Anjurkan meningkatkatkan
5. Perdarahan asupan sayur dan buah
menurun
6. Kemerahan Perawatan Luka
menurun Observasi :
7. Suhu kulit a. Monitor karakteristik luka
membaik b. Monitor tanda-tanda infeksi
8. Tekstur membaik Terapeutik :
a. Lepaskan balutan dan
plester secara perlahan
b. Cukur rambut di sekitar
daerah luka, jika perlu

15
c. Bersihkan dengan cairan
NaCl atau pembersih
nontoksik, sesuai kebutuhan
d. Berikan salep yang sesuai ke
kulit/lesi, jiwa perlu
e. Pasang balutan sesuai jenis
luka
f. Pertahankan teknik steril
saat melakukan perawatan
luka
g. Ganti balutan sesuai jumlah
eksudat dan drainase
h. Jadwalkan perubahan posisi
setiap 2 jam atau sesuai
kondisi pasien
i. Berikan diet dengan kalori
30-35 kkal/kgBB/hari dan
protein 1,25-1,5 g/kgBB/hari
j. Berikan suplemen vitamin
dan mineral
Edukasi :
a. Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
b. Anjurkan mengkonsumsi
makanan tinggi kalori dan
protein
c. Ajarkan prosedur perawatan
luka secara mandiri
Kolaborasi :
a. Kolaborasi prosedur
debriment
b. Kolaborasi pemberian
antibiotic
3 Risiko Setelah dilakukan Penegahan Perdarahan
perdarahan intervensi keperawatan Observasi :
berhubungan selama 3x24 jam Tingkat a. Mionitor tanda dan gejala
dengan trauma perdarahan menurun perdarahan
abdomen dengan kriteria hasil : b. Monitor nilai
1. Kelembapan hemtokrit/hemoglobin
membrana mukosa sebelum dan setelah
meningkat kehilangan darah
2. Kelembapan kulit c. Monitor tanda-tanda vital
meningkat d. Monitor koagulasi
3. Perdarahan pasca Terapeutik :
operasi menurun a. Pertahankan bed rest selama
4. Hemoglobin perdarahan
membaik b. Batasi tindakan invasive,
5. TD membaik jika perlu
6. Denyut nadi apikal c. Gunakan kasur pencegah
membaik decubitus

16
Edukasi :
a. Jelaskan tanda dan gejala
perdarahan
b. Anjurkan meningkatkan
asupan cairan untuk
menghindari konstipasi
c. Anjurkan meningkatkan
asupan makanan dan
vitamin K
d. Anjurkan segera melapor
jika terjadi perdarahan
Kolaborasi :
a. Kolaborasi pemberian obat
pengontrol perdarahan, jika
perlu
b. Kolaborasi pemberian
produk darah
c. Kolaborasi pemberian
pelunak tinja, jika perlu

17
BAB IV
ANALISA JURNAL
A. Latar Belakang
Salah satu kematian akibat kecelakaan adalah di akibatkan trauma abdomen.
Kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab kematian 75% trauma tumpul abdomen,
trauma abdomen merupakan penyebab terbanyak kehilangan nyawa yang bersifat
tragis, trauma abdomen yang tidak di ketahui masih tetap menjadi momok sebagai
penyebab kematian yang seharusnya bisa di cegah. Hal ini tentunya di butuhkan suatu
penanganan yang profesional yaitu cepat, tepat cermat dan akurat baik di tempat
kejadian (pre hospital), transportasi sampai tindakan definitif di rumah sakit.
Menurut FKUI (2001) penatalaksanaan kedaruratan yang di lakukan pada
pasien trauma abdomen adalah mengkaji ABCDE, lalu Pemasangan NGT
untuk pengosongan isi lambung dan mencegah aspirasi, Kateter dipasang untuk
mengosongkan kandung kencing dan menilai urin yang keluar (perdarahan).
Pembedahan/laparatomi (untuk trauma tembus dan trauma tumpul jika terjadi
rangsangan peritoneal : syok , bising usus tidak terdengar . prolaps visera melalui luka
tusuk , darah dalam lambung, buli-buli, rektum , udara bebas intraperitoneal , lavase
peritoneal positif , cairan bebas dalam rongga perut.

B. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui intervensi apa yang sesuai untuk
pasien dengan kasus trauma abdomen sehingga dapat mengurangi angka kematian
akibat trauma abdomen tersebut.

C. Subjek Penelitian
Jurnal menggunakan pendekatan deskriptif observasional dalam bentuk study kasus
yaitu pendekatan yang di buat berdasarkan keadaan sebenarnya dan tertuju pada
pemecahan masalah. Subjek penelitian ini yaitu seorang pasien yang tertimpa balok
kayu.

D. Intervensi dan hasil yang di peroleh


Pada jurnal ini telah dilakukan penelitian terkait permasalah tentang trauma abdomen
pada seorang klien sehingga sebagai tenaga medis terkhususnya perawat memiliki
peran untuk membuat intervensi yang sesuai dengan keadaan klien.

18
Ada beberapa diagnosis dan intervensi yang dituliskan dalam jurnal ini yaitu sebagai
berikut :
1) Penanganan pada kasus pasien trauma abdomen post laparotomi secara garis besar
Untuk mengatasi masalah dari diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen
injury fisik( luka post operasi hari 1) penulis melakukan tindakan keperawatan
yaitu kaji skala nyeri secara komprehensif, memberikan relaksasi dan distraksi,
lingkungan yang nyaman, mengobservasi isyarat-isyarat non verbal klien, dan
berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik.
Dengan hasil evaluasi klien mengatakan nyeri berkurang pada post operasi
hari ke 3, nyeri bertambah saat di gerakkan terasa tertusuk-tusuk di bagian
abdomen dengan skala 4, nyeri di rasakan hilang timbul, klien lebih relaks, klien
mampu melakukan relaksasi progresif dan nafas dalam.
2) Untuk mengatasi masalah selanjutnya yaitu diagnosa infeksi berhubungan
dengan inadekuat pertahanan primer dan sekunder penulis melakukan tindakan
keperawatan selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
keperawatan kepada pasien, mengkaji keadaan luka pasien, melakukan
perawatan luka dengan prinsip steril, memantau perkembangan laboratorium
terkait angka leukosit.
Evaluasi terakhir di dapatkan luka bersih, kering, tidak ada pengeluaran
cairan maupun pus, luka di tutup dengan kassa steril,tidak ada tanda-tanda
infeksi, tidak ada kemerahan, bengkak, panas, maupun fungsiolesa dan perawat
selalu melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
keperawatan kepada pasien AL : 11,5 ribu/ul Hb : 10,5 g/dl

3) Mengatasi masalah selanjutnya yaitu diagnosa intoleransi aktifitas berhubungan


dengan kelemahan fisik penulis melakukan tindakan keperawatan memantau
tanda tanda vital sebelum dan sesudah melakukan aktivitas,memastikan
perubahan posisi klien secara bertahap, menentukan intake nutrisi untuk
memastikan sumber-sumber energy klien. Hasil evaluasi klien klien sudah dapat
makan diit BN dan Klien menghabiskan diit makan habis ½ porsi, Klien sudah
mampu miring kanan miring kiri.

E. Kesimpulan

Berdasarkan hasil yang didapatkan melalui intervensi keperawatan pada pasien

19
dengan trauma abdomen menunjukkan adanya perubahan keadaan ataupun kondisi
pasien setelah dilakukan laparatomi akibat trauma abdomen yang dialaminya.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa perawat memiliki peran penting dalam
menangani klien gawat darurat yang akan dilaksnakan tindakan ataupun yang telah
diberi tindakan.

20
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Trauma abdomen yang disebabkan benda tumpul biasanya lebih banyak menyebabkan
kerusakan pada organ-organ padat maupun organ-organ berongga pada abdomen
dibandingkan dengan trauma abdomen yang disebabkan oleh benda tajam.
Secara umum manifestasi klinik trauma abdomen antara lain Nyeri, Nyeri tekan lepas
menandakan iritasi peritoneum karena cairan gastrointestinal atau darah, Distensi
abdomen, Demam, Anoreksia, Mual dan muntah, Takikardi, Peningkatan suhu tubuh
Pengkajian diagnostic yang diperlukan selama kondisi preoperative di gawat darurat,
meliputi pemeriksaan darah (hemoglobin, leukosit, laju endap darah, waktu perdarahan
dan waktu pembekuan darah, serta hematokrit), serum elektrolit, pemeriksaan USG, Foto
polos (abdomen dan toraks), dan CT scan (muttaqin, kumalasari, 2013) untuk komplikasi
biasanya akan terjadi perorasi, kerusakan organ, infeksi

B. Saran
Bagi seorang perawat dalam penanganan pasien yang mengalami trauma abdomen yaitu
perawat harus memperhatikan atau melakukan tindakan kegawatdaruratan yang cepat dan
tepat, terutama pada kasus trauma abdomen akibat cidera atau kecelakaan.
Untuk memudahkan pemberian tindakan darurat secara sepat dan tepat perlu dilakukan
prosedur tetap/protocol yang dapat digunakan setiap hari. Bila memungkinkan, sangat
tepat apabila pada setiap unit keperawatan di lengkapi dengan buku-buku yang diperlukan
baik untuk perawat maupun pasien

21
DAFTAR PUSTAKA

Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan, Edisi 31. Jakarta: EGC

Carpenito, Lynda Jual. 1998. Buku Saku: Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada
Praktek Klinis, Edisi 6. Jakarta: EGC

FKUI. 1995. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta: Binarupa Aksara

Hudak & Gallo. 2001. Keperawatan Kritis : Pendekatan Holistik.


Jakarta: EGC
Nanda. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda Definisi dan
Klasifikasi 2005 -2006, Editor: Budi Sentosa. Jakarta: Prima Medika

Scheets, Lynda J. 2002. Panduan Belajar Keperawatan


Emergency. Jakarta: EGC Sjamsuhidayat. 1998. Buku Ajar
Bedah. Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Keperawatan Medikal-Bedah Brunner and Suddarth
Ed.8 Vol.3. Jakarta: EGC.

Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan


Medikal Bedah. Jakarta: EGC

Suddarth & Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta:EGC

22
xxiii
Asuhan Keperawatan Gawat
Darurat pada
Trauma Abdomen dan Intervensi
Kelompok 7
Rizky Cahaya Putri 2011316044
Windi Wahyuni 2011316045
Nadiya Ayu Nopihartati 2011316046
Dina Annisa Utami 2011316047
Salmi Dianita Nasution 2011316048
Rada Putri Agusti 2011316049
Anita Rahayu 2011316050
Konsep penyakit pada
Trauma Abdomen
Definisi Etiologi

Dikarenakan trauma,
Trauma abdomen adalah
iritasi ,infeksi,obstruksi
terjadinya cedera atau
dan operasi .Kerusakan
kerusakan pada organ
organ abdomen
abdomen yang
danpelvis dapat
menyebabkan perubahn
disebabkan trauma
fisiologi sehingga terjadi
tembus, biasanya
gangguan metabolisme,
tikaman atau tembakan
kelainan imunologi dan
dan trauma tumpul
gangguan fatal berbagai
lainnya
organ.
Patofisiologi

Manifestasi Klinis

Trauma abdomen terjadi karena trauma


,infeksi ,iritasi dan obstruksi.
Kemungkinan bila terjadi perdarahan
intra abdomen yang serius pasien akan Manifestasi klinis trauma abdomen dapat
memperlihatkan tanda-tanda iritasi yang meliputi : nyeri (khususnya karena
disertai penurunan hitung sel darah gerakan),nyeri tekan dan lepas(mungkin
merah dan akhirnya gambaran klasik syok menandakan iritasi peritonium karena
hemoragik. Bila suatu organ viseral cairan gastrointestinal atau darah)distensi
mengalami perforasi, maka tanda –tanda abdomen ,demam, anoreksia, mual dan
perforasi,tanda-tanda iritasi peritonium muntah,takikardi ,peningkatan suhu tubuh
cepat tampak. Tanda-tanda dalam trauma
abdomen tersebut meliputi nyeri tekan ,
nyeri spontan
Pemeriksaan Diagnostik

Fotothoraks
Pemeriksaan darah rutin
Pemeriksaan Hb
Plain abdomen foto tegak.
Pemeriksaan urinerutin
Diagnostik Peritoneal Lavage (DPL) Pemeriksaan khusus
Ultrasonografi dan CTScan

 Abdomonal Paracentesis
Merupakan pemeriksaan tambahan yang sangat be
rguna untuk menentukan adanya perdarahan dalam
rongga peritoneum.
 Pemeriksaan Laparoskopi
Dilaksanakan bila ada akut abdomen untuk menget
ahui langsung sumber penyebabnya.
Penatalaksanaan

Prehospital Non- Penetrasi


Penetrasi

Bila terjadi luka tusuk, maka


Pengkajian yang dilakukan untuk tusukan tidak bolehdicabut
menentukan masalah yang Stop makanan dan
Penanganannya cukup dengan
mengancam nyawa, harus minuman
melilitkan dengan kain kassa
mengkaji dengan cepat apa yang Imobilisasi
pada daerah antara pisau
terjadi dilokasi kejadian. Kirim kerumah sakit.
Imobilisasipasien.
Airway Tidak dianjurkan memberi
Breathing makan danminum.
Circulation Kirim ke rumah sakit
Penatalaksanaan Medis

Abdominal paracentesis 01 02
Menentukan adanya perdarahan dalam rongga
peritonium, merupakan indikasi untuk 50%
laparotomi.

Pemeriksaan laparoskopi
Mengetahui secara langsung penyebab
abdomen akut.
03 04
Pemasangan NGT
Memeriksa cairan yang keluar dari lambung 80%
pada trauma abdomen.

Pemberian antibiotik

Laparotomi
Kasus
Pasien anak laki-laki usia 16 tahun datang dengan keluhan utama luka tusuk pisau pada
bagian perut ± 2 jam SMRS (Sebelum Masuk Rumah Sakit) dengan usus dan omentum
keluar melalui perut dari tempat luka tusuk. Pasien mengalami perkelahian dengan
laki-laki yang tidak dikenalnya. Menurut keterangan dari perawat yang mengantar,
pasien ditemukan oleh warga disekitar kejadian tempat perkelahian dan langsung
dibawa ke Rumah Sakit.

Pada pemeriksaan fisik pasien lemah tampak sakit berat, kesadaran compos mentis,
temperatur 360C, tekanan darah 90/40 mmHg, denyut nadi 130x/menit teraba
lemah, frekuensi nafas 24x/menit, dan saturasi oksigen 92% dengan pemberian
Oksigen 10 lpm dengan Non-rebreathing masker. Pada pemeriksaan fisik lebih lanjut
ditemukan konjungtiva anemis, akral dingin, pada regio abdomen ditemukan luka, tepat
digaris tengah, lima sentimeter di bawah pusat, terdapat luka terbuka ukuran lima
sentimeter kali empat koma lima sentimeter tranversal, bentuk elips, batas tegas,
tepi rata, kedua sudut lancip, kedalaman empat sentimeter, dasar rongga perut,
jembatan jaringan tidak ada, warna kemerahan, dengan sebagian usus tampak keluar
dari rongga perut.
.
Pengkajian
Primary Survey
Identitas Pasien
1. Nama : An. E
2. No RM : 1636xxx
3. Tanggal Lahir : 13 Desember 2005
4. Usia : 16 tahun
5. Jenis kelamin : Laki-laki
6. Alamat : Jakarta
7. Pekerjaan : Lain-lain
8. Agama : Islam
9. Bangsa : Indonesia

Anamnesis
Anamnesis dilakukan di UGD RSUP x pada hari Senin tanggal 2 Januari 2021

Keluhan Utama
Pasien anak laki-laki usia 16 tahun datang dengan keluhan utama luka tusuk pisau pada bagian
perut ± 2 jam SMRS (Sebelum Masuk Rumah Sakit) dengan usus dan omentum keluar melalui
perut dari tempat luka tusuk
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien anak laki-laki usia 16 tahun datang dengan keluhan utama luka tusuk pisau pada
bagian perut ± 2 jam SMRS (Sebelum Masuk Rumah Sakit) dengan usus dan omentum
keluar melalui perut dari tempat luka tusuk. Pasien mengalami perkelahian dengan
laki-laki yang tidak dikenalnya. Menurut keterangan dari perawat yang mengantar,
pasien ditemukan oleh warga disekitar kejadian tempat perkelahian dan langsung
dibawa ke Rumah Sakit. Pada pemeriksaan fisik pasien lemah tampak sakit berat,
kesadaran compos mentis, temperatur 360C, tekanan darah 90/40 mmHg, denyut
nadi 130x/menit teraba lemah, frekuensi nafas 24x/menit, dan saturasi oksigen 92%
dengan pemberian Oksigen 10 lpm dengan Non-rebreathing masker. Pada pemeriksaan
fisik lebih lanjut ditemukan konjungtiva anemis, akral dingin, pada regio abdomen
ditemukan luka, tepat digaris tengah, lima sentimeter di bawah pusat, terdapat luka
terbuka ukuran lima sentimeter kali empat koma lima sentimeter tranversal, bentuk
elips, batas tegas, tepi rata, kedua sudut lancip, kedalaman empat sentimeter, dasar
rongga perut, jembatan jaringan tidak ada, warna kemerahan, dengan sebagian usus
tampak keluar dari rongga perut.
Riwayat Penyakit Dahulu
Sebelumnya pasien tidak pernah mengalami kejadian serupa. Pasien tidak memiliki
riwayat alergi maupun penyakit lainnya. Pasien juga tidak pernah dirawat di RS
sebelumnya.
Riwayat Penyakit Keluarga
Pada keluarga pasien tidak ada riwayat penyakit darah tinggi, diabetes, ataupun
penyakit berat lainnya.

Pemeriksaan Fisik
Primary Survey
Airway
1. Jalan napas tidak ada sumbatan
2. snoring (-), gargling (-)
Breathing
1. Spontan
2. RR: 24x/menit, stridor (-)
3. Saturasi oksigen 92%
4. Pemberian Oksigen 10 Lpm dengan Non-rebreating masker
5. pergerakan dinding dada simetris
6. vesikuler +/+, suara napas tambahan -/-
Circulation
1. Nadi: 130 x/menit, teraba lemah, reguler
2. TD : 90/40 mmHg
3. Suhu 360C
4. Akral teraba dingin
5. Kongjungtiva Anemis
6. CRT >3 detik
Exposure
1. Terdapat luka tusuk pisau pada bagian perut ± 2 jam SMRS (Sebelum Masuk Rumah
Sakit) dengan usus dan omentum keluar melalui perut dari tempat luka tusuk
2. Pada regio abdomen ditemukan luka, tepat digaris tengah, lima sentimeter di bawah
pusat, terdapat luka terbuka ukuran lima sentimeter kali empat koma lima sentimeter
tranversal, bentuk elips, batas tegas, tepi rata, kedua sudut lancip, kedalaman empat
sentimeter, dasar rongga perut, jembatan jaringan tidak ada, warna kemerahan,
dengan sebagian usus tampak keluar dari rongga perut.

• Keadaan umum : Pasien Lemah tampak sakit berat


• Kesadaran : Compos mentis, GCS E4M6V5
Tanda vital
• Tekanan darah : 90/40 mmHg
• Nadi : 130kali / menit, teraba Lemah
• Pernapasan : 24 kali / menit
• Suhu tubuh : 36,oC
• Status Gizi : BB: 50 kg, TB: 155 cm
• Kulit : warna sawo matang, turgor buruk
• Kepala : tidak ada massa, jejas (-)
• Rambut : warna hitam, distribusi merata
lanjutan..,,,,

• Wajah : simetris
• Mata : pupil bulat isokor, konjungtiva pucat +/+, sklera ikterik -/-
• Telinga : tidak terdapat luka, sekret -/-
• Hidung : sekret -/-, hiperemis -/-
• Leher : trakea lurus di tengah, KGB tidak membesar

Thoraks
• Inspeksi : simetris saat statis maupun dinamis
• Palpasi : tidak terdapat massa
• Perkusi : sonor
• Auskultasi : vesikuler

Jantung
• Inspeksi : tidak terdapat jejas
• Palpasi : tidak terdapat massa
• Perkusi : pekak
• Auskultasi : lup – dup, lup – dup (regular)
Abdomen
• Inspeksi : Pada regio abdomen ditemukan luka, tepat digaris tengah, lima
sentimeter di bawah pusat, terdapat luka terbuka ukuran lima sentimeter kali empat
koma lima sentimeter tranversal, bentuk elips, batas tegas, tepi rata, kedua sudut
lancip, kedalaman empat sentimeter, dasar rongga perut, jembatan jaringan tidak ada,
warna kemerahan, dengan sebagian usus tampak keluar dari rongga perut.
• Palpasi : -
• Perkusi : -
• Auskultasi : -
• Ektremitas atas : tidak terdapat jejas, akral dingin (+), CRT > 3 detik, sianosis +/+
• Ektremitas bawah: tidak terdapat jejas, akral dingin (+), CRT > 3 detik, sianosis +/+

Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Hematologi
Hemoglobin 7,3 g/dL 13,2-17,3
Hematokrit 33 33-45
Leukosit 7.200/uL 5,0-10,0
Trombosit 262.000/uL 150-440
Analisa Data
no Data Etiologi Problem
1 Gejala dan Tanda Mayor Penurunan Perfusi
Subjektif : - aliran arteri perfifer tidak
Objektif : dan/atau vena efektif
1. Pengisian kapiler >3 detik
2. Akral teraba dingin
3. Warna kulit pucat
4. Hb : 7,3 g/dL
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif :
Pasien mengeluh nyeri di bagian trauma abdomen
Objektif :
Edema disekitar luka
2 Gejala dan Tanda Mayor Faktor Gangguan
Subjektif : - mekanis integritas
Objektif : (penusukan) kulit/jaringan
Kerusakan jaringan dan/atau lapisan kulit (trauma abdomen)
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif : -
Objektif :
1. Nyeri pada daerah trauma abdomen
2. Perdarahan
3. Kemerahan pada daerah bekas tusukan
Analisa Data
no Data Etiologi Problem
3 Tanda dan Gejala Trauma Risiko
abdomen Perdarahan
Subjektif : (-)
Objektif :
1. Pada regio abdomen ditemukan luka tepat digaris tengah lima
sentimeter di bawah pusat
2. Terdapat luka terbuka ukuran lima sentimeter kali empat koma lima
sentimeter tranversal bentuk elips, batas tegas, tepi rata, kedua sudut
lancip, kedalaman empat sentimeter, dasar rongga perut, jembatan
jaringan tidak ada, warna kemerahan, dengan sebagian usus tampak
keluar dari rongga perut.

Diagnosa Keperawatan
1. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan aliran arteri dan/ atau vena
2. Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan faktor mekanis (trauma abdomen (penusukan
3. Risiko perdarahan berhubungan dengan trauma abdomen
Analisa Data
no Data Etiologi Problem
3 Tanda dan Gejala Trauma Risiko
abdomen Perdarahan
Subjektif : (-)
Objektif :
1. Pada regio abdomen ditemukan luka tepat digaris tengah lima
sentimeter di bawah pusat
2. Terdapat luka terbuka ukuran lima sentimeter kali empat koma lima
sentimeter tranversal bentuk elips, batas tegas, tepi rata, kedua sudut
lancip, kedalaman empat sentimeter, dasar rongga perut, jembatan
jaringan tidak ada, warna kemerahan, dengan sebagian usus tampak
keluar dari rongga perut.

Diagnosa Keperawatan
1. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan aliran arteri dan/ atau vena
2. Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan faktor mekanis (trauma abdomen (penusukan
3. Risiko perdarahan berhubungan dengan trauma abdomen
Intervensi Keperawatan
No Diagnosa SLKI SIKI
Keperawatan
1 Perfusi perifer Setelah dilakukan intervensi Perawatan Sirkulasi
tidak efektif keperawatan selama 3x24 jam a. Identifikasi faktor risiko gangguan sirkulasi
berhubungan Perfusi perifer membaik b. Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau bengkak
dengan dengan kriteria hasil : pada ekstermitas
penurunan 1. Denyut nadi perifer meningkat c. Lakukan pencegahan infeksi
aliran arteri 2. Warna kulit pucat menurun d. lakukan hidarsi
dan/ atau vena 3. Pengisapan kapiler membaik e. anjurkan program diet untuk memperbaiki
4. Akral membaik sirkulasi
5. TDS membaik Manajemen Syok
6. TDD membaik a. monitor status kardiopulmonal
7. Tekanan arteri rata-rata b. monitor status oksigenasi
membaik c. monitor status cairan
d. monitor tingkat kesadaran dan respon pupil
e. pertahankan jalan napas paten
f. berikan oksigen untuk mempertahankan SO2
>94%
g. pasang jalur IV
h. pasang kateter urine untuk menilai produksi urine
i. kolaborasi pemberian infus
j. kolaborasi pemberian transfuse darah
No Diagnosa SLKI SIKI
Keperawatan
2 Gangguan Setelah dilakukan Perawatan Integritas Kulit
integritas intervensi
kulit/jaringan keperawatan selama 1. Identifikasi penyebab gangguan integritas kuliT
berhubungan 3x24 jam Integritas 2. Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
dengan faktor kulit dan jaringan 3. Anjurkan minum air secukupnya
mekanis meningkat dengan 4. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
(penusukan) kriteria hasil : 5. Anjurkan meningkatkatkan asupan sayur dan buah
1. Perfusi jaringan Perawatan Luka
meningkat a. Monitor karakteristik luka
2. Kerusakan jaringan b. Monitor tanda-tanda infeksi
menurun c. Bersihkan dengan cairan NaCl atau pembersih nontoksik,
3. Kerusakan lapisan kulit sesuai kebutuhan
menurun d. Berikan salep yang sesuai ke kulit/lesi, jiwa perlu
4. Nyeri menurun e. Pertahankan teknik steril saat melakukan perawatan luka
5. Perdarahan menurun f. Ganti balutan sesuai jumlah eksudat dan drainase
6. Kemerahan menurun g. Jadwalkan perubahan posisi setiap 2 jam atau sesuai kondisi
7. Suhu kulit membaik pasien
8. Tekstur membaik h. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
i. Anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi kalori dan protein
j. Ajarkan prosedur perawatan luka secara mandiri
k. Kolaborasi pemberian antibiotic
No Diagnosa SLKI SIKI
Keperawatan
3 Risiko Setelah dilakukan Penegahan Perdarahan
perdarahan intervensi Observasi :
berhubungan keperawatan selama a. Mionitor tanda dan gejala perdarahan
dengan trauma 3x24 jam Tingkat b. Monitor nilai hemtokrit/hemoglobin sebelum dan setelah
abdomen perdarahan kehilangan darah
menurun dengan c. Monitor tanda-tanda vital
kriteria hasil : d. Monitor koagulasi
1. Kelembapan membrana Terapeutik :
mukosa meningkat a. Pertahankan bed rest selama perdarahan
2. Kelembapan kulit b. Batasi tindakan invasive, jika perlu
meningkat c. Gunakan kasur pencegah decubitus
3. Perdarahan pasca Edukasi :
operasi menurun a. Jelaskan tanda dan gejala perdarahan
4. Hemoglobin membaik b. Anjurkan meningkatkan asupan cairan untuk menghindari
5. TD membaik konstipasi
6. Denyut nadi apikal c. Anjurkan meningkatkan asupan makanan dan vitamin K
membaik d. Anjurkan segera melapor jika terjadi perdarahan
Kolaborasi :
a. Kolaborasi pemberian obat pengontrol perdarahan, jika perlu
b. Kolaborasi pemberian produk darah
c. Kolaborasi pemberian pelunak tinja, jika perlu
ANALISA JURNAL
Latar Belakang

Salah satu kematian akibat kecelakaan adalah di akibatkan trauma abdomen. Kecelakaan lalu lintas
merupakan penyebab kematian 75% trauma tumpul abdomen, trauma abdomen merupakan penyebab
terbanyak kehilangan nyawa yang bersifat tragis, trauma abdomen yang tidak di ketahui masih
tetap menjadi momok sebagai penyebab kematian yang seharusnya bisa di cegah.
Menurut FKUI (2001) penatalaksanaan kedaruratan yang di lakukan pada pasien trauma
abdomenadalah mengkaji ABCDE, lalu Pemasangan NGT untuk pengosongan isi lambung dan
mencegah aspirasi, Kateter dipasang untuk mengosongkan kandung kencing dan menilai urin yang
keluar (perdarahan). Pembedahan/laparatomi (untuk trauma tembus dan trauma tumpul jika terjadi
rangsangan peritoneal : syok , bising usus tidak terdengar . prolaps visera melalui luka tusuk, darah
dalam lambung, buli-buli, rektum , udara bebas intraperitoneal , lavase peritoneal positif, cairan
bebas dalam rongga perut.
Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui intervensi apa yang
sesuai untuk pasien dengan kasus trauma abdomen sehingga dapat
mengurangi angka kematian akibat trauma abdomen tersebut

Subjek Penelitian
Jurnal menggunakan pendekatan deskriptif observasional
dalam bentuk study kasus yaitu pendekatan yang di buat
berdasarkan keadaan sebenarnya
dan tertuju pada pemecahan masalah.
Subjek penelitian ini yaitu seorang pasien yang tertimpa balok kayu.
Intervensi dan hasil yang di
peroleh
1.Untuk mengatasi masalah dari diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen injury
fisik (luka post operasi hari 1) penulis melakukan tindakan keperawatan yaitu kaji skala
nyeri secara komprehensif, memberikan relaksasi dan distraksi, lingkungan yang
nyaman, mengobservasi isyarat-isyarat non verbal klien, dan berkolaborasi dengan
dokter dalam pemberian analgetik.

2.Diagnosa infeksi berhubungan dengan inadekuat pertahanan primer dan sekunder


penulis melakukan tindakan keperawatan selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah
melakukan tindakan keperawatan kepada pasien, mengkaji keadaan luka pasien,
melakukan perawatan luka dengan prinsip steril, memantau perkembangan laboratorium
terkait angkaCREDITS:
leukosit.
This presentation template was created by Slidesgo, including

3.
icons byCREDITS:
Flaticon,This
andpresentation
infographicstemplate
& imageswas
by Freepik.
Diagnosa intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik penulis melakukan
created by Slidesgo, including icons by Flaticon,
and infographics
tindakan keperawatan memantau tanda & images
tanda by Freepik.
vital sebelum dan sesudah melakukan
aktivitas,memastikan perubahan posisi klien secara bertahap, menentukan intake
nutrisi untuk memastikan sumber-sumber energy klien.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang didapatkan melalui
intervensi keperawatan pada pasien dengan
trauma abdomen menunjukkan adanya
perubahan keadaan ataupun kondisi pasien
setelah dilakukan laparatomi akibat trauma
abdomen yang dialaminya. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa perawat memiliki peran
penting dalam menangani klien gawat darurat
yang akan dilaksnakan tindakan ataupun yang
telah diberi tindakan.

Anda mungkin juga menyukai