Anda di halaman 1dari 4

Wulan Handayani

201810160311432 – Manajemen Lintas Budaya 6H

Ujian Tengah Semester

1. a. Manajemen lintas budaya itu menurut saya adalah sebuah ilmu yang mana digunakan
untuk memahami tentang bagaimana budaya sendiri mempengaruhi aspek praktek pada
manajemen serta menjadi kunci untuk meningkatkan efektivitas pada manajemen global.
b. Sebenarnya, banyak hal dalam keterampilan utama yang harus dimiliki oleh para
manajer global sendiri. Apalagi manajer global itu bertugas untuk mengendalikan
perusahaan multinasional yang mana disetiap tempat perusahaan itu berdiri, pasti
memiliki budaya-budaya yang cenderung berbeda. Hal pertama yang paling penting
adalah manajer global itu dapat berkomunikasi dengan Bahasa yang berbeda, disesuaikan
dengan tempat perusahaan. Kedua, adalah strategic thinking atau yang sering disebut
sebagai kemampuan seseorang dalam berpikir secara strategic. Strategi ini dibuat dari
dasar sudut pandang yang dimiliki oleh para manajer dari pandangan global yang mereka
lihat/analisis. Ketiga adalah menguasai negosiasi secara global karena perbedaan budaya
yang ada pada perusahaan multinasional mengharuskan manajer global itu dapat
menguasai skill negosiasi yan baik agar bisa sukses dalam bekerja sama dengan mitra
globalnya.
c. Menurut saya, hal yang bisa membuat para manajer global itu berhasil bersaing pada
cross-culture pada perusahaan multinasionalnya adalah dengan memiliki siklus belajar
yang berdasarkan oleh pengalaman. Biasanya, dengan seseorang memiliki pengalaman
nyata yang terjun ke lapangan, dapat lebih mudah membantu dan juga mengidentifikasi
hal-hal yang terjadi agar dapat memahami, menafsirkan dan juga menganalisis keadaan
serta kondisi di berbagai tempat/negara sesuai dengan budaya yang mereka anut.
d. Menurut saya, untuk masalah pengembangan global management skill yang dihadapi
oleh karyawan pada kasus diatas sebenarnya hamper sama dengan kita menyikapi
permasalahan pada perusahaan multinasional. Hal yang harus kita lakukan adalah dengan
cara mengembangkan keahlian komunikasi serta berinteraksi antar karyawan yang latar
belakang budayanya berbeda. Selanjutnya adalah dengan cara menyamakan persepsi
ataupun pemikiran antar karyawan karena kebiasaan orang-orang yang memiliki latar
belakang budaya berbeda pasti memiliki cara berpikir dan juga pola berpikir yang
cenderung berbeda.
2. Sebenarnya, Myopia adalah kondisi dimana perusahaan itu lebih condong focus kepada
penjualan produk daripada alasan pelanggan membeli ataupun memilih untuk
menggunakan produk mereka. Disini, perusahaan itu tidak mampu untuk melihat peluang
yang ada di masa depan sehingga tidak dapat memprediksi kira-kira hal apa yang
dibutuhkan konsumen mereka di masa depan. Apalagi, myopia pada saat ini dianggap
“momok” oleh para penguasa bisnis. Apalagi, marketin myopia ini sendiri telah berhasil
membuat perusahaan Kodak yang notabene merupakan perusahaan yang berhubungan
dengan fotografi terbaik di dunia mengalami kerugian bahkan kebangkrutan yang sangat
besar. Menurut saya, untuk perusahaan yang mengalami permasalahan marketing myopia
ini hal yang harus dilakukan adalah dengan menjadikan kejadian perusahaan Kodak ini
sebagai dasar mereka untuk memperbaiki kesalahan dengan cara mulai mengidentifikiasi
kebutuhan para konsumen di masa depan. Menerapkan system peramalan pada
perusahaan terhadap produk yang diinginkan konsumen di masa depan adalah cara yang
menurut saya sayang solutif untuk mengatasi perusahaan yang mengalami marketing
myopia ini. Sebenarnya, tidak selalu marketing myopia ini mengarah kepada kerugian
jika para manajer itu dapat secara cepat mengidentifikasi permasalahn ini dan
memberikan solusi yang tepat. Namun, apabila manajer saja dianggap tidak mampu
menyelesaikan masalah baik dalam menganalisis maupun memberi solusi, tentu
marketing myopia ini dapt memberikan kerugian bahkan kebangkrutan seperti
perusahaan Kodak.
3.

Negara Power Uncertainty Feminity vs Short Individualism


Distance avoidance masculinity term vs vs
long term collectivism
Malaysia Menerima Preferensi Sama rata Budaya Masyarakat
tatanan rendah untuk (poin 50) normative kolektivis
hirarkis menghindari (poin 41) (poin 26)
(poin 100) ketidakpastian
(poin 36)
Indonesia Bergantung Preferensi Maskuliniti Budaya Masyarakat
pada rendah untuk dianggap pragmatis kolektivis
hierarki menghindari rendah (46) (poin 62) (poin 14)
(poin 78) ketidakpastian
(poin 48)
Australia Tingkat Kesiapan Maskuliniti Orentasi Masyarakat
kesetaraan menghadapi dianggap jangka individualis
yang tinggi ketidakpastian tinggi (poin pendek (poin 90)
(poin 36) (poin 48) 58) (poin 45)

4. Sebagai seorang ketua tim, yang akan saya lakukan adalah dengan membangun kerja tim
yang efektif. Sebenarnya sedikit sulit apabila anggota tim saya memiliki latar belakang
budaya yang berbeda, namun hal ini tidak dapat dijadikan sebagai sebuah masalah. Hal
yang bisa dilakukan pertama adalah dengan rasa saling menghormati budaya antar satu
sama lain. Selanjutnya adalah dengan mengatur ekspektasi bersama atau hal yang
diharapkan pada sebuah tim kedepannya. Sebagai ketua tim, saya juga berusaha
memfasilitasi komunikasi dengan cara memberikan ruang untuk anggota saya
mengekspresikan pemikiran, opini maupun solusi terhadap permasalahan yang terjadi
pada tim. Yang terakhir adalah dengan menanamkan sikap saling memiliki dalam
kelompok, yang mana maksudnya adalah agar anggota itu memiliki pemikiran bahwa
dalam melakukan pekerjaan apapun, ada anggota tim lain yang bersedia membantu dan
juga menyelesaikan bersama. Strategi yang saya gunakan untuk menangani perbedaan
budaya antar anggota antara lain dengan caara mengidentifikasi keragaman budaya
anggota tim, membangun komunikasi satu sama lain, mempelajari karakteristik budaya
pada anggota tim, bersikap terbuka terhadap keragaman tim, dan juga memberlakukan
mereka secara adil.
5. a. Kelebihan:
 Dapat membantu mengurangi tingkat pengangguran
 Meningkatkan kemampuan berbahasa asing
 Menambah koneksi serta memperluas wawasan
 Penghasilan (gaji) yang ditawarkan lebih besar
 Lebih mandiri
 Memahami budaya negara lain
Kekurangan :
 Biaya hidup lebih besar
 Memerlukan banyak adaptasi (baik lingkungan/budaya)
b. Tantangan yang mungkin saya hadapi sebagai seorang ekspatriat adalah perbedaan
budaya yang sangat signifikan. Budaya yang dimiliki oleh perusahaan saya bekerja
dengan budaya yang sudah saya anut dari kecil berbeda pada generiknya. Hal yang saya
lakukan untuk mengatasi tantangan tersebut adalah dengan cara mempelajari budaya.
Dengan mempelajari budaya pada negara saya bekerja, bukan berarti kita harus beralih
dan menganut budaya yang baru. Namun, sebagai seorang pendatang, sebenarnya mau
tidak mau kita memang harus mempelajari budaya mereka. Tak hanya berguna bagi diri
kita untuk menyesuaikan diri terhadap budaya mereka (Bahasa maupun lingkungan
sekitar), wawasan seorang pekerja ekspatriat seperti saya untuk keberlangsungan
perusahaan sendiri cukup berpengaruh karena secara tidak langsung kita memahami dasar
lingkungan perusahaan yang mana juga dapat membantu untuk menyelesaikan
permasalahan yang berkemungkinan terjadi di perusahaan kedepannya.
c. Jika diberi kesempatan, saya akan memiliki negara Jepang. Kenapa saya memilih
Jepang, alasan pertama adalah karena Jepang merupakan salah satu negara yang
memberikan banyak kesempatan peluang kerja bagi mereka yang ingin bekerja disana.
Jepang juga sering memberikan peluang kesuksesan bagi mereka orang-orang yang
berada di usia muda. Gaji yang ditawarkan juga cenderung lebih besar daripada UMR
yang ditawarkan di Indonesia. Selain itu juga kita bisa mempelajari budaya mereka.

Anda mungkin juga menyukai