Anda di halaman 1dari 25

HUBUNGAN KUALITAS TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA

MASA PANDEMI COVID-19

TUGAS MINIRISET

Disusun untuk Memenuhi salah satu Tugas

dalam Mata Kuliah Anatomi Fisiologi Tubuh

Manusia

Disusun Oleh :

KELOMPOK 4

Asti Dwi Asih (4193141047)


Juli Helmi Ramadhani (4193341044)
Roselina Triana Sitorus (4193141050)
Wafika Zizah Hasibuan (4193341032)
Yohana Destri Wanti Manalu (4193141049)
Gita Siwi Prima Pramuditiya (4173341029)

PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena Berkat,
anugerah dan kasih-Nya kepada penulis , sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
makalah Miniriset ini dengan baik untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Anatomi
Fisiologi Tubuh Manusia.

Terimakasih penulis ucapkan kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis


menyelesaikan tulisan ini. Namun terlepas dari itu semua, penulis menyadari sepenuhnya
bahwa masih ada kekurangan dan kesalahan baik dari segi susunan kalimat maupun tata
bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka penulis menerima segala saran dan
kritik dari pembaca agar penulis dapat memperbaiki tulisan ini menjadi yang lebih baik
lagi ke waktu yang akan datang.

Akhir kata penulis berharap Miniriset ini dapat memberikan manfaat kepada semua
pembaca. Terimakasih.

Medan, 22 Maret 2021

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH.................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH.................................................................................................1
1.3 TUJUAN SURVEY..........................................................................................................2
1.4 MANFAAT SURVEY.....................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................3
LANDASAN TEORI.................................................................................................................3
2.1 Tidur.................................................................................................................................3
2.1.1 Devinisi Tidur................................................................................................................3
2.1.2 Manfaat serta perubahan yang terjadi saat tidur............................................................3
2.2.1 Kualitas Tidur................................................................................................................4
2.2.11 Faktor lain yang mempengaruhi kualitas tidur............................................................4
2.2.1.2 Durasi Tidur................................................................................................................5
2.2.1.3 Gangguan Tidur..........................................................................................................6
2.3 CORONA VIRUS DISEASE 2019 (COVID -19) 2.3.1 Definisi COVID-19.................6
2.3.2 Gambaran Aktivitas Fisik selama Pandemi COVID-19................................................7
BAB III.......................................................................................................................................8
METODE PENELITIAN...........................................................................................................8
3.1 Pendekatan Penelitian.......................................................................................................8
3.2 Populasi Sampel.............................................................................................................9
3.3 Metode Pengumpulan Data..............................................................................................9
3.4 Analisis Data....................................................................................................................9
BAB IV....................................................................................................................................10
HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................................................10
4.1 Hasil................................................................................................................................10
4.2 Pembahasan....................................................................................................................11
BAB V......................................................................................................................................13
PENUTUP................................................................................................................................13
5.1. Kesimpulan....................................................................................................................13
5.2. SARAN..........................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH


Dewasa ini, sejak diterapkannya pemberlakuan social distancing akibat merebaknya
pandemic Covid-19, masyarakat mulai melakukan segala aktivitas di dalam rumah bahkan
untuk bekerja, berbelanja, belajar, dsb. Segala aktivititas tersebut didukung oleh teknologi
baik handphone, laptop, computer dan koneksi internet. Tentu penggunaan teknologi ini juga
berdampak terhadap masyarakat dimana masyarakat dituntut untuk selalu berada di sekitar
teknologi tersebut yang dimana radiasinya mempengaruhi kesehatan terutama kualitas tidur.
Selain penggunaan teknologi gadget juga, berkurangnya aktivitas di luar rumah
mempengaruhi pergerakan aktivitas tubuh seperti untuk olahraga bahkan sekedar berjalan
kaki. Orang yang kurang aktivitas fisik, mengalami peningkatan denyut jantung yang Hal ini
menjadi beban bagi jantung untuk memompa lebih keras yang berujung pada peningkatan
tekann darah. Selain itu kurangnya aktivitas fisik meningkatkan resiko obesitas yang
akhirnya menyebabkan peningkatan tekanan darah.
Durasi tidur yang pendek dapat meningkatkan rata-rata tekanan darah dan denyut
jantung, karena selain mampu membuat aktivitas sistem saraf simpatik meningkat, dan juga
merangsang stress, yang dapat mengakibatkan yang namanya hipertensi. Perubahan emosi
seperti tidak sabar, mudah marah, stress, cepat lelah, dan pesimis yang disebabkan karena
durasi tidur yang kurang dapat meningkatkan risiko naiknya tekanan. (Ramadani ,2017).
Aktivitas social distancing secara tak sadar mempengaruhi kehidupan dimana tidak ada
aktivitas di luar rumah menyebabkan stress, kurangnya pergerakan tubuh, terkena dampak
radiasi yang semuanya merujuk kepada kualitas tidur.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa yang mempengaruhi kualitas tidur kurang baik selama masa pandemic Covid 19?
2. Apa hubungan antara kualitas tidur terhadap tekanan darah manusia?
3. Apa dampak yang terjadi apabila kualitas tidur tidak baik?
4. Bagaimana meningkatkan kualitas tidur yang baik pada masa pandemic Covid 19?

1
1.3 TUJUAN SURVEY
1. Mengetahui faktor yang mempengaruhi kualitas tidur kurang baik selama masa
pandemic Covid 19
2. Memahami hubungan antara kualitas tidur terhadap tekanan darah manusia
3. Memahami dampak dari kualitas tidur kurang baik
4. Menemukan solusi peningkatan kualitas tidur yang baik pada masa pandemic Covid
19

1.4 MANFAAT SURVEY


Mengetahui solusi yang dapat dilakukan dalam peningkatan kualitas tidur yang baik pada
masa Pandemic Covid 19 untuk menjaga kestabilan tekanan darah manusia.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Tidur

2.1.1 Devinisi Tidur


Tidur adalah suatu proses aktif yang terdiri dari periode berulang tidur gelombang
lambat dan paradoks, bukan sekedar hilangnya keadaan terjaga karena aktivitas otak secara
keseluruhan tidak berkurang selama tidur. Dalam beberapa tahap tertentu dalam tidur bahkan
terjadi peningkatan penyerapan oksigen oleh otak melebihi tingkat normal sewaktu terjaga.

2.1.2 Manfaat serta perubahan yang terjadi saat tidur


Saat tidur tidak terjadi penurunan aktivitas saraf maupun sel-sel otak. Beberapa
spekulasi dari studi terakhir menunjukkan bahwa tahap tidur Non Rapid Eye Movement
(NREM) dan tahap tidur Rapid Eye Movement (REM) memiliki fungsi yang berbeda. Tidur
gelombang lambat memberi otak waktu untuk memperbaiki kerusakan yang diakibatkan
radikal bebas dan melaksanakan penyesuaian kimiawi yang diperlukan untuk belajar dan
mengingat. Salah satu hipotesis yang diterima luas adalah bahwa tidur memberi otak waktu
untuk memulihkan proses biokimia atau fisiologis yang mengalami penurunan progresif saat
terjaga. Manusia memerlukan tidur untuk menjaga keseimbangan metabolisme kalori,
keseimbangan termal dan menjaga kekebalan tubuh serta menjaga keseimbangan kalori
metabolik, kesetimbangan panas tubuh dan kekebalan tubuh. Beberapa perubahan kimiawi
yang terjadi karena tidur adalah peningkatan prolaktin dan growth hormone, penurunan
norepinefin dan respon epinefrin, peningkatan adrenocorticotropic hormone (ACTH),
penurunan detak jantung/bradikardi dan penurunan tekanan darah sekitar 20 mmHg selama
tidur meskipun hal ini tidak berlaku pada penderita hipertensi.
Tidur berguna dalam mengatur stabilisasi dan integrasi memori seseorang, dimana
melalui tidur otak dipersiapkan untuk mampu menerima informasi dan pembelajaran yang
baru setiap harinya. Proses yang terjadi selama tidur juga berperan penting untuk konsolidasi
memori dan pemrosesan memori emosianal. Disregulasi emosi sangat dipengaruhi oleh
kualitas tidur yang buruk yang mampu meningkatkan emosi dan cenderung menurunkan
respon positif seseorang.

2.2.1 Kualitas Tidur


Kualitas tidur merupakan keadaan tidur seseorang yang menghasilkan kesegaran,
kebugaran dan kepuasan sehingga seseorang tidak merasa lelah, gelisah, lesu dan apatis.
Menurut The National Sleep Foundation (NSF) (2020) terdapat beberapa indikator kunci dari
kualitas tidur yang baik, seperti:
• Waktu tidur yang lebih banyak dihabiskan di tempat tidur (minimal 85% dari total waktu di
tempat tidur)
• Tertidur dalam waktu 30 menit atau kurang
• Terbangun tidak lebih dari satu kali dalam satu malam
• Terbangun selama ≤ 20 menit setelah tertidur
Aspek kualitas tidur terdiri dari aspek kuantitatif dan kualitatif yaitu durasi tidur, waktu untuk
tertidur, frekuensi terbangun dari tidur dan aspek subjektif seperti kepulasan dan kedalaman
tidur. Kualitas tidur seseorang dapat dinilai menggunakan Pittsburgh Sleep Quality Index
(PSQI) yang merupakan kuesioner berisikan pertanyaan berkaitan dengan kualitas tidur,
latensi tidur, efisiensi kebiasaan tidur, gangguan tidur, penggunaan obat tidur dan disfungsi di
siang hari.
Baik buruknya kualitas tidur seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa hal seperti kondisi
piskologis yang tidak terkontrol, jumlah dan efek dari obat-obatan yang sedang di konsumsi,
kebiasaan sebelum tidur, gangguan saat tidur dan aktivitas yang dilakukan dalam sehari.
Kualitas tidur yang buruk akan memberi dampak dalam proses belajar, mengingat dan
tingkat kesadaran yang akan memengaruhi kinerja seseorang terutama di kalangan
mahasiswa.

2.2.11 Faktor lain yang mempengaruhi kualitas tidur


Terdapat beberapa faktor yang dapat memengaruhi kualitas tidur seperti:
• Aktivitas fisik yang mampu meningkatkan kualitas tidur dan mengurangi stres maupun
masalah psikologis akibat akademis maupun non akademis yang dapat menyebabkan
gangguan kualitas tidur dan kualitas hidup.
• Memiliki kebiasaan buruk seperti melewatkan sarapan dan kebiasaan mengonsumsi kafein,
secara tidak langsung mampu menurukan kualitas tidur yang buruk karena kebiasaan
melewatkan sarapan memberi dampak dalam penurunan performa akademis dan kesehatan
seseorang.
• Pola hidup dan kebiasaan seseorang terutama dalam hal kebiasaan tidur, aktivitas yang
dilakukan di siang hari.
• Tingkat stres, perasaan nyaman dan selamat berhubungan dengan fisiologi tidur seseorang
terutama pada fase tidur REM. Adanya depresi dan tekanan psikologis dapat menyebabkan
kesulitan tidur di malam hari.
• Konsumsi obat-obatan khususnya pada seseorang yang mengonsumsi obat lebih dari satu
hari dalam seminggu sangat memperngaruhi kualitas tidur seseorang.
• Penyakit yang diderita seseorang seperti kondisi hipertiroid yang dapat memengaruhi durasi
tidur seseorang.
• Usia dan jenis kelamin memengaruhi kualitas tidur seseorang dimana wanita dan orang
yang lebih tua cenderung memiliki kualitas tidur yang lebih rendah dan masalah tidur yang
lebih banyak.

2.2.1.2 Durasi Tidur


Menurut beberapa ahli, rekomendasi durasi tidur bagi setiap orang berbeda-beda dan
dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah usia, dimana semakin bertambahnya
usia seseorang maka rekomendasi durasi tidurnya akan semakin pendek.
Orang dewasa normal pada umumnya tidur selama 7-8 jam per malam dengan siklus tidur
yang terjadi sekitar 90-120 menit dengan 25% dihabiskan dalam tidur REM. Pada usia
dewasa muda, proses tidur NREM stadium 1 dan 2 yang diikuti dengan stadium 3 dan 4 yang
berlangsung sekitar 70-100 menit dan selanjutnya masuk ke tahap yang lebih ringan yaitu
periode REM. Siklus ini akan berlangsung dan terjadi berulang setiap 90 menit setiap malam.
Pada neonatus 50% siklus tidurnya terdiri dari fase tidur REM dan semakin bertambahnya
usia akan menurunkan durasi fase REM sekitar 25%.
Durasi tidur yang kurang berdampak negatif terhadap kinerja kognitif dan emosi, fungsi
kekebalan tubuh, metabolisme dan berat badan serta kesehatan seseorang.
2.2.1.3 Gangguan Tidur
Terdapat banyak faktor yang berhubungan dengan gangguan tidur, seperti kesulitan
dalam memulai tidur, tidur yang tidak menghasilkan kesegaran di pagi hari, keadaan nyeri,
adanya mimpi yang dialami, parasomnia atau terbangun di tengah malam, gangguan
pernapasan dan gangguan lainnya yang dapat menyebabkan kualitas tidur yang buruk.
Adanya nyeri kronis dengan gangguan tidur menunjukkan hubungan dua arah dimana rasa
nyeri dapat menyebabkan gangguan tidur dan gangguan tidur dapat meningkatkan nyeri.
Gangguan tidur lainnya dapat berupa nokturia yang disebabkan karena penuhnya kantung
kemih. Noktruia lebih umum terjadi seiring pertambahan usia seseorang, dimana semakin
bertambahnya usia menyebabkan hormon anti-diuretik yang diproduksi oleh tubuh semakin
berkurang sehingga urin akan semakin banyak dihasilkan pada malam hari. Nokturia juga
dapat terjadi akibat terlalu banyak mengonsumsi cairan sebelum tidur.
Keadaan lingkungan yang tidak familiar bagi seseorang, dimana hal ini sering terjadi
pada mahasiswa kedokteran tingkat awal, dapat menggangu tidur mereka. Kondisi sekitar
seperti suhu, kelembaban udara dan aliran udara dapat memengaruhi kenyamanan dan
kualitas tidur seseorang.
Dalam PSQI terdapat pertanyaan mengenai mimpi buruk yang dapat memengaruhi kualitas
tidur. Mimpi merupakan bagian normal dari tidur dimana setiap orang dapat bermimpi
dengan total durasi dua jam per malam dan dapat terjadi pada tahap tidur apapun meskipun
paling banyak terjadi pada fase REM. Mimpi buruk maupun mimpi baik biasanya
berhubungan dengan apa yang terjadi dalam kehidupan seseorang, dimana seseorang yang
mengalami depresi atau cemas cenderung mengalami mimpi buruk, dan hal ini akan
memengaruhi mood dan perilaku seseorang di hari selanjutnya dan akan merasa bahwa
istirahatnya kurang.
Masa pandemi COVID-19 khususnya selama karantina menyebabkan terjadinya peningkatan
ansietas dan depresi yang berpotensi menyebabkan gangguan tidur yang signifikan. Selain itu
meningkatnya durasi menatap layar ponsel atau perangkat elektronik lainnya terutama di
malam hari juga memberi dampak dalam menekan produksi melatonin yang berperan dalam
membantu kita untuk tidur.
2.3 CORONA VIRUS DISEASE 2019 (COVID -19)
2.3.1 Definisi COVID-19
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) merupakan penyakit menular yang
disebabkan oleh coronavirus yang saat ini baru ditemukan. Coronavirus merupakan virus
dengan komponen utama RNA polymerase, dimana sebagian besar orang yang terinfeksi
virus ini akan mengalami gangguan pernapasan ringan hingga sedang. Namun, apabila
penyakit ini terjadi pada mereka yang berusia tua dan memiliki riwayat penyakit tertentu
dapat menyebabkan perkembangannya menjadi lebih serius dan membutuhkan penanganan
khusus (WHO, 2019). Kasus pertama ditemukan di Wuhan, Cina pada bulan Desember 2019
dan WHO secara resmi menamakan penyakit ini coronavirus 2019 (COVID-19) pada 11
Februari 2020 dan sampai saat ini belum ditemukan vaksin untuk mencegah dan mengobati
penyakit ini. Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC) pada tahun 2019,
penularan COVID-19 terjadi melalui respiratory droplet yang dihasilkan dari mulut ataupun
hidung melalui batuk, bersin maupun droplet yang keluar saat berbicara yang kemungkinan
terinhalasi ke dalam paru-paru ataupun mengenai permukaan suatu objek yang tersentuh oleh
seseorang yang kemudian menyentuh mulut, hidung maupun matanya. Masa inkubasi
COVID-19 berlangsung selama 3-14 hari. Tanda dan gejala yang terjadi pada COVID-19
adalah demam, batuk, myalgia, dyspneadengan atau tanpa disertai diare dan pada minggu
kedua infeksi akan terjadi hipoksemia dan kesulitan untuk bernapas serta Acute Respiratory
Distres Syndrome (ARDS).

2.3.2 Gambaran Aktivitas Fisik selama Pandemi COVID-19


Wabah COVID-19 yang saat ini terjadi di dunia memunculkan kepanikan dan
kekhawatiran publik. Beberapa hal yang telah disebutkan diatas serta pernyataan menurut
WHO (2020) yang mengatakan bahwa COVID-19 merupakan penyakit menular yang
disebabkan oleh jenis coronavirus dan menyebabkan infeksi saluran pernafasan dan dapat
menyebar melalui percikan dari hidung atau mulut, menandakan transmisi penyakit ini sangat
mudah terjadi dari orang ke orang. Oleh sebab itu, dalam rangka mencengah bertambahnya
penyebaran virus COVID-19 penting untuk menjaga jarak lebih dari 1 meter dari orang lain
khususnya dari mereka yang sakit serta berlindung di rumah dan menghindari tempat-tempat
ramai.
Dalam menanggapi pandemi COVID-19 yang terjadi, pemerintah di setiap negara mengambil
beberapa langkah protektif dan pengendalian untuk mengurangi penyebaran virus seperti
melakukan lockdown, pembatalan perjalanan, menutup sekolah dan menunda kelas serta
mengubah beberapa sistem pembelajaran dan metode dalam bekerja menjadi pembelajaran
daring dan bekerja dari rumah atau dikenal dengan istilah work from home. Saat ini
kebiasaan menjaga jarak dan berlindung di rumah diterapkan pada masyarakat dan menjadi
kebiasaan sehari-hari sehingga meningkatkan perilaku sedentary dan inaktivitas serta
meningkatkan waktu duduk.
Perilaku sedentary seperti terlalu banyak duduk, berbaring, menonton televisi, menggunakan
perangkat seluler dan pengurangan aktivitas fisik secara teratur akan memberi dampak buruk
bagi kesehatan. Akibat pandemi COVID-19 saat ini, dunia mengalami tantangan yang tidak
biasa khususnya dalam mengubah kebiasaan seperti menjaga jarak/social distancing dan
berlindung di rumah/shelter in place sampai waktu yang sulit diprediksi. Efek jangka panjang
dari kebiasaan ini akan sangat memengaruhi pola hidup dan perilaku masyarakat,
meningkatkan risiko isolasi sosial dan memberi dampak negatif terhadap kesehatan mental
serta pola aktivitas fisik.

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian


Pada penelitian ini kami menggunakan pendekatan kualitatif. Dimana pendektan
kualitatif adalah pendekatan yang berusaha menangkap kenyataan social secara keseluruhan,
utuh, dan tuntas sebagai suatu kesatuan kenyataan. Menurut pendekatan ini objek penelitian
dilihat
sebagai kenyataan hidup yang dinamis. Sehingga dengan penelitian ini data yang diperoleh
tidak berupa angka-angka, tetapi lebih banyak deskripsi, ungkapan, atau makna-makna
tertentu yang disampaikan.
Dalam pendekatan ini kami menggunakan penelitian deskriptif. Deskriptif dimaksud
untuk mendeskripsikan suatu situasi. Pendekatan deskriptif juga berarti untuk menjelaskan
fenomena atau karakteristik individual, situasi, atau kelompok sosial secara akurat.
Atau dengan kata lain Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif.
Bogdan dan Tylor mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku
yang diamati. Metode kualitatif deskriptif menyesuaikan pendapat antara peneliti dengan
informan. Pemilihan metode ini dilakukan karena analisisnya tidak bisa dalam bentuk angka
dan peneliti lebih mendeskripsikan segala fenomena yang ada dimasyarakat secara jelas.

3.2 Populasi Sampel


Subjek dalam penelitian ini adalah 40 orang yang setiap hari menggunakan teknologi baik
handphone,laptop,computer, dan koneksi internet lainnya.

3.3 Metode Pengumpulan Data


Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dengan melakukan
studi literatur dengan mencari referensi teori yang relevan dengan kasus dan permasalahan
yang ditemukan. Referensi yang diperoleh dari penelitian studi literatur dijadikan sebagai
fondasi dasar dan alat utama untuk penelitianyang kami lakukan.

3.4 Analisis Data


Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif, karena data yang
dikumpulkan untuk mengkaji data bersifat kualitatif. Dimana hasil tersebut merupakan hasil
dari interview atau wawancara secara online terhadap objek penelitian yang dilakukan secara
sistematis.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Berdasarkan data yang telah dikumpulkan dari studi literatur, dapat disimpulkan 55%
orang mengalami kualitas tidur yang buruk. Hal ini dapat mengakibatkan seseorang menjadi
stress. Stress yang dialami oleh manusia membutuhkan penyesuaian terhadap tubuh, karena
stress yang dihadapi dapat berpengaruh terhadap peningkatan aktifitas parasimpatis dan hal ini
dapat memicu terjadinya perubahan tekanan darah pada manusia.
Terganggunya kualitas tidur tentunya berdampak besar terhadap kualitas hidup
seseorang. Salah satu dampak yang disebabkan oleh rendahnya kualitas tidur adalah
peningkatan tekanan darah. Hal tersebut pada akhirnya dapat menyebabkan gangguan
kardiovaskuler seperti hipertensi berkelanjutan. Penurunan kualitas tidur dapat diakibatkan
oleh berbagai faktor pencetus, salah satunya dapat berasal dari faktor lingkungan kerja.
Regulasi bekerja dari rumah yang diwajibkan pada masa pandemi COVID-19 menimbulkan
adanya pergantian waktu kerja serta tekanan baru hingga berdampak pada kualitas tidur
tenaga kerja yang menjalaninya.

4.2 Pembahasan
Penyakit Corona virus 2019 (Covid-19) adalah penyakit sistemik yang disebabkan oleh
Corona Virus 2 yang menyerang sistem pernapasan. Salah satu faktor risiko yang dapat
memperburuk Covid-19 adalah hipertensi . Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah
sistolik atau tekanan darah diastolik .faktor yang berhubungan dengan tekanan darah adalah:
1.Jenis kelamin
2. Beban kerja
3.Keturunan
4.Gaya hidup
5.Stress/kecemasan
6. Kebiasaan merokok
7. Usia
Tekanan darah seseorang lebih rendah atau mengalami penurunan saat tengah malam antara
pukul 03.00-06.00. sedangkan di pagi hari atau saat bangun tidur, terjadi peningkatan tekanan
darah. sedangkan faktor tingkat kecemasan tidak berhubungan dengan kejadian peningkatan
tekanan darah pada masa Pandemi COVID-19. .Palagini dkk, (2013), mengungkapkan bahwa
faktor kunci yang lain yang berpengaruh dalam hubungan kualitas tidur dengan tekanan darah
adalah jenis kelamin dan obesitas. Dimana, laki-laki cenderung mempunyai resiko hipertensi
dibandingkan dengan perempuan. Jumlah responden laki-laki yang mempunyai tekanan darah
diatas normal dan menjelaskan bahwa durasi tidur yang kurang dari 5 jam mempunyai
hubungan yang signifikan dengan terjadinya peningkatan tekanan darah
- Tekanan darah Menurut Potter & Perry (2010) tekanan darah yaitu kekuatan lateral pada
dinding arteri oleh darah yang didorong dengan tekanan dari jantung. Tekanan darah juga
sangat berpengaruh pada usia remaja karena dengan bertambahnya usia maka berkurang pula
elastisitas pembuluh darah, sehingga tekanan darah pada arteri semakin besar dan dapat
menyebabkan perubahan pada tekanan darah remaja. Hal ini berhubungan dengan
berkurangnya elastisitas pembuluh darah arteri, sehingga tekanan pada arteri semakin besar
dan dapat meningkatkan tekanan darah seseorang.
Sarimun, dkk (2017), ada beberapa faktor yang mempengaruhi perubahan tekanan darah
remaja yang salah satunya adalah usia. Pada remaja sering menghadapi masalah yang berat
dan tidak bisa menyelesaikannya sehingga dapat menyebabkan remaja menjadi stress. Stress
yang dialami remaja membutuhkan penyesuaian terhadap tubuh, karena stress yang dihadapi
dapat berpengaruh terhadap peningkatan aktifitas simpatis dan penurunan aktifitas
parasimpatis dan hal ini dapat memicu terjadinya perubahan tekanan darah pada remaja
- Kualitas Tidur Menurut Potter & Perry (2010) yang menyatakan bahwa pada orang normal,
gangguan tidur yang berkepanjangan akan mengakibatkan perubahan –perubahan pada siklus
tidur biologisnya, menurunkan daya tahan tubuh serta menurunkan prestasi belajar, mudah
tersinggung, depresi, kurang konsentrasi, kelelahan, pada akhirnya dapat mempengaruhi
keselamatan diri sendiri atau orang lain. Jadwal sekolah yang kompleks dan aktivitas lain
dalam kegiatan sekolah dapat berdampak pada masalah fisik seperti kelelahan. Kelelahan
akibat aktivitas yang berlebihan atau penuh stress dapat membuat seseorang sulit tidur. Selain
proses pembelajaran di sekolah. Menurut Manalu, et al., (2012) faktor - faktor sosial seperti
peralatan elektronik di dalam kamar tidur, antara lain televisi, akses internet dan gadget
membuat siswa/i terjaga di malam hari untuk bermain game, browsing, chatting, nonton,
mendengarkan musik dan bermain handphone.
- Kualitas tidur yang buruk tidak hanya dikaitkan dengan gangguan tidur tetapi juga dengan
durasi tidur.Durasi tidur yang lebih pendek akan meningkatkan beban hemodinamik 24 jam
secara bertahap,meningkatkan aktivitas sistem saraf simpatis, lamanya paparan faktor stres
fisik dan psikososial saat keadaan jaga dan meningkatkan nafsu garam serta meningkatkan
retensi garam.Peningkatan ini sesuai dengan kepustakaanyang menyatakan bahwa gangguan
tidur yang terjadin secara terus-menerus dapat menyebabkan perubahan fisiolog tubuh
dimana keseimbangan antara pengaturan sistem saraf simpatis dan parasimpatisbterganggu.
Simpatis akan ditingkatkan sehingga memicu terjadinya peningkatan tekanan darah pada
orang yang mengalami gangguan tidur tersebut .Sebaliknya sistem parasimpatis diturunkan
Paparan yang lebih lama maka faktor diatas menyebabkan adaptasi struktural sistem
kardiovaskular, seperti konstriksi arteri da hipertrofi ventrikel kiri yang bisa meningkatkan
keseimbangan tekanan darah
- Ketika seseorang mengalami gangguan tidur, maka hipotalamus akan mengaktifkan 2
sumbu yakni medulla adrenal sympatic system dan Hipotalamic Pituitary Adrenalaxis (HPA-
axis). Pada saat stressor datang disebabkan oleh gangguan tidur, maka hormon norepinefrin
dan epinefrin disekresikan oleh kelenjar medulla adrenal dan efek dari perangsangannya yaitu
langsung pada organ-organ spesifik seperti pembuluh darah dan jantung. Kedua hormon
tersebut langsung membuat pembuluh darah setiap jaringan akan mengalami vasokontriksi
sehingga membuat tahanan perifer meningkat yang akhirnya dapat meningkatkan tekanan
darah.
.

BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Sejak maraknya pandemi Covid-19, masyarakat mulai melakukan segala aktivitas di
dalam rumah. Aktivitas social distancing secara tak sadar mempengaruhi kehidupan dimana
tidak ada aktivitas di luar rumah yg menyebabkan stress, kurangnya pergerakan tubuh. Orang
yang kurang aktivitas fisik, mengalami peningkatan denyut jantung yang hal ini menjadi beban
bagi jantung untuk memompa lebih keras yang berujung pada peningkatan tekanan darah.
Selain itu kurangnya aktivitas fisik meningkatkan resiko obesitas yang akhirnya
menyebabkan peningkatan tekanan darah. Akibat dari pandemi Covid-19 juga mengakibatkan
masyarakat menggunakan gadget lebih lama, dampak radiasi penggunaan gadget merujuk
kepada kualitas tidur. Kualitas tidur yang buruk dikaitkan dengan gangguan tidur dan juga
dengan durasi tidur. Durasi tidur yang pendek dapat meningkatkan rata-rata tekanan darah
dan denyut jantung, karena selain mampu membuat aktivitas sistem saraf simpatik
meningkat, dan juga merangsang stress, yang dapat mengakibatkan yang namanya hipertensi.
Perubahan emosi seperti tidak sabar, mudah marah, stress, cepat lelah, dan pesimis yang
disebabkan karena durasi tidur yang kurang dapat meningkatkan risiko naiknya tekanan
darah. Gangguan tidur yang terjadi secara terus-menerus dapat menyebabkan perubahan
fisiologi tubuh dimana keseimbangan antara pengaturan sistem saraf simpatis dan
parasimpatis terganggu. Simpatis akan ditingkatkan sehingga memicu terjadinya peningkatan
tekanan darah pada orang yang mengalami gangguan tidur tersebut. Sebaliknya sistem
parasimpatis diturunkan paparan yang lebih lama maka faktor diatas menyebabkan adaptasi
struktural sistem kardiovaskular, seperti konstriksi arteri dan hipertrofi ventrikel kiri yang
bisa meningkatkan keseimbangan tekanan darah.

5.2. SARAN
Hendaknya ditengah pandemi Covid-19 masyarakat tetap menjalankan aktivitas sebisa
dan sewajarnya seperti tutin berolahraga,berjalan kaki, dan lain sebagainya selagi tetap
menerapkan protokol kesehatan agar tidak hanya berdiam diri dirumah sehingga kesehatan
tetap terjaga dan tekanan darahnya tetap stabil.
DAFTAR PUSTAKA
Rahmadani, O. 2017. Hubungan pola tidur terhadap tekanan darah pada pada remaja SMA
di pondok pesantren Al - munawwir Krapyak Yogyakarta.

Baso, M.C., 2018. Hubungan Antara Aktivitas Fisik Dengan Kualitas Tidur Pada
Remaja Di Sma Negeri 9 Manado 7, 6.

Yusuf, A Muri. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Penelitian Gabungan.
Padang : UNP Press
Moleong, Lexy J. 2013. Metode Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya

Luthfi B,Mohd,dkk.2017.Hubungan Kualitas Tidur dengan Tekanan Darah pada Pelajar


Kelas 2 SMA Negeri 10 Padang.Jurnal kesehatan Andalas.Vol 6(2).hal 318-323.

Vania A. G. 2020. Hubungan antara kualitas tidur dan tekanan darah pada tenaga kerja yang
bekerja dari rumah selama masa pandemi COVID-19. Universitas Pelita Harapan.

Luthfi B,Mohd,dkk.2017.Hubungan Kualitas Tidur dengan Tekanan Darah pada Pelajar


Kelas 2 SMA Negeri 10 Padang.Jurnal kesehatan Andalas.Vol 6(2).hal 318-323.

Pitaloka,Rika Diah,dkk.2015.Hubungan Kualitas Tidur Dengan Tekanan Darah Dan


Kemampuan Konsentrasi Belajarmahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas
Riau.Ilmu KeperawatanUniversitas Riau.Vol 2(2).hal 1435-1443.

Widiharti,dkk.2020.Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Tekanan Darah pada Masa


Pandemi Covid-19.Journal Of Health Science (Jurnal Ilmu Kesehatan) Vol 5(2).hal 61 – 67.

Noliya,Marda,dkk.2018.Hubungan Kualitas Tidur Dengan Tekanan Darah Pada Remaja.Ilmu


Keperawatan, STIKes Muhammadiyah Palembang.Vol 9(1).hal 23-35.

Anda mungkin juga menyukai