PENDAHULUAN
Dalam usaha pertanian tanah memiliki fungsi utama sebagai sumber penggunaan
unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman, dan sebagai tempat tumbuh
dan berpegangnya akar serta tempat penyimpan air yang sangat diperlukan untuk
dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya ialah tersedianya unsur hara, baik
unsur hara makro maupun unsur hara mikro. Tanah sebagai medium pertumbuhan
tanaman berfungsi pula sebagai pemasok unsur hara, dan tanah secara alami memiliki
tingkat ketahanan yang sangat beragam sebagai medium tumbuh tanaman. Fenomena
intensitas pemakaian pupuk kimia yang terus meningkat dari waktu ke waktu. Pupuk
anorganik lebih mudah didapatkan tetapi harganya relatif mahal. Penggunaan pupuk
biologis maupun kondisi fisik tanah serta dampak pada konsumen. Sebagian besar
penanaman jagung di lahan kering adalah kebutuhan air sepenuhnya tergantung pada
curah hujan, bervariasinya kesuburan lahan dan adanya erosi yang mengakibatkan
1
Rendahnya ketersediaan unsur hara dalam tanah menyebabkan rendahnya tingkat
kesuburan tanah, hal ini akan menjadi faktor pembatas dari hasil tanaman.
Penambahan unsur hara untuk kesuburan tanah sangat diperlukan, karena zat-zat yang
terdapat dalam tanah senantiasa tidak tersedia dan tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan tanaman.
Menurut Soepardi (1986) untuk tumbuh dengan baik tanaman memerlukan unsur
hara esensial yaitu: unsur hara makro, unsur hara mikro serta unsur lainya yang dapat
sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya adalah faktor tanah, varietas,
pemupukan dan fakor iklim. Tanaman tidak akan tumbuh baik dan produksinya
rendah bila persyaratan tumbuhnya tidak dipenuhi. Untuk memperoleh produksi yang
tinggi, maka diperlukan pertumbuhan tanaman yang sehat dan subur, yaitu dengan
media tumbuh yang subur dan pemeliharaan yang terpadu. Dimana hal ini merupakan
salah satu faktor yang ikut menjamin keberhasilan pertumbuhan dan produksi
tanaman.
tanah
2
1.3 Manfaat Praktikum
1.3.1 Dari praktikum ini manfaat yang kami dapat adalah dapat mengetahui
1.3.2 Dari praktikum ini kita dapat mengetahui masing-masing dari semua
percobaan seperti tinggi, sedang, dan rendahnya kadar kandungan dari masing-
masing percobaan.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kesuburan tanah adalah Suatu keadaan tanah dimana tata air, udara dan unsur
hara dalam keadaan cukup seimbang dan tersedia sesuai kebutuhan tanaman, baik
hara essensial untuk tanaman tanpa efek racun dari hara yang ada (Foth and Ellis ;
1997). Menurut Brady, kesuburan tanah adalah kemampuan tanah untuk menyediakan
unsur hara essensial dalam jumlah dan proporsi yang seimbang untuk pertumbuhan.
Tanah yang subur adalah tanah yang mempunyai profil yang dalam
(kedalaman yang sangat dalam) melebihi 150 cm, strukturnya gembur remah, pH 6-
6,5, mempunyai aktivitas jasad renik yang tinggi (maksimum). Kandungan unsur
haranya yang tersedia bagi tanaman adalah cukup dan tidak terdapat pembatas-
pembentuk tanah yang merajai di lokasi tersebut, yaitu: bahan induk, iklim, relief,
organisme, atau waktu. Tanah merupakan fokus utama dalam pembahasan ilmu
kesuburan tanah.
4
Kesuburan tanah merupakan mutu tanah untuk bercocok tanam, yang
ditentukan oleh interaksi sejumlah sifat fisika, kimia dan biologi bagian tubuh tanah
yang menjadi habitat akar-akar aktif tanaman. Ada akar yang berfungsi menyerap air
dan larutan hara, dan ada yang berfungsi sebagai penjangkar tanaman. Kesuburan
habitat akar dapat bersifat hakiki dari bagian tubuh tanah yang bersangkutan, dan/atau
diimbas (induced) oleh keadaan bagian lain tubuh tanah dan/atau diciptakan oleh
pengaruh anasir lain dari lahan, yaitu bentuk muka lahan, iklim dan musim. Karena
bukan sifat melainkan mutu maka kesuburan tanah tidak dapat diukur atau diamati,
yang dipanen. Maka disebut pula daya menghasilkan bahan panen atau produktivitas.
Ungkapan akhir kesuburan tanah ialah hasil panen, yang diukur dengan bobot bahan
kering yang dipungut per satuan luas (biasanya hektar) dan per satuan waktu. Dengan
dicakup akibat variasi keadaan habitat akar tanaman karena musim (Schroeder, 1984).
1. Kuantitas mencakup jumlah atau konsentrasi dan macam unsur hara yang
dibutuhkan tanaman.
yang lainnya.
5
3. Waktu yaitu ketersediaan unsur – unsur hara tersebut ada secara terus menerus
Untuk kondisi lingkungan itu sendiri perlu di perhatikan sifat tanah pada suatu hamparan
lahan, maka perlu diambil contoh tanah terganggu berupa “contoh tanah komposit” dengan tujuan
agar contoh tanah tersebut dapat dinyatakan representatif (mewakili) dari tanah pada lahan tersebut.
Contoh tanah komposit adalah contoh tanah terganggu yang diambil dari beberapa titik (5 titik) dan
dicampur (diaduk), kemudian diambil sebanyak ± 2 kg per satuan lahan atau per titik pengamatan.
Tetapkan konsistensi tanah dalam kondisi kering, lembab, dan basah pada masing-masing horison.
Konsistensi tanah yang kering dan dipatahkan dengan jari , konsistensi dalam kondisi lembab
diamati dengan cara menggenggam segumpal tanah yang lembab dan beri tekanan antara jari-jari
dan telapak tangan , jika tanah dala kondisi kering beri air secukupnya sehingga kondisi tanah dalam
keadaan lembab . konsistensi tanah dalam kondisi basah diamati dalam dua sifat yaitu lekat dan
plastisis. Sifat lekat ditetapkan dengan memijat contoh tanah yang basah diantara ibu jari
telunjuk direntangkan. Sifat plasti sditetapkan dengan cara mrngambil dan memilih contoh tanah
yang basah antar jari telunjuk dan ibu jari untuk mrmbrntuk pita.
6
tukar kation merupakan banyaknya kation-kation yang dijerap atau dilepaskan dari
permukaan koloid liat atau humus dalam miliekuivalen per 100 g contoh tanah atau
Faktor yang mempengaruhi KTK adalah tekstur tanah, makin halus tekstur
tanah makin tinggi KTK nya, selain itu humus dan bahan organik juga mempengaruhi
KTK sehingga terbentuk agregat tanah yang mengurangi terjadinya erosi bahan
organik yang lambat laun terdekomposisi akan menghasilkan humus yang berguna
bagi tanaman dan juga tanah. Tanah akan memiliki pH yang stabil dan baik untuk
pertanaman.Jika kandungan humus dan bahan organik di dalam tanah sedikit, hal ini
akan menyebabkan penurunan KTK karena hilangnya unsur hara akibat pencucian
maupun erosi.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penelitian Barek (2013), bahwa nilai
KTK pada tipe penggunaan lahan hutan primer pada kedalaman ≤ 10 cm, lebih tinggi
dibanding dengan kedalaman 10-20 cm. Kemudian hal ini disebabkan gugus
muatan negatif pada permukaan koloid tanah dan juga adanya dekomposisi bahan
organik yang dapat menghasilkan humus yang kemudian KTK meningkat. Tingginya
nilai KTK tanah tersebut dapat disebabkan karena tingginya kandungan bahan
organik tanah sebagian akibat dari kegiatan fisik di badan tanah. Perubahan nilai
kapasitas tukar kation yang masih dalam kategori sangat tinggi diduga karena kondisi
pH tanah yang masih tergolong sangat asam. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Winarso (2005), yang mengatakan bahwa perubahan nilai KTK seiring dengan
7
perubahan nilai pH.
Tanah-tanah dengan kandungan bahan organik atau kadar liat tinggi mempunyai
KTK lebih tinggi dari pada tanah-tanah dengan kandungan bahan organik rendah atau
tanah-tanah berpasir. Nilai KTK tanah sangat beragam serta tergantung pada sifat dan
ciri tanah tersebut. Besar kecilnya KTK tanah dipengaruhi oleh reaksi tanah, tekstur
atau jumlah liat, jenis mineral liat, bahan organik, dan pengapuran atau pemupukan
(Hardjowigeno 2007).
C-organik adalah penyusun utama bahan organik. Bahan organik antara lain
terdiri dari sisa tanaman dan hewan dari berbagai tingkat dekomposisi. Peran C
organik bagi tanah adalah untuk menyangga dan menyediakan hara tanaman,
meningkatkan efisiensi pemupukan dan menetralkan sifat racun Al dan Fe. Bahan
organik juga dapat meningkatkan kesuburan tanah dan menyediakan mikro hara dan
faktor-faktor pertumbuhan lainya yang biasaya tidak disediakan oleh pupuk kimia
dan biotik dalam ekosistem tanah.Kandungan bahan organik tanah telah terbukti
berperan sebagai kunci utama dalam mengendalikan kualitas tanah baik secara fisik,
kimia maupun biologi. Bahan organik mampu memperbaiki sifat fisik tanah seperti
kemampuan tanah memegang air, menjaga kelembaban dan suhu tanah, mengurangi
energi kinetik langsung air hujan, mengurangi aliran permukaan dan erosi tanah
8
(Rahayu, 2008).
Organik di tanah harus dipertahankan tidak kurang dari 2 persen agar kandungan
bahan organik dalam tanah tidak menurun dengan waktu akibat proses dekomposisi
harus diberikan setiap tahun. Kandungan bahan organik antara lain sangat erat
berkaitan dengan KTK (kapasitas tukar kation) serta dapat meningkatkan KTK tanah.
Fosfor (P) merupakan salah satu unsur hara yang mutlak dibutuhkan oleh
tanaman karena berperan dalam menyimpan dan mentransfer energi serta sebagai
komponen protein dan asam nukleat.Unsur Fosfor (P) di dalam tanah berasal dari
bahan organik, pupuk buatan, dan mineral-mineral di dalam tanah dan unsur P
berperan dalam pembentukkan biji dan buah, selain itu mendorong pertumbuhan akar
muda serta berperan untuk pengangkutan energi hasil metabolisme dalam tanaman. P-
organik dan P-anorganik merupakan jenis unsur P yang terdapat di dalam tanah. Agar
unsur P di dalam tanah bisa tersedia biasanya pada tanah masam dilakukan
penambahan kapur sehingga pH tanah menjadi meningkat dan P dapat dilepas dari
agen pengikatnya seperti Fe dan Al. Bentuk yang tersedia bagi tanaman adalah berupa
Oleh fungsi tersebut maka suplai P yang tinggi ditunjukkan oleh perkembangan
akar, perkembangan dan pembuahan yang lebih cepat.P tanah dibedakan menjadi tak
9
potensial tersedia meliputi bentuk P organik dan beberapa bentuk P anorganik yang
relatif tidak tersedia seperti bentuk P terendapkan (P-Al, P-Fe, P-Mn atau P-Ca).
Bentuk P ini cenderung terakumulasi dalam keadaan sangat stabil, namun dalam
keadaan tertentu dapat berubah menjadi tersedia, misalnya oleh pengapuran tanah
masam yang mampu meninkatka P tersedia, atau pengenangan tanah sawa yang
mengubah bentuk P-Fe menjadi tersedia (Hesse, 1991).Defisiensi unsur hara P akan
Dalam tanah fungsi P terhadap tanaman sebagai zat pembangunan dan terikat dalam
dengan keasaman (pH) tanah. Fosfor ini mobil atau mudah bergerak antar jaringan
tanaman. Kadar optimal fosfor dalam tanaman pada saat pertumbuhan vegetatife
adalah 0,3%-0,5% dari berat kering tanaman. Menurut Hanafiah (2005). Jika
dibandingkan dengan N, unsur P lebih cepat menjadi tersedia akibat terikat oleh
kation tanah serta terfiksasi pada permukaan positif koloidal tanah. Ketersediaan
kemungkinan disebabkan oleh pengaruh pH tanah yang netral yaitu ph 6,59, karena
ketersediaan unsur P ditentukan oleh pH tanah itu sendiri. Pada tanah yang bereaksi
masam (pH rendah), P akan mudah bersenyawa dengan Al, Fe, dan Mn, yang
mengubah P menjadi tidak larut dan juga tidak tersedia bagi tumbuhan tanaman.
10
Faktor lain yang dapat menghambat ketersediaan P adalah kegiatan organisme
yang kurang maksimal, pH tanah yang relatif asam dan alkalis, serta jumlah dan
dekomposisi bahan organik yang sedikit. Al dan Fe oksida dapat mengikat P sehingga
ketersedian P rendah, begitu juga dengan KTK dan bahan organik, dan hal ini yang
Penurunan nilai P-tersedia juga terjadi akibat pencucian hara, terangkutnya hara
oleh tanaman, subsiden atau pemadatan dan rendahnya nilai pH. Hal ini sesuai
bahwa perubahan tingkat kesuburan tanah pada lahan yang dikonversi menjadi
perkebunan kelapa sawit disebabkan oleh terangkutnya unsur hara oleh tanaman saat
Kalium merupakan unsur hara ketiga setelah Nitrogen dan Fosfor yang diserap
oleh tanaman dalam bentuk ion K+. Muatan positif dari Kalium akan membantu
menetralisir muatan listrik yang disebabkan oleh muatan negatif Nitrat, Fosfat, atau
unsur lainnya (Utami, 2009).Sumber utama K dalam tanah adalah mineral feldspar
Hal ini sesuai dengan pernyataan Hanafiah (2005) kadar unsur K dalam larutan
tanah merupakan hasil keseimbangan antara suplai dari hasil pelarutan mineral-
11
pelindian.
diareal perkebunan sawit lebih tinggi dibandingkan dengan hutan primer dan lahan
restorasi, hal ini disebabkan oleh alih guna lahan menyebabkan nilai K menurun
secara drastis, sesaat setelah lahan hutan ditebang. Sedangkan unsur hara K tinggi,
karena memang unsur hara ini pada kerak bumi atau pada permukaan tanah kadarnya
cukup tinggi, dan semakin dalam dari permukaan tanah, kadar hara K makin rendah.
Tanah secara alami dapat menjadi asam oleh curah hujan. Hampir semua
hujan yang turun ke bumi bersifat asam. Air hujan murni sebenarnya adalah air
destilasi, namun begitu turun melalui atmosfir dapat menjadi asam berupa 5,6 karena
H+ , akibatnya pH menjadi 5,6. Reaksinya : H2O + CO2 > H2CO3 > H+ + HCO3
<-> 2H+ + CO3. Tanaman dan mikroorganisme juga menghasilkan CO2 melalui
proses respirasi. Selama periode pertumbuhan aktif akar tanaman dan organism tanah
menghasilkan CO2 Kemasaman di dalam tanah disebabkan ion H dan ion Al yang
terdapat di dalam tanah. Keberadaan H tanah dan terlarut sehingga pH tanah menjadi
dalam tanah. Keberadaan H tanah dan terlarut sehingga pH tanah menjadi lebih
masam (Mukhlis, et al, 2011). + di dalam tanah bersumber dari bahan organik tanah
12
(humus), bahan mineral liat dan mineral oksida, sedangkan Al bersumber dari polimer
Al dan Fe. Polimer Al merupakan penyebab utama kemasaman tanah pada daerah
tropis beriklim basah melalui reaksi hidrolisis. Bahan organik tanah (humus),
mengandung gugus hidroksil dan karboksil reaktif sebagai asam lemah yang
membebaskan H+. Kandungan bahan organik tanah yang beragam dipengaruhi oleh
kepada tanaman dari bahan organik tersebut berasal. Beberapa tanaman mengandung
sejumlah asam organik. Begitu residunya terdekomposisi, asam organik secara alami
mengambil hara basa, seperti kalsium dan magnesium (Mukhlis et al, 2011).
terhambat. N anorganik pada tanah mineral masam hasil dekomposisi lebih banyak
terhambat pada pH < 5,39 dan akan optimum ketersediaan N dalam bentuk NO3 -
Mg yang mudah lapuk. Curah hujan yang tinggi menyebabkan Ca dan Mg hilang
13
(leaching) dari tanah. Tanaman yang menyerap kation dapat menurunkan atau
meningkatkan kemasaman tanah yang dihasilkan melalui pada pH > 6,0 (Barchia,
2009).
dan Mg yang mudah lapuk. Curah hujan yang tinggi menyebabkan Ca dan Mg hilang
(leaching) dari tanah. Tanaman yang menyerap kation dapat menurunkan atau
pupuk, limbah tanaman dan hewan atau bahan organik (Damanik et al, 2011).
Pada pH rendah P akan banyak terfiksasi oleh kation-kation Al, Fe, dan Mn.
Ketersediaan kation-kation basa yang sangat rendah pada kemasaman yang tinggi dan
kation-kation asam tersebut, serta aktifitas kation basa pada larutan tanah dan daerah
esensial yang bersifat sangat mobil, baik di dalam tanah maupun di dalam tanaman.
Selain itu nitrogen bersifat sangat mudah larut dan mudah hilang ke atmosfir maupun
yang tidak terganggu merupakan siklus tertutup. Siklus ini merupakan siklus internal
bahwa degradasi bahan organik yang terjadi pada perkebunan sangat berpengaruh
14
terhadap ketersediaan N-total dalam tanah. Hasil perombakan bahan organik menjadi
nitrat sangat mudah tercuci dan menguap sehingga sedikit ditemukan dalam tanah.
sumbangan kedalam tanah. Hal ini mengidentifikasikan bahwa telah terjadi pelepasan
hara dari proses dekomposisi bahan organik ke dalam tanah sebagai stimulan
bertambahnya N dalam tanah. Selain itu penurunan jumlah nitrogen juga dipengaruhi
oleh penurunan jumlah bahan organik dan mikroorganime tanah di lokasi tersebut.
Karena di dalam susunan jaringan bahan organik terkandung unsur nitrogen organik
15
BAB III
METODE PRAKTIKUM
Alat:
-Sekop kecil -Alat destilasi dan alat Destruksi
-Kantong Plastik -Tabung digestion
-Label -Beaker glass 50 atau 100 ml
-Alat Tulis -Ayakan 2 mm
-Neraca analitik -Sendok
-Botol kocok 100 ml -Roll film
-Mesin pengocok -Tabung reaksi
-Labu semprot -Kertas saring
-Pipet ukur -Vorteks
-Gelas kimia -Spektrofotometer
-Buret 25 ml -Flamefotometer
-Pengaduk magnit -Alat penyulingan amoniak
-Labu ukur 1000, 500, 100 ml -Corong dan wadah penampung
-Erlemeyer 250-500 ml
Bahan:
-H2O -Asam klorida (HCl)
-KCl 1 M -Asam borak (H3BO3)
-Kalium dikromat (K2Cr2O7) -Natrium hindroksida (NaOH)
-Asam sulfat pekat (H2SO4) -Campuran selenium
-Asam fospat (H3PO4) -Standar P
-Natrium Florida( NaF) -Pereaksi P
-Ferro ammonium sulfat -Standar K
-Amonium asetat (NH4OAc) pH
(FeSO4(NH4)SO4.6H2O) atau
7,0
Ferro sulfat (FeSO4).7 H2O) -Etanol atau alkhohol
-Aquades
16
3.3 Cara Kerja
17
the, kerjakan penetapan blanko.
2. Panaskan selama 1 ⅟2 jam, kemudian destilasi dengan menambahkan 35 ml
NaOH 40 %, tamping destilat dalam asam borat sebanyak 25 ml
3. Destilasi akhir apabila volume destilat dalam penampung sudah mencapai
50-75 ml. destilat di titrasi dengan larutan asam baku, yaitu H2SO4 0,050
N atau HCl 1 N hingga titik akhir yaitu perubahan warna dari hijau menjadi
merah muda.
18
hijau berubah menjadi merah muda. Gunakan blanko denga mendestilasi
aquades dengan pereaksi sama dengan contoh tanah.
19
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 pH Tanah
Tabel 1 : pH Tanah
pH Tanah sangat penting karena larutan tanah mengandung unsur hara seperti
nitrogen (N), kalium (K), fosfor (P), dimana tanaman membutuhkan dalam jumlah
20
tertentu untuk tumbuh. Nilai pH menunjukkan konsentrasi ion H + dalam larutan
potensial larutan yang diukur oleh alat dan dikonversi dalam skala pH.
Bahan organik berpengaruh terhadap sifat tanah dengan daya penahan air yang
mempengaruhi struktur tanah dan mendorong aktifitas mikrobiologi tanah yang akan
mempengaruhi struktur tanah. Jumlah bahan organik dapat dihitung dari kadar karbon
organic. Salah satu metode yang sering digunakan untuk menentukan kadar bahan
organic tanah adalah Metode Walkley dan Black dengan prinsip bahwa karbon (C)
21
dioksidasi pada suhu 120oC, dengan menambahkan larutan Kalium dikromat dan
asam sulfat pekat pada contoh tanah, karbon sebagai senyawa organic akan
mereduksi Cr6+ yang berwarna jingga menjadi Cr2+ yang berwarna hijau dalam
suasana asam. Intensitas warna hijau yang terbentuk setara dengan kadar karbon.
Kation-kation dapat ditukar ( Ca2+, Mg2+, K+, dan Na+) dalam kompleks jerapan tanah
22
ditukar dengan kation NH4+ dari pengekstrak dan dapat diukur. Untuk penetapan KTK
tanah, kelebihan kation penukar dicuci dengan etanol 96%. NH 4+ yang terjerap
diganti dengan kation Na+ dari larutan NaCl atau kation H + dari larutan HCl,
sehingga dapat diukur sebagai KTK. Pada hasil sampel tinggi diperoleh nilai KTK
sebesar 13,19 sedangkan pada sampel rendah nilai KTK sebesar 18,26
4.4 N- Total
Gambar 4 : Hasil destilasi dengan larutan asam baku H2SO4 dan HCl
Nitrogen dalam sampel tanah dihidrolisis dengan asam sulfat. NH4 yang terbentuk
23
didsetilasi dengan penambahan alkali yang telah dibubuhi indicator Conway,
kemudian dititrasi dengan larutan baku asam sulfat (H 2SO4) atau asam klorida (HCl).
Pada hasil pengamatan diperoleh nilai N pada sampel tinggi sebesar 0,73 %
HCl 25%. Pengekstrak ini akan melarutkan bentuk –bentuk senyawa fosfat dalam
kalium mendekati kadar P dan K –total. Ion fosfat dalam mengekstrak akan berekasi
24
molibdat.Pada hasil pengamatan sampel tanah dengan tingkat kesuburan tanah tinggi
BAB V
PENUTUP
25
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
26