PENDAHULUAN
A. Pengertian
Sperma yang pertama kali terlihat pada tahun 1677 oleh Antonie van
Leeuwenhoek menggunakan mikroskop, ia menggambarkan mereka sebagai
animalcules (hewan kecil), mungkin karena keyakinannya pada
preformationism, yang berpikir bahwa setiap sperma yang terkandung
sepenuhnya terbentuk tapi kecil manusia.
C. Anatomi
Sel sperma mamalia terdiri dari kepala, midpiece dan ekor. Kepala berisi
inti dengan serat kromatin padat melingkar, dikelilingi anterior oleh akrosom,
yang mengandung enzim yang digunakan untuk menembus sel telur
perempuan. Midpiece memiliki inti berfilamen pusat dengan banyak
mitokondria berputar di sekitarnya, yang digunakan untuk produksi ATP
untuk perjalanan melalui leher rahim perempuan, rahim dan saluran rahim.
Ekor atau "flagel" mengeksekusi gerakan memukul yang mendorong
spermatosit tersebut.
D. Asal
Sperma motil juga diproduksi oleh banyak protista dan gametophytes dari
bryophytes, pakis dan beberapa gymnosperma seperti sikas dan ginkgo. Sel-
sel sperma adalah satu-satunya sel flagellated dalam siklus hidup tanaman ini.
Dalam banyak pakis dan lycophyte, mereka adalah multi-flagellated
(membawa lebih dari satu flagel).
Sel sperma non- motil disebut spermatia kekurangan flagela dan karena itu
tidak dapat berenang . Spermatia diproduksi di spermatangium a .
G. Kualitas Sperma
Kuantitas dan kualitas sperma adalah parameter utama dalam kualitas air
mani, yang merupakan ukuran dari kemampuan sperma untuk mencapai
fertilisasi. Dengan demikian, pada manusia, itu adalah ukuran kesuburan pada
seorang pria. Mutu genetik sperma, serta volume dan motilitas, semua
biasanya menurun dengan bertambahnya usia.
H. Andrologi
Menurut kamus kedokteran artinya ilmu tentang pria dengan objek sistem
reproduksi pria. Jadi Andrologi adalah disiplin ilmu kedokteran yang
bergerak dalam bidang sistem reproduksi pria, dimulai dari kandungan
sampai dewasa, berbagai kelainan bawaan/ kelainan dapatan, terapi
infertilitas dan gangguan fungsi seks serta pengaturan fertilitas pada pria.
Setiap pemeriksaan andrologi seyogyanya dilengkapi dengan pemeriksaan
sperma, sebab hasil-hasilnya mempunyai arti penting dalam diagnosa
andrologi. Karena pemeriksaan sperma bertujuan untuk meneliti segala unsur-
unsur sperma.
I. Komposisi Sperma
Sperma adalah zat setengah cair atau setengah kental yang terdiri dari dua
bagian yaitu plasma sperma (plasma semen) dan spermatozoa. Plasma sperma
dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar prostat, vesika seminalis, epididimis, cowper
dan littre. Sedangkan spermatozoa dihasilkan oleh aktifitas tubuli seminiferi.
J. Spermatozoa Abnormal
Terdapat pada orang yang fertil maupun pada orang yang infertil. Terjadi
karena gangguan pada waktu spermatogenesis dan spermiogenesis. Sebab-
sebab : faktor hormonal, nutrisi, obat, akibat radiasi, penyakit.
C. Wadah Penampung
Mani langsung dikeluarkan ke dalam satu wadah terbuat dari gelas atau
plastik yang bermulut lebar dan yang lebih dahulu dibersihkan dan dikeringkan.
Wadah harus dapat ditutup dengan baik untuk menjaga jangan sampai sebagian
tertumpah. Pasien diminta mencatat waktu pengeluaran mani tepat sampai
menitnya dan menyerahkan sampel itu selekasnya kepada laboratorium.
Laboratorium juga wajib mencatat waktu pemeriksaan-pemeriksaan dijalankan.
F. Hal-Hal Lain
Hal lain yang perlu diutarakan pada pasien adalah pada waktu abstinensia
janganlah minum obat - obat apapun, apalagi minum obat-obat perangsang seks,
tonikum atau semacamnya. Hal ini diperlukan agar benar-benar sperma yang
diperiksa tidak dipengaruhi oleh obat – obatan. Kalau perlu dicatat obat yang
dimakan dalam 1-2 minggu sebelum analisis dilakukan.
Catatan :
Kadar fruktosa dalam mani normal berkisar antara 120-450 mg/dl dan fruktosa itu
berasal dari vesiculae seminales. Selain dipengaruhi oleh kadar testosteron dalam
tubuh, banyaknya fruktosa dalam mani juga mengalami perubahan oleh proses-
proses dalam vesiculae seminales dan ductuli ejaculatorii, pada hipoplasia dan
radang vesiculae seminales dan pada penyumbatan partial ductuli ejaculatorii
kadar fruktosa menurun. Penyumbatan ductuli ejaculatorii yang total berakibat
kadar fruktosa dalam mani menjadi nol.
Banyak molekul yang dibentuk pada saat terjadi miosis dalam testis.
Autoantigen spesifik testis pada saat terjadinya spermiogenesis.
Antigen lain muncul pada membran plasma setelah stadium
midspermatid proses spermatogenesis dan pada permukaan sperma
pada masa perjalanan sperma diepididimis. Sifat antigenik dari sperma
dan cairan sperma inilah yang menyebabkan terbentuknya antibodi
antisperma.
Pada keadaan normal reaksi imun ini dihalangi oleh salah satu
fungsi sel Sertoli pada testis yaitu mempertahankan lingkungan
intralumen bebas dari komponen serum. Sel sertoli juga membentuk
barier imunologik yang secara aktif memfagositosis dan
menghancurkan sisa-sisa produk hasil spermatogenesis tadi yang bila
dibiarkan lolos dari tubulus seminiferus akan menyebabkan reaksi
imunologik. Hanya ± 1/5 dari sisa-sisa tersebut yang lolos dari tubulus
dn sisa ini diresorbsi oleh epitel germinativum.
Antigen fertilisasi-1 (FA-1) merupakan antigen yang terdapat pada
sel-sel germinal laki-laki dan bereaksi kuat dengan semen dari laki-laki
dan perempuan infertil dan bereaksi lemah dengan semen dari orang –
orang normal. Sperma dilapisi oleh membran plasma yang mengandung
antigen spesifik yang fungsinya sebagai pengenal zona pellusida telur
dan berfungsi dalam proses kapasitas dan reaksi akrosom. FA-1 adalah
glikoprotein spesifik-sperma yang didapatkan dari membran plasma sel
germinal manusia. Naz dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa hal
ini terjadi karena antibodi terhadap FA-1 tidak mengaglutinasi atau
menyebabkan immobilisasi sel sperma, antibodi ini menghambat
fertilisasi dengan cara mempengaruhi interaksi antara sperma & zona
b. Antibodi antisperma
Ada banyak bukti bahwa saluran reproduksi manusia khususnya
pada wanita mampu menimbulkan respons imun lokal terhadap antigen
asing, termasuk antigen sperma. Rumke dan Hellinger (1959) adalah
orang pertama yang membuktikan adanya antibodi antisperma atau
autoantibodi terhadap sperma manusia. Respon imun saluran reproduksi
wanita terhadap antigen sperma dapat melalui 2 jalur yaitu jalur aferen
dan jalur eferen. Saluran reproduksi wanita dibantu oleh sel-sel yang
kompeten untuk menimbulkan respon imun. Sel-sel ini memfagositosis
spermatozoa dan memproses antigennya sehingga menimbulkan
pertahanan imun seseorang, Mekanisme ini dibantu oleh beberapa
faktor yaitu :
a. Jumlah sperma yang sangat banyak/berlebihan
b. Sperma juga difagositosis oleh sel-sel somatik sebagaimana
makrofag, dan semen secara kemotatik mempengaruhi makrofag
dan netropil
c. Antigen asing lain mempunyai efek ajuvans terhadap saluran
reproduksi, misalnya adanya infeksi vagina
d. Limfosit dalam semen berperanan menyebabkan sterilitas bagi
wanita melalui mekanisme histokompatibilitas
2. Deteksi Antibodi
Deteksi antibodi antisperma dapat dilakukan secara langsung terhadap
antibodi yang terikat pada sperma atau tidak langsung mengukur antibodi
dalam cairan (serum,semen, sekret vagina atau serviks atau cairan lain ).
Diantara metode lain uji Kibrick,uji Isojima, uji Kremer & Jager,
imunobead assays (IBD), mixid antiglobulin reaction (MAR) test, ELISA,
h. Teknik immunofluresens
Pemeriksaan ini terdiri dari tiga langkah dasar, Subsrat antigen
disiapkan dengan cara membuat apusan spermatozoa yang
dikeringkan diudara. Sediaan kemudian ditetesi serum yang diperiksa
(atau cairan serviks atau plasma semen) dan dilakukan pemeriksaan
imunofluresens terhadap imunoglobulin. Reaksi antigen antibodi
antara semen dan cairan saluran reproduksi dan sel-sel sperma dapat
dilihat dan dilokalisasi secara makroskopik dan penampakannya
berhubungan dengan anatomi spermatozoa.
Reaksi pewarnaan yang lemah pada kasus yang meragukan
seringkali didapatkan dan hasil yang dianggap positif bila diadpatkan
pada pengenceran lebih dari 1/16. Beberapa bagian sperma seperti
kutub, leher dan bagian tengah adalah tempet yang menimbulkan
warna nonspesifik. Antibodi antisperma dalam darah bereaksi pada
teknik imunofluoresens hanya terhadap antigen diakrosom dan ekor.
Pewarnaan akrosom terjadi karena adanya antibodi IgM dan IgG, dan
pewarnaan pada ekor utama hampir selalu disebabkan oleh IgG.
Sedangkan pewarnaan pada ujung ekor disebabkan oleh adanya
antibodi IgM.
i. Flow cytometry
Sampel plasma semen sebanyak 50 μL dicampur dengan 40 μL
PBS ditambah 5% albumin serum goat. Sepuluh mikroliter suspensi
sperma yang disiapkan dengan metode renang atas dari donor dengan
http://ripanimusyaffalab.blogspot.com/2010/01/analisa-sperma-dalam-kimia-klinik.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Spermatozoid
http://vmaniez.wordpress.com/2012/06/22/asa-anti-body-anti-sperma/
http://en.wikipedia.org/wiki/Sperm