Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA FISIKA 2

KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

15 MEI 2020

KELOMPOK 5 :

1. NELLY YUNITASARI NPM : 08.2018.1.01831


2. ELLY IMANSARI NPM : 08.2018.1.01833

JURUSAN TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

INSTITUT TEKNOLOGI ADHI TAMA SURABAYA

2020
Laporan Praktikum Kelarutan Sebagai Fungsi Suhu

ABSTRAK

Kelarutan adalah jumlah maksimum zat yang dapat larut dalam pelarut. Tujuan praktikum
adalah mengetahui kelarutan, hubungan temperatur larutan dengan kelarutan, panas pelarutan
asam oksalat. Praktikum dimulai dengan membuat larutan asam oksalat jenuh, menunggu 5 menit,
memasukkan ke icebath, menunggu sampai suhu larutan 250C, biarkan 5 menit, memasukkan
10mL sampel ke piknomoeter 10mL lalu mengukur densitas sampel, mengambil 10mL sampel
lalu meneteskan indikator pp sebanyak 2 tetes, mentitrasi dengan NaOH 5 M sampai berubah
warna menjadi keunguan, mengulangi proses untuk suhu 200C, 150C, 100C, 50C dan 00C. Hasil
praktikum, diketahui bahwa temperatur berbanding lurus dengan kelarutan. Panas pelarutan =
394,67 KJ/gmol.

Kata kunci : Kelarutan, panas pelarutan, suhu.

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI - ITATS i
Laporan Praktikum Kelarutan Sebagai Fungsi Suhu

DAFTAR ISI
COVER ............................................................................................................... i
ABSTRAK ........................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Tujuan Percobaan ...................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 2
2.1 Kelarutan .................................................................................................. 2
2.2 Asam Oksalat ........................................................................................... 3
2.3 Natrium Hidroksida ................................................................................. 4
2.6 Titrasi ....................................................................................................... 4
2.6 Indikator PP ............................................................................................. 5
BAB III METODE PERCOBAAN .................................................................... 7
3.1 Skema Percobaan Kelarutan Sebagai Fungsi Suhu.................................. 7
3.2 Alat dan Bahan ........................................................................................ 8
3.2.1 Alat ................................................................................................... 8
3.2.2 Bahan ................................................................................................ 8
3.3 Gambar Alat ............................................................................................. 9
BAB IV DATA HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN ...................... 10
4.1 Data Hasil Percobaan ............................................................................... 10
4.2 Hasil Perhitungan ..................................................................................... 11
4.3 Pembahasan .............................................................................................. 11
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 19
5.1 Kesimpulan .............................................................................................. 19
5.2 Saran ........................................................................................................ 19
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 20
APPENDIKS

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI - ITATS ii
Laporan Praktikum Kelarutan Sebagai Fungsi Suhu

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Perubahan Warna Menggunakan Indikator PP ................................ 5


Gambar 3.1 Skema Percobaan Kelarutan Sebagai Fungsi Suhu ......................... 9
Gambar 3.2 Beaker glass 1000 mL ..................................................................... 9
Gambar 3.3 Beaker glass 250 mL ....................................................................... 9
Gambar 3.4 Buret dan statif................................................................................. 9
Gambar 3.5 Erlenmeyer 50 mL ........................................................................... 9
Gambar 3.6 Piknometer 10 mL ........................................................................... 9
Gambar 3.7 Pipet volum 10 mL .......................................................................... 9
Gambar 3.8 Pengaduk ......................................................................................... 9
Gambar 3.9 Termometer...................................................................................... 9
Gambar 4.1 Grafik Hubungan Suhu Dengan Densitas ........................................ 12
Gambar 4.2 Grafik Hubungan Suhu Dengan Kelarutan ...................................... 13
Gambar 4.3 Grafik Hubungan 1/S Dengan 1/T ................................................... 13
Gambar 4.4 Grafik Hubungan Suhu Dengan Densitas ........................................ 16
Gambar 4.5 Grafik Hubungan Suhu Dengan Kelarutan ...................................... 16
Gambar 4.6 Grafik Hubungan 1/S Dengan 1/T ................................................... 17

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI - ITATS iii
Laporan Praktikum Kelarutan Sebagai Fungsi Suhu

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perubahan Warna Indikator PP Berdasarkan pH ................................. 6


Tabel 4.1 Data Hasil Percobaan ........................................................................... 10
Tabel 4.2 Data Massa Larutan Asam Oksalat ...................................................... 10
Tabel 4.3 Data Hasil Perhitungan ......................................................................... 11

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI - ITATS iv
Laporan Praktikum Kelarutan Sebagai Fungsi Suhu

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kimia fisika merupakan cabang ilmu kimia yang memperlajari tentang seluruh
fenomena kimia yang meliputi konteks sub-atomik, atomik, dan makroskopik
dlam sistem kimia pada kaitannya dengan hukum dan konsep fisika. Salah satu
komponen yang dipelajari dalam kimia fisika ialah kelarutan. Kelarutan adalah
jumlah zat yang dapat larut dalam sejumlah pelarut sampai membentuk larutan
jenuh. Larutan jenuh merupakan larutan dimana zat terlarutnya (molekul atau ion)
telah maksimum pada suhu tertentu. Untuk zat elektrolit yang sukar larut, larutan
jenuh dicirikan oleh nilai Ksp. Jika larutan mengandung zat terlarutnya melebihi
jumlah maksimum kelarutan pada suhu tertentu, maka dikatan bahwa larutan telah
lewat jenuh (Mulyono, 2005). Kelarutan (solubility) adalah kemampuan suatu zat
untuk melarut dalam sejumlah pelarut, atau dapat dikatakan kelarutan menyatakan
banyaknya zat terlarut dalam tiap satu liter larutan pada suhu tertentu. Satuan
kelarutan umumnya dinyatakan dalam gram Lˉ¹ atau mol Lˉ¹ (M) (Atkins, 1999).
Kelarutan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: sifat alami pelarut, suhu,
pengaruh ion senama, pengaruh pH serta pengaruh pembentukan kompleks.
Konsep kelarutan ini banyak diaplikasikan pada bidang-bidang industri serta
bidang farmasi. Sebagai contohmya, dalam bidang farmasi kelarutan sangat
penting, karena dapat membantu dalam memilih medium pelarut yang paling baik
untuk obat atau kombinasi obat, dan dapat bertindak sebagai standar atau uji
kelarutan. Pada praktikum ini membahas tentang pengaruh salah satu faktor yaitu,
suhu terhadap kelarutan menggunakan metode titrasi. Senyawa yang digunakan
adalah asam oksalat. Melalui praktikum ini akan diketahui pengaruh suhu
terhadap kelarutan asam oksalat serta mengenai panas pelarutan dari asam oksalat
itu sendiri.
1.2 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari praktikum kelarutan sebagai fungsi suhu
1. Mengetahui kelarutan asam oksalat tiap suhu.
2. Mengetahui hubungan antara temperatur larutan dengan kelarutan.
3. Mengetahui panas pelarutan.

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI - ITATS 1
Laporan Praktikum Kelarutan Sebagai Fungsi Suhu

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kelarutan
Kelarutan diartikan sebagai konsentrasi bahan terlarut dalam suatu larutan
jenuh pada suatu suhu tertentu. Larutan sebagai campuran homogen bahan yang
berlainan. Cara untuk dibedakan antara larutan dari gas, cairan dan bahan padat
dalam cairan. Disamping itu terdapat larutan dalam keadaan padat (misalnya
gelas, pembentukan kristal campuran) (Voight, 1994).
Menurut Martin dkk (1993), faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan su-
atu zat padat dalam cairan antara lain :
a. Intensitas Pengadukan
Pada pengadukan yang rendah aliran bersifat pasif. Zat padat tidak
bergerak dan kecepatan pelarutan bergantung pada bagaimana karakter
zat padat tersebut menghambur dari dasar wadah. Zat padat dan
larutannya tidak berpindah ke atas sistem sehingga mempunyai
perbedaan konsentrasi. Pada pengadukan yang tinggi sistem menjadi
turbulent. Gaya sentrifugal dari putaran cairan mendorong partikel ke
arah luar dan atas.
b. pH (keasaman atau kebasaan)
pH atau tingkat keasaman dapat mempengaruhi kelarutan suatu zat. Ada
zat yang lebih larut didalam asam atau basa dibandingkan didalam air.
Suatu basa umumnya lebih larut di dalam larutan asam dibandingkan
dengan air atau sebaliknya, suatu asam lebih larut di dalam larutan basa.
c. Suhu
Perubahan kelarutan suatu zat terlarut karena pengaruh suhu erat
hubungannya dengan panas pelarutan dari zat tersebut. Panas pelarutan
didefinisikan sebagai banyaknya panas yang dibebaskan atau diperlukan
apabila satu mol zat terlarut dilarutkan dalam dalam suatu pelarut untuk
menghasilkan satu larutan jenuh. Kenaikan temperatur menaikkan
kelarutan zat padat yang mengabsorpsi panas (proses endotermik) apabila
dilarutkan. Pengaruh ini sesuai dengan asas Le Chatelier, yang

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI - ITATS 2
Laporan Praktikum Kelarutan Sebagai Fungsi Suhu

mengatakan bahwa sistem cenderung menyesuaikan diri sendiri dengan


cara yang sedemikian rupa sehingga akan melawan suatu tantangan
misalnya kenaikan temperatur. Sebaliknya jika proses pelarutan eksoterm
yaitu jika panas dilepaskan, temperatur larutan dan wadah terasa hangat
bila disentuh. Kelarutan dalam hal ini akan turun dengan naiknya
temperatur. Zat padat umumnya termasuk dalam kelompok senyawa
yang menyerap panas apabila dilarutkan.
d. Komposisi cairan pelarut
Seringkali zat pelarut lebih larut dalam campuran pelarut daripada dalam
satu pelarut saja. Gejala ini dikenal dengan melarut bersama (kosolvensi)
dan kombinasi pelarut menaikkan kelarutan dari zat terlarut disebut
kosolven.
e. Ukuran partikel
Ukuran dan bentuk partikel juga berpengaruh terhadap ukuran partikel.
Semakin kecil ukuran partikel semakin besar kelarutan suatu bahan obat.
g. Pembentukan kompleks
Gaya antar molekuler yang terlibat dalam pembentukan kompleks adalah
gaya Van Der Waals dari dispersi, dipolar dan tipe dipolar diinduksi.
Ikatan hidrogen memberikan gaya yang bermakna dalam beberapa
kompleks molekuler dan kovalen koordinat penting dalam beberapa
kompleks logam.
h. Tekanan
Pada umumnya perubahan volume larutan yang dikarenakan perubahan
tekanan kecil, sehingga diperlukan tekanan yang sangat besar untuk
dapat mengubah kelarutan suatu zat (Sienko dan Plane, 1961).
Menrurut Svehla (1979) faktor yang paling Terlebih penting adalah peruba-
han kelarutan dengan suhu. Rumus kelarutan (S) adalah sebagai berikut :
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
S=
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡

2.2 Asam Oksalat


Asam oksalat atau ethanedionic acid merupakan salah satu golongan dari
asam dikarboksilat yang paling sederhana. Asam oksalat mempunyai rumus

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI - ITATS 3
Laporan Praktikum Kelarutan Sebagai Fungsi Suhu

molekul C2H2O4, tidak berbau, higroskopis, berwarna putih, dan mempunyai berat
molekul 90,04 gr/mol. Secara komersial, asam oksalat dikenal dalam bentuk
bubuk yang mempunyai rumus molekul C2H2O4.2H2O dan berat molekulnya
126,07 gr/mol. Asam oksalat mempunyai dua bentuk, yaitu polymorphic the
rombic atau bentuk alfa dan the monolic atau bentuk beta. Bentuk monolic (beta)
merupakan asam oksalat yang tersedia di pasaran yang terdiri dari 42–71%
anhydrous asam oksalat dan 28,58% air, dan berwarna putih (Krick and Othmer,
1994).
Asam oksalat kering dibungkus dalam bungkus polyethilen, tas multi dinding,
dan berserat. Hal ini dilakukan agar terbungkus dalam keadaan dingin, tempat
dingin pada 50–70% RH (relative humidity) untuk mencegah terjadinya cacking.
Asam oksalat larut dalam air dan beberapa solven organik lainnya seperti ethyl
eter anhydrous, sangat larut dalam alkohol dan tidak larut dalam benzene,
chloroform, dan petroleum eter. Sedangkan titik lebur asam oksalat berkisar
antara 101–102oC dalam bentuk kristal. Kelarutan asam oksalat dalam air
meningkat atau bertambah seiring dengan meningkatnya suhu.
2.3 Natrium Hidroksida
Natrium hidroksida atau NaOH memiliki massa molar sebesar 39.99711 g/mol
mol dengan penampilan warna putih solid dan bersifat higroskopis. Mempunyai
titik lebur sebesar 318°C dan titik didih sebesar 1388°C. NaOH memiliki
kelarutan dalam air sebesar 1110 g/L, kelarutan dalam etanol sebesar 139 g/L dan
kelarutan dalam metanol sebesar 238 g/L. NaOH tidak berbau. NaOH berbentuk
serpihan atau batang atau bentuk lain. Sifatnya sangat basa, keras, rapuh dan
menunjukkan pecahan hablur. NaOH bila dibiarkan di udara akan cepat menyerap
karbon dioksida dan menjadi lembab. Mudah larut dalam air dan dalam etanol
tetapi tidak larut dalam eter. NaOH membentuk basa kuat bila dilarutkan dalam
air. Senyawa ini sangat mudah terionisasi membentuk ion natrium dan hidroksida
(Daintith, 1994).

2.4 Titrasi
Titrasi merupakan penambahan secara cermat suatu volume larutan yang
mengandung zat A yang konsentrasinya sudah diketahui, kepada larutan kedua

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI - ITATS 4
Laporan Praktikum Kelarutan Sebagai Fungsi Suhu

yang mengandung zat B yang konsentrasinya tidak diketahui, yang meng-


akibatkan reaksi antara keduanya secara kuantitatif. Titrasi asam basa yaitu suatu
reaksi yang menunjukan perubahan warna yang tidak tajam dan sebelum larutan
dititrasi yaitu asam oksalat ditetesi oleh indikator, dimana dengan ditambah
indikator dapat ditentukan konsentrasi asam oksalat dan ditritasi dengan natrium
hidroksida yang sudah diketahui secara cermat (Oxtoby, dkk, 1999).
Titik ekuivalen ialah titik pada saat jumlah mol ion –OH yang ditambahkan ke
larutan sama dengan jumlah mol ion H+ yang semula ada (Chang, 2003). Pada
saat titik ekuivalen ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian catat volume titer
yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan menggunakan data
volume titran, volume dan konsentrasi titer maka bisa dihitung konsentrasi titran
tersebut (Umi L Baroroh, 2004 ). Rumus umum titrasi adalah sebagai berikut
N x V asam = N x V basa
Dimana normalitas sama dengan hasil kali antara molaritas (M) dengan
jumlah ion H+ pada asam atau jumlah ion OH pada basa, sehingga rumus di atas
menjadi :
a x M x V asam = b x M x V basa
Keterangan
N = normalitas
M = Molaritas
V = Volume
a = jumlah ion H+ pada asam
b = jumlah ion OH pada basa
2.5 Indikator PP
Indikator ditambahkan dua hingga tiga tetes (sedikit mungkin) pada titran
sebelum proses titrasi dilakukan. Indikator ini akan berubah warna ketika titik
ekuivalen terjadi, pada saat inilah titrasi dihentikan. Indikator yang dipakai dalam
titrasi asam basa adalah indikator yang perubahan warnanya dipengaruhi oleh pH.
Pada umumnya cara ini lebih dipilih karena kemudahan dalam pengamatan,
tidak diperlukan alat tambahan, dan sangat praktis, walaupun tidak seakurat
dengan pH meter. Menurut J.E. Bredy (1999) perubahan warna yang terjadi jika
menggunakan indikator fenolftalein digambarkan sebagai berikut..
Laboratorium Dasar Teknik Kimia
FTI - ITATS 5
Laporan Praktikum Kelarutan Sebagai Fungsi Suhu

Sebelum mencapai titik ekuivalen Setelah mencapai titik ekuivalen

Gambar 2.1 Perubahan warna menggunakan indikator PP

Indikator yang dipakai dalam titrasi asam basa adalah indikator yang
perubahan warnanya dipengaruhi oleh pH. Penambahan indicator diusahakan
sesedikit mungkin dan umumnya adalah dua hingga tiga tetes. Untuk memperoleh
ketepatan hasil titrasi maka titik akhir titrasi dipilih sedekat mungkin dengan titik
equivalent, hal ini dapat dilakukan dengan memilih indicator yang tepat dan
sesuai dengan titrasi yang akan dilakukan. Keadaan dimana titrasi dihentikan
dengan cara melihat perubahan warna indicator disebut sebagai “titik akhir titrasi”
( Adi Gunawan, 2004).
Tabel 2.1 Perubahan Warna Indikator PP Berdasarkan pH
Ph <0 0−8.2 8.2−12.0 >12.0
Kondisi Sangat asam Asam atau Basa Sangat
mendekati netral basa
Warna Jingga Tidak berwarna pink Tidak
keunguan berwarna
Gambar

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI - ITATS 6
Laporan Praktikum Kelarutan Sebagai Fungsi Suhu

BAB III
METODE PERCOBAAN

3.1. Skema Percobaan Kelarutan Sebagai Fungsi Suhu

Membuat larutan asam oksalat jenuh dengan aquadet sebanyak 200 mL


dalam beaker glass 250 mL pada suhu kamar

Menunggu selama 5 menit agar kristal asam oksalat yang tidak larut
dapat mengendap

Meletakkan beaker glass berisi larutan asam oksalat jenuh ke dalam


icebath

Menunggu sampai suhu larutan asam oksalat 250C, biarkan selama 5


menit agar kristal asam oksalat dapat mengendap

Mengambil sampel sebanyak 10 mL lalu menempatkannya pada


piknomoeter 10 mL yang telah dikalibrasi

Mengukur densitas sampel

Mengambil sampel sebanyak 10 mL lalu meneteskan indikator PP


sebanyak 2 tetes

Mentitrasi larutan dengan NaOH 5 M samapai larutan berubah warna


menjadi keunguan

Melakukan titrasi sebanyak 2 kali

Mengulangi rangkaian proses untuk suhu 200C, 150C, 100C, 50C dan 00C

Gambar 3.1 Skema Percobaan Kelarutan Sebagai Fungsi Suhu

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI - ITATS 7
Laporan Praktikum Kelarutan Sebagai Fungsi Suhu

3.2. Alat dan Bahan Percobaan


3.2.1 Alat :
1. Beaker glass 1000 mL : 1 buah
2. Beaker glass 250 mL : 1 buah
3. Buret dan statif : 1 buah
4. Erlenmeyer 50 mL : 2 buah
5. Piknometer 10 mL : 1 buah
6. Pipet volum 10 mL : 1 buah
7. Pengaduk : 2 buah
8 . Termometer : 1 buah
3.2.2 Bahan :
1. Asam oksalat (H2C2O4) : secukupnya
2. Aqudest : 200 mL
3. Es batu : secukupnya
4. Garam : 325 mL
5. Indikator PP : 24 tetes
6. NaOH : secukupnya

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI - ITATS 8
Laporan Praktikum Kelarutan Sebagai Fungsi Suhu

3.3 Gambar Alat

Gambar 3.2 Beaker Glass 1000 mL Gambar 3.6 Piknometer 10 mL

Gambar 3.3 Beaker Glass 250 mL Gambar 3.7 Pipet Volum 10 mL

Gambar 3.4 Buret Dan Statif Gambar 3.8 Pengaduk

Gambar 3.5 Erlenmeyer 50 mL Gambar 3.9 Termometer

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI - ITATS 9
Laporan Praktikum Kelarutan Sebagai Fungsi Suhu

BAB IV
DATA HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Percobaan
Tabel 4.1 Data Hasil Percobaan
Volume
Titrasi Titrasi
Suhu Massa larutan NaOH Warna Warna
No. o
1 2
C + Pikno (gr) rata-rata awal akhir
(mL) (mL)
(mL)
1. 25 20,4 3,5 3,3 3,4 Bening Ungu
2. 20 20,48 3,4 3,6 3,5 Bening Ungu
3. 15 20,46 3,3 3,1 3,2 Bening Ungu
4. 10 20,45 3,1 3,2 3,15 Bening Ungu
5. 5 20,44 2,5 3 2,75 Bening Ungu
6. 0 20,3 1,9 1,6 1,75 Bening Ungu

Tabl 4.2 Data Massa Larutan Asam Oksalat


Massa
Massa Massa
larutan Massa
Suhu Massa larutan + pikno asam
No. o
asam Aquadest
C Pikno (gr) kosong oksalat
oksalat (gr)
(gr) (gr)
(gr)
1. 25 20,4 9,54 10,86 Bening Ungu
2. 20 20,48 9,54 10,94 Bening Ungu
3. 15 20,46 9,54 10,92 Bening Ungu
4. 10 20,45 9,54 10,91 Bening Ungu
5. 5 20,44 9,54 10,9 Bening Ungu
6. 0 20,3 9,54 10,76 Bening Ungu

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI - ITATS 10
Laporan Praktikum Kelarutan Sebagai Fungsi Suhu

4.2 Data Hasil Perhitungan


Tabel 4.3 Data Hasil Perhitungan
Suhu Densitas Kelarutan
No. o
Ln S 1/S 1/T (K)
C (gr/cm3) (S)
1. 25 1,00295 0,07578 -2,57992 13,19609 0,00354
2. 20 1,00183 0,07756 -2,55670 12,89324 0,00341
3. 15 1,00110 0,07058 -2,65100 14,16831 0,00347
4. 10 1,00027 0,06947 -2,66686 14,39470 0,00353
5. 5 1,00009 0,06018 -2,81041 16,61681 0,00359
6. 0 1,00018 0,03798 -3,27069 26,32964 0,00366

4.3 Pembahasan
4.3.1 Elly Imansari (08.2018.1.01833)
Praktikum kali ini mengenai pengaruh suhu terdahap kelarutan. Seperti yang
kita ketahui, kelarutan adalah jumlah zat yang dapat larut dalam sejumlah pelarut
sampai membentuk larutan jenuh. Suhu merupakan salah satu faktor yang
dianggap dapat mempengaruhi kelarutan suatu senyawa. Praktikum dimulai
dengan membuat larutan asam oksalat jenuh dengan aquadet sebanyak 200 mL
dalam beaker glass 250mL pada suhu kamar. Larutan asam oksalat dibuat dengan
menambahkan sedikit demi sedikit asam oksalat ke dalam beaker glass berisi
aquadest sampai terdapat kristal asam oksalat yang tidak larut. Penambahan yang
sedikit demi sedikit dimaksudkan agar larutan menjadi jenuh, tidak menjadi
larutan yang terlalu jenuh. Hal ini dimaksudkan agar perhitungan yang akan
dilakukan mendapatkan hasil yang benar. Setelah itu, menunggu selama 5 menit
agar kristal asam oksalat yang tidak larut tadi mengendap. Tujuannya ialah agar
saat pengambilan sampel larutan, tidak terdapat kristal asam oksalat yang terikut
sehingga meminimalisir kesalahan. Langkah selanjutnya yaitu meletakkan beaker
glass berisi larutan asam oksalat jenuh ke dalam icebath. Metode icebath
menggunakan es batu serta garam yang akan menurunkan titik beku dari es batu
tersebut sehingga titik bekunya turun. Peletakan beaker glass ini untuk
mendinginkan larutan yang semula berada pada suhu kamar menjadi bersuhu
250C. Kemudian larutan dibiarkan lagi selama 5 menit agar kristal asam oksalat

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI - ITATS 11
Laporan Praktikum Kelarutan Sebagai Fungsi Suhu

dapat mengendap dengan baik. Setelah itu, mengambil sampel sebanyak 10 mL


lalu menempatkannya pada piknomoeter 10 mL yang telah dikalibrasi.
Piknometer yang hendak digunakan harus dikalibrasi terlebih dahulu agar
perhitungan yang dihasilkan valid. Kemudian melakukan pengukuran densitas
𝑚
terhadap larutan sampel tadi menggunakan rumus ρ = . Langkah berikutnya
𝑉

yaitu mengambil sampel sebanyak 10 mL lalu meneteskan indikator PP sebanyak


2 tetes. Penetesan indikator PP bertujuan untuk memberikan perubahan warna
ketikan titrasi mencapai titik ekuivalen. Proses selanjutnya yaitu mentitrasi larutan
dengan NaOH 5 M sampai larutan berubah warna menjadi keunguan. NaOH
berperan sebagai basa kuat. Pada proses ini, reaaksi yang terjadi adalah sebagai
berikut
H2C2O4(aq) + 2 NaOH(aq) Na2C2O(aq) + 2H2O(l)
Langkah berikutnya, melakukan kembali titrasi untuk nantinya dapat mengetahui
volume NaOH rata-ratanya. Setelah itu mengulangi rangkaian proses untuk suhu
200C, 150C, 10C, 50C, 00C.

Hubungan Suhu Dengan Densitas


1,0035
1,003
1,0025
1,002
1,0015
Densitas
1,001
1,0005
1
0,9995
0 5 10 15 20 25 30

Gambar 4.1 Grafik Hubungan Suhu dengan Densitas


Dari grafik diatas kita dapat melihat bahwa suhu berhubungan dengan
densitas suatu senyawa. Semakin tinggi suhunya, maka densitas akan semakin
tinggi. Begitupula apabila terjadi penurunan suhu, maka densitasnya pun akan
turun juga. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi suhu maka kelarutan akan
semakin tinggi. Apabila kelarutan semakin tinggi, maka akan semakin banyak

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI - ITATS 12
Laporan Praktikum Kelarutan Sebagai Fungsi Suhu

jumlah zat yang dapat terlarut dalam suatu larutan yang mengakibatkan densitas
semakin naik. Namun pada suhu 0oC terjadi peningkatan densitas.

Hubungan Suhu dengan Kelarutan


0,09
0,08
0,07
0,06
0,05
0,04 kelarutan
0,03
0,02
0,01
0
0 5 10 15 20 25 30

Gambar 4.2 Grafik Hubungan Suhu dengan Kelarutan


Berdasarkan grafik diatas, kita dapat mengetahui bahwa terdapat hubungan
antara suhu dengan kelarutan. Dimana suhu berbanding lurus dengan kelarutan.
Hal ini dapat diartikan, jika suhu naik maka kelarutan semakin besar. Apabila
terjadi penurunan suhu, maka akan terjadi penurunan kelarutan. Namun dapat
dilihat pada suhu 25oC terjadi penurunan kelarutan, hal ini kemungkinan terjadi
kesalahan yang menyebabkan perhitungannya salah. Hal itu bisa berasal dari
kesalahan berat pikno, kesalahan pengukuran volum NaOH, larutan yang terlalu
jenuh atau pengukuran suhu yang tidak tepat. Seharusnya pada suhu 25oC,
kelarutan semakin naik bukannya turun.

Hubungan 1/S Dengan 1/T


30
25 y = 47471x - 151,46
20 R² = 0,6674
1/S

15 1/S
10 Linear (1/S)

5
0
0,0033 0,0034 0,0035 0,0036 0,0037
1/T

Gambar 4.6 Grafik Hubungan 1/S dengan 1/T

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI - ITATS 13
Laporan Praktikum Kelarutan Sebagai Fungsi Suhu

Berdasarkan grafik hubungan 1/S dengan 1/T, kita dapat mengetahui


terdapat persamaan y = 47471x – 151,46. Sehingga dapat kita ketahui panas
pelarutan asam oksalat sebesar 394,67 KJ/gmol. ∆H yang positif ini menandakan
proses yang terjadi tergolong proses endotermis.
4.3.2 Nelly Yunitasari (08.2018.1.01831)
Pada percobaan ini, dilakukan percobaan penentuan kelarutan sebagai fungsi
suhu. Pada larutan jenuh terjadi kesimbangan dinamis, keseimbangan tersebut
akan dapat bergeser bila suhu dinaikkan. Pada umumnya kelarutan zat padat
dalam larutan bertambah bila suhu dinaikkan, karena proses pelarutan bersifat
endotermik. Pada percobaan ini akan ditentukan pengaruh temperatur terhadap
kelarutan suatu larutan zat, serta menghitung besarnya panas kelarutannya (ΔH).
Larutan yang akan diuji pada percobaan ini yakni larutan asam oksalat jenuh.
Larutan asam oksalat memiliki rumus H2C2O4. Larutan asam oksalat dikatakan
jenuh dimana pada larutan terdapat kesetimbangan antara zat terlarut dan zat tidak
terlarut. Saat telah terjadi kesetimbangan, maka pada kesetimbangan tersebut
kecepatan larutan untuk melarut akan sama dengan kecepatan mengendap yang
artinya konsentrasi zat dalam larutan akan selalu tetap. Akan tetapi, jika
kesetimbangan diganggu seperti merubah temperatur, maka konsentrasi larutan
akan berubah yang ditandai dengan berubahnya kelarutan larutan tersebut.
Sehingga, larutan asam oksalat jenuh ini dapat digunakan pada percobaan ini
karena kejenuhannya tersebut yang menyebabkan larutan ini sensitive terhadap
perubahan temperatur.
Pada percobaan ini, besarnya panas pelarutan dilakukan dalam kondisi
penurunan suhu yakni pada penurunan temperatur dari 25oC-0oC. Pada proses
penurunan temperatur, dilakukan dengan metode icebath hingga mencapaisuhu
yang diinginkan. Penambahan garam akan membantu es semakin dingin dan tidak
mudah mencair. Hal ini dikarenakan saat ditaburi garam maka akan terbentuk
lapisan garam dan air. Titik beku es garam lebih rendah dari pada titik beku air
pada umumnya.
Dalam praktikum ini dilakukan langkah-langkah sebagai berikut : Larutan
asam oksalat jenuh dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Tabung tersebut
kemudian dimasukkan ke dalam icebath dan akan secara otomatis larutan pada
Laboratorium Dasar Teknik Kimia
FTI - ITATS 14
Laporan Praktikum Kelarutan Sebagai Fungsi Suhu

tabung menyesuaikan dengan temperatur pada icebath yaitu 25oC. Jaga agar
suhunya tetap 25oC setidaknya selama 5 menit. Jika suhunya jatuh di bawah 25oC
angkat tabung reaksi keluar dari icebath. Jika suhunya naik di atas 25oC
masukkan kembali ke dalam icebath. Prosedur ini dilakukan agar kristal asam
oksalat mendapatkan waktu yang cukup untuk mengendap. Selama proses
penyesuaian suhu tersebut, icebath perlu dikocok cepat dan terus menerus agar
proses penyesuaian temperatur dapat lebih cepat. Hal ini dikarenakan saat dikocok
maka aliran air didalam icebath akan bergerak cepat sehingga dapat memeratakan
temperatur pada setiap bagian tabung reaksi tersebut. Saat temperatur tabung
reaksi telah sesuai dengan temperatur yang diinginkan, larutan asam oksalat jenuh
kemudian diambil 10 mL didalam suatu alat yang bernama picnometer.
Dikarenakan sifat larutan asam oksalat yang jenuh, menyebabkan larutan ini
mudah membentuk endapan. Sehingga saat mengambil larutan diusahakan
endapan larutan H2C2O4 ini tidak ikut terambil karena dapat menyumbat pipet
ukur, sehingga larutan akan sulit diambil. Kemudian ke dalam larutan yang telah
diambil ditambahkan 2 tetes indikator PP (phenolptalein). Penggunaan indikator
PP disini karena larutan asam oksalat akan dititrasi dengan NaOH. Proses titrasi
yang terjadi antara asam lemah (H2C2O4) dan basa kuat (NaOH). Dikarenakan
akan dilakukan titrasi asam lemah dan basa kuat, sehingga diperkirakan larutan
akan bersifat basa saat mencapai titik keseimbangan. Indikator PP merupakan
indikator dengan rentang pH antara 8,2-10, dimana pada kondisi asam berwarna
bening dan pada kondisi basa berwarna merah muda.
Proses titrasi dengan menggunakan larutan NaOH 5 M dilakukan untuk
mendeteksi banyaknya asam oksalat yang larut dalam air. Saat terjadi perubahan
warna (dari bening menjadi merah muda), menandakan banyaknya zat yang larut
yang dilihat dari volume NaOH 5 M yang dibutuhkan hingga terjadi titik ekivalen.
Reaksi yang terjadi saat larutan asam oksalat jenuh direaksikan dengan larutan
NaOH 5 M adalah sebagai berikut :
H2C2O4(aq) + 2 NaOH(aq) Na2C2O(aq) + 2H2O(l)
Setiap percobaan titrasi dilakukan sebanyak 2 kali. Pengulangan ini bertujuan agar
diketahui hasil titrasi yang relatif dekat dengan hasil volume yang dibutuhkan
untuk mencapai titik ekivalennya (lebih akurat). Dari praktikum ini, terdapat
Laboratorium Dasar Teknik Kimia
FTI - ITATS 15
Laporan Praktikum Kelarutan Sebagai Fungsi Suhu

beberapa sampel dengan beberapa variabel suhu yang digunakan yaitu pada suhu
25oC, 20oC, 15oC, 10oC, 5oC dan 0oC.

Hubungan Suhu Dengan Densitas


1,0035
1,003
1,0025
1,002
1,0015
Densitas
1,001
1,0005
1
0,9995
0 5 10 15 20 25 30

Gambar 4.4 Grafik Hubungan Suhu dengan Densitas


Dari grafik diatas (gambar 4.4), dapat disimpulkan bahwa suhu berbanding
lurus dengan densitas. Semakin tinggi suhu suatu zat, maka semakin tinggi pula
densitas suatu larutan tersebut. Hal tersebut disebabkan karena ketika suhu asam
oksalat semakin tinggi, maka densitasnya juga semakin tinggi akibat penambahan
konsentrasi dan kesetimbangan suatu zat tersebut. Sehingga, hal ini menyebabkan
larutan tersebut mudah mengendap sehingga timbul penambahan densitas pada
larutan tersebut.

Hubungan Suhu dengan Kelarutan


0,09
0,08
0,07
0,06
0,05
0,04 kelarutan
0,03
0,02
0,01
0
0 5 10 15 20 25 30

Gambar 4.5 Grafik Hubungan Suhu dengan Kelarutan

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI - ITATS 16
Laporan Praktikum Kelarutan Sebagai Fungsi Suhu

Dari grafik diatas (gambar 4.5) dapat disimpulkan bahwa semakin besar suhu
suatu larutan, maka semakin tinggi pula tingkat kelarutan suatu zat tersebut. Hal
ini dikarenakan ketika suatu zat memiliki suhu yang tinggi, maka kesetimbangan
dan konsentrasi yang dimiliki oleh larutan tersebut otomatis akan berubah dan
akan menjadi semakin tinggi pula tingkat kelarutannya. Akan tetapi, kita perlu
ketahui bahwa tidak semua zat padat itu akan meningkat kelarutannya seiring
dengan kenaikan suhunya. Hal ini berarti bahwa, suatu zat padat memiliki porsi
suhu optimum masing-masing untuk mencapai tingkat kelarutannya sendiri.

Hubungan 1/S Dengan 1/T


30
25 y = 47471x - 151,46
20 R² = 0,6674
1/S

15 1/S
10 Linear (1/S)

5
0
0,0033 0,0034 0,0035 0,0036 0,0037
1/T

Gambar 4.6 Grafik Hubungan 1/S dengan 1/T


Dari grafik diatas (gambar 4.6) dapat kita simpulkan bahwa hubungan 1/S dengan
1/T tersebut diketahui bahwa semakin tinggi temperatur maka semakin tinggi pula
tingkat kelarutan suatu zat tersebut. Pada umumnya, ketika panas pelarutan
bernilai positif atau bersifat endoterm maka kenaikan suhu akan meningkatkan
panas pelarutan. Hal ini menunjukan bahwa reaksi tersebut terjadi perpindahan
panas dari lingkungan ke sistem. Pada reaksi endotermis, semakin tinggi suhu ma-
ka semakin banyak zat yang larut. Pada grafik tersebut hubungan antara 1/S dan
1/T dapat dijadikan sebuah persamaan untuk menghitung panas pelarutannya
(Δ𝐻) pada setiap proses kenaikan dan penurunan temperatur.
∆H 1
Dengan menggunakan persamaan faktor Vant’t Hoff yaitu ln S = x +C
R 𝑇

maka, penentuan nilai panas pelarutan dapat dibuat dengan membuat grafik
hubungan antara 1/S dan 1/T pada tiap proses kenaikan suhu maka dari hasil

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI - ITATS 17
Laporan Praktikum Kelarutan Sebagai Fungsi Suhu

tersebut akan terbentuk grafik yang berbanding lurus, dimana pada garis tersebut
didapatkan persamaan garis y = ax + c dimana konstanta a yang diikuti oleh
∆H
variabel x merupakan i dari rumus dan konstanta c yang merupakan i nya.
R

Sehingga, didapatkan suatu hasil untuk mencari panas pelarutan pada percobaan
kami dari persamaan y = 47471x – 151,46. Dimana dari persamaan tersebut
didapatkan panas pelarutan sebesar 394,67 KJ/gmol.

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI - ITATS 18
Laporan Praktikum Kelarutan Sebagai Fungsi Suhu

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini adalah sebagai berikut.
1. Kelarutan asam oksalat tiap suhu berdasarkan praktikum yang dilakukan
adalah sebagai berikut.
 Kelarutan pada suhu 250C = 0,07578
 Kelarutan pada suhu 200C = 0,07756
 Kelarutan pada suhu 150C = 0,07058
 Kelarutan pada suhu 100C = 0,06947
 Kelarutan pada suhu 50C = 0,06018
 Kelarutan pada suhu 00C = 0,03798
2. Temperatur dengan kelarutan memiliki hubungan yaitu semakin tinggi
temperatur, maka kelarutan suatu zat (dalam praktikum ini asam oksalat)
akan semakin besar nilainya.
3. Panas pelarutan asam oksalat yang diperoleh = 394,67 KJ/gmol
5.2 Saran
1. Pada saat membuat larutan jenuh, sebaiknya menambahkan asam oksalat
sedikit demi sedikit agar larutan yang dihasilkan tidak terlalu jenuh.
2. Selalu mengecek suhu larutan sebelum memberikan perlakuan agar hasil
praktikum tepat.
3. Berhati-hati saat mengambil larutan sampel. Jangan sampai kristal asam
oksalat terikut.
4. Melakukan penimbangan dengan teliti.

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI - ITATS 19
Laporan Praktikum Kelarutan Sebagai Fungsi Suhu

DAFTAR PUSTAKA

Atkins, P.W. 1999. Kimia Fisika Jilid 1. Jakarta : Erlangga.


Baroroh, Umi L. U. 2004. Diktat Kimia Dasar I. Universitas Lambung
Mangkurat. Banjarbaru.
Brady, J. E. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Binarupa Aksara: Jakarta.
Chang, Raymond. 2003. Kimia Dasar Jilid 1. Jakarta : Erlangga.
Daintith, J, 1994. Kamus Lengkap Kimia. Alih bahasa : Suminar Achmadi.
Erlangga. Jakarta
Geankoplis, C.J. 2003. Transport Process and Separation Process Principles. 4th
Edition. New Jersey: Prentice-Hall.
Gunawan, Adi dan Roeswati. 2004. Tangkas Kimia. Kartika. Surabaya.
Ham, Mulyono. 2005. Kamus Kimia. Jakarta : Bumi Aksara
Kirk, R.E., and Othmer, D.F., 1994, “Encyclopedia of Chemcal Technology” 3 rd
ed., Vol.19, Intersience Publishing Inc., New York.
Martin, A., Swarbick, J., dan A. Cammarata. 1993. Farmasi Fisik 2. Edisi III.
Jakarta: UI Press. Pp. 940-1010, 1162, 1163, 1170.
Oxtoby, dkk. 1999. Pranata Prinsip-Prinsip Kimia Modern Edisi Ke empat Jilid
1. Jakarta : Erlangga.
Sienko, M.J., Plane, R.A., 1961, Chemistry, 2nd Ed., 206-211, McGrawHill Book
Co., New York.
Svehla, G. (1979). Vogel’s Textbook of Macro and Semimicro Qualitative
Inorganic Analysis. Penerjemah: Aloysius Hadyana Pudjaatmaka dan
Lahiman Setiono
R. Voight., (1994), Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Edisi Kelima, Penerbit:
Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI - ITATS 20
Laporan Praktikum Kelarutan Sebagai Fungsi Suhu

APPENDIKS
1. Standarisasi piknometer
 ρ air 30oC = 0,99568 gram/cm3 (Appendiks A.2-3 Geankoplis, 2003)
ρ air 40oC = 0,99225 gram/cm3 (Appendiks A.2-3 Geankoplis, 2003)
ρ air 31oC (Y)
40−31 0,99225− Y
= = 0,99225−0,99568
40−30

= 0,9 x (-0,00343) = 0,99225 - Y


= -0,003087 – 0,99225 = -Y
ρ air 31oC = 0,995337 gram/cm3
massa pikno + aquadest = 19,9 gram
m = (massa pikno + aquadest ) – massa pikno kosong
m = 19,9 – 9,54 = 10,36
m
ρ =
V
v = m x ρ = 10, 36 x 0,995337
v = 10,311 mL
2. Menentukan densitas asam oksalat setiap suhu
 Suhu 25oC
m = m (pikno + larutan) – m pikno kosong
= 20,4 – 9,54
= 10,86 gram
V = 10 mL
𝑚 10,86
ρ = = = 1,086 gram/cm3
𝑉 10
 Suhu 20oC
m = m (pikno + larutan) – m pikno kosong
= 20,48 – 9,54
= 10,94 gram
V = 10 mL
𝑚 10,94
ρ = = = 1,094 gram/cm3
𝑉 10

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI - ITATS
Laporan Praktikum Kelarutan Sebagai Fungsi Suhu

 Suhu 15oC
m = m (pikno + larutan) – m pikno kosong
= 20,46 – 9,54
= 10,92 gram
V = 10 mL
𝑚 10,92
ρ = = = 1,092 gram/cm3
𝑉 10
 Suhu 10oC
m = m (pikno + larutan) – m pikno kosong
= 20,45 – 9,54
= 10,91 gram
V = 10 mL
𝑚 10,91
ρ = = = 1,091 gram/cm3
𝑉 10
 Suhu 5oC
m = m (pikno + larutan) – m pikno kosong
= 20,44 – 9,54
= 10,9 gram
V = 10 mL
𝑚 10,9
ρ = = = 1,09 gram/cm3
𝑉 10
 Suhu 0oC
m = m (pikno + larutan) – m pikno kosong
= 20,3 – 9,54
= 10,76 gram
V = 10 mL
𝑚 10,76
ρ = = = 1,076 gram/cm3
𝑉 10
3. Menentukan mol asam oksalat
 Suhu 25oC
H2C2O4 2H+ + C2O4- (a = 2)
NaOH Na+ OH- (b = 1)
Va x Ma x a = Vb x Mb x b
(dimana Va x Ma = na)
Laboratorium Dasar Teknik Kimia
FTI - ITATS
Laporan Praktikum Kelarutan Sebagai Fungsi Suhu

maka :
2 x na = Vb x Mb x b
2 x na = 0,0034 x 5 x 1
na = 0,0085 mol
 Suhu 20oC
H2C2O4 2H+ + C2O4- (a = 2)
NaOH Na+ OH- (b = 1)
Va x Ma x a = Vb x Mb x b
(dimana Va x Ma = na)
maka :
2 x na = Vb x Mb x b
2 x na = 0,0035 x 5 x 1
na = 0,00875 mol
 Suhu 15oC
H2C2O4 2H+ + C2O4- (a = 2)
NaOH Na+ OH- (b = 1)
Va x Ma x a = Vb x Mb x b
(dimana Va x Ma = na)
maka :
2 x na = Vb x Mb x b
2 x na = 0,0032 x 5 x 1
na = 0,0008 mol
 Suhu 10oC
H2C2O4 2H+ + C2O4- (a = 2)
NaOH Na+ OH- (b = 1)
Va x Ma x a = Vb x Mb x b
(dimana Va x Ma = na)
maka :
2 x na = Vb x Mb x b
2 x na = 0,00315 x 5 x 1
na = 0,007875 mol

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI - ITATS
Laporan Praktikum Kelarutan Sebagai Fungsi Suhu

 Suhu 5oC
H2C2O4 2H+ + C2O4- (a = 2)
NaOH Na+ OH- (b = 1)
Va x Ma x a = Vb x Mb x b
(dimana Va x Ma = na)
maka :
2 x na = Vb x Mb x b
2 x na = 0,00275 x 5 x 1
na = 0,006875 mol
 Suhu 0oC
H2C2O4 2H+ + C2O4- (a = 2)
NaOH Na+ OH- (b = 1)
Va x Ma x a = Vb x Mb x b
(dimana Va x Ma = na)
maka :
2 x na = Vb x Mb x b
2 x na = 0,00175 x 5 x 1
na = 0,004375 mol
4. Menghitung massa zat terlarut (asam oksalat)
 Suhu 25oC
Massa asam oksalat = n x Mr
= 0,0085 x 90
= 0,765 gram
 Suhu 20oC
Massa asam oksalat = n x Mr
= 0,00875 x 90
= 0,7875 gram
 Suhu 15oC
Massa asam oksalat = n x Mr
= 0,008 x 90
= 0,72 gram
o
 Suhu 0 C

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI - ITATS
Laporan Praktikum Kelarutan Sebagai Fungsi Suhu

Massa asam oksalat = n x Mr


= 0,007875 x 90
= 0,70875 gram
o
 Suhu 5 C
Massa asam oksalat = n x Mr
= 0,006875 x 90
= 0,61875 gram
 Suhu 0oC
Massa asam oksalat = n x Mr
= 0,004375 x 90
= 0,39375 gram
5. Menghitung massa pelarut (air)
 Suhu 25oC
Massa air = massa larutan – massa asam oksalat
= 10,86 – 0,765
= 10,095 gram
 Suhu 20oC
Massa air = massa larutan – massa asam oksalat
= 10,94 – 0,7875
= 10, 1525gram
o
 Suhu 15 C
Massa air = massa larutan – massa asam oksalat
= 10,92 – 0,72
= 10,2 gram
 Suhu 10oC
Massa air = massa larutan – massa asam oksalat
= 10,91 – 0,70875
= 10,20125 gram
 Suhu 5oC
Massa air = massa larutan – massa asam oksalat
= 10,9 – 0,61875
= 10,28125 gram

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI - ITATS
Laporan Praktikum Kelarutan Sebagai Fungsi Suhu

 Suhu 0oC
Massa air = massa larutan – massa asam oksalat
= 10,76 – 0,39375
= 10,36625 gram
6. Penentuan kelarutan asam oksalat (S)
 Suhu 25oC
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 0,765
S = =
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 10,095

= 0,07578 mol/L
ln S = ln 0,7578 = -2,57992
1 1
= = 13,19609
𝑆 0,07578

 Suhu 20oC
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 0,7875
S = =
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 10,1525

= 0,07756 mol/L
ln S = ln 0,7578 = -2,55670
1 1
= = 12,89324
𝑆 0,07756

 Suhu 15oC
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 0,72
S = =
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 10,2

= 0,07058 mol/L
ln S = ln 0,07058 = -2,65100
1 1
= = 14,16831
𝑆 0,07058

 Suhu 10oC
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 0,70875
S = =
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 10,20125

= 0,06947 mol/L
ln S = ln 0,06947 = -2,66686
1 1
= = 14,39470
𝑆 0,06947

 Suhu 5oC

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI - ITATS
Laporan Praktikum Kelarutan Sebagai Fungsi Suhu

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 0,61875


S = =
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 10,28125

= 0,06018 mol/L
ln S = ln 0,06018 = -2,81041
1 1
= = 16,61681
𝑆 0,06018

 Suhu 0oC
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 0,39375
S = =
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 10,36625

= 0,03798 mol/L
ln S = ln 0,03798 = -3,27069
1 1
= = 26,32964
𝑆 0,03798

7. Penentuan panas pelarutan


Dari grafik hubungan antara 1/𝑆 dan 1/𝑇, didapatkan persamaan berikut :
y = 47471x – 151,46
Slope (m) = 47471
ln 𝑆
m= 1
T

R = 8,314 cm3 bar mol-1K-1


ln 𝑆 ∆H
Rumus : 1 = , maka
R
T

∆𝐻 =m×R
= 47471 x 8,314
= 394,67 KJ/gmol.

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI - ITATS
Laporan Praktikum Kelarutan Sebagai Fungsi Suhu

LEMBAR REVISI

PRAKTIKUM KIMIA FISIKA 2

Tanggal Revisi TTD

26 Mei 2020 Bab 1-5 dan Appendiks

3 Juni 2020 Abstrak, Penulisan dan Appendiks

Surabaya,

Asisten Laboratorium

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI - ITATS

Anda mungkin juga menyukai