KIMIA FISIKA 2
15 MEI 2020
KELOMPOK 5 :
2020
Laporan Praktikum Kelarutan Sebagai Fungsi Suhu
ABSTRAK
Kelarutan adalah jumlah maksimum zat yang dapat larut dalam pelarut. Tujuan praktikum
adalah mengetahui kelarutan, hubungan temperatur larutan dengan kelarutan, panas pelarutan
asam oksalat. Praktikum dimulai dengan membuat larutan asam oksalat jenuh, menunggu 5 menit,
memasukkan ke icebath, menunggu sampai suhu larutan 250C, biarkan 5 menit, memasukkan
10mL sampel ke piknomoeter 10mL lalu mengukur densitas sampel, mengambil 10mL sampel
lalu meneteskan indikator pp sebanyak 2 tetes, mentitrasi dengan NaOH 5 M sampai berubah
warna menjadi keunguan, mengulangi proses untuk suhu 200C, 150C, 100C, 50C dan 00C. Hasil
praktikum, diketahui bahwa temperatur berbanding lurus dengan kelarutan. Panas pelarutan =
394,67 KJ/gmol.
DAFTAR ISI
COVER ............................................................................................................... i
ABSTRAK ........................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Tujuan Percobaan ...................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 2
2.1 Kelarutan .................................................................................................. 2
2.2 Asam Oksalat ........................................................................................... 3
2.3 Natrium Hidroksida ................................................................................. 4
2.6 Titrasi ....................................................................................................... 4
2.6 Indikator PP ............................................................................................. 5
BAB III METODE PERCOBAAN .................................................................... 7
3.1 Skema Percobaan Kelarutan Sebagai Fungsi Suhu.................................. 7
3.2 Alat dan Bahan ........................................................................................ 8
3.2.1 Alat ................................................................................................... 8
3.2.2 Bahan ................................................................................................ 8
3.3 Gambar Alat ............................................................................................. 9
BAB IV DATA HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN ...................... 10
4.1 Data Hasil Percobaan ............................................................................... 10
4.2 Hasil Perhitungan ..................................................................................... 11
4.3 Pembahasan .............................................................................................. 11
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 19
5.1 Kesimpulan .............................................................................................. 19
5.2 Saran ........................................................................................................ 19
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 20
APPENDIKS
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kimia fisika merupakan cabang ilmu kimia yang memperlajari tentang seluruh
fenomena kimia yang meliputi konteks sub-atomik, atomik, dan makroskopik
dlam sistem kimia pada kaitannya dengan hukum dan konsep fisika. Salah satu
komponen yang dipelajari dalam kimia fisika ialah kelarutan. Kelarutan adalah
jumlah zat yang dapat larut dalam sejumlah pelarut sampai membentuk larutan
jenuh. Larutan jenuh merupakan larutan dimana zat terlarutnya (molekul atau ion)
telah maksimum pada suhu tertentu. Untuk zat elektrolit yang sukar larut, larutan
jenuh dicirikan oleh nilai Ksp. Jika larutan mengandung zat terlarutnya melebihi
jumlah maksimum kelarutan pada suhu tertentu, maka dikatan bahwa larutan telah
lewat jenuh (Mulyono, 2005). Kelarutan (solubility) adalah kemampuan suatu zat
untuk melarut dalam sejumlah pelarut, atau dapat dikatakan kelarutan menyatakan
banyaknya zat terlarut dalam tiap satu liter larutan pada suhu tertentu. Satuan
kelarutan umumnya dinyatakan dalam gram Lˉ¹ atau mol Lˉ¹ (M) (Atkins, 1999).
Kelarutan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: sifat alami pelarut, suhu,
pengaruh ion senama, pengaruh pH serta pengaruh pembentukan kompleks.
Konsep kelarutan ini banyak diaplikasikan pada bidang-bidang industri serta
bidang farmasi. Sebagai contohmya, dalam bidang farmasi kelarutan sangat
penting, karena dapat membantu dalam memilih medium pelarut yang paling baik
untuk obat atau kombinasi obat, dan dapat bertindak sebagai standar atau uji
kelarutan. Pada praktikum ini membahas tentang pengaruh salah satu faktor yaitu,
suhu terhadap kelarutan menggunakan metode titrasi. Senyawa yang digunakan
adalah asam oksalat. Melalui praktikum ini akan diketahui pengaruh suhu
terhadap kelarutan asam oksalat serta mengenai panas pelarutan dari asam oksalat
itu sendiri.
1.2 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari praktikum kelarutan sebagai fungsi suhu
1. Mengetahui kelarutan asam oksalat tiap suhu.
2. Mengetahui hubungan antara temperatur larutan dengan kelarutan.
3. Mengetahui panas pelarutan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kelarutan
Kelarutan diartikan sebagai konsentrasi bahan terlarut dalam suatu larutan
jenuh pada suatu suhu tertentu. Larutan sebagai campuran homogen bahan yang
berlainan. Cara untuk dibedakan antara larutan dari gas, cairan dan bahan padat
dalam cairan. Disamping itu terdapat larutan dalam keadaan padat (misalnya
gelas, pembentukan kristal campuran) (Voight, 1994).
Menurut Martin dkk (1993), faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan su-
atu zat padat dalam cairan antara lain :
a. Intensitas Pengadukan
Pada pengadukan yang rendah aliran bersifat pasif. Zat padat tidak
bergerak dan kecepatan pelarutan bergantung pada bagaimana karakter
zat padat tersebut menghambur dari dasar wadah. Zat padat dan
larutannya tidak berpindah ke atas sistem sehingga mempunyai
perbedaan konsentrasi. Pada pengadukan yang tinggi sistem menjadi
turbulent. Gaya sentrifugal dari putaran cairan mendorong partikel ke
arah luar dan atas.
b. pH (keasaman atau kebasaan)
pH atau tingkat keasaman dapat mempengaruhi kelarutan suatu zat. Ada
zat yang lebih larut didalam asam atau basa dibandingkan didalam air.
Suatu basa umumnya lebih larut di dalam larutan asam dibandingkan
dengan air atau sebaliknya, suatu asam lebih larut di dalam larutan basa.
c. Suhu
Perubahan kelarutan suatu zat terlarut karena pengaruh suhu erat
hubungannya dengan panas pelarutan dari zat tersebut. Panas pelarutan
didefinisikan sebagai banyaknya panas yang dibebaskan atau diperlukan
apabila satu mol zat terlarut dilarutkan dalam dalam suatu pelarut untuk
menghasilkan satu larutan jenuh. Kenaikan temperatur menaikkan
kelarutan zat padat yang mengabsorpsi panas (proses endotermik) apabila
dilarutkan. Pengaruh ini sesuai dengan asas Le Chatelier, yang
molekul C2H2O4, tidak berbau, higroskopis, berwarna putih, dan mempunyai berat
molekul 90,04 gr/mol. Secara komersial, asam oksalat dikenal dalam bentuk
bubuk yang mempunyai rumus molekul C2H2O4.2H2O dan berat molekulnya
126,07 gr/mol. Asam oksalat mempunyai dua bentuk, yaitu polymorphic the
rombic atau bentuk alfa dan the monolic atau bentuk beta. Bentuk monolic (beta)
merupakan asam oksalat yang tersedia di pasaran yang terdiri dari 42–71%
anhydrous asam oksalat dan 28,58% air, dan berwarna putih (Krick and Othmer,
1994).
Asam oksalat kering dibungkus dalam bungkus polyethilen, tas multi dinding,
dan berserat. Hal ini dilakukan agar terbungkus dalam keadaan dingin, tempat
dingin pada 50–70% RH (relative humidity) untuk mencegah terjadinya cacking.
Asam oksalat larut dalam air dan beberapa solven organik lainnya seperti ethyl
eter anhydrous, sangat larut dalam alkohol dan tidak larut dalam benzene,
chloroform, dan petroleum eter. Sedangkan titik lebur asam oksalat berkisar
antara 101–102oC dalam bentuk kristal. Kelarutan asam oksalat dalam air
meningkat atau bertambah seiring dengan meningkatnya suhu.
2.3 Natrium Hidroksida
Natrium hidroksida atau NaOH memiliki massa molar sebesar 39.99711 g/mol
mol dengan penampilan warna putih solid dan bersifat higroskopis. Mempunyai
titik lebur sebesar 318°C dan titik didih sebesar 1388°C. NaOH memiliki
kelarutan dalam air sebesar 1110 g/L, kelarutan dalam etanol sebesar 139 g/L dan
kelarutan dalam metanol sebesar 238 g/L. NaOH tidak berbau. NaOH berbentuk
serpihan atau batang atau bentuk lain. Sifatnya sangat basa, keras, rapuh dan
menunjukkan pecahan hablur. NaOH bila dibiarkan di udara akan cepat menyerap
karbon dioksida dan menjadi lembab. Mudah larut dalam air dan dalam etanol
tetapi tidak larut dalam eter. NaOH membentuk basa kuat bila dilarutkan dalam
air. Senyawa ini sangat mudah terionisasi membentuk ion natrium dan hidroksida
(Daintith, 1994).
2.4 Titrasi
Titrasi merupakan penambahan secara cermat suatu volume larutan yang
mengandung zat A yang konsentrasinya sudah diketahui, kepada larutan kedua
Indikator yang dipakai dalam titrasi asam basa adalah indikator yang
perubahan warnanya dipengaruhi oleh pH. Penambahan indicator diusahakan
sesedikit mungkin dan umumnya adalah dua hingga tiga tetes. Untuk memperoleh
ketepatan hasil titrasi maka titik akhir titrasi dipilih sedekat mungkin dengan titik
equivalent, hal ini dapat dilakukan dengan memilih indicator yang tepat dan
sesuai dengan titrasi yang akan dilakukan. Keadaan dimana titrasi dihentikan
dengan cara melihat perubahan warna indicator disebut sebagai “titik akhir titrasi”
( Adi Gunawan, 2004).
Tabel 2.1 Perubahan Warna Indikator PP Berdasarkan pH
Ph <0 0−8.2 8.2−12.0 >12.0
Kondisi Sangat asam Asam atau Basa Sangat
mendekati netral basa
Warna Jingga Tidak berwarna pink Tidak
keunguan berwarna
Gambar
BAB III
METODE PERCOBAAN
Menunggu selama 5 menit agar kristal asam oksalat yang tidak larut
dapat mengendap
Mengulangi rangkaian proses untuk suhu 200C, 150C, 100C, 50C dan 00C
BAB IV
DATA HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Percobaan
Tabel 4.1 Data Hasil Percobaan
Volume
Titrasi Titrasi
Suhu Massa larutan NaOH Warna Warna
No. o
1 2
C + Pikno (gr) rata-rata awal akhir
(mL) (mL)
(mL)
1. 25 20,4 3,5 3,3 3,4 Bening Ungu
2. 20 20,48 3,4 3,6 3,5 Bening Ungu
3. 15 20,46 3,3 3,1 3,2 Bening Ungu
4. 10 20,45 3,1 3,2 3,15 Bening Ungu
5. 5 20,44 2,5 3 2,75 Bening Ungu
6. 0 20,3 1,9 1,6 1,75 Bening Ungu
4.3 Pembahasan
4.3.1 Elly Imansari (08.2018.1.01833)
Praktikum kali ini mengenai pengaruh suhu terdahap kelarutan. Seperti yang
kita ketahui, kelarutan adalah jumlah zat yang dapat larut dalam sejumlah pelarut
sampai membentuk larutan jenuh. Suhu merupakan salah satu faktor yang
dianggap dapat mempengaruhi kelarutan suatu senyawa. Praktikum dimulai
dengan membuat larutan asam oksalat jenuh dengan aquadet sebanyak 200 mL
dalam beaker glass 250mL pada suhu kamar. Larutan asam oksalat dibuat dengan
menambahkan sedikit demi sedikit asam oksalat ke dalam beaker glass berisi
aquadest sampai terdapat kristal asam oksalat yang tidak larut. Penambahan yang
sedikit demi sedikit dimaksudkan agar larutan menjadi jenuh, tidak menjadi
larutan yang terlalu jenuh. Hal ini dimaksudkan agar perhitungan yang akan
dilakukan mendapatkan hasil yang benar. Setelah itu, menunggu selama 5 menit
agar kristal asam oksalat yang tidak larut tadi mengendap. Tujuannya ialah agar
saat pengambilan sampel larutan, tidak terdapat kristal asam oksalat yang terikut
sehingga meminimalisir kesalahan. Langkah selanjutnya yaitu meletakkan beaker
glass berisi larutan asam oksalat jenuh ke dalam icebath. Metode icebath
menggunakan es batu serta garam yang akan menurunkan titik beku dari es batu
tersebut sehingga titik bekunya turun. Peletakan beaker glass ini untuk
mendinginkan larutan yang semula berada pada suhu kamar menjadi bersuhu
250C. Kemudian larutan dibiarkan lagi selama 5 menit agar kristal asam oksalat
jumlah zat yang dapat terlarut dalam suatu larutan yang mengakibatkan densitas
semakin naik. Namun pada suhu 0oC terjadi peningkatan densitas.
15 1/S
10 Linear (1/S)
5
0
0,0033 0,0034 0,0035 0,0036 0,0037
1/T
tabung menyesuaikan dengan temperatur pada icebath yaitu 25oC. Jaga agar
suhunya tetap 25oC setidaknya selama 5 menit. Jika suhunya jatuh di bawah 25oC
angkat tabung reaksi keluar dari icebath. Jika suhunya naik di atas 25oC
masukkan kembali ke dalam icebath. Prosedur ini dilakukan agar kristal asam
oksalat mendapatkan waktu yang cukup untuk mengendap. Selama proses
penyesuaian suhu tersebut, icebath perlu dikocok cepat dan terus menerus agar
proses penyesuaian temperatur dapat lebih cepat. Hal ini dikarenakan saat dikocok
maka aliran air didalam icebath akan bergerak cepat sehingga dapat memeratakan
temperatur pada setiap bagian tabung reaksi tersebut. Saat temperatur tabung
reaksi telah sesuai dengan temperatur yang diinginkan, larutan asam oksalat jenuh
kemudian diambil 10 mL didalam suatu alat yang bernama picnometer.
Dikarenakan sifat larutan asam oksalat yang jenuh, menyebabkan larutan ini
mudah membentuk endapan. Sehingga saat mengambil larutan diusahakan
endapan larutan H2C2O4 ini tidak ikut terambil karena dapat menyumbat pipet
ukur, sehingga larutan akan sulit diambil. Kemudian ke dalam larutan yang telah
diambil ditambahkan 2 tetes indikator PP (phenolptalein). Penggunaan indikator
PP disini karena larutan asam oksalat akan dititrasi dengan NaOH. Proses titrasi
yang terjadi antara asam lemah (H2C2O4) dan basa kuat (NaOH). Dikarenakan
akan dilakukan titrasi asam lemah dan basa kuat, sehingga diperkirakan larutan
akan bersifat basa saat mencapai titik keseimbangan. Indikator PP merupakan
indikator dengan rentang pH antara 8,2-10, dimana pada kondisi asam berwarna
bening dan pada kondisi basa berwarna merah muda.
Proses titrasi dengan menggunakan larutan NaOH 5 M dilakukan untuk
mendeteksi banyaknya asam oksalat yang larut dalam air. Saat terjadi perubahan
warna (dari bening menjadi merah muda), menandakan banyaknya zat yang larut
yang dilihat dari volume NaOH 5 M yang dibutuhkan hingga terjadi titik ekivalen.
Reaksi yang terjadi saat larutan asam oksalat jenuh direaksikan dengan larutan
NaOH 5 M adalah sebagai berikut :
H2C2O4(aq) + 2 NaOH(aq) Na2C2O(aq) + 2H2O(l)
Setiap percobaan titrasi dilakukan sebanyak 2 kali. Pengulangan ini bertujuan agar
diketahui hasil titrasi yang relatif dekat dengan hasil volume yang dibutuhkan
untuk mencapai titik ekivalennya (lebih akurat). Dari praktikum ini, terdapat
Laboratorium Dasar Teknik Kimia
FTI - ITATS 15
Laporan Praktikum Kelarutan Sebagai Fungsi Suhu
beberapa sampel dengan beberapa variabel suhu yang digunakan yaitu pada suhu
25oC, 20oC, 15oC, 10oC, 5oC dan 0oC.
Dari grafik diatas (gambar 4.5) dapat disimpulkan bahwa semakin besar suhu
suatu larutan, maka semakin tinggi pula tingkat kelarutan suatu zat tersebut. Hal
ini dikarenakan ketika suatu zat memiliki suhu yang tinggi, maka kesetimbangan
dan konsentrasi yang dimiliki oleh larutan tersebut otomatis akan berubah dan
akan menjadi semakin tinggi pula tingkat kelarutannya. Akan tetapi, kita perlu
ketahui bahwa tidak semua zat padat itu akan meningkat kelarutannya seiring
dengan kenaikan suhunya. Hal ini berarti bahwa, suatu zat padat memiliki porsi
suhu optimum masing-masing untuk mencapai tingkat kelarutannya sendiri.
15 1/S
10 Linear (1/S)
5
0
0,0033 0,0034 0,0035 0,0036 0,0037
1/T
maka, penentuan nilai panas pelarutan dapat dibuat dengan membuat grafik
hubungan antara 1/S dan 1/T pada tiap proses kenaikan suhu maka dari hasil
tersebut akan terbentuk grafik yang berbanding lurus, dimana pada garis tersebut
didapatkan persamaan garis y = ax + c dimana konstanta a yang diikuti oleh
∆H
variabel x merupakan i dari rumus dan konstanta c yang merupakan i nya.
R
Sehingga, didapatkan suatu hasil untuk mencari panas pelarutan pada percobaan
kami dari persamaan y = 47471x – 151,46. Dimana dari persamaan tersebut
didapatkan panas pelarutan sebesar 394,67 KJ/gmol.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini adalah sebagai berikut.
1. Kelarutan asam oksalat tiap suhu berdasarkan praktikum yang dilakukan
adalah sebagai berikut.
Kelarutan pada suhu 250C = 0,07578
Kelarutan pada suhu 200C = 0,07756
Kelarutan pada suhu 150C = 0,07058
Kelarutan pada suhu 100C = 0,06947
Kelarutan pada suhu 50C = 0,06018
Kelarutan pada suhu 00C = 0,03798
2. Temperatur dengan kelarutan memiliki hubungan yaitu semakin tinggi
temperatur, maka kelarutan suatu zat (dalam praktikum ini asam oksalat)
akan semakin besar nilainya.
3. Panas pelarutan asam oksalat yang diperoleh = 394,67 KJ/gmol
5.2 Saran
1. Pada saat membuat larutan jenuh, sebaiknya menambahkan asam oksalat
sedikit demi sedikit agar larutan yang dihasilkan tidak terlalu jenuh.
2. Selalu mengecek suhu larutan sebelum memberikan perlakuan agar hasil
praktikum tepat.
3. Berhati-hati saat mengambil larutan sampel. Jangan sampai kristal asam
oksalat terikut.
4. Melakukan penimbangan dengan teliti.
DAFTAR PUSTAKA
APPENDIKS
1. Standarisasi piknometer
ρ air 30oC = 0,99568 gram/cm3 (Appendiks A.2-3 Geankoplis, 2003)
ρ air 40oC = 0,99225 gram/cm3 (Appendiks A.2-3 Geankoplis, 2003)
ρ air 31oC (Y)
40−31 0,99225− Y
= = 0,99225−0,99568
40−30
Suhu 15oC
m = m (pikno + larutan) – m pikno kosong
= 20,46 – 9,54
= 10,92 gram
V = 10 mL
𝑚 10,92
ρ = = = 1,092 gram/cm3
𝑉 10
Suhu 10oC
m = m (pikno + larutan) – m pikno kosong
= 20,45 – 9,54
= 10,91 gram
V = 10 mL
𝑚 10,91
ρ = = = 1,091 gram/cm3
𝑉 10
Suhu 5oC
m = m (pikno + larutan) – m pikno kosong
= 20,44 – 9,54
= 10,9 gram
V = 10 mL
𝑚 10,9
ρ = = = 1,09 gram/cm3
𝑉 10
Suhu 0oC
m = m (pikno + larutan) – m pikno kosong
= 20,3 – 9,54
= 10,76 gram
V = 10 mL
𝑚 10,76
ρ = = = 1,076 gram/cm3
𝑉 10
3. Menentukan mol asam oksalat
Suhu 25oC
H2C2O4 2H+ + C2O4- (a = 2)
NaOH Na+ OH- (b = 1)
Va x Ma x a = Vb x Mb x b
(dimana Va x Ma = na)
Laboratorium Dasar Teknik Kimia
FTI - ITATS
Laporan Praktikum Kelarutan Sebagai Fungsi Suhu
maka :
2 x na = Vb x Mb x b
2 x na = 0,0034 x 5 x 1
na = 0,0085 mol
Suhu 20oC
H2C2O4 2H+ + C2O4- (a = 2)
NaOH Na+ OH- (b = 1)
Va x Ma x a = Vb x Mb x b
(dimana Va x Ma = na)
maka :
2 x na = Vb x Mb x b
2 x na = 0,0035 x 5 x 1
na = 0,00875 mol
Suhu 15oC
H2C2O4 2H+ + C2O4- (a = 2)
NaOH Na+ OH- (b = 1)
Va x Ma x a = Vb x Mb x b
(dimana Va x Ma = na)
maka :
2 x na = Vb x Mb x b
2 x na = 0,0032 x 5 x 1
na = 0,0008 mol
Suhu 10oC
H2C2O4 2H+ + C2O4- (a = 2)
NaOH Na+ OH- (b = 1)
Va x Ma x a = Vb x Mb x b
(dimana Va x Ma = na)
maka :
2 x na = Vb x Mb x b
2 x na = 0,00315 x 5 x 1
na = 0,007875 mol
Suhu 5oC
H2C2O4 2H+ + C2O4- (a = 2)
NaOH Na+ OH- (b = 1)
Va x Ma x a = Vb x Mb x b
(dimana Va x Ma = na)
maka :
2 x na = Vb x Mb x b
2 x na = 0,00275 x 5 x 1
na = 0,006875 mol
Suhu 0oC
H2C2O4 2H+ + C2O4- (a = 2)
NaOH Na+ OH- (b = 1)
Va x Ma x a = Vb x Mb x b
(dimana Va x Ma = na)
maka :
2 x na = Vb x Mb x b
2 x na = 0,00175 x 5 x 1
na = 0,004375 mol
4. Menghitung massa zat terlarut (asam oksalat)
Suhu 25oC
Massa asam oksalat = n x Mr
= 0,0085 x 90
= 0,765 gram
Suhu 20oC
Massa asam oksalat = n x Mr
= 0,00875 x 90
= 0,7875 gram
Suhu 15oC
Massa asam oksalat = n x Mr
= 0,008 x 90
= 0,72 gram
o
Suhu 0 C
Suhu 0oC
Massa air = massa larutan – massa asam oksalat
= 10,76 – 0,39375
= 10,36625 gram
6. Penentuan kelarutan asam oksalat (S)
Suhu 25oC
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 0,765
S = =
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 10,095
= 0,07578 mol/L
ln S = ln 0,7578 = -2,57992
1 1
= = 13,19609
𝑆 0,07578
Suhu 20oC
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 0,7875
S = =
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 10,1525
= 0,07756 mol/L
ln S = ln 0,7578 = -2,55670
1 1
= = 12,89324
𝑆 0,07756
Suhu 15oC
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 0,72
S = =
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 10,2
= 0,07058 mol/L
ln S = ln 0,07058 = -2,65100
1 1
= = 14,16831
𝑆 0,07058
Suhu 10oC
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 0,70875
S = =
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 10,20125
= 0,06947 mol/L
ln S = ln 0,06947 = -2,66686
1 1
= = 14,39470
𝑆 0,06947
Suhu 5oC
= 0,06018 mol/L
ln S = ln 0,06018 = -2,81041
1 1
= = 16,61681
𝑆 0,06018
Suhu 0oC
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 0,39375
S = =
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 10,36625
= 0,03798 mol/L
ln S = ln 0,03798 = -3,27069
1 1
= = 26,32964
𝑆 0,03798
∆𝐻 =m×R
= 47471 x 8,314
= 394,67 KJ/gmol.
LEMBAR REVISI
Surabaya,
Asisten Laboratorium