Anda di halaman 1dari 7

PENINGKATAN KUALITAS PENDIDIKAN

MELALUI SUPERVISI
Oleh : Rivanur Sarah

Administrsi Pendidikan
Fakultas Ilmu Pendidikan – UNP
Email: rivanursarah@gmail.com

Abstrak
Salah satu factor penting yang menentukan kualitas sekolah adalah kinerja guru.
Kualitas guru dipengaruhi oleh bagaimana seorang Kepala Sekolah sebagai
seorang supervisor mampu meningkatkan kualitas profesionalisme guru mereka.
Peningkatan kualitas tersebut dapat dilakukan melalaui supervisi oleh Kepala
sekolah, dimana sasaran utama dari supervisi yang dilakukan adalah melakukan
pembinaan , pemberian bantuaan, bimbingan serta arahan kepada guru dalam
memenuhi kompentensi-kompetensi dan meningkatkan profesionalisme guru
tersebut

key word: Kepala sekolah, supervisor, guru, profesionalisme guru, peningkatan


kualitas, supervisi

Pendahuluan
Pendidikan merupakan usaha dalam meningkatkan kualitas hidup seseorang. Maka untuk
meningkatkan kualitas hidup seseorang, pendidikan yang dijalankan haruslah pendidikan yang
memiliki kualitas yang baik. Dalam pelaksanaannya, pendidikan dapat dilakukan dimana saja,
seperti yang kita ketahui pendidikan dapat dilaksanakan dalam pendidikan informal, formal dan
nonformal. Salah satu lembaga pendidikan formal adalah sekolah. Sekolah sebagai lembaga
pendidikan formal diharpkan mampu meingkatkan kualitas individu itu sendiri. Untuk
meningkatkan kualitas individu maka perlu meningkatan mutu pendidikan.
Mutu pendidikan dinilai dari prestasi belajar peserta didik yang sangat ditentukan oleh
guru, yaitu 34% pada Negara sedang berkembang dan 36% pada Negara industry (Supriadi,
1998: 178). Untuk itu dalam meningkatkan mutu pendidikan perlu meningktakan sumber daya
manusia di sekolah yaitu pimpinan dan guru. Guru adalah pendidik professional yang tugas
utamanya mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi
peserta didik pada anak usia dini di jalur formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah
(undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen). Menurut Mulyasa (1995:9)
keberhasilan pembaharuan sekolah sangat ditentukan oleh guru, dikarenakan kuru sebagai
pemimpin pembelajaran, fasilitator dan sekaligus pusat inisitif pembelajaran.
Dalam penyelenggraan pendidikan guru memiliki peran yang sangat dominan terhadap
pencapaian kualitas pendidikan, oleh karena itu guru dituntut untuk bekerja secara professional.
Agar tercapainya pendidikan yang berkualitas diperlukannya guru yang professional, berkualitas
dan memenuhi kompetensi-kompetensi yang harus dimilikinya. Menurut Glesser kemampuan
professional yang harus dimiliki Guru “adalah 1) mengguasai bahan pelajaran, 2) kemampuan
mendiagnosa tingkah laku siswa, 3) kemampuan melaksanakan proses pembelajaran dan, 4)
kemampuan mengukur proses belajar siswa” (Sudjana, 2002:13).
Berdasarkan hasil penilaian yang dilakukan oleh International Association for the
Evaluation of Educational Achievment Study Center Boston College yang diikuti 600.000 siswa
dari 63 negara terhadap Trends in Mathematics an Science Study (TIIMS), Indonesia diwakili
oleh siswa kelas VIII tahun 2011. Yang mana menggambarkan prestasi belajar siswa Indonesia
pada bidang matematika berada di urutan ke-38 dengan skor 386 dari 42 negara yang siswanya
dites (skor Indonesia turun 11 angka dari tahun 2007). Bidang sains, Indonesia berada di urutan
ke-40 dengan skor 406 dari 42 negara yang dites ( skor Indonesia turun 21 angka dari penilaian
tahun 2007) (Mulyadi, 2012).
Hal ini disebabkan karena rendahnya kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran
serta kualitas pembelajaran guru masih rendah. Dimana anggapan baahwa guru adalah satu-
satunya sumberbelajar utama bagi siwa. Sementara pada dewasa ini, perkembangan teknologi
dapat dimanfaatkan sebagai sumber/media pembelajaran. Maka dari itu, untuk melaksanakan dan
menjaga kualitas guru diperlukannya perhatian dan bimbingan agar dapat mengembangkan
kemampuan profesionalanya terutama dalam mengelola pembelajaran. Perhatian dan bimbingan
tersebut didapatkan dari seorang pimpinan, yang dilaksanakan melalui supervisi terhadap kinerja
dan profesionalisme guru dalam proses pembelajaran.(Maralih, 2014)
Seorang supervisor memegang peranan penting dalam meningkatkan kualitas guru agar
dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Supervisor di sekolah di jabat oleh Kepala sekolah
dan Pengawas. Supervisi yang dilakukan kepala sekolah dan pengawas diatur dalam Permen
Dinas Nomor 13 Tahun 2007 dimana pengawas dan kepala sekolah /madrasah memiliki
tanggungjawab dan peranan penting dalam meningkatkan profesionalisme guru.
Tulisan ini dibuat dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan melalui
seupervisi yang dilakaukan baik oleh pengawas sekolah maupun kepala sekolah selaku
supervisor.

Supervisi
Supervisi merupakan kegiatan untuk memberikan bantuan kepada guru agar guru mampu
mengembangkan diri sehingga proses pembelajaran tercapai. Menurut Suharsimi Arikunto
(2004:4) supervisi berasal dari bahasa inggris terdiri dari dua kata yaitu super yang berarti
“diatas” dan vision yang berarti “dilihat”, berdasarkan hal ini, maka supervisi dapat diartikan
melihat dari atas. Dengan demikian jelas bahwa supervisi merupakan kegiatan yang dilakukan
oleh sesorang yang memiliki kedudukan yang lebih dari orang yang di supervisi. Dalam lembaga
pendidikan formal seperti sekolah supervisi dilakukan oleh pengawas dan kepala sekolah. Yang
mana mereka memiliki kedudukan yang lebih tinggi di bandingkan guru.
Sementra itu, menurut Adam & Dickey dalam buku Sehartian (2000: 17) mengemukakan
bahwa “supervisi adalah program berencana dalam memperbaiki pengajaran. Program itu pada
hakikatnya adalah perbaikan hal belajar dan mengajar”. Berdasarkan itu maka dapat kita lihat
bahwa supervisi itu memberikan bimbingan atau bantuan professional kepada guru dalam
usahanya menggembangkan profesionalisme guru dalam dalam menciptakan situasi belajar
kearah yang lebbih baik. Bantuan tersebut dapat berupa pengarahan, bimbingan dan pengawasan
terhadap guru yag bertujuan untuk meningkatkan kualitas serta prestasi guru . guru yang
berkualitas memiliki kualitas yang baik adalah yang memiliki kompetensi yang tinggi.

Kegiatan Supervisi
Supervisi dilaksanakan dengan maksud agar dapat menjaga dan memlihara kualitas guru.
Supervisi sangat penting dilakukan di sekolah karena akan berpengaruh pada proses
pembelajaran yang pada akhirnya akan berdampak pada kualitas pendidikan yang dilihat dari
prstasi yang diraih oleh siswa. Semakin baik supervisi yang dilakukan di sekolah tersebut, maka
semakin tinggi kualitas pendidikan di sekolah tersebut.
Supervisi yang dilakukan Kepala Sekolah bertujuan untuk membantu guru-guru di
sekolah agar mereka mampu melaksanakan tugas profesionalismenya secara maksimal sehingga
mampu menciptakan situasi pembelajaran yang baik.
Suharsimi Arikunto (2004: 40) mengemukaan tujuan supervisi yaitu memberikan bantuan
teknis dan bimbingan kepada guru (staff sekolah yang lain) agar personil tersebut mampu
meningkatkan kualitas kinerjanya, terutama dalam melaksanakan tugas, yaitu melaksanakan
proses pembelajaran. Apabila kualitas kinerja guru dan staf sudah meningkat, maka mutu
pembelajaran akan meningkat. Pemberian bantuan pembinaan dan bimbingan tersebut dapat
bersifat langsung maupun tidak langsung kepada guru yang bersangkutan”.
Paada dasarnya kegiatan supervisi diarahkan pada tiga kegiatan besar yang memiliki
bidang garapan masing-masing, kegiatan tersebut meliputi : 1) supervisi akademik, sueprvisi ini
pengamatan supervisor dititik beratkan pada masalah-masalah yang berhubungan dengan
kegiatan pembelajaran. 2) supervisi administrasi, pada kegiatan supervisi ini, pengamatan
seorang supervisor dititk beratkan pada aspek-aspek administrasi yang berfungsi sebagai
pendukung dan pelancar terlaksananya proses pembelajaran, dan. 3) supervisi lembaga, kegiatan
ini diarahkan pada kegiatan menyebarkan objek pengamatan supervisor tentang aspek-aspek
yang berada seantero sekolah dan berperan dalam meningkatkan nama baik sekolah atau kinerja
sekolah secara keseluruhan.
Dalam supervisi terdapat beberapa fungsi, yang secara sederhana terbagai menjadi empat
ebagai berikut: (1) fungsi penelitian, (2) fungsi penilian, (3) fungsi perbaikan, dan (4) fungsi
peningkatan (Satori, 2006:5). Kemudian dalam melaksanakan supervisi ada prinsip-prinsip yang
harus dipahami menurut Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah. Prinsip tersebut yaitu:
1. Ilmiah (scientific), dalam prinsip ini plaksanaan supervisi harus dilaksanakan secara (a)
sistematis, teratur, terprogram dan terus menerus, (b) objektif, berdasarkan pada data dan
pengeahuan, (d) menggunakan instrument (alat) yang dapat memberikan
data/pengetahuan yang akurat, dapat dianalisa dan dapat mengukur ataupun menilai
terhadap pelaksanaan proses pembelajaran.
2. Demokrasi, dalam pelaksanaan supervisi hendaknya menjunjung tinggi azas
musyawarah, memiliki jiwa kekeluargaan yang kuat serta menghargai dan sanggup
menerima pendapat orang lain.
3. Kooperatif, dimana dalam pelaksanaan tugas supervisi hendaknya dapat menghubungkan
usaha bersama untuk situasi pembelajaran yang lebih baik.
4. Konstruktif dan kreatif, pelaksanaan supervisi hendaknya dapat membina inisiatif guru
serta mendorong untuk aktif dalam menciptakan situasi pembelajaran yang lebih baik
(Riva’I, 1997)
Sementara Gunawan mengemukakan prinsip supervisi yang berbeda, yakni: (1) prinsip
fundamental/dasar, yakni setiap pemikiran, sikap dan tindakan seorang supervisor didasarkan/
dilandaskan pada sesuatu yang kokoh, kuat dan dapat dipertanggungjawabkan, (2) prinsip
prakris, dalam prinsip ini seorang supervisor berpedoman pada prinsip positif dan prinsif
negative.

Pelaksnaan Supervisi
Dalam melaksanakan supervisi diperlukan pendekatan-pendekatan agar supervisi tersbut
berjalan secara optimal. Beberapa pendekatan yang paling sering digunakan yang deikenal
dengan supervisi klinis, supervisi pengembangan dan supervisi pengembangan. Yang mana
memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Supervisi Klinis
Supervisi klinis ini dikembangkan pertamakali oleh Moris Cogan dkk tahun 1950 di
sebuah sekolah laboratorium Universitas Harvad. Yang mana pendekatan in dipengaruhi oleh
teori behavioristic.
Dalam supervisi klinis, supervisi dilaksanakan dalam bentuk tatap muka antara
supervisor dan guru untuk meningkatkan pembelajaran dan meningkatkan pertumbuhan
professional guru. Supervisi klinis mengembangkan kemampua guru agar mampu bertanggung
jawab manganalisis kinerja mereka, menganalisis perilaku mengajar dan kegiatan peningkatan
pengajaran.
Supervisi klinis terdiri dari empat langkah yaitu: konferensi pra-observasi, analisis dan
strategi, konferensi dan analisis setelah konferensi. Dalam model asli supervisi terdiri dari
delapan langkah. Meskipun memiliki perbedaan fase, supervisi klinis memiliki tiga unsur
penting yaitu: (1) kontak atau komunikasi dengan guru sebelum pengamatan, (2) jenis observasi
kelas, dan (3) jenis tindak lanjut hasil pengamatan.
Model supervisi klini didasarkan pada asumsi : (a) profesi pengajaran tidak acak, (b)
kompetensi pedagogis gur dapat diklasifikasikan, (c) jika guru sadar perilakunya, belajar yang
sangat luas dapat ditingkatkan sebagai kemampuan pembelajaran keseluruhan guru, dan (d)
melalui observasi yang hati-hati dan sistematis, analisis dan dialog dengan supervisor ,
pengajaran yang efektif dapat di perkuat.(Sabandi, 2013)
Kekurangan supervisi klinis yang dikemukakan oleh Sabandi anatara lain:
a. Waktu kepala sekolah dan guru yang terbatas
b. Guru yang akan disupervisi merasa mendapatkan perlakuan khusus dari guru lainnya
c. Membutuhkan tingkat kecerdasan, kreativitas dan ketebukaan guru untuk merefleksikan
dan meningkatkan pembelajaran supervisor.
d. Memerlukan keterampilan supervisor agar dapat mengamati dan menganalisis perilaku
guru serta kreativitas dan keterampilan mengkomunikasikan ide-ide kepada guru
e. Membutuhkan saling berbagi rasa hormat satu sama lain antara supervisor dengan guru
agar terjadi umpan balik evaluative formatif untuk guru.(Sabandi, 2013)
Supervisi pengembangan
Supervisi ini di pelopori oleh Carl D Glicman. Supervisi penggembangan ini muncul
karena adanya asumsi yang menganggap bahwa guru memiliki beragam pengalaman,
kemampuan, dan tingkat pengembangan karir yang berbeda. Supervisor yang menggunakan
model ini biasanya memperlakukan guru sebagai individu yang berada pada berbagai tahap
pertumbuhan dan perkembangan. Supervisi pengembangan memberikan banyak pilihan sesuai
dengan keadaan guru dan mempercepat pengambilan keputusan dan menyesuaikannya sesuai
dengan waktu yang diperlukan.
Menurut Clickman et al (2010) ada empat pendekatan supervisi pengembangan, yakni:
(1) gaya control directive, gaya ini digunakan apabila guru berada pada level pengembangan
yang rendah dimana guru tidak memiliki kemauan, pengetahuan dan kecenderungan berbuat
serta tidak mau terlibat dalam pengambilan keputusan. (2) gaya informational directive, gaya ini
digunakan apabila level pengembangan guru agak rendah, tidak memiliki pengetahuan, bingung
dan tidak berpengalaman, supervisor lebih peduli terhadap masalah guru, supervisor lebih
dipercaya dan waktu yang singkat. (3) gaya behaviors collaborative, gaya ini digunakan bila
level pengembangan guru yang moderat, guru dan supervisor memiliki tingkat keahlian yang
sama, guru dan supervisor terlibat dalam mendapatkan keputusan, guru dan supervisor
berkomitmen memcahakan masalah, dan (4) gaya behaviors nondirective, supervisi ini
digunakan bila level kemampuan guru lebih tinggi, memiliki kahlian, inisiatif dalam memecakan
masalah, serta berkomitmen memecahkan masalah.
Kelemahan supervisi pengembangan adalah (a) belum ada dukungan penelitian yang
kuar, (b) supervisor menentukan tingkat konseptual guru, (c) penentuan tingkat konspetual guru
merupakan proses subyektif dan tidak akurat, dan (d) memerlukan supervisor yang
berkualitas(Sabandi, 2013).

Supervisi diferensial
Supervisi ini dipelopori oleh Allan Glattthom. Yang mana ia berpendapat bahwa
supervisi difensial merupakan pendekatan supervisi yang menyediakan pilihan jenis supervisi
dan evaluasi yang sesuai dengan kebutuhan guru (Glatthom, 1997: 3). Dalam supervisi
diferensial, ada beberapa yang melatar belakangi diperlukannnya supervisi digerensial,
diantaranya: (a) pengajaran dilihat sebagai profesi. (b) guru saling menekankan kerjasama dan
saling membantu, (c) masalah utama yagn dihadapi supervisor adalah ketidak mampuan bekerja
secara efektif jumlah guru yang banyak, dan (d) memberikan guru beberapa pilihan untuk
meningkatkan kemampuan.

Selanjutnya, pelaksanaan supervisi yang dilakukan oleh supervisor memerlukan teknik-


teknik supervisi. Yang meliputi: (1) kunjungan kelas, (2) kunjungan sekolah, (3) ujian dadakan,
(4) konferensi kasus, (5) observasi dokumen, (6) wawancara, (7) angket, dan (8) laporan.
Adapun bentuk supervisi yang dilakukan Kepala sekolah terhadap supervisi meliputi: 1)
wawasan dan kemampuan professional guru, 2) kehadiran dan aktivitas guru, 3) persiapan
menggajar guru, 4) pencapaian tujuan kurikuler dan ekstrakurikuler yang ddilaksanakan guru, 5)
penguasaan bahan ajar, 6) penggunaan metode pembelajaran, 7) penggunaan alat peraga/praktek,
8) pengaruh timbal balik pengajaran, 9) penilaian hasil belajar, 10) tindak lanjut hasil penilaian
pembelajaran mata pelajaran, 11) masalah kerjasama.(Maralih, 2014)

Upaya Dalam meningkatkan Supervisi


Dalam melakukan supervisi, Kepala sekolah diharpkan mampu menyusun proram
supervisi yang dapat memberikan bantuan kepada guru-guru untuk meningkatkan
profesionalisme guru dalam pembelajaran. Hendaknya, program-program yang dirancang Kepala
Sekolah dapat memberikan rangsangan terhadap perubahan pengajaran kearah yang lebih baik.
Perubahan yang dimaksud dapat berupa usaha inovasi dalam pengembangan kurikulum serta
kegiatan pendidikan dan pelatihan untuk guru.
Karena, pada dasarnya sasaran utama dari supervisi pendidikan adalah untuk melakukan
pembinaan kepada para guru sehingga dapat melakukan tugas meraka dengan lebih baik dari
sebelumnya. Kepala sekolah sebagai supervisor harus mampu mengadakan pengendalian dan
supervisi terhadap tenaga kependidikan terkhusus guru, yang bertujuan meningkatkan kualitas
profesi guru dan kualitas prosses pembelajaran.
Supervisi pendidikan di sekolah pada dasarnya berkaitan dengan kemampuan Keapala
Sekolah dalam meberikan arahan, bimbingan dan pemberian bantuan kepada guru-guru dalam
memenuhi kompetensi-kompetensi yang harus dimiliki oleh guru.

Kesimpulan
Salah satu factor yang mempengaruhi kuaalitas pendidikan suatu sekolah adalah prestasi
belajar siswa, yang mana prestasi belajar tersebut dipengaruhi oleh kinerja serta kualitas
gurunya. Maka dari itu, Kepala sekolah dan pengawas sebagai supervisor harus mampu
meningkatan, menjaga kinerja dan kualitas profesionalisme guru. Salah satu upaya yang dapat
dilakukan adalah melakukan supervisi terhadap kinerja guru secara terus menerus.
Supervisi merupakan usaha dalam meberikan bantuan, arahan dan bimbingan kepada
guru agar melaksanakan tugasnya sebagai tenaga pendidik yang professional. Kegiatan supervisi
pendidikan pada dasarnuya di aeahkan pada tiga bentuk yaitu: 1) supervisi akademik, 2)
supervisi administras, dan 3) supevisi lembaga. Sementara itu, dalam pelaksanaan supevisi ada
beberapa pendekatan yang dapat dilakukan oleh supervisor, diantaranya: supervisi klinis,
supervisi pengembangan dan supervisi diferensial.
Sasaran utama dari supervisi pendidikan adalah pembinaan terhadap guru, bagaimanana
kepala sekolah sebagai seorang supervisor dapat mengarahkan, membimbing dan mengendalikan
sehingga profesionalisme guru dalam melaksanakan proses pembelajaran meningkat, yang mana
pada akhirnya akan berdampak pada meningkatnya kualitas pendidikan iru sendiri. Usaha kepala
sekolah dapat kita lihat dari program-program supervisi yang telah disusun dalam meningkatakn
kualitas profesionalisme guru.

Referensi

Arikunto, Suharsimi. 2004. Dasar-Dasar Supervisi. Jakarta: Rineka Cipta


Maralih. (2014). Peranan Supervisi Dalam Peningkatan Kualitas Pendidikan. Qathrunâ, 1(1),
179–192. Retrieved from http://jurnal.uinbanten.ac.id/index.php/qathruna/article/view/251
Henadia. 2016. “Makalah Supervisi Pendidikan”. (online)
http://henadia.blogspot.com/2016/04/makalah-supervisi-pendidikan.html diakses pada 11
Mei 2019

Rifai, Moh. 1982. Supervisi Pendidikan. Bandung: Jemmars

Sabandi, A. (2013). SUPERVISI PENDIDIKAN UNTUK PENGEMBANGAN


PROFESIONALITAS GURU BERKELANJUTAN. Pedagogi, Jurnal IIlmiah Ilmu
Pendidikan, XIII(2), 1–9. Retrieved from
http://ejournal.unp.ac.id/index.php/pedagogi/article/view/4275

Tanjong, Mustafa. 2017. “Makalah Supervisi Pendidikan”. (online)


https://mustafatanjong.blogspot.com/2017/04/makalah-supervisi-pendidikan.html diakses
pada 11 Mei 2019

Valentine, Dewi. 2017. “Makalah Supervisi Pendidikan”. (online)


http://dewivalentini.blogspot.com/2017/07/makalah-supervisi-pendidikan.html diakses
pada 11 Mei 2019

Anda mungkin juga menyukai