Anda di halaman 1dari 8

TUGAS MAKALAH

EKOLOGI PERAIRAN

Oleh:
Bondan Alie Raja Basya (195080100111069)
Kelas: M01
Absen: 32

MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2020
Bab I
Pendahuluan
1.1    Latar belakang
Laut merupakan bagian dari ekosistem perairan yang memiliki ciri-ciri antara lain:
bersifat continental, luas dan dalam, asin, memiliki arus dan gelombang, pasang-
surut, dan dihuni oleh organisme baik plankton, neuston maupun bentos.
Salah satu bagian dari pembagian ekosistem di kawasan pesisir dan laut adalah
kawasan intertidal (intertidal zone). Zona intertidal atau lebih dikenal dengan zona
pasang surut adalah merupakan daerah yang terkecil dari semua daerah yang terdapat
di samudera dunia, merupakan pinggiran yang sempit sekali – hanya beberapa meter
luasnya – terletak di antara air tinggi (high water) dan air rendah (low water).
Zona ini merupakan bagian laut yang paling dikenal dan paling dekat dengan
kegiatan kita apalagi dalam melakukan berbagai macam aktivitas. Letak zona
intertidal yang dekat dengan berbagai macam aktifitas manusia, dan memiliki
lingkungan dengan dinamika yang tinggi menjadikan kawasan ini sangat rentan
terhadap gangguan. Kondisi ini tentu saja akan berpengaruh terhadap segenap
kehidupan di dalamnya.  Pengaruh tersebut salah satunya dapat berupa cara
beradaptasi. Adaptasi ini diperlukan untuk mempertahankan hidup pada lingkungan
di zona intertidal. Keberhasilan beradaptasi akan menentukan keberlangsungan
organisme di zona intertidal.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah makalah ini adalah:
1. Apakah pengertian dari Intertidal?
2. Bagaimana kondisi lingkungan di zona Intertidal?
3. Apa saja tipe pantai pada zona Intertidal?
4. Bagaimana adaptasi organisme di Intertidal?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah:
1. Mengetahui pengertian dari Intertidal
2. Mengetahui kondisi lingkungan di zona Intertidal
3. Mengetahui tipe pantai pada zona Intertidal
4. Mengetahui adaptasi organisme di intertidal
Bab II
Pembahasan
2.1 Pengertian Zona Intertidal
Daerah intertidal merupakan suatu daerah yang selalu terkena hempasan gelombang
tiap saat. Daerah ini juga sangat terpengaruh dengan dinamika fisik lautan yakni
pasang surut. Zona intertidal merupakan daerah yang paling sempit diantara zona laut
yang lainnya dimulai dari pasang tertinggi sampai pada surut terendah.
Akibat seringnya hempasan gelombang dan pasang surut maka daerah intertidal
sangat kaya akan oksigen. Pengadukan yang sering terjadi menyebabkan interaksi
antar atmosfir dan perairan sangat tinggi sehingga difusi gas dari permukaan
keperairan juga tinggi.
2.2 Kondisi Lingkungan Zona Intertidal
Kondisi lingkungan zona intertidal sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor
faktor ini juga mempengaruhi kondisi kehidupan organisme yang hidup pada zona
ini, seperti:
A. Pasang - Surut.
Faktor lingkungan paling penting yang mempengaruhi kehidupan di zona intertidal,
pengaruh pasang-surut terhadap organisme dan komunitas zona intertidal paling jelas
adalah kondisi yang menyebabkan daerah intertidal terkena udara terbuka secara
periodik dengan kisaran parameter fisik yang cukup lebar. Pengaruh pasang-surut
yang lain adalah karena biasanya terjadi secara periodik maka pasang-surut
cenderung membentuk irama tertentu dalam kegiatan organisme pantai, misalnya
irama memijah, mencari makan atau aktivitas organisme lainnya.
B. Suhu.
Pada daerah intertidal biasanya suhu mempunyai kisaran yang luas selama periode
yang berbeda baik secara harian maupun musiman dan dapat melebihi kisaran
toleransi organisme.
Jika pasang-surut terjadi pada kisaran suhu udara maksimum (siang hari yang panas)
maka batas toleransi dapat terlampaui, atau jika tidak terjadi kematian maka akan
menurunkan daya tahan tubuh organisme sehingga tidak dapat menjalankan aktivitas
seperti biasa.
C. Ombak/Gelombang.
Pada pantai berpasir dan berlumpur kegiatan ombak dapat menyapu substrat sehingga
mempengaruhi bentuk zona. Terpaan ombak dapat menjadi pembatas bagi organisme
yang tidak dapat menahan terpaan tersebut. Kegiatan ombak dapat mengaduk gas-gas
atmosfer ke dalam air, sehingga meningkatkan kandungan oksigen.
D. Salinitas.
Salinitas di daerah intertidal dapat berubah melalui dua cara:
1. Zona intertidal terbuka pada saat surut, dan kalau hal ini terjadi pada saat
hujan lebat maka salinitas akan turun. Apabila penurunan ini melewati batas
toleransi bagi organisme (sebagian besar organisme intertidal stenohalin dan
osmokonformer) maka organisme dapat mati.
2. Pada daerah intertidal pantai berbatu yang memiliki banyak cekungan, daerah
ini dapat digenangi air tawar yang masuk ketika hujan deras sehingga
menurunkan salinitas, atau memperlihatkan kenaikan salinitas jika terjadi
penguapan sangat tinggi pada siang hari.
E. Substrat Dasar.
Substrat dasar zona intertidal memiliki variasi yang berbeda dan dapat berupa pasir,
lumpur maupun berbatu. Substrat dasar ini menyebabkan perbedaan struktur
komunitas flora dan fauna yang berbeda.
2.3 tipe pantai pada zona Intertidal
Secara umum kita dapat membagi tipe-tipe pantai berdasarkan material/substrat
penyusun dasar perairan, antara lain: tipe pantai berbatu, berpasir, dan berlumpur.
Pantai berbatu
Pantai berbatu atau rocky shore adalah salah satu jenis pantai yang tersusun oleh
batuan induk yang keras seperti batuan beku atau sedimen yang keras atau secara
umum tersusun oleh bebatuan. Pantai ini memiliki berbagai organisme dengan
keragaman terbesar baik untuk spesies hewan maupun tumbuhan. Pantai berbatu
sebagai habitat berperan untuk tempat mencari makan, tempat persembunyian serta
tempat berinteraksinya berbagai macam organisme khususnya yang memiliki
hubungan rantai makanan. Daerah intertidal khususnya pantai berbatu merupakan
zona yang penting untuk manusia dan organisme lain. Pembagian zona pada pantai
berbatu dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:

 Supralitoral

 Midlittoral Zone

 Infralittoral
Pantai berpasir
Pantai berpasir merupakan lingkungan yang habitatnya berhubungan dengan
interaksi antara pasir, gelombang, dan pasang surut air laut. Pantai ini dapat ditemui
di daerah yang jauh dari pengaruh muara sungai maupun di kepulauan kecil yang
terpencil.
Makroorganisme yang hidup disini tidak sepadat dikawasan pantai berbatu, karena
kondisi lingkungannya organisme yang ada cenderung menguburkan dirinya ke
dalam substrat. Kawasan ini lebih banyak dimanfaatkan manusia untuk berbagai
aktivitas rekreasi. Jenis pantai berpasir didominasi oleh 2 jenis pantai yang tersusun
atas pasir silica dan pantai berpasir yang terdiri dari pasir karbonat. Adapun
kelompok makhluk hidup yang mendiami habitat ekosistem pantai berpasir terdiri
dari kelompok invertebrate dan makrofauna bentik.
Pembagian zona pada pantai berpasir dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
1. Mean High Water of Spring Tides
2. Mean Tide Level
3. Mean Water Low of Spring Tides
Pantai berlumpur
Pantai Berlumpur. Pantai berlumpur merupakan pantai yang memiliki substrat yang
sangat halus dengan diameter kurang dari 0.002 mm dan memiliki tingkat bahan
organik yang tinggi, pantai ini juga banyak dipengaruhi oleh pasang surut yang
menyebabkan teraduknya sedimen pantai secara periodik. Pantai berlumpur biasanya
berada pada daerah yang terlindung dari hempasan gelombang secara langsung
Sehingga pantai jarang terhantam ombak laut. Pantai berlumpur terbentuk di sekitar
muara sungai dan umum dekat dengan daerah estuaria. Tebal endapan lumpurnya
dapat mencapai satu meter atau lebih.
Pantai berlumpur di bagi menjadi 2 bagian:
1. Supralitoral
2. Litoral
2.4 Adaptasi Organisme di Zona Intertidal

Organisme intertidal memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan kondisi


lingkungan yang dapat berubah secara signifikan, meliputi:

1. Daya tahan terhadap kehilangan air


Organisme yang hidup di daerah intertidal memiliki kemampuan untuk
menyesuaikan diri terhadap kehilangan air yang cukup besar selama berada di udara
terbuka. Adaptasi ini terdiri dari 2 macam:
a. Organisme yang bergerak, hewan ini akan berpindah kedalam lubang, celah atau
galian yang basah atau bersembunyi dibawah algae sehingga kehilangan air dapat
dihindari.
b. Organisme yang tidak aktif berpindah tempat, beradaptasi untuk mengatasi
kehilangan air yang besar hanya dengan struktur jaringan tubuhnya.
2. Keseimbangan Panas
Di daerah tropis organisme cenderung hidup pada kisaran suhu toleransi atas
sehingga organisme terkena suhu yang terlalu tinggi. Beberapa bentuk adaptasi antara
lain :

a. Memperbesar ukuran tubuh sehingga luas daerah tubuh yang mengalami


peningkatan suhu menjadi lebih kecil.
b. Memperbanyak ukiran pada cangkang yang berfungsi sebagai penghilang panas
dengan cepat.
c. pembentukan warna tertentu pada cangkang yang berfungsi sebagai pemantul
panas agar tidak diserap oleh cangkang tersebut.
d. Mempunyai persediaan air tambahan dalam tubuh. Persediaan air ini berfungsi
untuk menghindarkan kekeringan dan mendinginkan tubuh.
3. Tekanan Mekanik
Setiap organisme intertidal beradaptasi untuk bertahan dari pengaruh ombak.
Gerakan ombak mempunyai pengaruh berbeda pada jenis pantai tertentu
menyebabkan kondisi bentuk adaptasi yang berbeda di setiap organisme pantai
tersebut. Antara lain:

a. Melekat kuat pada substrat, seperti pada batu, koral, karang, maupun bangkai
kapal yang tenggelam dan juga sampah yang tenggelam di dasar perairan.
b. Menyatukan dirinya pada dasar perairan.
c. Memiliki kaki yang kuat dan kokoh untuk mencekram substrat.
d. Melekat dengan kuat tetapi tidak permanen.
e. Mempertebal ukuran cangkang.
4. Tekanan Salinitas
Zona intertidal selalu mendapat pengaruh dari limpahan air tawar yang
menyebabkan masalah tekanan osmotik bagi organisme yang hidup pada zona ini.
Mayoritas organisme intertidal adalah osmokonformer, Osmokonformer merupakan
hewan yang tidak mampu mempertahankan tekanan osmotik di dalam tubuhnya.
Adaptasi yang dilakukan untuk melindungi tubuh dari kekeringan dengan menutup
cangkang.
5. Reproduksi
Organisme intertidal mayoritas hidup menetap atau melekat, sehingga mereka
menghasilkan telur atau larva yang bersifat planktonik. Reproduksi dapat juga terjadi
secara periodik mengikuti irama pasang-surut tertentu, seperti misalnya pada pasang-
purnama.
Bab III
Penutup
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh dari isi makalah ini adalah :
1. Daerah intertidal merupakan suatu daerah yang selalu terkena hempasan
gelombang tiap saat dan merupakan daerah yang terkecil dari semua daerah
yang terdapat di samudera dunia, merupakan pinggiran yang sempit sekali –
hanya beberapa meter luasnya – terletak di antara air tinggi (high water) dan
air rendah (low water).
2. Kondisi pada zona intertidal dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
3. Pembagian zonasi daerah intertidal berdasarkan material atau substrat
penyusun dasar perairan dapat dibagi menjadi 3 tipe yaitu : Tipe pantai
berbatu, Tipe pantai berpasir, Tipe pantai berlumpur.
4. Pola adaptasi organisme yang hidup pada zona Intertidal terdiri atas beberapa
faktor:

 daya tahan terhadap kehilangan air,

 keseimbangan panas,

 tekanan mekanik,

 tekanan salinitas,

 reproduksi.

Daftar Pustaka

1. Power point Zona intertidal


2. Abi. 2010. http://Abivaleyzone.blogspot.com/2010/01/adaptasi-biota-zona-
intertidal.html.
3. Ranggon. 2007. http://rang9on-bekasi.blog.friendster.com/2007/03/zona-intertidal.
4. https://dokumen.tips/documents/makalah-ekologi-akuatik-intertidal-2015-fix?
fbclid=IwAR1k8fpa_cymQdHNXPpnu914fqvedxJhgJeLTSV6Xt1_xnO6geiHB9BA-fs

Anda mungkin juga menyukai