Anda di halaman 1dari 13

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

GANGGUAN JIWA DI MASYARAKAT


Dosen Pengampu : Kartinah S.Kep.,M.P.H
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan dan Promosi Kesehatan

Disusun Oleh : Kelompok 1

1. Bahtiar Firmansah Hadi (J210170122)


2. Heri Setiawan (J210180126)
3. Nurhidayah Muthohharoh (J210180141)
4. Devita Maharani (J210180167)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

TAHUN 2020
SATUAN ACARA PENYULUHAN

GANGGUAN JIWA DI MASYARAKAT

Bahasan : Gangguan Jiwa di Masyarakat

Sub Pokok Bahasan : Mencegah Gangguan Jiwa di Masyarakat

Sasaran : Pasien, Keluarga dan Masyarakat

Hari/Tanggal : Sabtu, 16 Mei 2020

Waktu : 45 menit

Tempat : Balai Desa Jetis

Penyuluh : 1. Bahtiar Firmansah Hadi

2. Heri Setiawan

3. Nurhidayah Muthohharoh

4. Devita Maharani

A. LATAR BELAKANG

Orang yang mengalami gangguan Jiwa di Dunia ini sudah banyak dan bahkan di
Indonesia pun banyak penderita gangguan Jiwa baik dari kalangan remaja, dewasa, anak-
anak sampai orangtua atau lansia mengalami gangguan tersebut. Menurut (Videbeck dalam
Prabowo, 2014) berpendapat bahwa gangguan Jiwa adalah keadaan emosi, psikologis, dan
sosial yang terpandang dari hubungan komunikasi antar dua orang yang tidak terpenuhi
tindakan dan pertahanan yang baik, sesuatu yang dapat dipahami dalam diri yang baik dan
keseimbangan emosi yang dalam. Selain masalah gangguan jiwa ada juga masalah
psikososial yang biasa terjadi di kalangan masyarakat Indonesia. Masalah psikososial
merupakan masalah yang banyak terjadi dimasyarakat. psikososial adalah suatu kondisi yang
terjadi pada individu yang mencakup aspek psikis dan sosial atau sebaliknya. psikososial
berarti menyinggung relasi sosial yang mencakup faktorfaktor psikologi. Dari defenisi diatas
masalah psikososial adalah masalah yang terjadi pada kejiwaaan dan sosialnya. Psikososial
(Psychosocial) adalah hubungan antara kesehatan mental atau emosional seseorang dengan
kondisi sosialnya. Istilah psikososial merupakan gabungan antara psikologis dan sosial.
Dengan demikian, pengertian perkembangan psikososial adalah perkembangan yang
berkaitan dengan emosi atau mental seseorang dalam berhubungan dengan orang lain. Jadi,
perkembangan psikososial merupakan perubahan atau perkembangan kepribadian yang
berkaitan dengan hubungan sosial

Menurut data WHO (2016), terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60 juta
orang terkena bipolar, 21 juta terkena skizofrenia, serta 47,5 juta terkena dimensia. Di
Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis dan sosial dengan keanekaragaman
penduduk; maka jumlah kasus gangguan jiwa terus bertambah yang berdampak pada
penambahan beban negara dan penurunan produktivitas manusia untuk jangka panjang. Data
Riskesdas 2018 memunjukkan prevalensi ganggunan mental emosional yang ditunjukkan
dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan untuk usia 15 tahun ke atas mencapai sekitar
6.1% dari jumlah penduduk Indonesia. Sedangkan prevalensi gangguan jiwa berat, seperti
skizofrenia mencapai sekitar 400.000 orang atau sebanyak 1,7 per 1.000 penduduk. Menurut
National Alliance of Mental Illness (NAMI) berdasarkan hasil sensus penduduk Amerika
Serikat tahun 2013, di perkirakan 61.5 juta penduduk yang berusia lebih dari 18 tahun
mengalami gangguan jiwa, 13,6 juta diantaranya mengalami gangguan jiwa berat seperti
skizofrenia, gangguan bipolarJumlah penderita gangguan jiwa dari tahun ke tahun mengalami
peningkatan. Kondisi ini tidak jauh berbeda dengan permasalahankesehatan jiwa yang ada di
negara-negara berkembang. Tujuan dari pelaksanaan kegiatan pengabdian pada masyarakat
ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan masyaraakat umumnya dan keluarga yang
menjadi binaan khususnya tentang bagaimana cara perawatan dan menjaga kesehatan jiwa
setiap masyarakat serta merawat anggota masyarakat yang mengalami gangguan jiwa.

Berdasarkan data Riskesdas (2018) diatas, diketahui data penderita gangguan jiwa
berat yang cukup banyak di wilayah Indonesia dan sebagian besar tersebar di masyarakat
dibandingkan yang menjalani perawatan di rumah sakit, sehingga diperlukan peran serta
masyarakat dalam penanggulangan gangguan jiwa. Peran masyarakat dalam penanggulangan
gangguan jiwa akan dapat terbangun jika masyarakat memahami tentang peran dan
tanggungjawabnya dalam penanggulangan gangguan jiwa di masyarakat

B. PRIORITAS MASALAH
Mengenalkan gangguan jiwa di masyarakat untuk mencegah dan mengatasi permasalahan
yang berkaitan dengan gangguan jiwa

C. TUJUAN PENYULUHAN
1. Tujuan Program
Setelah mengikuti satuan acara penyuluhan jiwa di masayarakat diharapkan
masyarakat mampu memahami apa perannya dalam mencegah penderita dengan
gangguan jiwa
2. Tujuan Perilaku
Setelah mengikuti satuan acara penyuluhan diharapkan terjadi perubahan perilaku
yang akan dicapai dapat mengatasi masalah kesehatan jiwa
3. Tujuan Pendidikan
Setelah mengikuti satuan acara penyuluhan selama diharapakan masyarakat mampu :
1. Memahami apa itu sehat jiwa dan gangguan jiwa di msyarakat
2. Menyebutkan tanda dan gejala gangguan jiwa
3. Menyebutkan sumber penyebab gangguan jiwa
4. Mengetahui hal-hal yang sangat mempengaruhi kesehatan jiwa di masyarakat
5. Mengetahui upaya menangani gangguan jiwa
D. SASARAN PENYULUHAN
Sasaran dari satuan acara penyuluhan ini yaitu keluarga dan masyarakat
E. METODE PENYULUHAN
Metode yang digunakan yaitu :
1. Ceramah
2. Diskusi/tanya jawab

F. MEDIA PENYULUHAN
1. Materi
2. Pamflet

G. MATERI
Terlampir

H. PELAKSANAAN KEGIATAN PENYULUHAN

No Kegiatan Penyuluhan Respon Peserta Waktu


1. Pembukaan 5 menit
a. Memberikan salam Menjawab salam
b. Memperkenalkan diri Menyimak
c. Menjelaskan tujuan Menyimak
penyuluhan
d. Melakukan persamaan Mengemukakan pendapat
apersepsi dengan audien
tentang gangguan jiwa di
masayarakat
e. Menyebutkan materi yang Mendengarkan
disampaikan
2. Pelaksanaan 30 menit
a. Memberikan penyuluhan Menyimak, mendengarkan
mengenal gangguan jiwa di
masayarakat dengan media
materi, pamflet lalu
pemaparan vidio
b. Menggali persepsi peserta dan Mengemukakan pendapat
masyarakat
c. Membuka pertanyaan/diskusi Mengemukakan pendapat,
dengan peserta mengajukan pertanyaan
d. Memberikan reinforcement Mendengarkan
kepada peserta yang bertanya
e. Menjawab pertanyaan peserta mendengarkan
3. Penutup 10 menit
a. Menyimpulkan materi Mendengarkan dan
penyuluhan yang telah menjawab
disampaikan
b. Menyampaikan terimakasih Mendengarkan
atas waktu dan perhatian yang
telah diberikan peserta
c. Mengucapkan salam Menjawab salam
I. DENAH LOKASI
Terlampir

J. EVALUASI RENCANA PENILAIAN


a. Evaluasi Struktur
a) Peserta hadir di acara penyuluhan
b) Persiapan materi dan media penyuluhan
b. Evaluasi Proses
a) Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
b) Peserta mengikuti jalannya acara penyuluhan sampai selesai
c) Peserta mengajukan pertanyaan dan melakukan diskusi
c. Evaluasi Hasil
a) Peserta mengetahui materi yang telah disampaikan
b) Peserta mampu menyimpulkan materi yang telah disampaikan

K. RENCANA KERJA
Terlampir
LAMPIRAN 1

MATERI

1. Pengertian kesehatan jiwa di masyarakat


Kesehatan jiwa masyarakat adalah suatu keadaan setiap manusia dapat mencapai
prestasi kerja semaksimal mungkin, anak sekolah dapat mencapai prestasi belajar
semaksimal mungkin karena tidak adanya hambatan emosi.

2. Pengertian gangguan jiwa di masyarakat


Gangguan jiwa adalah pola perilaku seseorang yang secara khas berkaitan dengan
suatu gejala penderitaan (distress) atau hendaya (impairment) di dalam satu atau lebih
fungsi penting dari manusia, yaitu psikologik, perilaku, biologik, dan gangguan itu
tidak hanya terletak di dalam hubungan antara orang itu tetapi juga dengan
masyarakat. (Maramis, 2010)
3. Macam-Macam Gangguan Jiwa Dan Keterbelakangan Mental
a. Macam-macam gangguan jiwa
Terdapat macam-macam gangguan jiwa yang dimiliki oleh beberapa penderita
di dunia, menurut Rusdi (1998) adapaun macam-macam dari gangguan jiwa,
yaitu: “Gangguan jiwa organik dan simtomatik, skizofrenia, gangguan
skizotipal dan gangguan waham, gangguan suasana perasaan, gangguan
neurotik, gangguan somatoform, sindrom perilaku yang berhubungan dengan
gangguan fisiologis dan faktor fisik, Gangguan kepribadian dan perilaku masa
dewasa, retardasi mental, gangguan perkembangan psikologis, gangguan
perilaku dan emosional dengan onset masa kanak dan remaja (Rusdi, 1998)”.
Walau Retardasi mental termasuk dalam macam-macam dari gangguan jiwa,
akan tetapi pada kenyataannya mereka yang memiliki keterbelakangan mental
memiliki perbedaan dari mereka yang memiliki gangguan jiwa.
Keterbelakangan mental atau cacat mental bukanlah suatu penyakit sehingga
keadaan tersebut tidak dapat dicegah, sedangkan gangguan jiwa seperti
skizofrenia, gangguan skizotipal dan gangguan waham, gangguan suasana
perasaan, dsb, dapat disembuhkan melalui pengobatan medis. Macam-macam
gangguan jiwa juga memiliki penyebab yang berbeda, mereka yang memiliki
gangguan jiwa dapat disembuhkan dengan penanganan yang tepat.
b. Macam-macam keterbelakangan mental
Pada keterbelakangan mental atau cacat mental (Mental Retardation) sendiri
memiliki macam-macam jenis. Pengelompokan pada umumnya berdasarkan
pada taraf intelegensinya, yang terdiri dari terbelakang ringan, sedang dan
berat. Pengelompokan seperti ini sebenarnya bersifat artificial karena ketiga
kelompok di atas tidak dibatasi oleh garis demargasi yang tajam. Gradasi dari
satu level ke level berikutnya bersifat kontinyu. Kemampuan inteligensi anak
cacat mental kebanyakan diukur dengan tes Stanford Binet dan Skala
Weschler (WISC), yaitu, Cacat mental ringan disebut juga debil. Kelompok
ini memiliki IQ antara 68-52 menurut Binet, sedangkan menurut Skala
Weschler (WISC) memiliki IQ 69-55. Mereka masih dapat belajar membaca,
menulis, dan berhitung sederhana. Namun pada umumnya anak cacat mental
ringan tidak mampu melakukan penyesuaian social secara independen dan
anak ini tidak mengalami gangguan fisik. Mereka secara fisik tampak seperti
anak normal pada umumnya. Oleh karena itu agak sukar membedakan secara
fisik antara anak cacat mental dengan anak normal. Anak cacat mental sedang
disebut juga imbesil. Kelompok ini memiliki IQ 51-36 berdasarkan skala
Binet sedangkan menurut Skala Wsechler memiliki IQ 54- 40. Anak cacat
mental sedang masih memperoleh kecakapan komunikasi selama masa anak
usia dini. Walaupun agak lambat. Anak dapat mengurus atau merawat diri
sendiri dengan pelatihan yang intensif. Mereka dapat memperoleh manfaat
latihan kecakapan sosial dan pekerjaan namun tidak dapat menguasai
kemampuan akademik seperti; membaca, menulis, dan berhitung. Akan tetapi
mereka masih dapat bepergian di lingkungan yang sudah dikenalnya.
Kelompok anak cacat mental berat disebut juga idiot. Kelompok ini dapat
dibedakan lagi antara anak cacat mental berat dan sangat berat. Cacat mental
berat (severe) memiliki IQ antara 3220menurut skala Binet dan antara 39-25
menurut Skala Wechsler (WISC) Anak cacat mental sangat berat (profound)
memiliki IQ dibawah 19 menurut Skala Binet dan IQ dibawah 24 menurut
skala Wechsler (WISC). Anak cacat mental berat memerlukan bantuan
perawatan secara total dalam hal berpakaian, mandi, makan, dll. Hampir
semua anak cacat mental berat dan sangat berat menyandang cacat ganda.
Umpamanya sebagai tambahan cacat mental tersebut si anak lumpuh (karena
cacat otak) , tuli atau cacat lainnya.

4. Tanda dan Gejala Gangguan Jiwa


a) Tidak mampu menyesuaikan diri secara konstruktif pada kenyataan, meskipun
kenyataan itu baik
b) Merasa tidak bebas secara relatif dari ketegangan dan kecemasan
c) Tidak memperoleh kepuasan dari usahanya atau perjuangan hidupnya
d) Merasa lebih puas untuk menerima dari pada memberi
e) Tidak mampu berhubungan dengan orang lain dan saling memuaskan
f) Tidak mempunyai daya kasih sayang yang besar
g) Tidak menerima kekecewaan untuk digunakan sebagai pembelajaran di kemudian
hari
h) Tidak mampu mengarahkan rasa permusuhan pada penyelesaian yang kreatif dan
konstruktif

5. Sumber penyebab gangguan jiwa


Gejala gangguan jiwa yang menonjol adalah unsur psikisnya, tetapi yang sakit dan
menderita tetap sebagai manusia seutuhnya (Maramis, 2010).
a) Faktor somatik, yakni akibat gangguan pada tingkat kematangan dan
perkembangan organik.
b) Faktor psikologik, yang terkait dengan interkasi ibu dan anak, peranan ayah,
persaingan antar saudara kandung, hubungan dalam keluarga, pekerjaan,
permintaan masyarakat. Selain itu, faktor intelegensi, tingkat perkembangan
emosi, konsep diri, dan pola adaptasi juga akan memengaruhi kemampuan untuk
menghadapi masalah. Apabila keadaan ini kurang baik, maka dapat
mengakibatkan kecemasan, depresi, rasa malu, dan rasa bersalah yang berlebihan.
c) Faktor sosial budaya, yang meliputi faktor kestabilan keluarga, pola pengasuh
anak, tingkat ekonomi, perumahan, dan masalah kelompok minoritas yang
meliputi prasangka, fasilitas kesehatan, dan kesejahteraan yang tidak memadai,
serta pengaruh rasial dan keagamaan.
6. Hal-hal yang sangat mempengaruhi kesehatan jiwa di masyarakat
a) Timbulnya harapan yang banyak
Harapan yang belum tentu sama kenyataan, serta terdapat kekecewaan dan
kecemasan
b) Meningkatnya permintaan kebutuhan
Tuntutan kebutuhan dalam meningkatkan harga diri, yang meliputi perumahan,
perlengkapan isi rumah, sarana transportasi dan komunikasi, pendidikan, serta
gaya hidup.
c) Dampak teknologi modern
a. Arus dari luar mudah diakses
b. Pengaruh budaya
c. Peralatan rumah tangga jadi modern
d. Ibu bekerja di luar rumah
e. Kesiapan terhadap perubahan yang cepat
f. Kesesuaian perkembangan teknologi dengan kebutuhan saat ini
d) Urbanisasi
a. Pergeseran dari masyarakat desa ke kota
b. Keluarga besar berubah menjadi keluarga inti
c. Agraris berubah menjadi industri
d. Mobilisasi menjadi cepat
e. Ikatan keluarga menjadi longgar, kontak menurun, komunikasi menurun.
f. Peran keluarga yang semakin berkurang
e) Kepadatan penduduk
a. daya saing semakin ketat
b. hukum alam akan terjadi pertengkaran

7. Upaya menangani gangguan jiwa


a) Upaya perawatan klien dengan gangguan jiwa dalam keluarga
a. Mengenal adanya gangguan kesehatan sedini mungkin
b. Mengambil keputusan dalam mencari pertolongan atau bantuan kesehatan
c. Memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit, cacat maupun
yang tidak sakit tapi memerlukan bantuan
d. Menanggulangi keadaan darurat kesehatan
e. Menciptakan lingkungan keluarga yang sehat
f. Memanfaatkan sumber yang ada di masyarakat
b) Upaya perawatan klien dengan gangguan jiwa di masyarakat
a. Klien jangan dipasung, karena memasung penderita sama artinya dengan
merampas hidupnya
b. Jika terlihat gangguan atau terdapat gangguan segera bawa ke puskesmas
terdekat
c. Jangan dijauhi atau dikucilkan
d. Bekali dengan berbagai keterampilan untuk meningkatkan produktifitas
e. Membawa penderita untuk kontrol rutin ke pelayanan kesehatan
LAMPIRAN 2

DENAH LOKASI

KETERANGAN :

: PINTU MASUK dan KELUAR

: PENYAJI

: SOUND SISTEM

: AUDIEN (KELUARGA dan MASYARAKAT)

: PENDAMPING

: OBSERVER
LAMPIRAN 3

RENCANA KERJA

(GANT CHART)

N DESKRIPSI KEGIATAN HARI PERSON IN


O CHARGE
1 2 3 4 5 6 7
1. Survey dan penentuan tempat Bahtiar Firmansah
penyuluhan. Hadi
2. Pengurusan perizinan. Devita Maharani
3. Konfirmasi jumlah peserta. Nurhidayah
Muthohharoh
4. Pengurusan media dan salinan Devita Maharani
materi penyuluhan.
5. Sosialisasi ke tempat sasaran dan Nurhidayah
persiapan penyuluhan. Muthohharoh
6. Pendidikan dan Promkes terkait Heri Setiawan
gangguan jiwa di masyarakat.
7. Dokumentasi acara Bahtiar Firmansah
Hadi
8. Evaluasi akhir Heri Setiawan
DAFTAR PUSTAKA

Ah. Yusuf, Rizky Fitryasari PK, Hanik Endang Nihayati.2015.Buku Ajar Keperawatan
Kesehatan Jiwa.Jakarta.Salemba Medika.

Lubis Nadira, dkk.2014.PEMAHAMAN MASYARAKAT MENGENAI GANGGUAN


JIWA DAN KETERBELAKANGAN MENTAL.PROSIDING KS: RISET &
PKM VOLUME: 2 NOMOR: 3 HAL: 301 - 444 ISSN: 2442-4480.

Maulana Indra, dkk.2019.Penyuluhan Kesehatan Jiwa untuk Meningkatkan Pengetahuan


Masyarakat tentang Masalah Kesehatan Jiwa di Lingkungan
Sekitarnya.Yogyakarta.MKK: Volume 2 No 2 November 2019.

Susilowati Dwi.2016.Promosi Kesehatan.Jakarta.Pusdik SDM Kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai