Laporan Faal Git
Laporan Faal Git
KELOMPOK B 15
Dasar Teori
Sistem saraf ini terdapat pada dinding usus mulai dari esofagus memanjang sampai anus.
Jumlah neuron pada sistem safar enterik sekitar 100 juta. Fungsi dari sistem saraf ini adalah
untuk fungsi pergerakkan dan sekresi gastrointestinal.
Sistem saraf enterik terdiri dari dua pleksus :
- Pleksus mienterikus atau pleksus Auerbach, yang terletak di bagian luar di
antara lapisan otot longitudinal dan sirkular.
- Pleksus submukosa atau pleksus Meissner, yang terletak di bagian dalam
submukosa.
Pada ujung-ujung saraf simpatis yang berasal dari epitelium gastrointestinal atau dinding usus
dan mengirimkan serabut-serabut aferen ke kedua pleksus sistem enterik, dan (1) ke ganglia
prevertebra dari sistem saraf simpatis, (2) ke medula spinalis, dan (3) ke dalam saraf vagus
menuju ke batang otak. Saraf-saraf sensoris ini dapat mengadakan refleks-refleks lokal di
dalam dinding usus itu sendiri dan refleks-refleks lain yang disiarkan ke usus baik dari
ganglia prevertebra maupun dari daerah basal otak.
Persarafan parasimpatis. Persarafan ini dibagi menjadi divisi kranial dan divisi sakral. Untuk
beberapa serabut saraf parasimpatis ke regio mulut dan faring dari saluran pencernaan,
serabut saraf parasimpatis kranial hampir seluruhnya di dalam saraf vagus. Serabut ini
memberikan inervasi luar kepada esofagus, lambung, pankreas, dan sedikit ke usus sampai
separuh bagian pertama usus besar.
Parasimpatis sakral berasal dari segmen sakral kedua, ketiga, keempat dari medula spinalis,
serta berjalan ke saraf pelvis ke seluruh distal usus besar dan sepanjang anus. Area sigmoid,
rektum, dan anus diperkirakan mendapat persarafan parasimpatis yang lebih baik daripada
bagian usus yang lain. Fungsi serabut saraf ini terutama untuk defekasi.
Sistem saraf simpatis menginervasi seluruh traktus gastrointestinal, tidak hanya di rongga
mulut dan anus, seperti parasimpatis. Ujung saraf ini juga mensekresikan norepinefrin dan
epinefrin dalam jumlah sedikit.
Perangsangan yang kuat pada sistem saraf simpatis dapat menginhibisi pergerakkan motor
usus begitu hebat, sehingga dapat benar-benar menghentikan pergerakkan makanan melalui
traktus gastrointestinal.
Zat-zat neurontransmiter yang berbeda yang dilepaskan oleh ujung-ujung saraf dari berbagai
tipe neuron enterik sebagai contoh :
METODE
Tujuan Praktikum
Pada akhir latihan ini mahasiswa harus dapat :
1. Memasang peralatan perfusi usus dan pecatat gerakan usus
2. Memasang sediaan usus dalam tabung perfusi dan menghubungkannya dengan pencatat
sehingga kerutannya dapat di catat pada kimograf
3. Menjelaskan pengaruh berbagai factor di bawah ini pada frekuensi dan amplitude
kerutan serta tonus sediaan usus dalam tabung perfusi:
a. Epinefrin
b. Asetilkolin
c. Ion Kalium
d. Pilokarpin
e. Ion Barium
I.Pengaruh Epinefrin
1. Catat 10 kerutan usus sebagai control pada tromol yang berputar lambat, tetapi
setiap kerutan masih tercatat terpisah.
2. Catat waktunya dengan interval 5 detik
3. Tanpa menghentikan tromol, teteskan 5 tetes larutan Epinefrin 1 : 10.000 kedalam
cairan perfusi.
4. Teruskan pencatatan, sampai pengaruh epinefrin terlihat jelas.
5. Hentikan tromol dan cucilah sediaan usus untuk menghilangkan pengaruh epinefrin
sebagai berikut:
a. Pindahkan pembakar Bunsen, kaki tiga + kawat kasa dan gelas beker pireks dari
tabung perfusi
b. Letakkan sebuah Waskom dibawah tabung perfusi
c. Bukalah sumbat tabung perfusi sehingga cairan perfusi keluar sampai habis
d. Tutup kembali tabung perfusi, dan isilah dengan larutan Locke yang baru ( tidak
perlu yang bersuhu 35oC) dan besarkan aliran udara sehingga usus bergoyang –
goyang.
e. Buka lagi sumbat untuk mengeluarkan larutan lockenya
f. Ulangi hal di atas 2 kali lagi, sehingga dapat dianggap sediaan usus telah bebas
dari pengaruh epinefrin
g. Sesudah selesei hal hal diatas, tutup kembali tabung perfusi, dan isila dengan
larutan locke baru yang bersuhu 350 C ( disediakan ) serta atur kembali aliran
udaranya.
h. Pasang kembali gelas beker pireks kaki tiga + kawat kasa dan pembakar
Bunsen.
4. Hentikan tromol dan cucilah sediaan usus untuk menghilangkan pengaruh pilokarpin
seperti pada ad.1 4.
V. Pengaruh Suhu
Tetapi pengukuran yang paling baik ialah dengan membandingkan kerja (“Work
Output”) pada t0 dengan kerja pada (t0 ± 100).
Gambaran mengenai perbandingan kerja pada t0 dengan kerja pada suhu (t0± 100).
P-V.1.7 Apa pengaruh yang diharapkan terjadi pada penambahan larutan BaCL?
Terjadi frekuensi kerutan usus yang besar-besar tapi tidak teratur.
Kendala Praktikum
Waktu dan sediaan usus yang dirasakan kurang sehingga tidak semua anak mengerti apa yang
sedang dilakukan.
Hasil Praktikum
1. Pengaruh Epinefrin
KONTROL EPINEFRIN
T= 39OC
Kontrol 10 Gelombang = 59 DETIK
Setelah kontrol = Tidak ada gelombang karena efek epinefrin memperlambat
Analisa data: Dari hasil praktikum diatas dapat terlihat bahwa dengan pemberian
larutan epinefrin akan menghasilkan penurunan frekuensi jika dibandingkan dengan
kontrolnya. Hal ini dapat terjadi karena epinefrin memberikan efek simpatis pada otot
usus sehingga menghasilkan penurunan motilitas usus.
2. Pengaruh Asetilkolin
T = 43OC
Analisa data: Meningkatkan mortilitas usus. Pada pemberian larutan asetilkolin akan
terlihat adanya peningkatan frekuensi dan amplitudo dari peregangan usus. Karena
asetilkolin merupakan neurotransmitter yang dihasilkan pada pasca ganglion saraf
parasimpatis yang berpengaruh terhadap peningkatan motilitas usus.
T = 40OC
Kontrol 10 Gelombang = 40 detik
Setelah kontrol = 35 detik 10 kerutan
Analisa data : Meningkatkan frekuensi motilitas usus.
4. Pengaruh Pilokarpin
KONTROL PILOKARPIN
T = 38OC
Kontrol 10 Gelombang = 47 detik
Setelah kontrol = Gelombang lemah sehingga tidak bisa dihitung.
Analisa data : Meningkatkan frekuensi motilitas usus. Gelombang lemah sehingga
tidak bisa dihitung.
5. Pengaruh Suhu
Pada saat Kontrol = T: 35OC, 1 menit 2 detik
T= 30OC, 1 menit 17 detik
T= 25OC, 2 menit 10 detik
T= 20OC, 2 menit 30 detik
Analisa data: Semakin rendah suhu, kecepatan motilitas usus semakin menurun
Kesimpulan :
Efek simpatis (penurunan motilitas Efek parasimpatis (peningkatan
usus) motilitas usus)
Epinefrin Asetilkolin
Suhu yang rendah Kalsium
Suhu yang tinggi
Ion Barium
DAFTAR PUSTAKA
Dorland, N. 2002 . Kamus kedokteran Dorland. Edisi 29. Jakarta : EGC.
Guyton, AC, Hall JE. 2007. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 11. Jakarta : EGC.
Sherwood, L. 2001. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi 2. Jakarta: EGC.