Anda di halaman 1dari 8

41.

Kronologis

Pengertian dari konsep kronologis dalam sejarah adalah ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa
sejarah sesuai urutan waktu terjadinya, dari awal hingga akhir. Sebab setiap peristiwa sejarah pastilah
akan diurutkan sesuai waktu terjadinya secara runtut dan berkesinambungan.

Konsep kronologis juga memiliki cara berpikir seperti

1. mempelajari kehidupan sosial secara memanjang dan berdimensi waktu


2. memandang masyarakat sebagai sesuatu yang terus bergerak dan memiliki hubungan kausalitas
atau sebab akibat
3. menguraikan proses transformasi yang terus berlangsung dari waktu ke waktu kehidupan,
4. menguraikan kehidupan masyarakat secara dinamis
5. digunakan dalam ilmu sejarah (idsejarah.net).

Contoh dalam penerapan konsep kronologis dalam sejarah salah satunya mengenai penjajahan Belanda di
Indonesia dilatarbelakangi oleh putusnya hubungan dagang rempah-rempah Belanda dengan Portugis. Hal
ini kemudian membuat Belanda mencari daerah rempah-rempah baru kemudian sampai ke Indonesia.
Setelah berhasil menguasai perdagangan rempah-rempah kemudian Belanda membentuk VOC atau
kongsi dagang Belanda untuk menghindari persaingan antara pendagang Belanda. Setelah dibentuk maka
era penjajahan Belanda masa VOC terjadi dengan beberapa hak istimewa yang dimiliki.

Konsep Diakronik

Sejarah itu diakronis maksudnya memanjang dalam waktu, sedangkan ilmu-ilmu sosial itu
sinkronis maksudnya melebar dalam ruang. Sejarah mementingkan proses, sejarah akan membicarakan
satu peristiwa tertentu dengan tempat tertentu, dari waktu A sampai waktu B.
Contoh:
1.    Perkembangan Sarekat Islam di Solo, 1911-1920
2.  Terjadinya Perang Diponegaro, 1925-1930
3.  Revolusi Fisik di Indonesia, 1945-1949
4.  Gerakan Zionisme 1897-1948
Konsep Sinkronik
Sedangkan ilmu sosial itu sinkronik (menekankan struktur) artinya  ilmu sosial meluas dalam
ruang. Pendekatan sinkronis menganalisa sesuatu tertentu pada saat tertentu, titik tetap pada waktunya. Ini
tidak berusaha untuk membuat kesimpulan tentang perkembangan peristiwa yang berkontribusi pada
kondisi saat ini, tetapi hanya menganalisis suatu kondisi seperti itu.
Contoh: satu mungkin menggunakan pendekatan sinkronis untuk menggambarkan keadaan
ekonomi  di Indonesia pada suatu waktu tertentu, menganalisis struktur dan fungsi ekonomi
hanya pada keadaan tertentu dan pada di saat itu.
Konsep Ruang
Ruang adalah konsep yang paling melekat dengan waktu.
·         Ruang merupakan tempat terjadinya berbagai peristiwa – peristiwa sejarah dalam perjalanan
waktu.
·         Penelaahan suatu peristiwa berdasarkan dimensi waktunya tidak dapat terlepaskan dari ruang
waktu terjadinya peristiwa tersebut.
·         Jika waktu menitik beratkan pada aspek kapan peristiwa itu terjadi, maka konsep ruang
menitikberatkan pada aspek tempat, dimana peristiwa itu terjadi.
 
Konsep waktu
·         Masa lampau itu sendiri merupakan sebuah masa yang sudah terlewati. Tetapi, masa lampau
bukan merupakan suatu masa yang final, terhenti, dan tertutup.
·         Masa lampau itu bersifat terbuka dan berkesinambungan. Sehingga, dalam sejarah, masa lampau
manusia bukan demi masa lampau itu sendiri dan dilupakan begitu saja, sebab sejarah itu
berkesinambungan apa yang terjadi dimasa lampau dapat dijadikan gambaran bagi kita untuk
bertindak dimasa sekarang dan untuk mencapai kehidupan yang lebih baik di masa mendatang.
·         Sejarah dapat digunakan sebagai modal bertindak di masa kini dan menjadi acuan untuk
perencanaan masa yang akan dat

42. Hindu-Buddha

1.      Kerajaan Kutai di Kalimantan Timur


Kehidupan dan perkembangan kebudayaan masyarakat Kutai erat kaitannya dengan kepercayaan
atau agama yang mereka anut. Hasil budaya Kerajaan Kutai adalah berupa 7 buah prasasti berupa yupa.
2.      Kerajaan Tarumanegara di Jawa Barat
Hasil budaya yang terkenal dari kerajaan Tarumanagara adalah 7 buah prasasti yang ditulis
dengan huruf Pallawa dan bahasa Sangsekerta. Informasi yang termuat dalam prasasti menunjukkan
kebudayaan masyarakat Tarumanagara sudah maju.
3.      Kerajaan Mataram Kuno di Jawa Tengah dan Jawa Timur
Kehidupan budaya Kerajaan Mataram Kuno sudah sangat maju. Kemajuan itu ditunjukkan oleh
prasasti-prsasasti yang ditemukan. Selain prasasti, kerajaan Mataram Kuno juga banyak membangun
candi-candi, baik candi Hindu maupun candi Buddha. Candi-candi terseut antara lain sebagai berikut:
-          Candi Sewu
-          Candi Borobudur
-          Komplek Candi Loro Jonggrang
-          Candi Hindu lainnya: Sambisari, Gedong Songo, Dieng, dan Ratu Boko.
-          Candi Buddha lainnya: Kalasan, Mendut, dan Pawon.  
4.      Kerajaan Sriwijaya di Sumatera
Keajaan Sriwijaya telah memiliki budaya yang tertinggi. Kemajuan itu terbukti dari prasasti-
prasasti yang telah ditemukan. Hasil budaya Sriwijaya antara lain berupa prassti, Arca Buddha di Bukit
Siguntang, bangunan suci di Jambi, dan Candi Muara Takus.
5.      Kerajaan Kediri di Jawa Timur
Kehidupan budaya masyarakat Kediri yang menonjol adalah bidang seni sastra, sedangkan hasil
budaya lainnya hampir dikatakan tidak terlihat. Beberapa hasil karya sastra pada zaman Kediri antara lain
sebagai berikut.
-          Kitab Kakawin Bharatayudha, karya Mpu Sindok dan Mpu Panuluh.
-          Kitab Kakawin Hariwangsa dan Gatotkacasraya, karya Mpu Panuluh.
-          Kitab Samaradhana, karya Mpu Dharmaja
-          Kitab Lubdaka dan kitab Wartasancaya, karya Mpu Tanakung
-          Kitab Kresnayana, karya Mpu Triguna
-          Kitab Tumana Santaka, karya Mpu Maguna
6.      Kerajaan Singosari
Hasil budaya Kerajaan Singhasari berupa bangunan candi dan arca. Peninggalan budaya kerajaan
antara lain sebagai berikut.
-          Candi Kidal, tempat perabuan Anusapati
-          Candi Jago, tempat perabuan Wisnuwardhana
-          Candi Singhasari, tempat perabuan Kertanegara
-          Arca Dewi Prajnaparamita, yang merupakan perwujudan Ken Dedes
-          Arca Joko Dolok dan Amoghapasa yang merupakan perwujudan Kertanegara.
7.      Kerajaan Majapahit
c.       Kehidupan Budaya Kerajaan Majapahit
Pada zaman Kerajaan Majapahit, kebudayaan berkembang dengan pesat baik di bidang sastra
maupun bangunan.
1)      Peninggalan Bangunan
-          Candi Panataran di Blitar
-          Candi Sumber Jati di Blitar
-          Candi Srenggopara di Kapopongan
-          Candi Jabung di Krasakan
-          Candi Surawana di Kediri
-          Candi Pari dekat Porong
-          Candi Wringin Lawang di Trowulan
2)      Peninggalan Kesastraan
-          Kitab Negarakertagama , karya Mpu Prapanca
-          Kitab Sutasoma, karya Mpu Tantular
-          Kitab Pararaton yang menceritakan riwayat raja-raja Singhasari dan Majapahit.
-          Kitab Sundayana, yang berisi tentang Peristiwa Bubat
-          Kitab Sorandaka, yang berisi tentang Pemberontakan Sora
-          Kitab Ranggalawe, yang berisi tentang pemberontakan Ranggalawe
-          Kitab Usana Jawa, yang berisi tentang penaklukan Pulau Bali oleh Gajah Maja dan Aryadamar
-          Kitab Kunjarakarna, tidak diketahui pengarangnya. 

Peninggalan-Peninggalan Sejarah yang Bercorak Islam


Di berbagai negara, para penganut Islam berusaha menampilkan citra dan cita keesaan Tuhan
lewat bermacam budaya. Karya-karya budaya bercorak Islam tampil dengan ciri khasnya sendiri yang
menambah khazanah budaya Indonesia. Peninggalan-peninggalan sejarah yang bercorak Islam di
Indonesia, yaitu[3]:
a)      Seni Bangunan, Seni Pahat dan Seni Ukir,
b)      Seni Sastra,
c)      Tradisi dan Upacara

43. Strategi Perlawanan Bangsa Indonesia melawan penjajah eropa


Perang Padri

Perang Padri diawali dengan konflik antara Kaum Padri dengan Kaum Adat terkait pemurnian agama
Islam di Sumatera Barat. Kaum Adat masih sering melakukan kebiasaan yang bertentangan dengan Islam,
seperti berjudi dan mabuk-mabukan. Kaum Padri yang terdiri dari para ulama menasihati Kaum Adat
untuk menghentikan kebiasaan tersebut, Kaum Adat menolaknya, sehingga terjadi perang yang
berlangsung tahun 1803 – 1821. Perang diakhiri dengan kekalahan Kaum Adat

Kondisi tersebut lalu dimanfaatkan Belanda untuk bekerja sama dengan Kaum Adat guna melawan Kaum
Padri. Belanda memang bertujuan untuk menguasai wilayah Sumatera Barat. Salah satu tokoh pemimpin
Kaum Padri adalah Tuanku Imam Bonjol. Fase perang ini berlangsung tahun 1821 – 1838. Tuanku Imam
Bonjol lalu mengajak Kaum Adat agar menyadari tipuan Belanda dan akhirnya bersatu melawan Belanda.
Perang diakhiri dengan kekalahan di pihak Padri dan Adat karena militer Belanda yang cukup kuat.

Perang Pattimura

Pada 1817, Belanda juga berusaha menguasai Maluku dengan monopoli perdagangan. Rakyat Maluku
yang dipimpin Thomas Matulessy (Pattimura) menolaknya dan melakukan perlawanan terhadap Belanda.
Pertempuran sengit terjadi di benteng Duurstede, Saparua. Belanda mengerahkan pasukan secara besar-
besaran, rakyat Maluku terdesak. Perlawanan rakyat Maluku melemah akibat tertangkapnya Pattimura
dan Martha Christina Tiahahu.

Perang Diponegoro

Perang Diponegoro adalah perang terbesar yang dialami Belanda. Perlawanan ini dipimpin Pangeran
Diponegoro yang didukung pihak istana, kaum ulama, dan rakyat Yogyakarta. Perang ini terjadi karena
Belanda memasang patok-patok jalan yang melalui makam leluhur Pangeran Diponegoro. Perang ini
terjadi tahun 1825 – 1830. Pada tahun 1827, Belanda memakai siasat perang bernama  Benteng Stelsel,
yaitu setiap daerah yang dikuasai didirikan benteng untuk mengawasi daerah sekitarnya. Antara satu
benteng dan benteng lainnya dihubungkan pasukan gerak cepat, sehingga ruang gerak pasukan
Diponegoro dipersempit. Benteng Stelsel belum mampu mematahkan serangan pasukan Diponegoro.
Belanda akhirnya menggunakan tipu muslihat dengan cara mengajak berunding Pangeran Diponegoro,
padahal sebenarnya itu berupa penangkapan. Setelah penangkapan, gerak pasukan Diponegoro mulai
melemah. Belanda dapat memenangkan perang tersebut, namun dengan kerugian yang besar karena
perang tersebut menguras biaya dan tenaga yang banyak.

Perang Jagaraga Bali

Perang ini terjadi akibat protes Belanda terhadap Hak Tawan Karang, yaitu aturan yang memberik hak
kepada kerajaan-kerajaan Bali untuk merampas kapal asing beserta muatannya yang terdampar di Bali.
Protes ini tidak membuat Bali menghapuskan Hak Tawan Karang, sehingga perang puputan (habis-
habisan) antara kerajaan-kerajaan Bali yang dipimpin I Gusti Ketut Jelantik dengan Belanda terjadi.
Belanda berhasil menguasai Bali karena kekuatan militer yang lebih unggul.

Perang Banjar

Perang ini dilatarbelakangi oleh Belanda yang ingin menguasai kekayaan alam Banjar, serta keikut-
campuran Belanda dalam urusan kesultanan. Akibatnya, rakyat yang dipimpin Pangeran Hidayatullah dan
Pangeran Antasari melakukan perlawanan terhadap Belanda sekitar tahun 1859. Serangkaian pertempuran
terus terjadi hingga Belanda menambahkan kekuatan militernya. Pasukan Pangeran Hidayatullah kalah,
karena pasukan Belanda lebih unggul dari segi jumlah pasukan, keterampilan perang pasukannya, dan
peralatan perangnya. Perlawanan rakyat Banjar mulai melemah ketika Pangeran Hidayatullah tertangkap
dan dibuang ke Pulau Jawa, sementara itu Pangeran Antasari masih melakukan perlawanan secara gerilya
hingga ia wafat.

Perang Aceh

Perang Aceh dilatarbelakangi Traktat Sumatra (1871) yang menyebutkan bahwa Belanda bebas
meluaskan wilayah di Sumatera termasuk Aceh. Hal ini ditentang Teuku Cik Ditiro, Cut Mutia, Teuku
Umar, Cut Nyak Dien, dan Panglima Polim. Belanda mendapatkan perlawanan sengit dari rakyat Aceh.
Rakyat Aceh berperang dengan jihad, sehingga semangatnya untuk melawan Belanda sangat kuat. Untuk
menghadapinya, Belanda mengutus Snouck Hurgronje untuk meneliti budaya dan karakter rakyat Aceh.
Ia menyarankan agar pemerintah Belanda menggempur pertahanan Aceh bertubi-tubi agar mental rakyat
semakin terkikis, dan memecahbelah rakyat Aceh menjadi beberapa kelompok.

Perlawanan Rakyat Batak

Perlawanan rakyat Batak dipimpin Sisingamangaraja XII. Latar belakang perlawanan ini adalah bangsa
Belanda berusaha menguasai seluruh tanah Batak dan disertai dengan penyebaran agama Kristen.
Sisingamangaraja XII masih melawan Belanda sampai akhir abad ke-19. Namun, gerak pasukan
Sisingamangaraja XII semakin menyempit. Pada akhirnya, Sisingamangaraja XII wafat ditembak serdadu
Marsose, dan Belanda menguasai tanah Batak.

45. peran bangsa Indonesia dalam perdamaian dunia

1. Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB)


PBB didirikan secara resmi pada tanggal 24 Oktober 1945. Tujuan PBB antara lain memelihara
perdamaian dunia, menjaga hubungan persaudaran antar bangsa, dan mengadakan kerjasama
internasional.

Indonesia menjadi anggota PBB pada tanggal 28 September 1950 yaitu menjadi anggota ke-60
PBB. Indonesia pernah keluar dari PBB pada tanggal 7 Januari 1965 hal ini disebabkan oleh Malaysia
diangkat menjadi Dewan Keamanan tidak tetap PBB. Akan tetapi pada tanggal 28 September 1966,
Indonesia kembali menjadi anggota PBB. Dalam organisasi PBB, Indonesia turut serta dengan
mengirimkan pasukan garuda dalam misi pasukan perdamaian PBB.

2. Konferensi Asia Afrika (KAA)


Latar belakang dari adanya KAA adalah adanya Perang Dingin antara blok barat dan blok timur. KAA
dilaksanakan di Bandung pada tanggal 18-24 April 1955 pada masa Kabinet Ali Sastroamijoyo I. KAA di
Bandung menghasilkan kesepakatan bersama yang bernama Dasasila Bandung.
KAA diawali dengan adanya  Konferensi Kolombo (28 April–2 Mei 1954) di Srilanka yang dipelopori
oleh lima tokoh yang berbeda negara yaitu
1. Ali Sastroamijoyo dari Indonesia,
2. Jawarlal Nehru dari India,
3. U Nu dari Birma/Myanmar,
4. Muhammad Ali dari Pakistan,
5. Sir John Kotelawala dari Srilanka.
Kemudian dilanjutkan dengan Konferensi Bogor atau Konferensi Pancanegara II pada 28-31 Desember
1954. Konferensi Bogor membahas pelaksanaan Konferensi Asia Afrika antara lain apa tujuan Konferensi
Asia Afrika, negara mana saja yang akan diundang, dan atas tingkatan apa Konferensi Asia Afrika itu
akan diadakan

KAA di Bandung dihadiri oleh 29 negara. Satu negara tidak hadir yakni Rhodesia yang sedang
menghadapi konflik. Sebagai ketua konferensi yakni Perdana Menteri Ali Sastroamijoyo, dengan
Sekertaris jenderal konferensi yakni Ruslan Abdul Gani. ketua panitia kebudayaan adalah Mr. Muh.
Yamin, dan ketua panitia bagian perekonomian adalah Prof. Ir. Roosseno. Pada KAA, Indonesia meminta
dukungan negara negara Asia-Afrika untuk menyelesaikan masalah Irian Barat

3. Gerakan Non Blok (GNB) 


Latar belakang berdirinya terjadinya Perang Dingin antara Blok Barat dengan Blok Timur setelah
berakhirnya Perang Dunia II.
Konferensi Tingkat Tinggi di Boegrad Yuguslavia pada tanggal 1-6 September 1961 melanjutkan adanya
Dasasila Bandung. Hasil KTT kemudian dibentuk Gerakan Non Blok. Pelopor GNB yaitu:

1. B Tito dari Yugoslavia


2. Soekarno dari Indonesia
3. Gamal Abdul Nasser dari Mesir
4. J Nehru dari India
5. Kwame Nkrumah dari Ghana
Saat menjadi ketua Gerakan Non-Blok tahun 1992, Indonesia banyak memberikan sumbangan nyata
bagi perdamaian dunia. Misalnya memberi sumbangan bagi penyelesaian masalah Republik
Demokrasi Rakyat Korea, Bosnia, Herzegovina, dan penyelesaian utang luar negeri negara-negara
berkembang. Presiden Soeharto saat itu mengusulkan untuk negara terbelakang diperlukan
penyelesaian utang sekaligus (once and for all) dan bukan penjadwalan kembali utang secara
berkali-kali selama bertahun-tahun.
Misi Garuda,
Pengiriman pasukan Garuda yang dilakukan oleh Indonesia dalam rangka ikut serta dalam menjaga
perdamaian dunia. Pasukan Garuda bergabung dalam Pasukan PBB. Berikut ini merupakan beberapa misi
pengiriman pasukan Garuda.

Pasukan Garuda 11 di bawah pimpinan Kolonel Priyanto diberangkatkan ke Kongo 10 September 1960
untuk bergabung dengan pasukan perdamaian PBB dengan United Nations Operation for the Congo
(UNOC), bertugas hingga bulan Mei 1961.

Pasukan Garuda III di bawah pimpinan Brigjen Kemal juga bertugas di Kongo dari bulan Desember 1962
sampai bulan Agustus 1964.

Pasukan Garuda IV di bawah pimpinan Brigjen TNI Wivono, bertugas di Vietnam mulai bulan Januari
1973 sampai Juli 1972.

Pasukan Garuda VII di bawah pimpinan Kolonel Rudini dan wakilnya Mayor Basofi Sudirman dikirim ke
Timur Tengah pada tanggal 3 Desember 1973.

Pasukan Garuda VII di bawah pimpinan Brigjen Sukemi Sumantrio bertugas di Vietnam dari bulan AF
1974 sampai November 1974, kemudian digantikan Pasukan Garuda VlIi di bawah pimpinan Brigjen T,
Bambang Sumantri dari bulan November 1974 sampai bulan Juni 1975. Pada tahun ini pula pasuka
perdamaian PBB untuk Vietnam ICCS (IntemasionalCommision for Control and Supervision) ditarik
mend. sefelah seluruh Vietnam jatuh ke tangan Vietnam Utara atau Vietkong yang berhaluan komunis.
Pasukan Garuda VIII di bawah pimpinan Kolonel Gunawan Wibisono, Kontingen Garuda VI dan V
bergabung dalam pasukan perdamaian PBB yang diberi nama United Nations Emergency Force (UNIEF

Deklarasi Djuanda,
Deklarasi Djuanda membuat batas kontinen laut kita diubah dari 3 mil batas air terendah menjadi 12 mil
dari batas  pulau terluar. Kondisi ini membuat wilayah Indonesia semakin menjadi luas dari sebelumnya
hanya 2.027.087 km2 menjadi 5.193.250 km2. Deklarasi Djuanda  memantapkan Indonesia sebagai 
Archipelagic State Principle atau negara kepulauan.

Deklarasi Djuanda ini baru bisa diterima di dunia internasional setelah ditetapkan dalam Konvensi
Hukum Laut PBB yang ke-3 di Montego Bay (Jamaika) pada tahun 1982 (United Nations Convention On
The  Law of The Sea/UNCLOS 1982). Pemerintah Indonesia kemudian meratifkasinya dalam UU No.17/
1985 tentang pengesahan UNCLOS 1982 bahwa Indonesia adalah negara kepulauan. Setelah
diperjuangkan selama lebih dari dua puluh lima tahun, akhirnya pada 16 November    1994, setelah  
diratifkasi oleh 60 negara, hukum laut Indonesia diakui oleh dunia internasional

ASEAN

 Sejak KTT ASEAN I tahun 1976 di Bali, Indonesia dijadikan secretariat ASEAN yang
berkedudukan di Jakarta. Bahkan, sekretaris jenderal ASEAN yang pertama dijabat Letjen H.R.
Dharsono dari Indonesia. Selanjutnya, Indonesia menjadi inisiator dan motor penggerak jalannya
roda organisasi ASEAN dalam berbagai even dan bidang.

 Indonesia mengusulkan konsep ASEAN Community yang disepakati menjadi keputusan KTT
ASEAN ke-9 di Bali (Bali Concord II). ASEAN Community meliputi tiga pilar, yaitu ASEAN
Security Community, ASEAN Socio-Cultural Community, dan ASEAN Economic Community.
 Saat Indonesia menjadi ketua ASEAN Standing Committee (ESC) tahun 2003–2004, Indonesia
telah menyelenggarakan dan mengetuai rangkaian Pertemuan Menteri Luar Negeri ASEAN
(ASEAN Ministerial Meeting/AMM), Past Ministerial Conference (PMC), dan ASEAN Regional
Forum (ARF) tanggal 29 Juni–2 Juli 2004. Pembahasan dititikberatkan untuk menindaklanjuti hasil
KTT ASEAN ke-9 di Bali, yaitu mengenai ASEAN Security Community Plan of Action dan
ASEAN Socio-Cultural Community Plan of Action

OKI

Perang Indonesia dalam OKI antara lain ikut upaya penyelesaian konflik antara Pemerintah Philipina
dengan Moro National Liberation Front (MNLF), Indonesia mendukung kemerdekaan Palestina dengan
ibukota di Yerusalem dukungan tersebut dibuktikan dengan hubungan diplomatik dengan Palestina pada
19 Oktober 1989. Indonesia juga memperjuangkan tentang penyelesaian masalah isu islamfobia.

Jakarta Informal Meeting (JIM)


Jakarta Informal Meerting merupakan upaya bangsa Indonesia dalam ikut serta dalam menjaga
perdamaian dunia terutama di kawasan Asia Tenggara. Pemrakarsa JIM yaitu Menteri Luar Negeri
Indonesia, Ali Alatas. JIM merupakan upaya untuk menyelesaikan konflik Kamboja.
JIM I dilaksanakan di Bogor pada tanggal 25-28 Juli 1988 dan JIM II di Jakarta tanggal 19-21 Februari
1989. JIM dihadiri oleh 6 Menlu ASEAN, Menlu Vietnam dan kelompok yang bertikai di Kamboja. Hasil
dari JIM antara lain ;
1. Penarikan pasukan Vietnam dari Kamboja paling lambat tanggal 30 Desember 1989
2. Akan dibentuk pemerintahan yang mengikutsertakan keempat kelompok yang bertikai di
Kamboja
Akhirnya masalah Kamboja dapat diselesaikan berdasarkan Perjanjian Paris pada tanggal 23 Oktober 199

Anda mungkin juga menyukai