Kronologis
Pengertian dari konsep kronologis dalam sejarah adalah ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa
sejarah sesuai urutan waktu terjadinya, dari awal hingga akhir. Sebab setiap peristiwa sejarah pastilah
akan diurutkan sesuai waktu terjadinya secara runtut dan berkesinambungan.
Contoh dalam penerapan konsep kronologis dalam sejarah salah satunya mengenai penjajahan Belanda di
Indonesia dilatarbelakangi oleh putusnya hubungan dagang rempah-rempah Belanda dengan Portugis. Hal
ini kemudian membuat Belanda mencari daerah rempah-rempah baru kemudian sampai ke Indonesia.
Setelah berhasil menguasai perdagangan rempah-rempah kemudian Belanda membentuk VOC atau
kongsi dagang Belanda untuk menghindari persaingan antara pendagang Belanda. Setelah dibentuk maka
era penjajahan Belanda masa VOC terjadi dengan beberapa hak istimewa yang dimiliki.
Konsep Diakronik
Sejarah itu diakronis maksudnya memanjang dalam waktu, sedangkan ilmu-ilmu sosial itu
sinkronis maksudnya melebar dalam ruang. Sejarah mementingkan proses, sejarah akan membicarakan
satu peristiwa tertentu dengan tempat tertentu, dari waktu A sampai waktu B.
Contoh:
1. Perkembangan Sarekat Islam di Solo, 1911-1920
2. Terjadinya Perang Diponegaro, 1925-1930
3. Revolusi Fisik di Indonesia, 1945-1949
4. Gerakan Zionisme 1897-1948
Konsep Sinkronik
Sedangkan ilmu sosial itu sinkronik (menekankan struktur) artinya ilmu sosial meluas dalam
ruang. Pendekatan sinkronis menganalisa sesuatu tertentu pada saat tertentu, titik tetap pada waktunya. Ini
tidak berusaha untuk membuat kesimpulan tentang perkembangan peristiwa yang berkontribusi pada
kondisi saat ini, tetapi hanya menganalisis suatu kondisi seperti itu.
Contoh: satu mungkin menggunakan pendekatan sinkronis untuk menggambarkan keadaan
ekonomi di Indonesia pada suatu waktu tertentu, menganalisis struktur dan fungsi ekonomi
hanya pada keadaan tertentu dan pada di saat itu.
Konsep Ruang
Ruang adalah konsep yang paling melekat dengan waktu.
· Ruang merupakan tempat terjadinya berbagai peristiwa – peristiwa sejarah dalam perjalanan
waktu.
· Penelaahan suatu peristiwa berdasarkan dimensi waktunya tidak dapat terlepaskan dari ruang
waktu terjadinya peristiwa tersebut.
· Jika waktu menitik beratkan pada aspek kapan peristiwa itu terjadi, maka konsep ruang
menitikberatkan pada aspek tempat, dimana peristiwa itu terjadi.
Konsep waktu
· Masa lampau itu sendiri merupakan sebuah masa yang sudah terlewati. Tetapi, masa lampau
bukan merupakan suatu masa yang final, terhenti, dan tertutup.
· Masa lampau itu bersifat terbuka dan berkesinambungan. Sehingga, dalam sejarah, masa lampau
manusia bukan demi masa lampau itu sendiri dan dilupakan begitu saja, sebab sejarah itu
berkesinambungan apa yang terjadi dimasa lampau dapat dijadikan gambaran bagi kita untuk
bertindak dimasa sekarang dan untuk mencapai kehidupan yang lebih baik di masa mendatang.
· Sejarah dapat digunakan sebagai modal bertindak di masa kini dan menjadi acuan untuk
perencanaan masa yang akan dat
42. Hindu-Buddha
Perang Padri diawali dengan konflik antara Kaum Padri dengan Kaum Adat terkait pemurnian agama
Islam di Sumatera Barat. Kaum Adat masih sering melakukan kebiasaan yang bertentangan dengan Islam,
seperti berjudi dan mabuk-mabukan. Kaum Padri yang terdiri dari para ulama menasihati Kaum Adat
untuk menghentikan kebiasaan tersebut, Kaum Adat menolaknya, sehingga terjadi perang yang
berlangsung tahun 1803 – 1821. Perang diakhiri dengan kekalahan Kaum Adat
Kondisi tersebut lalu dimanfaatkan Belanda untuk bekerja sama dengan Kaum Adat guna melawan Kaum
Padri. Belanda memang bertujuan untuk menguasai wilayah Sumatera Barat. Salah satu tokoh pemimpin
Kaum Padri adalah Tuanku Imam Bonjol. Fase perang ini berlangsung tahun 1821 – 1838. Tuanku Imam
Bonjol lalu mengajak Kaum Adat agar menyadari tipuan Belanda dan akhirnya bersatu melawan Belanda.
Perang diakhiri dengan kekalahan di pihak Padri dan Adat karena militer Belanda yang cukup kuat.
Perang Pattimura
Pada 1817, Belanda juga berusaha menguasai Maluku dengan monopoli perdagangan. Rakyat Maluku
yang dipimpin Thomas Matulessy (Pattimura) menolaknya dan melakukan perlawanan terhadap Belanda.
Pertempuran sengit terjadi di benteng Duurstede, Saparua. Belanda mengerahkan pasukan secara besar-
besaran, rakyat Maluku terdesak. Perlawanan rakyat Maluku melemah akibat tertangkapnya Pattimura
dan Martha Christina Tiahahu.
Perang Diponegoro
Perang Diponegoro adalah perang terbesar yang dialami Belanda. Perlawanan ini dipimpin Pangeran
Diponegoro yang didukung pihak istana, kaum ulama, dan rakyat Yogyakarta. Perang ini terjadi karena
Belanda memasang patok-patok jalan yang melalui makam leluhur Pangeran Diponegoro. Perang ini
terjadi tahun 1825 – 1830. Pada tahun 1827, Belanda memakai siasat perang bernama Benteng Stelsel,
yaitu setiap daerah yang dikuasai didirikan benteng untuk mengawasi daerah sekitarnya. Antara satu
benteng dan benteng lainnya dihubungkan pasukan gerak cepat, sehingga ruang gerak pasukan
Diponegoro dipersempit. Benteng Stelsel belum mampu mematahkan serangan pasukan Diponegoro.
Belanda akhirnya menggunakan tipu muslihat dengan cara mengajak berunding Pangeran Diponegoro,
padahal sebenarnya itu berupa penangkapan. Setelah penangkapan, gerak pasukan Diponegoro mulai
melemah. Belanda dapat memenangkan perang tersebut, namun dengan kerugian yang besar karena
perang tersebut menguras biaya dan tenaga yang banyak.
Perang ini terjadi akibat protes Belanda terhadap Hak Tawan Karang, yaitu aturan yang memberik hak
kepada kerajaan-kerajaan Bali untuk merampas kapal asing beserta muatannya yang terdampar di Bali.
Protes ini tidak membuat Bali menghapuskan Hak Tawan Karang, sehingga perang puputan (habis-
habisan) antara kerajaan-kerajaan Bali yang dipimpin I Gusti Ketut Jelantik dengan Belanda terjadi.
Belanda berhasil menguasai Bali karena kekuatan militer yang lebih unggul.
Perang Banjar
Perang ini dilatarbelakangi oleh Belanda yang ingin menguasai kekayaan alam Banjar, serta keikut-
campuran Belanda dalam urusan kesultanan. Akibatnya, rakyat yang dipimpin Pangeran Hidayatullah dan
Pangeran Antasari melakukan perlawanan terhadap Belanda sekitar tahun 1859. Serangkaian pertempuran
terus terjadi hingga Belanda menambahkan kekuatan militernya. Pasukan Pangeran Hidayatullah kalah,
karena pasukan Belanda lebih unggul dari segi jumlah pasukan, keterampilan perang pasukannya, dan
peralatan perangnya. Perlawanan rakyat Banjar mulai melemah ketika Pangeran Hidayatullah tertangkap
dan dibuang ke Pulau Jawa, sementara itu Pangeran Antasari masih melakukan perlawanan secara gerilya
hingga ia wafat.
Perang Aceh
Perang Aceh dilatarbelakangi Traktat Sumatra (1871) yang menyebutkan bahwa Belanda bebas
meluaskan wilayah di Sumatera termasuk Aceh. Hal ini ditentang Teuku Cik Ditiro, Cut Mutia, Teuku
Umar, Cut Nyak Dien, dan Panglima Polim. Belanda mendapatkan perlawanan sengit dari rakyat Aceh.
Rakyat Aceh berperang dengan jihad, sehingga semangatnya untuk melawan Belanda sangat kuat. Untuk
menghadapinya, Belanda mengutus Snouck Hurgronje untuk meneliti budaya dan karakter rakyat Aceh.
Ia menyarankan agar pemerintah Belanda menggempur pertahanan Aceh bertubi-tubi agar mental rakyat
semakin terkikis, dan memecahbelah rakyat Aceh menjadi beberapa kelompok.
Perlawanan rakyat Batak dipimpin Sisingamangaraja XII. Latar belakang perlawanan ini adalah bangsa
Belanda berusaha menguasai seluruh tanah Batak dan disertai dengan penyebaran agama Kristen.
Sisingamangaraja XII masih melawan Belanda sampai akhir abad ke-19. Namun, gerak pasukan
Sisingamangaraja XII semakin menyempit. Pada akhirnya, Sisingamangaraja XII wafat ditembak serdadu
Marsose, dan Belanda menguasai tanah Batak.
Indonesia menjadi anggota PBB pada tanggal 28 September 1950 yaitu menjadi anggota ke-60
PBB. Indonesia pernah keluar dari PBB pada tanggal 7 Januari 1965 hal ini disebabkan oleh Malaysia
diangkat menjadi Dewan Keamanan tidak tetap PBB. Akan tetapi pada tanggal 28 September 1966,
Indonesia kembali menjadi anggota PBB. Dalam organisasi PBB, Indonesia turut serta dengan
mengirimkan pasukan garuda dalam misi pasukan perdamaian PBB.
KAA di Bandung dihadiri oleh 29 negara. Satu negara tidak hadir yakni Rhodesia yang sedang
menghadapi konflik. Sebagai ketua konferensi yakni Perdana Menteri Ali Sastroamijoyo, dengan
Sekertaris jenderal konferensi yakni Ruslan Abdul Gani. ketua panitia kebudayaan adalah Mr. Muh.
Yamin, dan ketua panitia bagian perekonomian adalah Prof. Ir. Roosseno. Pada KAA, Indonesia meminta
dukungan negara negara Asia-Afrika untuk menyelesaikan masalah Irian Barat
Pasukan Garuda 11 di bawah pimpinan Kolonel Priyanto diberangkatkan ke Kongo 10 September 1960
untuk bergabung dengan pasukan perdamaian PBB dengan United Nations Operation for the Congo
(UNOC), bertugas hingga bulan Mei 1961.
Pasukan Garuda III di bawah pimpinan Brigjen Kemal juga bertugas di Kongo dari bulan Desember 1962
sampai bulan Agustus 1964.
Pasukan Garuda IV di bawah pimpinan Brigjen TNI Wivono, bertugas di Vietnam mulai bulan Januari
1973 sampai Juli 1972.
Pasukan Garuda VII di bawah pimpinan Kolonel Rudini dan wakilnya Mayor Basofi Sudirman dikirim ke
Timur Tengah pada tanggal 3 Desember 1973.
Pasukan Garuda VII di bawah pimpinan Brigjen Sukemi Sumantrio bertugas di Vietnam dari bulan AF
1974 sampai November 1974, kemudian digantikan Pasukan Garuda VlIi di bawah pimpinan Brigjen T,
Bambang Sumantri dari bulan November 1974 sampai bulan Juni 1975. Pada tahun ini pula pasuka
perdamaian PBB untuk Vietnam ICCS (IntemasionalCommision for Control and Supervision) ditarik
mend. sefelah seluruh Vietnam jatuh ke tangan Vietnam Utara atau Vietkong yang berhaluan komunis.
Pasukan Garuda VIII di bawah pimpinan Kolonel Gunawan Wibisono, Kontingen Garuda VI dan V
bergabung dalam pasukan perdamaian PBB yang diberi nama United Nations Emergency Force (UNIEF
Deklarasi Djuanda,
Deklarasi Djuanda membuat batas kontinen laut kita diubah dari 3 mil batas air terendah menjadi 12 mil
dari batas pulau terluar. Kondisi ini membuat wilayah Indonesia semakin menjadi luas dari sebelumnya
hanya 2.027.087 km2 menjadi 5.193.250 km2. Deklarasi Djuanda memantapkan Indonesia sebagai
Archipelagic State Principle atau negara kepulauan.
Deklarasi Djuanda ini baru bisa diterima di dunia internasional setelah ditetapkan dalam Konvensi
Hukum Laut PBB yang ke-3 di Montego Bay (Jamaika) pada tahun 1982 (United Nations Convention On
The Law of The Sea/UNCLOS 1982). Pemerintah Indonesia kemudian meratifkasinya dalam UU No.17/
1985 tentang pengesahan UNCLOS 1982 bahwa Indonesia adalah negara kepulauan. Setelah
diperjuangkan selama lebih dari dua puluh lima tahun, akhirnya pada 16 November 1994, setelah
diratifkasi oleh 60 negara, hukum laut Indonesia diakui oleh dunia internasional
ASEAN
Sejak KTT ASEAN I tahun 1976 di Bali, Indonesia dijadikan secretariat ASEAN yang
berkedudukan di Jakarta. Bahkan, sekretaris jenderal ASEAN yang pertama dijabat Letjen H.R.
Dharsono dari Indonesia. Selanjutnya, Indonesia menjadi inisiator dan motor penggerak jalannya
roda organisasi ASEAN dalam berbagai even dan bidang.
Indonesia mengusulkan konsep ASEAN Community yang disepakati menjadi keputusan KTT
ASEAN ke-9 di Bali (Bali Concord II). ASEAN Community meliputi tiga pilar, yaitu ASEAN
Security Community, ASEAN Socio-Cultural Community, dan ASEAN Economic Community.
Saat Indonesia menjadi ketua ASEAN Standing Committee (ESC) tahun 2003–2004, Indonesia
telah menyelenggarakan dan mengetuai rangkaian Pertemuan Menteri Luar Negeri ASEAN
(ASEAN Ministerial Meeting/AMM), Past Ministerial Conference (PMC), dan ASEAN Regional
Forum (ARF) tanggal 29 Juni–2 Juli 2004. Pembahasan dititikberatkan untuk menindaklanjuti hasil
KTT ASEAN ke-9 di Bali, yaitu mengenai ASEAN Security Community Plan of Action dan
ASEAN Socio-Cultural Community Plan of Action
OKI
Perang Indonesia dalam OKI antara lain ikut upaya penyelesaian konflik antara Pemerintah Philipina
dengan Moro National Liberation Front (MNLF), Indonesia mendukung kemerdekaan Palestina dengan
ibukota di Yerusalem dukungan tersebut dibuktikan dengan hubungan diplomatik dengan Palestina pada
19 Oktober 1989. Indonesia juga memperjuangkan tentang penyelesaian masalah isu islamfobia.