Anda di halaman 1dari 13

KUDETA DALAM KUBU DEMOKRAT

DISUSUN OLEH : KELOMPOK III

Nyimas Mutiara

Putri Bila Marsilah

Dida Dianella Inzani

Cahya Ningrum

Syafitri Anggraini

Novita Tri Indriani

Muhammad Rizky Ramadhan

DOSEN PENGAMPU : Elita Aidillah, S.sos.,M.A

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI RADEN FATAH PALEMBANG

TAHUN AJARAN 2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Segala puji bagi Allah swt yang telah memberikan rahmat serta hidayah kepada kita selaku
makhluk-Nya. Salawat serta salam semoga tercurahkan kepada kekasih Allah yang memiliki
akhlak paling mulia yaitu Nabi Muhammad saw.

Syukur kehadiran Allah SWT yang telah memberikan anugrah, kesempatan dan pemikiran
kepada saya untuk dapat menyelesaikan makalah yang berjudul "KUDETA DALAM KUBU
DEMOKRAT" ini . makalah ini merupakan pengetehuan tentang isu perebutan kekuasaan dalam
partai demokrat, semuanya saya paparkan dengan sebaik mungkin.

Saya menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna,untuk menjadi lebih sempurna lagi
saya membutuhkan kritik dan saran dari pihak lain untuk membagikannya kepada saya demi
memperbaiki kekurangan pada makalah ini.

Terimakasih.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Palembang, 14 April 2021

Nyimas Mutiara

DAFTAR ISI

2
KATA PENGANTAR..............................................................................................................II

DAFTAR ISI..........................................................................................................................III

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................III

Latar Belakang..............................................................................................................4

Rumusan Masalah........................................................................................................4

Tujuan Permasalahan...................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................5

2.1 Pengertian Demokrasi............................................................................................5

2.2 Pengertian Demokratisasi.....................................................................................5

2.3 Kudeta Dalam Kubu Demokrat..............................................................................6

2.4 Respon Pemerintah................................................................................................7

2.5 Upaya Penyelesaian konflik...................................................................................8

BAB III PENUTUP...............................................................................................................12

Kesimpulan.................................................................................................................12

Saran...........................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................13

BAB I

3
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Awal Februari 2021, politik Indonesia dikejutkan dengan pernyataan Ketua Umum Partai
Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) bahwa partainya akan "dikudeta". Tak berselang
lama, pada 5 Maret, konflik internal partai politik berujung pada Kongres Luar Biasa (KLB) yang
diadakan oleh sebagian anggota partai di Deli Serdang. Tak hanya mengubah AD/ART partai,
KLB juga memilih Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko sebagai ketua umum baru.

Konflik internal partai yang diwarnai perebutan posisi ketua umum sesungguhnya bukan cerita
baru dalam percaturan politik Indonesia. Ketua umum memiliki posisi yang sangat strategis tak
hanya sebagai penentu berbagai arah kebijakan partai, tetapi juga berpeluang kuat dicalonkan
dalam pemilihan presiden ataupun masuk dalam struktur penting lembaga pemerintahan. Oleh
karena itu, tak mengejutkan jika posisi ketua umum menjadi posisi yang diperebutkan oleh
elite-elite partai.

Selama era Reformasi, tercatat Partai Golongan Karya (Golkar), Partai Kebangkitan Bangsa
(PKB), dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) pernah mengalaminya, bahkan tak hanya
sekali. Yang berbeda dari kisruh Partai Demokrat (PD) kali ini adalah perebutan posisi ketua
umum oleh Moeldoko yang bukan merupakan kader partai. Setelah masa bakti militernya
selesai, Moeldoko memasuki dunia politik dengan menjadi bagian dari Dewan Pembina DPP
Partai Hanura (2016-2018); namun, ia tak pernah menjadi anggota Partai Demokrat. Apa yang
berlangsung di dalam tubuh PD hari ini memang memiliki pola berbeda dari fenomena konflik
dualisme kepengurusan yang pernah terjadi sebelumnya. Namun, problem mendasar yang
menjadi latar belakang mengapa kisruh PD bisa terjadi sesungguhnya merupakan masalah yang
dihadapi oleh kebanyakan partai politik di Indonesia. Persoalan partai personal dan masalah
etika politik merupakan problem mendasar itu.

1.2. TUJUAN PERMASALAHAN

Tujuan dari mengangkat materi tentang kudeta dalam partai Demokrat ini yaitu:

4
1. Untuk mengetahui kasus kudeta yang terjadi dalam kubu Demokrat.

2. Untuk mengetahui latar belakang terjadinya kasus kudeta tersebut

3. Untuk mengetahui siapa yg terlibat dalam kasus tersebut

4. Untuk mengetahui bagaimana respon pemerintah tentang kasus tersebut

5. Untuk mengetahui bagaimana penyelesaian kasus tersebut.

1.3. IDENTIFIKASI MASALAH

Sesuai dengan judul makalah ini ”Kudeta dalam kubu demokrat” maka masalah yang dapat
diidentifikasi sebagai berikut :

1. Apa pengertian Demokrasi

2. Apa pengertian Demokratisasi

2. Pembahasan tentang Kasus Kudeta anggota kubu Demokrat

3. Siapa saja yang terlibat dalam kasus tersebut?

5. Bagaimana respon pemerintah?

6. Bagaimana penyelesaiannya?

BAB II

PEMBAHASAN

5
2.1 Pengertian Demokrasi

Demokrasi adalah bentuk pemerintahan di mana semua warga negaranya memiliki hak setara
dalam pengambilan keputusan yang dapat mengubah hidup mereka. Demokrasi mengizinkan
warga negara berpartisipasi—baik secara langsung atau melalui perwakilan—dalam
perumusan, pengembangan, dan pembuatan hukum. Demokrasi mencakup kondisi sosial,
ekonomi, dan budaya yang memungkinkan adanya praktik kebebasan politik secara bebas dan
setara. Demokrasi juga merupakan seperangkat gagasan dan prinsip tentang kebebasan beserta
praktik dan prosedurnya. Demokrasi mengandung makna penghargaan terhadap harkat dan
martabat manusia

2.2 Pengertian Demokratisasi

Demokratisasi adalah transisi ke rezim politik yang lebih demokratis. Tetapi secara umum,
demokratisasi adalah proses pendemokrasian, agar rakyat turut serta dalam kegiatan politik
suatu negara. Proses demokratisasi ini bukanlah proses yang mudah. Karena rakyat harus
menyuarakan pendapatnya melalui Dewan Perwakilan Rakyat atau DPR, atau rakyat ikut serta
dalam kegiatan kemasyarakatan atau kenegaraan, dengan menyamakan hak dan kewajiban
seluruh masyarakat. Dengan adanya demokratisasi ini, rakyat bisa bebas dalam melakukan
berbagai kegiatan di negaranya, dengan bebas berpendapat dan pluralisme yang berkembang
dalam negara tersebut.

2.3 Kudeta dalam kubu Demokrat.

Awal Februari 2021, politik Indonesia dikejutkan dengan pernyataan Ketua Umum Partai
Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) bahwa partainya akan "dikudeta". Tak berselang
lama, pada 5 Maret, konflik internal partai politik berujung pada Kongres Luar Biasa (KLB) yang
diadakan oleh sebagian anggota partai di Deli Serdang. Tak hanya mengubah AD/ART partai,
KLB juga memilih Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko sebagai ketua umum baru.

Konflik internal partai yang diwarnai perebutan posisi ketua umum sesungguhnya bukan cerita
baru dalam percaturan politik Indonesia. Ketua umum memiliki posisi yang sangat strategis tak
hanya sebagai penentu berbagai arah kebijakan partai, tetapi juga berpeluang kuat dicalonkan

6
dalam pemilihan presiden ataupun masuk dalam struktur penting lembaga pemerintahan. Oleh
karena itu, tak mengejutkan jika posisi ketua umum menjadi posisi yang diperebutkan oleh
elite-elite partai.

Selama era Reformasi, tercatat Partai Golongan Karya (Golkar), Partai Kebangkitan Bangsa
(PKB), dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) pernah mengalaminya, bahkan tak hanya
sekali. Yang berbeda dari kisruh Partai Demokrat (PD) kali ini adalah perebutan posisi ketua
umum oleh Moeldoko yang bukan merupakan kader partai. Setelah masa bakti militernya
selesai, Moeldoko memasuki dunia politik dengan menjadi bagian dari Dewan Pembina DPP
Partai Hanura (2016-2018); namun, ia tak pernah menjadi anggota Partai Demokrat.

Apa yang berlangsung di dalam tubuh PD hari ini memang memiliki pola berbeda dari
fenomena konflik dualisme kepengurusan yang pernah terjadi sebelumnya. Namun, problem
mendasar yang menjadi latar belakang mengapa kisruh PD bisa terjadi sesungguhnya
merupakan masalah yang dihadapi oleh kebanyakan partai politik di Indonesia. Persoalan partai
personal dan masalah etika politik merupakan problem mendasar itu.

Kondisi ketika individu menjadi sangat berpengaruh terhadap partai politik, atau
disederhanakan menjadi personalisasi partai politik, merupakan fenomena yang terjadi di
banyak partai politik di Indonesia (Budiatri, 2018; Renwick & Pilet, 2016). Partai Demokrat
menjadi salah satunya di mana Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menjadi sosok sentral yang
sangat berpengaruh mulai dari partai berdiri hingga hari ini.

Partai Demokrat dapat dikatakan ada karena ia lahir sebagai sebuah kendaraan politik bagi SBY
untuk mencalonkan diri dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2004. SBY kemudian memegang
jabatan penting sebagai ketua umum partai sejak 2013 hingga 2020, dan saat ini menjadi ketua
majelis tinggi partai. Tak hanya itu, tampuk kekuasaan tertinggi di dalam partai kini dilanjutkan
oleh AHY, anak pertama SBY.

Sosok SBY tak hanya berpengaruh dan menjadi image partai, tetapi juga menjelma sebagai
pengikat antara anggota dengan partainya. Partai personal menjadi wujud yang tak dapat
dihindari oleh Partai Demokrat. Dalam partai personal, individu elite menggantikan pengaruh

7
ideologi dan identifikasi partai lainnya (Sandri, 2015). Hal ini dapat merusak partai dalam jangka
panjang, terutama bila elite keluar dari partai atau mulai kehilangan kuasa politiknya,
sementara partai tak memiliki figur pengganti yang setara. Kondisi ini berlangsung di dalam
Partai Demokrat saat ini.

SBY menyerahkan kepemimpinan partai kepada anaknya, namun tampaknya hal ini menjadi
asal muasal keretakan di dalam partai karena tak semua anggota partai menerima sosok baru
itu. AHY dinilai belum memiliki kapasitas yang memadai dan diragukan kemampuannya sebagai
ketua umum. Hal ini memicu konflik menjadi semakin pelik karena tak ada ikatan ideologi yang
kuat antar anggota partai.

Wajah partai personal tak hanya dimiliki oleh Partai Demokrat, tetapi juga partai politik lain di
Indonesia. PDIP memiliki Megawati sebagai figur sentral, Partai Gerindra memiliki Prabowo
Subianto, dan Partai Nasdem memiliki sosok Surya Paloh. Meskipun partai menyatakan
memiliki ideologi atau platform, misalnya PDIP menyatakan diri sebagai partai "wong cilik",
namun sosok individu elite nampak lebih melekat dan berpengaruh terhadap partai. Sebagai
partai personal, PDIP, Gerindra, dan Nasdem memiliki potensi menghadapi persoalan sama
seperti yang dihadapi Demokrat hari ini.

Akar masalah lainnya yang menjadi latar belakang dari kisruh Partai Demokrat adalah etika
politisi dalam berpolitik. Politisi seharusnya menjalankan aktivitas berpolitiknya sesuai dengan
prinsip moral dasar negara modern, termasuk legalitas hukum, nilai-nilai demokrasi, serta
kejujuran dan keadilan (Handoyo, dkk., 2016). Salah satu prinsip yang juga menjadi agenda
reformasi partai politik pasca-runtuhnya rezim otoritarian Soeharto adalah otonomi partai
politik.

UU Partai Politik, baik itu UU 2/1999, UU 31/2002, maupun UU 2/2008 tak pernah luput
memberikan jaminan atas kemandirian partai dan memastikan bahwa pihak-pihak di luar
partai, termasuk negara, tak dapat terlibat dalam urusan rumah tangga partai. Dalam kerangka
ini, politisi partai politik dan aparatur negara sepatutnya terlibat aktif untuk mendorong
terbentuknya independensi partai politik.

8
Dari kasus Partai Demokrat hari ini, tampak bahwa politisi partai cenderung berlaku tak patut
dengan membuka ruang intervensi politik dan melibatkan bukan anggota partai di dalam forum
partai bahkan, menjadikannya sebagai ketua umum baru partai. Dalam politik yang beretika,
anggota partai sudah seharusnya menyelesaikan segala problem melalui mekanisme internal
partai dengan musyawarah. Dan, bila gagal mendapatkan solusi, maka dapat menempuh proses
hukum persidangan. Sementara itu, pihak di luar partai, terutama aparatur negara, sudah
seharusnya menghindarkan diri dari praktik intervensi partai politik.

Namun kisruh Partai Demokrat menunjukkan perilaku politik sebaliknya. Perilaku politik tak etis
dikalahkan oleh kepentingan politik jangka pendek untuk menguasai partai. Fenomena ini bisa
jadi tak hanya berlangsung saat ini di tubuh Partai Demokrat, namun berulang pada partai lain
jika politisi tak dapat memahami pentingnya etika berpolitik.

Problem partai personal dan perilaku politik tak etis menjadi akar masalah kisruh Partai
Demokrat hari ini. Namun, sesungguhnya masalah ini tak hanya mengancam PD saja, tetapi
juga menghantui partai politik lain di Indonesia. Bila partai politik tak bergegas membenahi
etika politik para anggotanya dan membiarkan kekuatan ideologi partai kalah dari figur elite,
maka bukan tak mungkin "kudeta" yang dipertontonkan oleh kasus Partai Demokrat hari ini
akan menimpa partai lain di masa depan.

2.4 Respon Pemerintah

Lantas, bagaimana sikap pemerintah dalam merespons persoalan tersebut?

Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD
menyatakan, pemerintah akan menggunakan pendekatan hukum dalam menyelesaikan
polemik KLB kubu kontra-AHY. Pendekatan ini baru bisa diterapkan apabila panitia KLB kubu
kontra-AHY melaporkan hasil kegiatannya kepada Kemenkumham.

Sejauh ini, pemerintah belum bisa menganggap adanya KLB kubu kontra-AHY. Sebab, belum
ada laporan hasil pelaksanaan agenda tersebut kepada Kemenkumham. Apabila hasil KLB kubu
kontra-AHY sudah diserahkan, otomatis terdapat dua versi Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga (AD/ART) yang tercatat di Kemenkumham.

9
Pertama, AD/ART dalam struktur kepemimpinan AHY. AD/ART ini telah mendapat pengakuan
pemerintah sejak 2020 dengan keluarnya Surat Keputusan Kemenkumham Nomor M.HH-
09.AH.11.01 Tahun 2020 tentang Pengesahan Perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga Partai Demokrat tertanggal 18 Mei 2020.

Kemudian, AD/ART transisi versi kepemimpinan Moeldoko melalui KLB kubu kontra-AHY.
Namun demikian, Mahfud mengatakan, AD/ART pada 2020 tersebut akan menjadi pijakan
dalam menyelesaikan perkara. "Jadi, AD/ART yang sah itu sampai sekarang ke Kemenkumham
yang diserahkan tahun 2020, itu nanti dasar utamanya," kata Mahfud. "Lalu, kalau ada yang
menginginkan perubahan, kita tanya, bagaimana mengubahnya? Siapa yang mengubah?
Forumnya apa? Yang hadir di dalam forum itu sah atau tidak? nanti semuanya akan nilai," tutur
dia.

2.5 Upaya Penyelesaian Konflik

Dua skenario pendekatan hukum

Dalam upaya mengakhiri konflik, pemerintah akan melakukan dua skenario pendekatan hukum.

Pertama, penerapan Undang-undang (UU) Nomor 2 Tahun 2011 tentang Partai Politik. Kedua,
pendekatan berdasarkan AD/ART yang tercatat kali terakhir diterima Kemenkumham pada
2020. "Sekarang dasar penyelesaiannya apa? saya ingin mengatakan dasarnya penyelesaiannya
adalah peraturan perundang-undangan. Pertama, berdasarkan UU Partai Politik.

Kedua berdasar AD/ART yang diserahkan terakhir atau yang berlaku pada saat sekarang ini,"
kata Mahfud. Merujuk pada AD/ART tahun 2020, pemerintah masih mengakui AHY sebagai
ketua umum.Berdasar itu, maka juga yang menjadi ketua umum Partai Demokrat sampai saat
ini adalah AHY," terang Mahfud. Secara terpisah, salah satu pendiri Partai Demokrat, Hencky
Luntungan, mengeklaim bahwa proses administrasi KLB kubu kontra-AHY segera selesai dan
diserahkan ke Kemenkumham. "Menurut rencana, besok (hari ini, Senin). Mudah-mudahan
tidak ada halangan. Kalaupun berhalangan, paling Selasa, tetapi sepertinya bosa besok. Yang
pasti dalam waktu dekat," ujar Hencky, dikutip dari Harian Kompas, Senin (8/3/2021).

10
Terkait dengan rencana tersebut, Sekretaris Jenderal DPP Partai Demokrat Teuku Riefky Harsya
menyatakan, pihaknya juga bakal mendatangi Kemenkumham pada hari yang sama untuk
menyerahkan bukti kepengurusan yang sah. Teuku meyakini hasil KLB kubu kontra-AHY tak
akan disahkan Kemenkumham karena pelaksanaannya di aturan perundang-undangan dan
AD/ART Partai Demokrat.

Pakar hukum tata negara Juanda meyakini polemik yang melanda Partai Demokrat dapat
berakhir apabila negara benar-benar menggunakan paradigma hukum. "Ketika kita
menggunakan paradigma hukum, saya yakin bahwa berbagai konflik akan bisa diselesaikan
secara adil, secara bijak, dan memiliki kepastian hukum," ujar Juanda, Sabtu (6/3/2021).

Menurut Juanda, sikap tersebut merupakan bentuk penerapan prinsip negara hukum. Ia
menuturkan, pemerintah juga mesti bersikap mengayomi dalam menangani konflik di sebuah
partai politik. Di sisi lain, Menteri Hukum dan HAM (Menkumham) Yasonna Laoly diharapkan
dapat bersikap profesional. Sebab, kubu kontra-AHY akan mendaftarkan hasil KLB ke
Kemenkumham.

"Saya kira profesionalitas dan independensi Menkumham penting dalam menghadapi situasi
Partai Demokrat ini. Menteri harus netral dalam posisinya sesuai standar hukum yang rigid,"
kata peneliti Centre for Strategis and International Studies (CSIS) Arya Fernandes saat
dihubungi, Sabtu (6/3/2021).

Arya menilai, kepemimpinan AHY sejauh ini masih cukup kuat secara hukum. Kendati demikian,
ia mengingatkan, bahwa modal hukum tersebut kerap kali tidak cukup untuk mempertahankan
legalitas kepengurusan partai. Di sisi lain, Arya meminta Presiden Joko Widodo segera bersikap
soal penetapan Moeldoko sebagai ketua umum Partai Demokrat versi KLB kubu kontra-AHY.
Sebab, polemik tersebut melibatkan anggota kabinet. "Presiden harus bicara soal pentingnya
menjaga nilai dan etika demokrasi," ucapnya.

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Konflik internal partai yang diwarnai perebutan posisi ketua umum sesungguhnya bukan cerita
baru dalam percaturan politik Indonesia. Ketua umum memiliki posisi yang sangat strategis tak
hanya sebagai penentu berbagai arah kebijakan partai, tetapi juga berpeluang kuat dicalonkan
dalam pemilihan presiden ataupun masuk dalam struktur penting lembaga pemerintahan. Oleh
karena itu, tak mengejutkan jika posisi ketua umum menjadi posisi yang diperebutkan oleh
elite-elite partai. Dari kasus Partai Demokrat hari ini, tampak bahwa politisi partai cenderung
berlaku tak patut dengan membuka ruang intervensi politik dan melibatkan bukan anggota
partai di dalam forum partai bahkan, menjadikannya sebagai ketua umum baru partai. Dalam

12
politik yang beretika, anggota partai sudah seharusnya menyelesaikan segala problem melalui
mekanisme internal partai dengan musyawarah. Dan, bila gagal mendapatkan solusi, maka
dapat menempuh proses hukum persidangan. Sementara itu, pihak di luar partai, terutama
aparatur negara, sudah seharusnya menghindarkan diri dari praktik intervensi partai politik.

Namun kisruh Partai Demokrat menunjukkan perilaku politik sebaliknya. Perilaku politik tak etis
dikalahkan oleh kepentingan politik jangka pendek untuk menguasai partai. Fenomena ini bisa
jadi tak hanya berlangsung saat ini di tubuh Partai Demokrat, namun berulang pada partai lain
jika politisi tak dapat memahami pentingnya etika berpolitik.

3.2 SARAN

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, maka dari itu penulis
membutuhkan kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Terimakasih

DAFTAR PUSTAKA

https://news.detik.com/kolom/d-5485167/akar-masalah-kudeta-partai-demokrat

https://amp.kompas.com/nasional/read/2021/03/08/08453871/bagaimana-sikap-
pemerintah-merespons-kudeta-di-partai-demokrat#aoh=16182939742931&referrer=https
%3A%2F%2Fwww.google.com&amp_tf=Dari
%20%251%24https://amp.kompas.com/nasional/read/2021/03/08/08453871/

13

Anda mungkin juga menyukai