5297-Article Text-9221-1-10-20171227
5297-Article Text-9221-1-10-20171227
DOI: doi.org/10.21009/AKSIS.010203
ABSTRAK
Beberapa waktu silam pengajaran bahasa dihadapkan pada pilihan apakah akan fokus
mengajarkan penggunaan bahasa (language use) atau akan berfokus pada`pengajaran
bentuk bahasa. Artinya ada dua pendapat tentang bagaimana pengajaran bahasa harus
dilakukan untuk meningkatkan kemampuan berbahasa. Beberapa pendekatan dalam
pengajaran bahasa berpihak pada konsep keterampilan berbahasa yang mengarah pada
‘communicative proficiency’ merekomendasi pentingnya pemahaman bentuk kata dan
tatabahasa untuk memperlancar kemampuan berkomunikasi siswa. Dimensi tata bahasa
dihubungkan dengan fungsi sebagai sarana pemakaian bahasa yang baik. Aturan atau
kaidah yang terdapat dalam bahasa akan menuntun orang menghasilkan pemakaian
bahasa yang tidak saja baik tetapi juga benar. Berbagai sudut pandang yang telah
dikemukakan sebelumnya memperkuat kesimpulan bahwa pembelajaran bentuk kata
dan aturan atau kaidah bahasa menyumbang dalam memfungsikan pelajaran Bahasa
Indonesia. Untuk alasan itulah dalam pengembangan bahan ajar bahasa Indonesia juga
memasukkan aspek kebahasaan berupa bentuk kata dan aturan/kaidah bahasa.Untuk
merumuskan konsep tata bahasa kita harus memperhitungkan dan menempatkan secara
tepat baik dalam struktur bahasa maupun dalam penggunaan komunikasi. Rumusan
tata bahasa dalam bahasa yang digunakan mencakup tiga tataran yaitu tataran
morfologi (subsentential), tataran sintaksis (sentential), dan tataran wacana
(suprasentential). Subsentential adalah bagaimana sebuah kata dibentuk dan
difungsikan dalam kalimat. Sentential adalah bagaimana kedudukan kata kata dalam
kalimat, dan pola-pola pengguanannya dalam bentuk kalimat. Suprasentential adalah
bagaimana menampilkan bentuk kata dalam sebuah wacana yang sesuai.
Kata kunci: communicative proficiency, aspek tata bahasa, bahasa alat berpikir,
subsentential, sentential, suprasentential
ABSTRACT
Some time ago language teaching was faced with the choice of whether to focus on
teaching the use of language (language use) or focusing on 'language form teaching.
PENDAHULUAN
apakah akan fokus mengajarkan penggunaan bahasa (language use) atau akan berfokus
pada`pengajaran bentuk bahasa (Murcia & Freeman, 1999). Namun dalam kenyataannya
orang yang ingin belajar bahasa membutuhkan informasi tentang bentuk bahasa, yaitu
bentuk kata dan tata bahasa, dan bagaimana menggunakan bentuk bahasa itu dalam
dibutuhkan agar lancar dalam berkomunikasi. Bahasa adalah kaidah dan fungsi yang
berpikirnya. Jadi, pemahaman bentuk kata dan kaidah atau struktur bahasa menuntun
bahasa yang membawa pesan, realitas yang diacu oleh pesan, dan penerima pesan
enconder
signal
decoder
Reality
Karakteristik tanda bahasa dikenal dengan syntactics bahasa atau disebut juga dengan
tatabahasa. Dalam hal ini tata bahasa tidak hanya berkenaan dengan penempatan kata-
kata dalam penggunaan bahasa tetapi juga memperhatikan makna yang dibentuk yang
mengacu kepada realitas di luar bahasa. Kajian tentang tanda bahasa sebagai pembawa
makna dalam pikiran yang mengacu kepada realitas disebut semantik bahasa.
tuturan yang nyata. Kajian tentang penggunaan pemaknaan tanda bahasa dalam situasi
tuturan yang nyata oleh pembicara dan pendengar disebut pragmatik. Secara
satuan bentuk kata, aturan kalimat, penanda referensial, dan berbagai satuan bahasa lain,
Dimensi tata bahasa yang dikemukakan Murcia &Freeman (1999) adalah tata
bahasa bukan semata sekumpulan bentuk tetapi merupakan keterlibatan tiga dimensi
yang diacu oleh linguistik, yaitu (morfologi) sintaksis, semantik, dan pragmatik. Bahwa,
struktur tatabahasa tidak hanya memiliki bentuk morfosintaksis, tetapi bentuk itu juga
bentuk, makna, dan dimensi penggunaan. Dimensi bentuk adalah bagaimana bentuk
orang akan membentuk sistem yang menghubungkan bahasa yang didengarnya dengan
untuk membentuk kata. Jadi, kaidah bahasa atau tata bahasa adalah fakta psikolologis,
ada pada setiap benak manusia dan ada penguasaan atas kaidah itu, untuk digunakan
internal bahasa tersusun menurut suatu pola (sistematis), dan bukan merupakan sebuah
sistem tunggal karena terdiri dari subsistem atau sistem bawahan. Jenjang subsistem ini
dalam linguistik dikenal dengan nama tataran linguistik atau tataran bahasa. (Achmad,
2002) Secara hierakhi diurutkan dari tataran fonologi, tataran morfologi, dan tataran
sintaksis. Tataran fonologi terdiri dari subsistem fon dan fonem, tataran morfologi
terdiri dari subsistem morfem dan kata, dan tataran sintaksis terdiri dari subsistem kata,
frasa, klausa, kalimat dan wacana. Tataran morfologi dan tataran sintaksis membentuk
tataran tata bahasa atau tataran gramatika. Dalam hierarkhi tata bahasa atau gramatika,
morpheme adalah satuan terkecil dan merupakan bagian dari satuan word. Selanjutnya
conversation.
menempatkan secara tepat baik dalam struktur bahasa maupun dalam penggunaan
komunikasi. Rumusan tata bahasa dalam bahasa yang digunakan mencakup tiga tataran
wacana (suprasentential) (Pike & Pike, 1977). Subsentential adalah bagaimana sebuah
kata dibentuk dan difungsikan dalam kalimat. Sentential adalah bagaimana kedudukan
kata kata dalam kalimat, dan pola-pola pengguanannya dalam bentuk kalimat.
yang sesuai. Terminologi subsentential memilik tiga kriteria, yaitu: semantik, struktural,
fungsional. Tataran ini menempatkan kajian tentang jenis kata, yaitu: Nomina, Verba,
ajektiva, adverbia ( sebagai kelas kata terbuka atau kata struktur); dan kata kerja bantu,
rema. Bentuk kalimat meliputi kalimat sederhana, kalimat tunggal, kalimat sederhana.
Jadi, tata bahasa merupakan keterlibatan tiga dimensi yang diacu oleh linguistik
yaitu (morfo) sintaksis, semantik, dan pragmatik yang mewakili dimensi bentuk, makna,
makna (semantik) di dalam konteks yang sesuai (pragmatik). Namun, dimensi bentuk
selain diwakili oleh (morfo) sintaksis juga mencakup fonologi. Dengan demikian
dimensi bentuk dalam tata bahasa berkenaan dengan bentuk bahasa meliputi wujud
bunyi, kata dan kalimat untuk mendukung ketepatan (accuracy). Dimensi makna
berkenaan dengan makna bentuk kata dan kalimatnya untuk mendukung kebermaknaan
(appropriateness).
METODE
Metode penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan teknik analisis isi.
Objek penelitian ini adalah buku pelajaran bahasa Indonesia yaitu Bingkai Bahasa.
Fokus kajian pada pembelajaran fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan pragmatik
serta wacana.
Pengembangan bahan ajar tata bahasa harus tetap berlandaskan pada bahasa
adalah sebuah system. mengungkapkan Bahan ajar tata bahasa berarti harus
sintaksis, semantic. Bahan ajar tata bahasa harus berisi deskripsi-deskripsi yang harus
dikuasai siswa berkenaan dengan kemampuan berbahasanya. Jadi, bukan berisi aturan-
aturan tata bahasa. Rumusan tatabahasa dalam bahasa yang kembangkan dalam bahan
ajar mencakup tiga tataran, yaitu tataran morfologi (subsentesial), tataran sintaksis
Selain itu bahan ajar tata bahasa hendaknya ditujukan memahamkan siswa atas
fungsinya, bukan terpaku pada kaidah-kaidahnya. Bahan ajar tata bahasa yang
dapat meyakinkan siswa perlunya fungsi perangkat berupa tata bahasa yang menjadi
mediasi antara kata-kata dan konteks sebagai sumber daya yang kuat untuk mencapai
Para penulis bahan pengajaran dan pembelajaran tata bahasa memiliki sejumlah
memperhitungkan (a) usia dan tingkat peserta didik yang akan menggunakan bahan
tata bahasa, (b) sejauh mana metodologi yang digunakan dapat memenuhi harapan baik
siswa maupun guru, (c) sejauh mana setiap konteks dan co-teks yang digunakan untuk
(3) tata bahasa dijelaskan tersendiri secara terpisah atau tergabung; dan bagaimana
Tantangan dalam mengajar tata bahasa yang juga harus dipahami oleh guru
yaitu (1) adanya kata yang frekuensi bentuk dan pembentukannya rendah; (2) atau
bentuk bahasa yang memiliki banyak fungsi penggunaan. Untuk itu guru harus
mengembangkan pemahaman atas fakta-fakta yang relevan tentang bentuk, makna, dan
pengajaran tata bahasa, juga dalam silabus, harus memperhitungkan (1) sekuensial
struktur, (2) mengenalkan berbagai aspek dalam tata bahasa (3) gradasi tingkat kesulitan
tata bahasa (4) mengajarkan tentang bahasa bukan bahasanya. Misalnya dalam
kamus bilingual, (4) strategi mengajar makna kata, dan (5) menerapkan strategi
impromptu.
pemerolehan bahasa. Maka, bentuk latihan yang bermakna harus meliputi tiga dimensi,
berbagai teknik mengajar yang sesuai seperti teknik repetisi, penggunaan bentuk yang
bermakna, dan untuk latihan dalam dimensi penggunaan ada latihan memilih bentuk
Syarat yang harus dipenuhi untuk membuat latihan tata bahasa dalam buku
pelajaran adalah tercukupi latihan berbahasa nyata. Selain itu dapat dipertimbangkan
Latihan menyelesaikan harus dalam kerangka sintaktik yang sudah diberikan. Bentu-
bentuk tugas latihan seperti berikut akan menjadi indikator terpenuhinya latihan/tugas
Sebagai contoh jenis latihan tata bahasa dalam keterampilan komposisi dan
menulis dapat dipilih bentuk latihan-latihan: (a) melengkapi, (b) membalik susunan
dengan wacana), (e) latihan melengkapi paragraf (kaitannya dengan wacana). Jadi
bentuk latihan/tugas tata bahasa adalah kegiatan melengkapi tataran sintaksis dan
tata bahasa? Itulah pertanyaan yang diajukan berkenaan dengan aspek penilaian pada
pengajaran yang ada materi aspek tata bahasanya. Contoh berikut memberi gambaran
menilai kesalahan tata bahasa dalam menulis. Prinsip yang harus dipegang dalam
menilai tulisan dan menjadi panduan untuk menganalisis tulisan (first darft) adalah
sebagai berikut.
(c) menanyakan kesesuaian pilihan kata dalam ungkapan kalimat atau paragraf yang
sesuai topiknya.
Kategori ini akan digunakan dalam menyusun komposisi pembobotan dalam menilai
Menjadi keberatan berbagai kalangan bahkan juga oleh guru tentang isi
tingkat dasar. Namun sebagian kalangan percaya bahwa pengajaran tata bahasa
merupakan komponen kunci dalam pengajaran bahasa. Untuk itu perlu diperjelas lagi
tentang konsep tata bahasa (grammar) dan tata bahasa yang digunakan (usage). Tata
bahasa dideskripsikan sebagai sintaksis atau struktur bahasa atau berkaidah, termasuk di
dalamnya mengenai bentuk kata dan susunan kalimat. Sebaliknya, usage adalah
AKSIS: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Volume 1 Nomor 2, Desember 2017 e-ISSN: 2580-9040
e-Journal: http://doi.org/10.21009/AKSIS 198
penggunaan bentuk kata yang tepat dalam frase atau kalimat yang sesuai. Untuk itu
kompenen yang harus dipertimbangkan dalam penyajian aspek tata bahasa adalah (1)
parts of speech, (2) parts of sentences, (3) types of sentences , (4) capitalization and
Sementara itu Brown menyarankan teknik penyajian mengajar tata bahasa yang
(b) Taxonomi pertanyaan dengan kategori/jenis pertanyaan dan contoh kata tanyanya
evaluation question, dan, teknik yang sesuai untuk mengajar tata bahasa yaitu
linguistic, secara jelas memotivasi keterampilan berbahas, selain itu teknik dalam
menjajikan tata bahasa dapat digunakan kartu, objek, peta dan gambar.
a. Pembelajaran Fonologi
Selain itu, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam bercerita, di antaranya
pengucapan kata….
Intonasi berkaitan dengan nada, penekanan ucapan, serta penjedaan dalam suatu
kalimat….
pembelajarannya dilakukan secara deduktif tanpa diawali dengan contoh atau latihan.
Penggunakan kata intonasi dan artikulasi tidak disertai penjelasan konsep istilahnya.
taxonomi pertanyaan dan tidak disertai teknik bimbingan dengan memberikan rambu-
rambu penjelasan konsep dengan contoh dan latihan. Dalam materi soal (tagihan)
dimaksudkan untuk materi latihan namun tidak disertai konteks atau bentuk bahasa
b. Pembelajaran Morfologi
Bingkai Bahasa
Sebagian besar kata berafiks me(N)-termasuk golongan kata kerja. Ada yang
termasuk kata kerja transitif….Selain itu, juga ada kata kerja intransitif….
Buatlah kalimat menggunakan kata berakfiks me(N)- yang membentuk kata kerja
pembentukan kata dengan proses morfologis (afiksasi) untuk menghasilkan kelas kata
contoh atau latihan. Dalam penyajiannya digunakan istilah linguistik dan tidak disertai
contoh bentuk-bentuk bermakna, juga latihan yang repatitif. Selain itu tidak disertai
c. Pembelajaran Sintaksis
berikut.
1. Menggunakan pilihan kata dan perangkaian kalimat yang tepat, jelas, menarik,
(kata, frasa, klausa) dan jenis kalimat (tunggal/majemuk atau jenis kalimat lain). Bahkan
penjelasan konsep dan contohnya. Selain itu penyajiannya tidak terintegrasi dengan
d. Pembalajaran Semantik
berikut.
1. Menggunakan pilihan kata dan perangkaian kalimat yang tepat, jelas, menarik, serta
komunikatif. (10) Pembelajaran aspek semantik berkenaan dengan fungsi dan makna
kata. Materi pilihan kata dapat berkenaan dengan subsemantik jenis makna
e. Pembelajaran Wacana
Kerjakanlah perintah soal berikut dengan benar tanpa membaca kembali teks!
Materi paragraf dalam aspek wacana berkenaan dengan relasi wacana untuk
(jenis wacana) sesuai ragam teksnya. Sebagai latihan, materi soal tidak disertai dengan
konteks atau bentuk bahasa yang bermakna (kalimat utama di antara kalimat penjelas
lain).
KESIMPULAN
Aspek tata bahasa secara eksplisit dikembangkan dalam buku pelajaran dan
aspek fonologi, morfologi, sintaksis, semantik dan wacana. Rumusan tata bahasanya
tata bahasa dalam buku pelajaran bahasa Indonesia mencakup pengembangan bahan ajar
aspek tata bahasa, penyajian tata bahasa, bentuk latihan tata bahasa, bentuk
DAFTAR PUSTAKA