Penyusun :
Penulis:
H Muhamad Rezky Pahlawan MP, S.H., M.H.
Asip Suyadi, S.H., M.H.
Wahib, S.H., M.H.
ISBN: 978-602-5867-89-7
Editor:
Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.
Abdul Azis, S.H., M.H.
Desain Sampul:
Ubaid Al Faruq, M.Pd.
Tata Letak:
Aden, S.Si., M.Pd.
Penerbit:
Unpam Press
Redaksi :
Jl Surya Kencana No.1
Pamulang – Tangerang Selatan
Telp. 021 7412566
Fax. 021 74709855
Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi, Wahib-
1sted.
ISBN 978-602-5867-89-7
1. Hukum Tata Negara I. Muhamad Rezky Pahlawan. II. Asip Suyadi III. Wahib
M080-29012020-01
MATA KULIAH
HUKUM TATA NEGARA
Ferry Anka Sugandar, SH., MH. H. Muhamad Rezky Pahlawan MP, S.H., M.H.
NIDN. 0410067705 NIDN. 0425019201
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, akhirnya Modul Pembelajaran mata kuliah Hukum Tata Negara ini
dapat diselesaikan oleh Tim Teaching. Ada beberapa alasan yang mendorong penulis
berusaha menerbitkan Modul Pembelajaran HTN ini adalah diharapkan akan memberikan
sumbangan pemikiran yang signifikan dalam upaya peningkatan kualitas pembelajaran di
Fakultas Hukum Universitas Pamulang (FH UNPAM). Selain itu peningkatan kualitas
pembelajaran adalah salah satu bagian komitmen penting FH UNPAM dalam rangka
mewujudkan pendidikan tinggi hukum yang berkualitas bagi masyarakat Indonesia.
Dengan adanya buku ini, diharapkan mahasiswa akan lebih mudah dalam mengikuti
perkuliahan HTN dengan lebih efektif dan efisien. Format modul terdiri dari tiga bagian,
yaitu bagian depan, bagian utama, dan bagian akhir.(Muhidin, A., Faruq, U. A., & Aden,
A.: 2018). Modul Pembelajaraan HTN ini berisikan uraian komprehensif tentang teori-teori
dasar di bidang HTN, termasuk di dalamnya bagaimana implementasi teori-teori HTN
tersebut diterjemahkan di Indonesia.
Penulis
DAFTAR ISI
PERTEMUAN 1
RUANG LINGKUP TATA NEGARA
A. Tujuan Pembelajaran
Setelah menyelesaikan pertemuan ke-1 mahasiswa mampu mendeskripsikan
Ruang Lingkup Hukum Tata Negara.
B. Uraian Materi
1. Definisi Hukum Tata Negara
Dalam bahasa Indonesia disebut Hukum Tata Negara, dalam bahasa belanda
staatrecht, constitutional law dengan variasi state law dalam bahasa Inggris, droit
constitutionel dalam bahasa Perancis dan dalam bahasa Jerman verfassungsrecht.
Adapun definisi dari hukum tata Negara ialah suatu kumpulan peraturan baik
yang tertulis ataupun yang tidak tertulis dimana mengatur suatu mekanisme
pembentukan tugas dan fungsi serta wewenang dari alat-alat perlengkapan Negara
serta hubungan alat perlengkapan negara dengan negara. 1
Ada dua cara tata penulisan tata negara:
1 B Hestu Cipto Handoyo, Kajian HTN, Universitas Atma Jaya, Yogyakarta, 2009, hal. 23.
tersebut. Van Apeldoorn mendefinisikan : Hukum tata negara dalam arti luas juga
mengenai hukum tata usaha negara. Hukum tata usaha negara dalam arti sempit
menunjukan orang yang memegang kekuasaan pemerintah dan batas-batas
kekuasaannya.
Lebih jauh menurut Jimly Assidiqie ilmu hukum tata negara ialah suatu cabang
ilmu hukum yang mana mempelajari suatu prinsip-prinsip serta norma-norma hukum
yang tertuang baik secara tertulis ataupun yang hidup dalam kenyataan praktek
kenegaraan yang berkenaan dengan:
a. Istilah yang di pergunakan di Inggris yang pada intinya berdasarkan pada alasan
bahwa Hukum Tata Negara lebih menitik beratkan kepada unsur unsur yang
terdapat di dalam konstitusi disebut Constitusional Law.
b. Istilah ini merupakan variasi dari istilah Constitusional law, dan di dasarkan pada
pertimbangan bahwa Hukum Negaralah yang lebih dipentingkan disebut State
Law
c. Droit Constitusional yang dilawankan dengan Droit Administrative. Isitlah ini
digunakan di Negara perancis dimana bertujuan untuk membedakan antara
Hukum Administrasi Negara dengan Hukum Tata Negara. Istilah ini parallel
dengan yang dipakai di Negara Jerman yakni Verfassungrecht dan
Vervaltungrecht2.
Dengan memahami pengertian pengertian yang dikemukakan oleh para pakar
terkait maka kita dapat memahami arti dari sebuah pengertian dari Ilmu Hukum Tata
Negara yang mana suatu ilmu yang mempelajari tentang Negara dalam keadaan
2Moh. Kusnardi & Harmaily Ibrahim, Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia, Pusat
Kajian HTN-UI, Jakarta, 1983, hal. 23.
diam yang artinya adanya stukturisasi sebuah kelembagaan Negara serta hal hal
yang berkaitan dengan tugas dari masing masing suatu kelembagaan atas hal hal
apa saja yang menjafi prioritas pokok suatu permasalahan dalam sebuah
strukturisasi kelembagaan. Hukum Tata Negara pun meliputi mempelajari tentang
trias political atau hal hal yang berkaitan dengan ketiga lembaga pembagian
kekuasaan yang telah dikemukakan oleh Montesque yang memberikan
pemaparannya bahwa sanya hal hal yang harus diciptakan agar terjalinnya sebuah
Negara hukum yang adil dibuat lah pembagian kekuasaan yaitu lembaga eksektufi,
legislative dan yudicatif yang masing masing memiliki pembagian kekuakasaannya
sendiri sendiri. Sedikit membahas terkait masalah Negara karena erat kaitanya
dengan ilmu Negara yang akan dibahsa dibawahnya maka, pertama kita harus tahu
dahulu apa arti dari Negara itu sendiri serta ruanglingkup serta asas asas yang
terkaitnya.
Untuk melihat sebuah realitas dan konektifitas antara Hukum Tata Negara ini
mari kita lihat di Indonesia, dimana individu yang sudah berumur 17 tahun ke atas
akan mendapatkan Kartu Tanda Penduduk. KTP menjadi bukti anda adalah Warga
Negara Indonesia, dengan demikian sadar tidak sadar maka anda adalah bagian
dari suatu “negara”. Sehingga saat anda sedang keluar negri, tentu diluar sana anda
akan ditanya, berasal dari Negara mana anda? Sama hal nya juga dengan
permainan sepak bola tingkat internasional maka banyak kesebelasan yang berasal
dari berbagai negara seperti Brasil, Argentina, Jepang dan lain-lain. Sehingga kita
akan membahas tentang negara baik yang berhubungan dengan alasan
terbentuknya negara, fungsi serta hubungan antara warga negara dengan negara.
Menurut ahli tata negara Sokrates, Aristoteles dan Plato, adanya negara dimulai 400
tahun sebelum masehi. Keberadaan negara di dalam masyarakat menurut Thomas
Van Aquino di dorong oleh dua hal yaitu dimana manusia adalah mahluk sosial
animal social dan mahluk politik animal politicum. Sehingga karena disebut makhluk
social maka manusia tidak dapat untuk hidup sendiri serta sebagai mahluk politik
mempunya keinganan kuat untuk berkuasa. Sehingga menurut dari Thomas
Hobbes, dimana suatu keberadaan negara amatlah diperlukan untuk tempat
berlindung bagi individu, kelompok, dan masyarakat yang lemah dari individu,
kelompok dan masyarakat maupun penguasa yang kuat (otoriter), karena
menurutnya, manusia dengan manusia lainnya memiliki sifat seperti srigala yang
disebut dengan homo homini lupus.
Kesadaran masyarakat akan pentingnya suatu Negara erat kaitannya dengan
hubungan ketatanegaraan dimana ini menciptakan suatu mekanisme pembentukan
negara yang mendapat legitimasi dari seluruh masyarakat secara bersama. Proses
teknis yang universal dan demokratis untuk pembentukan negara ialah salah
satunya adanya pemilihan umum. Dimana pemilu suatu wadah untuk menjalankan
kontrak sosial dengan mekanisme pemberian suara masyarakat kepada orang yang
dipilihnya yang untuk melindungi kepentingan seluruh masyrakat dalam suatu
negara. Dalam menjaga suatu eksistensi Negara, tentu memiliki kendala dan beban
yang cukup berat. Ada beberapa kendala dan masalah yang dihadapi negara adalah
masalah otonomi daerah dan globalisasi, walau kedua hal tersebut juga memiliki
suatu keuntungan. Dimana keuntungan otonomi daerah juga memberi suatu
kehidupan yang mandiri dalam mengelola dan mengeksplorasi sumber daya alam
dan manusia yang ada di daerahnya secara optimal. Adapun keuntungan globalisasi
bagi bangsa dan negara indonesia adalah dapat memberi nilai tambah berupa
kemudahan memperoleh informasi, teknologi, maupun pengetahuan yang
berkembang dan terjadi di seluruh dunia. Karena secara teoretis, masyarakat di
daerah itulah yang paling mengetahui segala potensi yang di miliki oleh daerah
tersebut. Salah satu dampak yang merugikan dari globalisasi adalah menipisnya
rasa kebanggaan serta nasionalisme sebagai anak angsa karena nilai budaya dan
teknologi asing masuk ke indonesia melalui teknologi informasi dan komunikasi.
Ancaman lain juga timbul dengan adanya penerapan sistem negara kesatuan yang
bersifat desentralisasi yang berintikan kepada pemberian otonomi kepada daerah
tingkat kabupaten dan kota di seluruh Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bentuk
ancamannya adalah apabila konsistensi dan komitmen penyelenggaraan suatu
negara oleh pemerintah tidaklah memberi kesejahteraan yang adil dan merata
kepada keseluruhan rakyat, maka dapat melahirkan ancaman yang dapat
membahayakan disintegrasi atau perpecahan bangsa dan negara.
itu sendiri memiliki arti dan landasan dasar dari sebuah regeling atau aturan yang
bersifat umum, maka dalam cangkupan letak ruang lingkup dari Hukum Tata Negara
sangat lah luas penerapan dan pembelajaraanya berdasarkan hal hal ilmu yang
didapat kanya Sehingga apa apa yang menjadi objek dalam sebuah Hukum Tata
Negara tidak lepas dari apa itu pengertian Negara itu sendiri yang penegrtiannya
dapat dijabarkan oleh beberapa pakar itu sendiri dimana Negara berasal dari kata
state dalam bahasa Inggris, staat dalam bahasa Belanda, dan Etat dalam bahasa
prancis. State,Staat, dan Etat merupakan bahasa latin Status atau Statum yang
berarti kedaan yang tegak dan tetap atau sesuatu yang memiliki sifat-sifat yang
tegak dan tetap. Kata Status atau Statum lazim di artikan sebagai Standing atau
Station atau kedudukan. DImana peristilahan ini dihubungkan pada kedudukan
persekutuan kehidupan manusia, yang juga sama dengan istilah Status civiatis atau
Status republicae. Pada abad ke-16 dimana pengertian inilah kata Status di kaitkan
dengan kata negara. Pengertian negara menurut beberapa ahl, ialah :
a. Negara menurut John Locke (1632-1704) dan Rousseau (1712-1778) dalam buku
Ilmu Negara (1993), adalah suatu badan atau organisasi hasil daripada perjanjian
masyarakat.
b. Negara menurut Max Weber dalam buku Demokrasi, HAM, dan Masyarakat
Madani (2000), adalah suatu masyarakat yang mempunyai monopoli dalam
penggunaan kekerasan fisik secara sah dalam suatu wilayah.
c. Negara menurut Roger F. Soltau dalam buku Demokrasi, HAM, dan Masyarakat
madani (2000), adalah alat (agency) atau wewenang (authority) yang mengatur
atau mengendalikan persoalan-persoalan bersama, atas nama masyarakat.
d. Negara menurut Mac Iver dalam buku Demokrasi, HAM, dan Masyarakat Madani
(2000), adalah suatu negara harus memenuhi tiga unsur pokok, yaitu
pemerintahan, komunitas atau rakyat, dan wilayah tertentu.
Dengan memahami penegrtian dari Negara itu sendiri maka sudah dapat
disimpulkan dari hal hal yang berkaitan dengan Hukum Tata Negara itu sendiri
berdasarkan erat kaitanya antara HTN dengan Ilmu Negara yang dibahas mendalam
proses pembelajaran hukum tata Negara dengan hal hal yang berlapis dalam
strukturisasi menjadi pembelajaran yang lebih komprehensif didalamnya
3C.S.T. Kansil, Prof.Drs dan Christine S.T. Kansil, SH.MH., Hukum Tata Negara Republik
Indonesia, PT Asdi Mahasatya, Jakarta, 2002, hal. 1.
luas dan sangat bervariasi didalamnya menjadikan nya sebagai urusan urusan
kenegaraan yang bersifat abstrak dan kompleks. Sistematika ilmu dalam hal Negara
pun dapat diperjelas dari segi elemen-elemen kekuatan dalam Negara yang dimana
terpaparkan serta terjabarkan dalam suatu ketatanan kenegaraan yang harmonis
dalam sebuah aspek-aspek kompleks. Kekuatan suatu negara tergantung pada
beberapa elemen seperti sumber daya manusia, sumber daya alam, kekuatan militer
dan teritorial negra tersebut. Berikut elemen kekuatan Negara, ialah :
Karena suatu unsur letak dari Hukum Tata Negara tidak dapat dipukul rata, harus
adanya kajian empiric dahulu terhadap setiap Negara agar sebuah letak Hukum
Tata Negara menjadi sistemik, adapun klasifikasinya terjabarkan menjadu beberapa
bagian bagian. Klasifikasi negara dapat dilihat berdasarkan beberapa indikator,
seperti jumlah orang yang berkuasa, bentuk negara dan asas pemerintahan.
Dilihat pada suatu jumlahnya, orang yang berkuasa bias berjumlah satu
orang dan beberapa orang atau kelompok serta banyak orang. Orientasi
kekuasaan ada dua ialah apabila proses penyelenggara berorientasi terhadap
sebuah kepentingan pihak yang berkuasa disebut bentuk negatif, serta apabila
berorientasi kepada kepentingan umum atau rakyat disebut bentuk positif. Dalam
hal jumlah orang yang berkuasa serta orientasi kekuasaan, ada enam bentuk
klasifikasi negara. Demokrasi adalah bentuk pemerintahan yang di pimpin oleh
banyak orang untuk kepentingan keseluruhan rakyat (bentuk positif). Mobokrasi
adalah bentuk pemerintahan yang di pimpin oleh banyak orang untuk
kepentingan penguasa saja (bentuk negatif). Aristokrasi adalah bentuk
pemerintahan yang di pimpin oleh beberapa orang untuk kepentingan
keseluruhan rakyat (bentuk positif). Oligarki adalah bentuk pemerintahan yang di
pimpin oleh beberapa orang namun demi kepentingan beberapa orang tersebut
(bentuk negtaif). Monarki adalah bentuk pemerintahan yang di pimpin oleh satu
orang atau raja untuk kepentingan keseluruhan rakyat (bentuk positif). Tirani
adalah bentuk pemerintahan yang di pimpin oleh satu orang untuk kepentingan
satu orang atau penguasa saja (bentuk negatif).
b. Bentuk negara di tinjau dari sisi konsep dan teori modern terbagi menjadi dua,
yaitu :
1) Negara kesatuan (Unitaris)
Negara kesatuan atau Unitaris ialah negara merdeka dan berdaulat,
dalam satu pemerintah pusat yang berkuasa serta mengatur seluruh daerah
dalam satu negara. Pada pelaksanaanya, negara kesatuan atau Unitaris
terbagi dua yaitu :
Kesimpulan
D. Daftar Pustaka
B Hestu Cipto Handoyo, Kajian HTN, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 2009,
Yogyakarta
C.S.T. Kansil, Prof.Drs dan Christine S.T. Kansil, SH.MH., Hukum Tata Negara
Republik Indonesia, PT Asdi Mahasatya, Jakarta, 200
Moh. Kusnardi & Harmaily Ibrahim, 1983, Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia,
Pusat Kajian HTN-UI, Jakarta
Peraturan Perundang-Undangan :
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945.
2. Ketetapan MPR No. III/MPR/2000, Tentang Sumber Hukum dan Tata Urutan
Peraturan Perundang-Undangan.
3. PEraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 02 Tahun 2002 Tentang
Tata Cara Penyelenggaraan Wewenang Mahkamah Konstitusi oleh Mahkamah
Agung
PERTEMUAN 2
HUBUNGAN HUKUM TATA NEGARA DENGAN CABANG ILMU HUKUM
LAINNYA
A. Tujuan Belajar
Setelah menyelesaikan materi pada pertemuan ke-2 ini, mahasiswa mampu:
4Kansil, C.S.T., Hukum Tata Negara Republik Indonesia, PT Asdi Mahasatya, Jakarta,
2002, hal. 150.
berlaku. Karena baik dalam Hukum Tata Negara dengan hokum lainnya maka tentu
objek dalam sebuah proses penyelidikan dan observasi adalah suatu objek dari
hokum positif atau Constitusional Law.
Yang menjadi pusat perhatian daripada ilmu negara adalah jenis susunan
masyarakat tertentu, sedangkan hukum tata negara menyelidiki hal ikhwal
sesuatu sesuatu bentuk kenegaraan, misalnya tata negara Amerika, Perancis,
Belanda, Republik Indonesia.
1) Hukum Internasional Publik itu adalah Hukum Tata Negara yang diperlukan
secara diperlakukan secara Internasional.
2) Hukum Internasional Publik itu sebetulnya yang mempunyai perumusan
sendiri, berdiri sendiri, dan terlepas dari Hukum Tata Negara.
d. Hukum Tata Negara dengan Ilmu Politik
Menurut J. Barents, hubungan Hukum Tata Negara dan Ilmu Politik dapat
dilihat dari aspek penyelidikan yang satu, adalah menyelidiki rangka yang
berdasar hukum dan yang lain memperhatikan “dagimg yang membalutnya”.
5 Ibid, hal 88
2) Ketetapan MPR
Merupakan sebuah aturan formil yang dibentuk dan dibuat terkait pada
sebuah teknis pembagian dan pelaksanaan tugas serta memperdalam aturan
yang bersifat konkrit, serta peraturan pemerintah pengganti undang undang
adalah suatu ketetapan yang dikelaurkan Presiden atas hal-hal bersifat
kegentingan Nasional serta membutuhkan penanganan cepat
4) Peraturan Pemerintah
5) Keputusan Presiden
boleh bertentangan dengan Perda Provinsi. Pasal 1 angka 3 UU No. 12 Tahun 2011
menegaskan bahwa Undang-Undang adalah Peraturan Perundang-undangan yang
dibentuk Dewan Perwakilan Rakyat dengan persetujuan bersama Presiden.
Saat ini banyak pendapat yang mengangap bahwa dengan amandemen UUD
1945, pergeseran dalam kekuasaan pembentukan UU telah terjadi. Dimana sebelum
UUD 1945 diamandemen, Presiden selaku eksekutif memiliki titk berat terhdap suatu
proses kenegaraan dalam hal pembentukan Undang-undang, akan tetapi setelah
adanya proses amandemen UUD 1945 kekuasaan pembentukan Undang-undang
bergeser ke Dewan Perwakilan Rakyat selaku legislatif. Hal ini tertuang di dalam
Pasal 20 ayat (1) Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
yang berbunyi “Dewan Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan membentuk
undang-undang.”
Dengan ketentuan demikian, maka kekuasaan proses pembentukan Undang-
undang saat ini ada di tangan Dewan Perwakilan Rakyat selaku legislatif, sedangkan
Presiden selaku eksekutif tidak lagi pemegang kekuasaan pembentukan UU,
melainkan hanya berhak mengajukan Rancangan Undang-undang kepada DPR.
Kendati demikian, dalam proses pembentukan UU tidak berarti DPR bisa berjalan
sendiri tanpa adanya unsur yang melibatkan dari Presiden selaku eksekutif. Dalam
hal ini, sehingga dimana ketentuan dalam Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 20 UUDNRI
1945 memiliki suatu arti dimana kekuasaan membentuk Undnag-undang sejatinya
dipegang bersama-sama oleh Presiden dan DPR dengan saling memberi masukan
dan saran yang akan di sahkan oleh DPR. Maksud dari DPR “memegang kekuasaan
membentuk” UU yang tertuang pada Pasal 20 ayat (1) Undang-undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 semestinya bisa diartikan dengan
“memegang kewenangan”, karena suatu kekuasaan atau macht, dimana pada hal
tersebut kekuasaan membentuk UU (wetgevendemacht), memanglah berisikan
kewenangan membuat Undang-undang. Akan tetapi, adapun rumusan pada Pasal
20 ayat (1) tersebut dalam hal kajian Perundang-undangan tidak serta merta
dilepaskan ataupun dipisahkan dalam ketentuan-ketentuan yang ada pada ayat-ayat
selanjutnya dalam Pasal 20 UUDNRI Tahun 1945.
Adanya ketentuan pada ayat (2) yang menyatakan: “Setiap rancangan
undang-undang dibahas oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan Presiden untuk
mendapat persetujuan bersama.” Merupakan suatu ketentuan yang
mengesampingkan ketentuan Pasal 20 ayat (1) UUD NRI Tahun 1945. Ketentuan
tersebut masih diperkuat dengan rumusan pada ayat (3) yang menyatakan: “Jika
rancangan undang-undang itu tidak mendapat persetujuan bersama, rancangan
undang-undang itu tidak boleh dimajukan lagi dalam persidangan Dewan
Perwakilan Rakyat masa itu.” Dari rumusan dalam Pasal 20 ayat (2) dan ayat (3)
UUDNRI Tahun 1945 menunjukkan, bahwa keberadaan persetujuan bersama
antara DPR dan Presiden tersebut merupakan syarat mutlak yang harus dilakukan
secara “bersama”, “secara serentak”, atau “berbarengan dengan” atau pun “pada
saat yang sama“ agar suatu UU disahkan menjadi UU. Frasa “persetujuan bersama”
dalam Pasal ini tidak selalu bermakna untuk “setuju”, tetapi bisa juga dimaknai untuk
“tidak setuju”. Makna “tidak setuju” secara tersirat terdapat dalam ketentuan Pasal
29 ayat (3) UUDNRI Tahun 1945, yang menentukan “Jika rancangan undang-
undang itu tidak mendapat persetujuan bersama, rancangan undang-undang itu
tidak boleh dimajukan lagi dalam persidangan Dewan Perwakilan Rakyat masa itu.”
Memang dalam Pasal 20 ayat (3) UUDNRI Tahun 1945 belum adanya
perumusan secara eksplisit dimana apabila tidak adanya persetujuan bersama,
maka Rancangan Undang-undang tersebut ditolak menjadi UU. Namun, kalimat
“rancangan undang-undang itu tidak boleh dimajukan lagi dalam persidangan
Dewan Perwakilan Rakyat masa itu” sehingga memiliki arti bahwa RUU tersebut
ditolak menjadi UU oleh DPR untuk masa persidangan itu. Syarat “persetujuan
bersama” ini berlaku, baik terhadap RUU yang datang dari DPR maupun RUU yang
datang dari Pemerintah. Lebih lanjut, Maria Farida Indrati Soeprapto menegaskan,
peranan Presiden dalam pembentukan UU terlihat lebih kuat, jika dihubungkan
dengan rumusan dalam Pasal 20 ayat (5) UUDNRI Tahun 1945, yang menyatakan:
“Presiden mengesahkan rancangan undang-undang yang telah disetujui bersama
untuk menjadi undang-undang.” 6. Pendapat tersebut seringkali disangkal dengan
mengajukan sanggahan berdasarkan ketentuan dalam Pasal 20 ayat (5) UUDNRI
Tahun 1945, yang menyatakan: “Dalam hal rancangan undang-undang yang telah
disetujui bersama tersebut tidak disahkan oleh Presiden dalam waktu tiga puluh hari
semenjak rancangan undang-undang tersebut disetujui, rancangan undang-undang
tersebut sah menjadi undang-undang dan wajib diundangkan”. Kedudukan Provinsi
6 Maria Farida Indrati S, Ilmu Perundang-undangan, Kanisius, Yogyakarta, 2007, hal. 188.
Hal hal yang sama erat kaitannya maka akan saling mneguatkan antara ilmu
kajian hukum satu dengan ilmu kajian hukum yang lainnya, peneapan dan
implementasi dalam sebuah praktek empiris nya akan terasa dalam sebuah tatanan
kenegaraan yang saling berkesinambungan. Pengertian dan sebuah konektifitas
yang membaru memberi ruang terbuka terkait diskusi dan publikasi ilmu dan
pengetahuan yang terpadu . Juga dalam arti pengertian modern dimana
Konstitusional Law atau Hukum Tata Negara dalam sikap terhadap ilmu hukum
lainnya dimana merupakan sebuah seperangkatt aturan dan ketentuan yang
menggambarkan system ketatanegaraan suatu Negara. Undang-undang Dasar
merupakan suatu konstitusi tertulis di dalam Negara Indonesia, dimana ini
merupakan dokumen resmi yang mengandung suatu ketentuan serta aturan-aturan
yang bersifat pokok untuk pengaturan ketatanegaraan. Hierarki dalam peraturan
perundang-undangan dimana konstitusi memposisikan diri yang paing tinggi di
antara peraturan perundang-undangan di bawahnya. Konstitusi memiliki fungsi
sebagai pembatasan serta penentuan atas kekuasaan pada suatu negara, juga
sebagai pengaturan hubungan antara Negara dengan masyarakatnya7.
Kesimpulan
7
Deddy Ismatullah, Gagasan Pemerintah Modern dalam Konstitusi Madinah, Sahifa,
Bandung, 2006, hal. 131.
public atau berlaku umum, mengikat, dan ditaati. Sumber hukum material adalah
sumber hukum yang menentukan isi hukum itu. Dimana ada Hukum disitu ada
norma yang mengatur dan norma memiliki satuan hierarki yang mengsegmentasikan
suatu kaidah kaidah yang ada, norma tersebut ialah Staats Fundamental Norm
(Norma Dasar), Staats Grun Gesetz (Konstitusi atau Hukum Dasar), Formell Gesetz
(Hukum Formil atau Undang-undang), Verordnung (Pelaksana atau atau Peraturan
Pelaksanaan), Autonome Satzung ( Hukum Otonomi atau Peraturan Daerah).
D. Daftar Pustaka
Deddy Ismatullah, Gagasan Pemerintah Modern dalam Konstitusi Madinah, Bandung,
Sahifa, 2006
Kansil, C.S.T., Hukum Tata Negara Republik Indonesia, PT Asdi Mahasatya, Jakarta,
2002
Peraturan Perundang-Undangan :
Ketetapan MPR No. III/MPR/2000, Tentang Sumber Hukum dan Tata Urutan
Peraturan Perundang-Undangan.
PERTEMUAN 3
SUMBER HUKUM TATA NEGARA (HTN)
A. Tujuan Belajar
Setelah mahasiswa menyelesaikan pertemuan ke-3 ini diharapkan mampu:
B. Uraian Materi
1. Sumber-sumber Hukum Formil dan Hukum Materil
Sumber hukum adalah segala sesuatu yang berupa tulisan, dokumen, naskah,
dsb, yang dipergunakan oleh suatu bangsa sebagai pedoman hidupnya pada masa
tertentu. Sumber hukum sering juga Disebut sebagai “source law” atau dikatakan
Sumber Hukum adalah segala sesuatu yang dapat menimbulkan atau melahirkan
hukum, atau segala sesuatu yang menjadi asal mulanya hukum. Sumber hukum
dalam arti formil adalah sumber hukum yang memiliki suatui bentuk atau prodak
yang nyata. Karena dari suatu bentuknya itu maka hal tersebut berlaku secara
umum, ditaati dan diketahui serta memiliki daya laku dan daya ikat. Disinilah suatu
kaidah memperoleh kwalifikasi sebagai kaidah hukum dan oleh yang berwenang ia
merupakan petunjukn hidup yang harus diberi perlindugan. Sumber hukum dalam
arti matril ialah merupakan suatu sumber hukum yang mana ditentukannya suatu isi
hukum, bagi para sarjana hukum yang paling penting ialah sumber hukum dalam arti
formil sebagai landasan yuridis. Akan tetapi akan kemudian dikatakan perlu jika ingin
mengetahui terkait akan asal usul dari hukum itu sendiri, ia akan memperhatikan
sumber hukum dalam arti matril8.
Sumber hukum dapat ditinjau dari:
a. Sumber Hukum Sejarah/Histori
b. Sumber Hukum Kemasyarakatan/Sosiologis
c. Sumber Hukum Ditinjau Dari Filsafat
d. Sumber Hukum Formil
8 Utrech, E., SH., Pengantar dalam Hukum Indonesia, Ichtisar, Jakarta, 1999, hal. 133-134.
2) Ketetapan MPR
3) Undang-undang?perpu
4) Peraturan Pemerintah
5) Keputusan Presiden
1) Kebiasaan
2) Traktat
3) Yurisprudensi
4) Doktrin
1) Statutory
2) Literaty.
3) Judiciary
a. Custom
b. Judicial precedents
c. Legislation
a. Professional opinion.
b. Principles of morality or equity
Adalah tempat dari mana materi itu diambil. Sumber hukum matriil ini
merupakan faktor yang membantu pembentukan hukum, misalnya hubungan
sosial, hubungan kekuatan politik, situasi sosial ekonomis, tradisi (pandangan
keagamaan, kesusilaan), hasil penelitian ilmiah, perkembangan internasional,
keadaan geografis, dll.
9 Penjelasan UUD 1945, Undang-undang Dasar sebagian dari hukum dasar. Undang-
undang Dasar suatu Negara ialah hanya sebagian dari hukumnya dasar Negara. Undang-undang
Dasar itulah hukum dasar yang tertulis, sedang disampingnya Undang-undang Dasar itu berlaku
jika hukum dasar yang tidak tertulis, ialah aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam
praktek penyelenggaraan Negara meskipun tidak tertulis.
a. Sebagai sumber pengenal dari hukum yang berlaku pada suatu saat tertentu
b. Sebagai sumber tempat asal pembuat undang-undang menggalinya dalam
penyusunan suatu aturan menurut undang-undang.
Setelah kita pahami arti materil dari Negara hukum Indonesia, maka
masalahnya sekarang ialah bagaimana hal itu dapat dicapai, maka dengan demikian
kita masalahkan aspek aspek formal yuridis dari Negara Hukum Indonesia. Dalam
hal ini, dengan menarik pengalaman secara perbandingan dengan aspek aspek
formal Negara hukum liberal dan konsep Rule of Law10. Dalam pemikiran dari para
sejarawan hukum dimana suatu hal yang paling penting dan utama ialah sumber
pertama. Maksu dari sumber utama adalah buku-buku ilmiah, dokumen-dokemen
resmi kuno, majalah-majalah dan semacamnya.
10 Kansil, C.S.T., Hukum Tata Negara Republik Indonesia, PT Asdi Mahasatya, Jakarta,
2002, hal. 8.
sehingga banyak sumber sumber hukum yang harus diakomodir menjadi hukum
Positif yang berlaku secara umum dan public. Perlu kita inngat kembali bahwa
Indonesia adalah Negara Hukum yang telah teramantkan dalam Undang undang
Dasar Negara Republik Indonesia pada pasal 1 ayat 1 bahwa Indonesia Negara
kesatuan republic Indonesia yang bentuk pemerintahannya republic dan bernegara
hukum atau rechtstaats. Dalam sumber hukum yang ada Indonesia memiliki
landasan dasar nilai norma yang menjadikan sebagai fundamental atau falsafah
bangsa yaitu Pancasila, dimana Pancasila ini menjadi sebuah Staats Fundamental
Normnya Negara Indonesia Pancasila sebagai sumber hukum Indonesia. Dinegara
Indonesia yang menjadi sumber dari segala sumber hukum ialah Pancasila, ini
memiliki artian bahwa Pancasila menjadi sebuah pandangan hidup, cita-cita hukum,
keadilan sosial, perikemanusiaan, dan tujuan hidup bangsa haruslah sesuai dengan
apa-apa yang teruang dan terkandung serta tidak menyimpang di dalam Pancasila.
Dimana kita ketahui bahwa hukum formal memiliki arti bahwa tempat digalinya
hukum yang dibuat positif oleh pemerintah yang berwenang. Adapun sumber hukum
administrasi pada artian formal dapat kita gambarkan skema sebagai berikut ini :
a. UUD 1945
b. Undang-undang dan atau PERPU
c. PERATURAN PEMERINTAH
d. KEPPRES
e. Peraturan Pelaksanaan Bawahan Lainnya
b. Ketetapan MPR
Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat atau yang dikenal singkatan
TAP MPR ini merupakan prodak aturan yang dibuat oleh MPR dimana dalam
aturan ini memiliki ketentuan-ketentuan yang meliputi :
1) Perpu dibuat hanya oleh presiden saja, tanpa adanya campur tangan dari DPR
2) Perpu akan dapat dibuat apabila Negara dalam keadaan darurat atau keadaan
genting saja.
Namun demikian bahwa tetap saja perpu ini pun kelak harus disetujui oleh
mayoritas di DPR agar perpu tersebut dapat menjadi Undang-undang dikemudian
hari. Sehingga apabila perpu tersebut di tolak oleh DPR maka perpu tersebut
haruslah dicabut dan harus dipikirkan akibat hukum yang akan timbul dari
pencabutannya.
e. Keputusan presiden
Sama halnya dengan PP atau Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden
ini pun juga dikeluarkan oleh presiden selaku eksekutif. Adapun perbedaan dari
PP dan Kepres ialah dimana jika dilihat dari sifatnya, PP bersifat umum atau
bersifat publik sedangkan keppres bersifat khusus atau bersifat privat, sebagai
contoh dari Kepres ini ialah mengangkat guru besar, duta besar ataupun jabatan
administrasi penting lainnya.
h. Yurisprudensi
Yurisprudensi adalah suatu himpunan putusan-putusan pengadilan yang
memiliki kekuatan hukum tetap atau incraht serta tersusun yang secara sistemik
dari dan dalam badan peradilan yang mana kemudian dijadikan menjadi salah
satu rujukan hukum. Sehingga dengan adanya yurisprudensi ini maka hakim
apabila menghadapi suatu kekosongan hukum dimana suatu kasus yang belum
adanya peraturan serta sanksi yang mengatur, hakim dapat melihat suatu
yurisprudensi dimana kasus yang sama yang lalu sudah diputus dan incraht
dapat menjadi dasar dan rujukan bagi hakim untuk memutus suatu perkara yang
sedang digelar dengan adil dan transparan tanpa adanya pihak manapun yang
merasa terdzalimi.
i. Hukum Internasional
Hukum internasional dapat disebut sebagai hukum bangsa-bangsa,
menurut para ahli hukum internasional, hukum internasional adalah suatu
keseluruhan kaedah-kaedah serta asas-asas yang mana pengaturannya
mengatur tentang hubungan atau persoalan yang melintasi batas-batas Negara,
yaitu
k. Doktrin
Doktrin adalah suatu pandangan dan pendapat dari para ahli dari bidang-
bidang tertentu yang menjadikan pendapat yang dikeluarkan oleh para ahli
tersebut menjadi sumber rujukan juga bagi setiap hakim dalam hal pengambilan
keputusan.
l. Traktat
Sumber hukum yang lainnya adalah traktat menjadi sumber hukum dalam
Hukum Tata Negara ia merupakan suatu perjanjian, walaupun ia termasuk dalam
bidang Hukum Internasional, sepanjang traktat atau perjanjian itu menentukan
segi hukum ketatanegaraan yang hidup bagi Negara masing-masing yang terikat
di dalamnya. Bentuknya tidak selalu tertulis karena kemungkinan terjadi bahwa
perjanjian itu hanya diadakan dengan pertukaran nota atau surat saja11
11Moh Kusnardi, Haemaily Ibrahim, SH., Hukum Tata Negara Indonesia, CV Sinar Bakti,
Jakarta, 1976, hal. 57.
menjadi kebiasaan dari jaman dahulu sampai saat ini. Perlu untuk kita ketahui
bahwa hukum kebiasaan atau dengan kata lain adalah hukum adat adalah suatu
kompleksitas peraturan hukum yang lahir dan timbul dikarenakan kebiasaan berarti
demikian lamanya orang bisa bertingkah laku menurut suatu cara tertentu oleh
karenanya maka lahir suatu peraturan dan ketentuan baru yang diterima serta
diinginkan oleh lapisan masyarakat. Jadi, menurut Van Dijk, hukum adat dan hukum
kebiasaan itu memiliki perbedaan. Sedangkan menurut Soejono Soekanto, hukum
adat hakikatnya merupakan hukum kebiasaan, namun kebiasaan yang mempunyai
akhibat hukum das sein das sollen. Berbeda dengan kebiasaan (dalam arti biasa),
kebiasaan yang merupakan penerapan dari hukum adat adalah perbuatan-
perbuatan yang dilakukan berulang-ulang dalam bentuk yang sama menuju kepada
Rechtsvaardige Ordening Der Semenleving. Sehingga jelas lah bahwa dalam
Negara Indonesia disamping memiliki sumber hukum formil dan sumber hukum
materil yang konkrit pengaturan yang baik tertulis dalam kodifikasi dan unifikasi
namun di satu sisi adapun hukum yang tidak tertulis yang merupakan salah satunya
adalah hukum adat yang secara sadar dan tidak sadar hukum adat menjadi bagian
dari sebuah sumber hukum lainnya yang ada di Indonesia yang mana memiliki
keragaman budaya dan adat yang sangat banyak.
Kesimpulan
Sehingga dalam suatu proses kesimpulan maka dapat kita simpulkan bahwa
sumber hukum dalam pengertian arti formil ialah suatu sumber hukum yang
diketahui dari bentuknya. Dengan karena bentuknya itulah maka menyebabkan
hukum berlaku secara umum, diketahui dan ditaati sumber-sumber hukum yang
menentukan da juga melahirkan isi materi suatu hukum itu tersendiri, yang baik
secara langsung ataupun baik secara tidak langsung. Pada umumnya yang menjadi
sumber hukum materil ialah aneka gejala yang ada dalam kehidupan masyarakat
(dalam segala bidang), baik yang telah menjelama menjadi peristiwa maupun yang
belum menjelama menjadi perisitwa Dengan demikian dapat dikatakan bahwa yang
dapat menjadi sumber hukum materil adalah segala unsur yang menjadi aspek-
aspek kehidupan masyarakat itu sendiri. Dalam sumber hukum yang ada Indonesia
memiliki landasan dasar nilai norma yang menjadikan sebagai fundamental atau
falsafah bangsa yaitu Pancasila, dimana Pancasila ini menjadi sebuah Staats
D. Daftar Pustaka
Kansil, C.S.T., Hukum Tata Negara Republik Indonesia, PT Asdi Mahasatya, Jakarta,
2002.
Moh Kusnardi, Haemaily Ibrahim, SH., Hukum Tata Negara Indonesia, CV Sinar Bakti,
Jakarta, 1976.
Utrech, E., SH., Pengantar dalam Hukum Indonesia, Ichtisar, Jakarta, 1999.
Peraturan Perundang-Undangan :
PERTEMUAN 4
ASAS-ASAS HUKUM TATA NEGARA
A. Tujuan Belajar
Setelah mahasiswa menyelesaikan pertemuan ke-4 ini diharapkan mampu:
B. Uraian Materi
1. Pengertian Asas-asas Hukum Tata Negara
Perlu kita ketahui terlebih dahulu adapun pengertian dari asas itu sendiri
dimana menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dimaksud dengan asas
ialah pedoman, dasar, atau suatu hal yang menjadikan pokok dasar. Di dalam
Undang-Undang Dasar 1945 dimana asas-asas di dalam Hukum Tata Negara dapat
dilihat yang mana merupakan suatu hukum positif dan juga pengaturan tentang
suatu asas-asas serta pengertian-pengertian dalam penyelenggaraan Negara.
Sehingga asas memberikan sebuah arahan dan petunjuk dalam sebuah hukum atau
aturan yang menjadi sebuah pijakan apakah hal-hal bisa masuk kedalam sebuah
aturan atau tidak maka harus dilihat dan memenuhi segala unsur asas-asas yang
berlaku. Perlu diketahui asas merupakan inti dalam sebuah penerapan implementasi
segala aspek ilmu. Asas dapat kita temukan di berbagai disiplin ilmu dimana asas-
asas selalu menjadi pembatas dan garis merah dalam sebuah indicator materi pada
setiap aspek yang merujuk pada konsekuensi ilmu yang harus selalu diterapkan dan
sama dalam hal perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pada setiap aturan
ataupun tatanan kehidupan dalam bernegara.
Pancasila merupakan falsafah bangsa dan juga ideologi yang melekat erat
di dalam Negara Indonesia dimana ini memiliki arti setiap tindakan atau
perbuatan baik tindakan pemerintah maupun perbuatan rakyat harus sesuai
dengan ajaran Pancasila. Hukum materiil menjadikan jati diri yang menjelma di
dalam hukum Pancasila yang merupakan sumber dari segala sumber norma dan
kaidah, dengan demikian aturan peraturan perundang-undangan yang dibuat
tidak boleh bertentangan dengan fundamental bangsa Indonesia ialah yang kita
kenal bersama bernama Pancasila..
Landasan konstitusional bangsa Indonesia adalah Undang-undang Dasar
1945 yang menjadi hukum dasar dan secara hierarki tertinggi dari hukum positif
lainnya. Perubahan Undang-Undang Dasar 1945 mengandung empat inti
pikiran pokok yang menjadikan cita-cita hukum Bangsa Indonesia yang
melandasi hukum dasar Negara baik dalam hukum yang tertulis maupun dalam
hukum tidak tertulis.
Indonesia menerapkan Pancasila karena memiliki keberagaman yang kaya
dalam setiap daerah di seluruh nusantara dilihat dari hal-hal berikut :
1) Suku Bangsa di Indonesia golongan sosial yang khusus yang bersifat askriptif
(ada sejak lahir), yang sama coraknya dengan golongan umur dan jenis
kelamin. Perlu untuk di ketahui bahwa di Negara Indonesia memiliki sangat
banyak suku, budaya dan bangsa atau pun kelompok etnis dengan tidak
kurang lebih dari sekitar 300an lebih dialek bahasa.
2) Agama menjadi suatu kepercayaan yang melekat dalam hak yang ada pada
setiap warga Negara dimana di Indonesia memiliki masyarakat yang mayoritas
memiliki agama atau disebut agamis. Adapun agama yang berkembang cukup
cepat dan diakui oleh pemerintah dan Undang-undang ialah Islam, Kristen,
Katholik, Hindu, Budha dan Kong Hu Cu..
3) Kebudayaan menjadi suatu ciri khas bangsa dalam hal kekayaan tradisi di
suatu Negara dimana pengetahuan kelompok manusia sebagai makhluk sosial
yang tidak dapat hidup seorang diri memiliki isi perangkat-perangkat dan
model-model pengetahuan yang secara kolektif atau berkelompok dapat
dipakai oleh para pendukung-pendukungnya untuk dapat menafsirkan serta
mengerti dari lingkungan yang dihadapi dan juga dapat untuk digunakan
sebagai tuntunan atau arah petunjuk pada pedoman yang bertindak dalam
bentuk kelakuan dan benda-benda kebudayaan sesuai dengan lingkungan
yang dihadapi.
4) Bahasa adalah suatu kebutuhan primer bagi makhluk hidup merupakan unsur
penting dalam suatu identitas nasional yang juga melekat erat kepada setiap
individu. Bahasa yang melekat dijadikan sebagai sistem perlambang yang
mana secara arbiter dapat untuk dibentuk atas unsur-unsur bunyi dari ucapan
manusia serta yang juga dapat untuk digunakan sebagai sarana atau media
interaksi antar sesame manusia.
haruslah tersusun pada satu buku yang sesuai dengan jenisnya atau kodifikasi,
oleh karenanya maka sifat karakteristik dari Rechtstaat adalah bersifat
administratif.
Unsur-unsur atau ciri-ciri khas daripada suatu Negara hukum atau
Rechstaa, ialah :
1) Pada arti formil, memiliki artian bahwasanya sebagai suatu kekuasaan publik
dimana tersistem serta terorganisasi dimana ini memiliki suatu tindakan dan
perbuatan atau kaidah-kaidah norma serta hukum yang didasarkan kepada
hierarki suatu perintah dari yang lebih tinggi.
2) Pada artian matril maka Rule of Law merupakan idiologis yang mencakup
suatu ukuran terhadap hukum baik dan hukum tidak baik dimana meliputi :
a) Kesadaran ketaatan warga masyarakat terhadap kaidah-kaidah hukum
yang ditetapkan oleh yang berwenang.
b) Negara berkewajiban menjamin tercapainya suatu keadilan sosial dan
kebebasan, penghargaan, kemerdekaan yang wajar terhadap martabat
manusia.
c) Bahwa kaidah-kaidah tersebut harus selaras dengan HAM
d) Adanya peradilan yang bebas serta merdeka dari intervensi kekuasaan
dan kekuatan apapun.
e) Adanya tata cara yang jelas dalam proses untuk mendapatkan keadilan
terhadap perbuatan yang sewenang-wenang dari penguasa.
c. Asas Kedaulatan Rakyat dan Demokrasi
kepada Negara-negara yang mempunyai ikatan atau terikat dalam satu perjanjian
yang berbentuk traktat atau dalam bentuk konfederasi atau federasi, dan yang
paling akhir jika kedaulatan itu hanya diartikan sebagai kekuasaan untuk
mengurus rumah tangga sendiri yang disebut sebagai otonomi12. Lalu dijelaskan
juga dalam sebuah undang undang dasar Negara republic Indonesia yang
menjadikan sebagai staats grund gesets yang dalam bentuk sebuah aturan
tertulis di Indonesia dalam Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Dasar 1945
mengatakan :
Seluruh ahli yang hamper semua berkata dari jaman dahulu sampai
sekarang yang namanya Negara yang bercorakan demokrasi dimana rakyat
menjadi pemiliki kedaulatan tertinggi. Suatu pemahaman kerakyatan atau system
demokrasi tidak boleh untuk dispisahkan dengan paham Negara hukum,
dikarenakan akhirnya hukumlah yang utama dalam proses pengaturan serta
pembatasan kekuasaan Negara atau pemerintah serta sebaliknya kekuasaan
diperlukan untuk menciptakan dan menjalankan proses hukum. Sebuah
kekeluargaanpun ikut di dalamnya dimana apabila suatu ikatan-ikatan itu
ditingkatkan dakam hubungan antar keluarga sampai pada hubungan antar
anggota keluarga yang lebih besar, maka hubungan itulah yang disebut
kekeluargaan. Kekeluargaan ini sebagai pengobyektifitasan dari keluarga yang
subyektifitasnya13.
Dengan demikian maka dapat diketahui bahwa inil yang menjadikan bahwa
suatu hubungan antara hukum dan kekuasaan tidak akan dapat dipisahkan dan
juga sangatlah erat kaitannya. Pada suatu Negara dimana adanya untuk saling
12 Moh Kusnardi, Haemaily Ibrahim, SH., Hukum Tata Negara Indonesia, CV Sinar Bakti,
Jakarta, 1976, hal. 12.
13 M Nasroen, Prof.SH., Falsafah Indonesia, Penerbit Bulan Bintang, Jakarta, 1967, hal. 42-
43.
percaya dimana maksud dari itu semua ilah kepercayaan dari rakyat tidak boleh
untuk disalahgunakan oleh setiap Negara dan juga sebaliknya perlu adanya
suatu harapan dari para penguasa dalam batasan tertentu juga diperlukan
kepatuhan dari rakyat terhadap pelaksanaan dari suatu kumpulan aturan yang
dibuat oleh Negara.
pada waktu itu mempunyai banyak jajahan. Pendapat John Lock diperkuat oleh
Montesquuieu dalam bukunya “L Esprit des lois” mengemukakan bahwa dalam
setiap pemerintahan terdapat tiga jenis kekuasaan yaitu Eksekutif, Legislatif dan
Yudikatif. Kekuasaan Eksekutif sama seperti John Lock diartikan sebagai
kekuasaan yang menjalankan UU hanya kekuasaan Yudikatif kekuasaan yang
berdiri sendiri dan bukan bagian dari eksekutif. Kekuasaan untuk mengadili
dilakukan oleh kekuasaan yudikatif. Dengan demikian pada hakekatnya pendapat
John Lock dan Pendapat Montesqueiu tidak berbeda jauh, namuan hanya
penekanannya pada kepentingan untuk di negara RI kita mengenai dengan
sebutan “Trias Politika” kenapa demikian. Karena praktek ketatanegaraan akhir-
akhir ini menunjukkan bahwa pembuatan UU yang seharusnya merupakan tugas
legislative saja, eksekutif juga telah diikutsertakan. Keadaan ini sudah merupakan
tuntutan jaman, kenapa demikian karena eksekutiflah yang mempunyai banyak
tenaga ahli, jika dibandingkan dengan legislative karena pengalaman dan
beberapa hal karena pengalaman dan banyak data-data yang diperlukan. Maka
eksekutif pulalah yang mempunyai fasilitas yang cukup untuk memikirkan dan
menyusun suatu RUU.
dalam Negara berdemokrasi yang baik. Kedaulatan Rakyat inipun haruslah pula
di awasi dan diperbaiki seiring berjalannya waktu berdemokrasi, karena
demokrasi bisa menjadi dua sisi mata pisau yang terkadang bisa menciptakan
keadilan bagi seluruh rakyat karena segala bentuk pemilihan ada ditangan dan
sebebas bebasnya rakyat yang memilih. Oleh karena nya kedaulatan ini harus
terus di edukasi kan mennjadi sebuah pokok pokok pemikiran dalam Hukum Tata
Negara agar suatu kedaulatan rakyat ini tidak disalahgunakan oleh oknum oknum
yang haus akan kekuasaan semata demi kepentingan pribadi atau kelompok
sendiri, kedaulatan ini bisa didapat dengan partisipasi seluruh rakyat dengan
penuh semangat demokrasi.
“Negara berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa yang adil dan beradab”.
Memahami bahwa Negara harus bias untuk menjamin warganya dalam hal
pemelukan agam apapun serta harus menjadikan manusia dalam bersosial
mengedepankan keadilan yang diiringi keberadaban. Negara memberikan
sebebas bebasnya masyarakat untuk memilih agama apaun yang tentu di akui
oleh Negara. Agama adalah hal privat yang menjadi hak hak perorangan yang
tidak bisa dipaksakan oleh siapaun, karena hanya hidayah tuhan dan ikhtiar
manusia dalam pembelajarannya untuk mengenal Tuhan nya dan memperdalam
ilmu agama nya masing masing. Memeluk Agama adalah hal yang sangat penting
karena dalam Falsafah bangsa pun dalam sila kesatu dikatakan bahwa
Ketuhanan yang Maha Esa pun tertuang dalam sila pertama. Yang Artinya ini
adalah bahwa Negara dalam tatanan kenegaraannya juga mengatur sebuah
pengaturan memeluk agam yang dipercayai nya. Namun tetap agam di Negara
Indonesia terbatas menjadi enam saja yang boleh di anut atau yang tercatat
dalam kependudukan, ini dilakukan agar tidak ada agama atau ajaran yang sesat
didalamnya. Perlu kita ketahui suatu ajaran akan dikatakan agama apabila ada
Kitab yang diturunkan oleh Tuhan dan menjadikannya sebagai pedoman hidup
dalam berketuhanan dan beribadah didalamnya. Selain beragama perlu juga
adanya sebuah pokok pokok pemikiran Negara yang menjunjung tinggi keadilan
dan keberadaban karena suatu keadilan dan keberadaban suatu hal yang tidak
dapat dipisahkan dalam penerapan nilai nilai nya.
Kesimpulan
Dalam Hukum Tata Negara kita mengenal asas asas yang memberikan dasar
pandangan dalam konteks kaitannya terhadap strukturisasi dan pergerkan roda
pemerintahan ada asas pancasila, asas Negara hukum, asas Kedaulatan, asas
Negara Kesatuan, asas Pembagian Kekuasaan. Dari kelima asas ini maka ilmu
disiplin Hukum Tata Negara memberikan landasan fundamental yang tidak boleh
dilupakan atau diabaikan karena kelima asas tersebut merupakan prinsip sederhana
dalam sebuah tatanan kenegaraan. Selain dari sebuah asas asas maka kita pun
mengetahui akan adanya sebuah Pokok-pokok Pikiran yang mana ialah Pokok
Pikiran Pertama “ Negara “ “Negara menlindungi segenap Bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia dengan berdasar atas persatuan dengan
mewujudkan Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.”Pokok pikiran kedua
adalah :“ Negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat”. Pokok
pikiran ketiga adalah “ Negara yang berkedaulatan rakyat “ Pokok pikiran keempat “
Negara berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa yang adil dan beradab”.
D. Daftar Pustaka
Moh Kusnardi, Haemaily Ibrahim, SH., Hukum Tata Negara Indonesia, CV Sinar Bakti,
Jakarta, 1976.
Peraturan Perundang-Undangan :
PERTEMUAN 5
SEJARAH KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA
A. Tujuan Belajar
Setelah mahasiswa menyelesaikan pertemuan ke-5 ini diharapkan mampu:
B. Uraian Materi
1. Periode Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945
Sejarah Indonesia mencatat suatu dinamika ketatanegaraan yang sangat
dinamis dimana dalam proses persiapan kemerdekaan Indonesia maka dibentuk
BPUPKI, pada cara pandang demokrasi modern semenjak Rousseau, maka tujuan
14
bernegara ialah persamaan dan kebebasan Man are born free and equal . Maka
telah berhasil membuat Rancangan Dasar Negara pada tanggal 25 Mei s.d. 1 Juni
1945 dan Rancangan UU Dasar pada tanggal 10 Juli s.d. 17 Juli 1945. Pada tanggal
11 Agustus 1945 BPUPKI dibubarkan dan dibentuk PPKI yang melanjutkan upaya-
upaya yang telah dilakukan oleh BPUPKI dan berhasil membuat UUD 1945 yang
mulai diberlakukan tanggal 18 Agustus 1945. Setelah Proklamasi Kemerdekaan RI
pada tanggal 17 Agustus 1945, maka hal- hal yang dilakukan adalah :
14
C.S.T. Kansil, Prof.Drs dan Christine S.T. Kansil, SH.MH., Hukum Tata Negara Republik
Indonesia, PT Asdi Mahasatya, Jakarta, 2002, hal. 73.
b. Perjanjian Postdan
Sehingga untuk dapat segera mengakhiri segala konflik yang terjadi, maka
dianggap perlu untuk diadakannya suatu proses perundingan antara Negara
Indonesia dengan Negara Belanda yang saat itu jatuh pada tangga 25 Maret 1947
di Linggarjati yang antara lain perundingan tersebut menetapkan :
a. Belanda mengakui RI berkuasa secara de facto atas Jawa, Madura dan Sumatra,
di wilayah lain yang berkuasa adalah Belanda
b. Belanda dan Indonesia akan bekerja sama membentuk RIS
c. Belanda dan Indonesia akan membentuk Uni Indonesia Belanda.
Atas dasar Konfrensi Meja Bundar maka pada tanggal 27 Desember 1949
dibentuklah Negra RIS dengfan Konstitusi RIS. Berubahnya Negara Kesatuan
menjadi Negara Serikat tidak semata-mata campur tangan dari pihak luar ( PBB
dan Belanda ), akan tetapi juga kondisi Indonesia yang memberikan kontribusi
Dekrit Presiden 5 Juli 1959 telah sisetyujui oleh DPR hasil Pemilu tahun 1959
secara aklamasi tangga; 22 Juli 1959, yang kemudian dikukuhkan oleh MPRS
dengan Ketetapan No. XX/MPRS/1966. Lalu berlanjut tidak berseling lama
munculah periode 17 Juli 1959 s.d. 1966. Dengan terjadinya suatu dekrit yang
dikeluarkan oleh Presiden maka kita kenal pada periode ini biasa disebut juga
sebagai Era Orde Lama ORLA dengan “Demokrasi Terpimpin” Konsep Demokrasi
Terpimpin dari Bung Karno yang mana konsep ini diterima sebagai dasar pada
proses penyelenggaraan Negara yang ditetapkan pada TAP MPRS No. VIII/1965.
Adapun pengertian dan tujuan hadirnya Demokrasi Terpimpin adalah untuk menjalin
musyawarah untuk mufakat dan apabila tidak tercapai, maka persoalan itu akan
diserahkan kepada para pimpinan untuk mengambil keputusan sebagai perwakilan
yang menjadi pemimpin. Dengan demikian atas dasar demokrasi terpimpin ini maka
semua bidang dalam suatu susunan ketatanegaraan serba terpimpin. Dengan
berlakunya kembali UUD 1945 berdasarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959, maka
pelaksanaannya tidak sesuai bahkan banyak terjadi penyimpangan antara lain
Lembaga-lembaga Negara yang ada bersifat sementara, Pengangkatan Presiden
Soekarno sebagai Presiden Seumur Hidup dengan TAP MPRS No. III tahun 1963.
Dimana pada masa itu banyaknya suatu penyimpangan yang kerap terjadi, baik
dalam bidang politik dan ekonomi sehingga akhirnya penyimpangan ini tejradi
puncak pada saat kejadian G30 S PKI, yang mana bahkan sampai saat ini masih
menjadi suatu perdebatan. Fakta sejarah memberikan fakta bahwa Peristiwa G30S
PKI melahirkan suatu kekacauan social, budaya dan ketidak stabilanya roda
pemerintahan serta politik praktisnya dan hukum ketata negaraan Indonesia yang
kemudian dikeluarkannya Surat Perintah dari Presiden Soekarno kepada Letnan
Jenderal Soeharto yaitu Surat Perintah 11 Maret 1966 yang biasa kita kenal
dengan sebutan (SUPERSEMAR), dimana dikelurakannya SUPERSEMAR memiliki
tujuan untuk mengambil segala tindakan yang dianggap perlu dalam menjamin
suatu sistem keamanan dan ketentraman bagi kemaslahatan seluruh masyarakat
dan juga agar stabil jalannya pemerintahan.
a. Demokrasi Pancasila
b. Adanya penerapan konsep Dwifungsi ABRI
c. Adanya Golongan Karya
d. Kekuasaan ditangan Eksekutif atau Penumpukkan kekuasaan.
e. Adanya sistem pengangkatan dalam lembaga-lembaga perwakilan
f. Penyederhanaan Partai Politik
g. Adanya rekayasa dalam Pemilihan Umum, Soeharto tetap menjadi
Presiden untuk beberapa kali.
a. Tahap Pertama
15Dasriel Radjab, SH.MH, Hukum Tata Negara Indonesia,Penerbit Rineka CIpta, 2005,
Jakarta, hal 94-95
b. Tahap Kedua
Perubahan secara rinci pada amandemen kedua UUD 1945 pada tanggal
18 Agustus 2000 adalah sebagai berikut: Pasal-pasal UUD 1945 yang diubah
sebanyak 10 pasal, yaitu 18, 19, 20, 22, 25, 26, 27, 28, 30, dan 36. Beberapa
perubahan yang penting adalah sebagai berikut:
Perubahan secara rinci pada amandemen ketiga UUD 1945 pada tanggal 9
November 2001 adalah sebagai berikut: Pasal-pasal UUD 1945 yang diubah
sebanyal 10 pasal, yaitu pasal 1, 3, 6, 7, 8, 11, 17, 22, 23 dan 24. Beberapa
perubahan yang penting adalah sebagai berikut:
1) Pasal 1 ayat (20 berbunyi: “Kedaulatan adalah di tangan rakyat dan dilakukan
sepenuhnya oleh MPR. Diubah menjadi: Kedaulatan berada di tangan rakyat
dan dilaksanakan menurut UUD “
3) Pasal 6 ayat (1): “Presiden ialah orang Indonesia Asli”. Diubah menjadi: “calon
presiden dan wakil presiden harus warga Negara Indonesia sejak
kelahirannya.”
d. Tahap Keempat
1) Pasal 2 ayat (1) berbunyi : “MPR terdiri atas Anggota Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR) dan Anggota Dewan Perwakilan Daerah yang dipilih melalui
pemilihan umum dan diatur lebih lanjut dengan undang-undang.”
3) Pasal 29 ayat (1) berbunyi : “Negara berdasar atas ketuhanan yang maha esa.
Pasal ini tidak berubah (walaupun pernah diusulkan penambahan 7 kata:
dengan kewajiban menjalankan syariat islam bagi pemeluk-pemeluknya.”
Perlu diketahui dalam suatu fakta sejarah yang terjadi dimana adanya suatu
sistem gerakan reformasi pada tahun 1998 dan Presiden Soeharto meletakkan
jabatannya pada tanggal 20 Mei 1998 yang mana saat itu digantikan oleh Wakil
Presidennya saat itu yang ialah Bapak B.J. Habibie. Dimana pergejolakan
masyarakat pada Reformasi menginginkan suatu perubahan yang pada
akhirnya mejadi suatu penggantian berbagai peraturan perundang-undangan,
yang tidak sesuai dengan jiwa demokrasi pancasia serta prinsip-prinsip
kedaulatan rakyat yang juga terutama mangadakan amandemen UUD 45
sebanyak empat kali. Setelah amandemen ke IV UUD 1945, maka system
ketatanegaraan Republik Indonesia adalah NKRI harus tetap dipertahankan,
Kedaulatan ada di tangan rakyat , Presiden dan Wakil Presiden dipilih langsung
oleh rakyat, Negara Republik Indonesia adalah Negara Hukum, Sistem
5. Periode Reformasi
Dengan melihat suatu masa yang baru yaitu masa reformasi maka
dicanagkannyalah suatu kebijakan rekonstruksi pada suatu sistem ketatanegaraan
pada pemerintaan Negara Indonesia yang cukup penting dimana pelaksaaan
otonomi daerah menjadi pengaturan atas perimbangan keuangan antara pusat dan
daerah yang menjadika masa reformasi ini betul-betul mengedepankan kedaulatan
rakyat yang sepenuhnya tanpa ada intervensi atau pencitraan penguasa. Paradigma
yang semua tersentralisasi dimana semua berpusat hanya pada pemerintah pusat
saja namun pada masa ini dirubah menadi penyebaran daerah otonom yang
memiliki otonomi daera yang dinamakan desentralisasi sehingga hak-hak daerah
yang memiliki kekayaan alam dapat dikelola dengan efektif dan efisien tidak seperti
pada masa Orde Baru yang tidak memberi kewenangan kepada daerah secara utuh.
Dengan demikian maka desentralisiasi sangatlah penting karena dapat memberikan
pelayanan yang maksimal, efektif dan efisien dimana tidak adanya lagi suatu
kesemerawutan birokrasi yang berarti. Dengan desentralisasi ini juga memberikan
jaminan penegakan hukum yang adil dan tanpa adanya intervensi pusat sehingga
penanganan daerah bersifat variatif, mandiri, dan cepat.
Kesimpulan
Ir.Soekarno dan Moh. Hatta menjadi seorang Presiden dan Wakil Presiden pertama
di Negara Indonesia, selain itu Pembentukan Departemen-Departemen oleh
Presiden, Pengangkatan anggota KNIP oleh Presiden, Pembentukan delapan
propinsi oleh PPKI, Pembentukan Kabinet Baru, Kabinet ini bertanggung jawab
kepada KNIP. Sejarah Ketatanegaraan Indonesia Periode Konstitusi RIS Ketentuan
Hukum Internasional Perjanjian Postdan, Negara Belanda mengakui Republik
Indonesia berkuasa secara de facto atas Jawa, Madura dan Sumatra, di mana
wilayah lain selain yang disebutkan adalah masih menjadi kekuasaan negara
Belanda, dan selain itu Negara Belanda dan Indonesia akan bekerja bersama untuk
membentuk RIS, Belanda dan Indonesia akan membentuk Uni Indonesia Belanda.
Dimana sebelum adanya RIS terbentuk maka yang berdaulat menurut Belanda
adalah Belanda, sehingga hubungan luar negeri atau Internasional hanya boleh
dilakukan oleh Negara Belanda selaku Negara yang masih menguasai Indonesia.
Menurut Indonesia sebelum RIS terbentuk yang berdaulat adalah
Indonesia, terutama Pulau Jawa, Madura dan Sumatra sehingga hubungan luar
negeri juga boleh dilakukan oleh Indonesia, Belanda meminta dibuat Polisi bersama,
tetapi Indonesia menolak. Akibat adanya penafsiran ini terjadi Clash I pada tanggal
21 Juli 1947 dan Clash II tanggal 19 Desember 1948. Sejarah Ketatanegaraan
Indonesia Periode 17 Agustus 1950 dan Orde Lama yang saat itupula Indonesia
memiliki perombakan konstitusi dan diteruskan kepada hal pengangkatan presiden
pertama Ir Soekarno dan wakil presiden pertama Moh Hatta. Sejarah
Ketatanegaraan Indonesia Periode Orde Baru dimulai terjadinya kejadian G 30 SPKI
dimana gerakan ini sampai saat ini masih menjadi perdebatan terkait fakta sejarah,
dimasa ini Presiden kedua Soeharto memimpin Negara ini selama kurang lebih 32
tahun lamanya setelah itu masuk kepada masa Sejarah Ketatanegaraan Indonesia
Periode Reformasi yang dimulai dari runtuhnya rezim Soeharto pada tahun 1998
dan dimulainya Negara Indonesia memulai suatu perubahan Ketatanegaraan dari
segi strukturisasi dan substansi.
5. Apa yang melatarbelakangi terjadinya silang pendapat antara kelompok muda dan
kelompok tua?
D. Daftar Pustaka
C.S.T. Kansil, Prof.Drs dan Christine S.T. Kansil, SH.MH., Hukum Tata Negara
Republik Indonesia, PT Asdi Mahasatya, Jakarta, 2002
Dasriel Radjab, SH.MH, Hukum Tata Negara Indonesia,Penerbit Rineka CIpta, Jakarta,
2005.
PERTEMUAN 6
OTONOMI DAERAH
A. Tujuan Belajar
Setelah mahasiswa menyelesaikan pertemuan ke-6 ini diharapkan mampu:
B. Uraian Materi
1. Pengertian Otonomi Daerah
Otonomi merupakan suatu hak, wewenang dan kewajiban yang diberikan
pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk mengelola dan mengatur sendiri
ursan dalam hal pemerintahan dan kepentingan masyarajat di daerah masing-
masing yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Secara harafiah
dimana otonomi daerah memili arti kata yang berasal dari kata otonomi dan daerah,
dalam bahasa Yunani dimana otonomi ialah berasal dari kata autos dan namos.
Dimana pengertian dari autos adalah memiliki arti ‘sendiri’ dan namos adalah aturan
atau perundang-undangan, dengan demikian dapat diartikan dimana arti dari
Otonomi adalah kewenangan untuk mengatur sendiri atau kewenangan untuk
membuat aturan guna mengurus rumah tangganya sendiri. Sedangkan arti dari
daerah adalah kesatuan masyarakat hukum yang mana memiliki suatu batasan
wilayah. Adapun suatu pelaksanaan otonomi daerah selain juga berlandaskan
kepada acuan norma dan hukum, kendati demikian juga sebagai suatu implementasi
tuntutan globalisasi yang mana harus diperdayakan dengan cara memberikan
daerah kewenangan yang lebih luas, lebih tajam, lebih nyata serta bertanggung
jawab, terutama dalam mengatur dan memanfaatkan sumber daya alam dan
kekayaan yang terkandung didalamnya masing-masing dengan tanpa bertentangan
dengan Peraturan Perundang-undangan. Perlu untuk diketahui bahwa reformasi
memberikan ruang untuk setiap warga Negara untuk mebrkan ruang dalam
berpartisipasi untuk mengeluarkan aspirasinya agar di dengar oleh pemerintah,
maka otonomi ini lahir menjadi suatu kesempurnaan kepemrintahan dalam masa
reformasi ini. Masyarakat dituntut untuk kritis dalam berbagai bidang aspek seperti
kadilan ekonomi, social, budaya, politik, serta pelayanan aparatur Negara. Dimana
dimasa orde baru selama puluhan tahun banyak memberikan kesenjangan dimana
ketidak merataan dan semua masih terpusat atau sentralisasi yang sangat
menyeluruh, kesenjangan ini pada aspek pendapatan daerah yang jauh berbeda
dan juga pendapatan daerah yang dikuasai oleh pemerintahan pusat.
Adapun desentralisasi menurut M. Turner dan D. Hulme adalah
transfer/pemindahan kewenangan untuk menyelenggarakan beberapa pelayanan
kepada masyarakat dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Sementara
desentralisasi menurut Shahid Javid Burki dan kawan-kawan adalah proses
pemindahan kekuasaan politik, fiskal, dan administratif kepada unit dari pemerintah
pusat ke pemerintah daerah. Jadi, otonomi daerah dapat diaktifkan pelimpahan
ewenangan dan tanggungjawab dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah.
Dalam pola pikir demikian, otonomi daerah adalah suatu instrumen politik dan
instrumen administrasi/manajemen yang digunakan untuk mengoptimalkan sumber
daya lokal, sehingga dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kemajuan
masyarakat di daerah, terutama menghadapi tantangan global, mendorong
pemberdayaan masyarakat, menumbuhkan kreatifitas, meningkatkan peran serta
masyarakat, dan mengembangkan demokrasi.
Dengan adanya suatu sistem desentralisasi maka dikenal adanya suatu
otonomi daerah yang memiliki suatu latar belakang sejarah yang panjang terhadap
penerapannya dimana Indonesia memiliki dan mengalami yang namanya krisis
ekonomi dan politik yang sangat luar biasa dimana ini melanda Indonesia pada
tahun 1997 yang telah merusak dan menghancurkan hampir seluruh sendi-sendi
politik dan juga ekonomi sehingga semakin multi krisis karena yang tidak
berkesudahan dari suatu kekacauan ini maka Negara pun tunduk dan takluk
terhadap gejolak besar yang dilahirkan oleh lapisan masyarakat. Kekacaun itu terjadi
karena tidak adanya suatu sistem yang baik terhadap manajemen keuangan dan
politik agar adanya suatu pemeratan terhadap tiap masing-masing daerah,
dikarenakan daerah saat itu tidak memiliki wewenang untuk mengelola dan
mengatur daerahnya sendiri.
Sehingga dengan segala daya dan upaya maka lahirlah suatu respon yang
menjadi suatu titik terang ditengah kegelapan dimana ini merupakan jalan keluar
terhadap permasalahan krisis ketimpangan yang sudah tidak dapat dibendung ialah
reformasi, dalam masa reformasi dicanangkannya suatu kebijakan restrukturisasi
sistem pemerintahan yang cukup penting yang salah satunya ialah adanya
pelaksanaan sistem otonomi daerah dan pengaturan perimbangan keuangan yang
antara pusat dan daerah teralin.Paradigma yang jaman orde baru adalah sentralisasi
dirubah menjadi desentralisasi. Dengan adanya otonomi daerah memberikan ruang
bagi tiap daerah untuk mengelola kekayaan dan pendapatanya sehingga akan
munculnya suatu kesetaraan dan persamaan dalam aspek birokasi dan regulasi
yang adil dan tanpa diskriminasi. Otonomi Daerah menjadi jawaban tuntutan
pemerataan pembangunan social, ekonomi, serta penyelenggaraan birokrasi di
dalam aspek pelayanan masyarakat luas. Adapun beberapa alasan mengapa
kebutuhan terhadap otonomi daerah di Negara Indonesia sangat mendesak, yaitu :
Dimana perlu kita ketahui dalam setiap sistem tentu harus memiliki landasan
hukum untuk menjadi sebuah legalitas. Dimana termasuk sistem desentralisasi yang
melahirkan otonomi daerah di Indonesia ini agar dapat memahami lebih jelas
tentang hal-hal yang diatur dalam Undang-undang Dasar kita, maka Dalam UUD
1945 hasil amandemen, ketentuan yang mengatur Pemerintahan Daerah diatur
dalam BAB VI yang meliputi Pasal 18, Pasal 18A dan pasal 18B.
a. Pasal 18
b. Pasal 18A
c. Pasal 18B
16 Jimly Asshiddiqie, Prof.,DR., SH., Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara Indonesia,
Konstitusi Press, 2006, Jakarta, hal 26
a. Asas Sentralisasi
b. Asas Desentralisasi
17
Khrisna D. Darumurti, Umbu Rauta, Otonomi Daerah : Perkembangan Pemikiran,
Pengaturan dan Pelaksanaan, Citra Aditya Bakti, 2003, Bandung, hal 47
Selain itu adapun dari urusan wajib yang menjadi kewenangan dari
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, yang juga meliputi 15 bidang, ialah :
c. Asas Dekonsentrasi
politik, tujuan ekonomi, tujuan administrative. Dimana hal yang akan dicapai melalui
suatu tujuan politik adalah dengan upaya mewujudkan demokrasi politik yang sesuai
dengan penerapan nilai Pancasila dan dengan cara melalui partai politik serta
lembaga Negara baik eksekutif, legislative, yudikatif baik di pusat dan di daerah.
Adapun tujuan administrative ialah dengan adanya pembagian antara urusan
pemerintahan pusat dengan pemerintahan daerah, yang mana termasuknya kepada
sumber keuangan serta pembaharuan manajemen birokrasi pemerintahan daerah.
Sedangkan yang terkahir dari tiga tujuan utama tersebut ialah tujuan ekonomi
dimana ekonomi menjadi tujuan setiap Negara yang tidak bisa terlepaskan erat
kaitannya dengan perkembangan dalam Negara, dimana untuk meningkatkan
indeks pembangunan manusia atas kesejahteraan perekonomian dan meningkatkan
kualitas kehidupan masyarakat. Sehingga dengan demikian tujuan ekonomi, politik
dan administrative memberikan suatu peranan masing-masing yang saling
berkesinambungan antara satu dengan yang lainnya karena tidak bisa masing-
masing unsur tidak saling melengkapi.
Jika kita lihat pada sebagian para ahli di dalam kepemerintahan juga
mengemukakan pendapat dimana alasan serta dasar yang menjadikan sebagai
tujuan perlunya ekonomi desentralisasi yaitu untuk terciptanya sebuah efisiensi dan
efektifitas penyelenggaraan pemerintahan. Pemerintah memiliki suatu fungsi
pengelolaan dan berbagai dimensi kehidupan, dimana peran serta ekonomi,
pertahanan, keamanan, keuangan politik dan kesejahteraan masyarakat, sehingga
dengan melihat pelayanan tersebut tentu tidak dapat bisa hantya didasarkan pada
sentralisasi saja, yang memberikan wewenang hanya kepada pusat semata, karena
apa yang sudah disebutkan diatasterkait pelayanan masyarakat yang menjadi
kebutuhan pokok bersama ialah perlu adanya pembagian tugas yang menyeluruh
diseluruh aspek agar adanya kemudahan mobilasisi dan control yang nyata agar
tidak adanya masyarakat yang dilalaikan, sehingga Negara berperan aktif diseluruh
lini kehidupan warga negaranya. Adapun kita lihat contoh dalam aspek perpolitikan
dikaji dalam tinjauan desentralisasi ini maka, akan menumbuhkan semangar baru
bagi setiap masyarakat yang tidak memiliki kesempatan dan akses untuk masuk
dalam kancah poltik di tingkat nasional, masih ada peluang untuk ikut serta dalam
politik local baik pemilihan umum local, ataupun juga peluang dalam pembuatan
kebijakan publik. Dengan melihat adanya suatu kestabilan politik dan memberi
kesempatan yang luas kepada setiap masyarakat maka akan terhindarnya apa
yang dinamakan suatu pergolakan di daerah yang mungkin akan terjadi karena
daerah melihat kenyataan kekuasan pemerintah Jakarta dalam artian pemerintah
pusat sangat dominan. Dimana ini menjadi suatu contoh konkrit terhadap suatu
hubungan antara kestabilan politik dengan pemerintahan daerah kalau pemerintah
nasional tidak menjalankan otonomi dengan tepat, kesetaraan politik (political
equality). Masyarakat di tingkat lokal, sebagaimana halnya dengan masyarakat di
pusat pemerintahan, akan mempunyai kesempatan yang sama untuk terlibat dalam
politik, entah melalui pesta demokrasi pada suara waktu pemilihan kepala desa,
Bupati atau Walikota bahkan setingkat Gubernur tidak menutup kemungkinan terjadi.
Disamping itu, warga masyarakat baik sendiri-sendiri ataupun secara berkelompok
akan ikut serta dalam memengaruhi pemerintahnya untuk dapat membuat suatu
kebijakan, yang mana menyangkut kepentingan mereka, akuntabilitas publik.
Demokrasi memberikan ruang dan peluang kepada masyarakat di daerah untuk
berpartisipasi dalam segala bentuk kegiatan penyelenggaraan negara. Keterlibatan
ini sangat dimungkinkan sejak dari awal tahap pengambilan keputusan sampai
dengan tahap evaluasi. Dengan demikian, maka kebijakan yang dibuat dapat diawas
secara langsung, dan dapat dipertanggungjawabkan karena masyarakat terlibat
langsung dlampenyelenggaraan pemerintahan.
Adapun Manfaat dari Otonomi Daerah Berikut ini berbagai macam manfaat
otonomi daerah yang harus diketahui oleh masyarakat luas :
Indonesia dan belum ada pemerintah yang mengaturnya. Tentu pemerintah pusat
tidak akan jeli melihatnya satu persatu.
p. Meningkatkan segala potensi dan kekreatifitasannya karena, sebab masyarakat
di daerah otonom di tuntut untuk bisa menunjukan diri akan kelebihan ditiap
daerah masing-masing dibandingkan daerah otonom lannya.
q. Melatih Inovasi yang menjadi proses pembaharuan baik dibidang industri,
ekonomi, dan bahkan politik dikarenakan bukan hanya kreatif namun harus
inovatif pada segala bidang aspek demi peningkatan mutu daerah masing-masing
r. Peningkatan Lembaga Masyarakat yang membawahi masyarakat secara
langsung menyentuh dimana ini akan mengalami suatu peningkatan
pemberdayaan terutama pada aspek sosial dan kesejahteraan umat. Lembaga itu
menaungi dan membawahi masyarakat di daerah otonom.
Kesimpulan
D. Daftar Pustaka
Jimly Asshiddiqie, Prof.,DR., SH., Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara Indonesia,
Konstitusi Press, 2006, Jakarta.
Peraturan Perundang-Undangan :
Undang-undang No. 9 Tahun 2015 Tentang Perubahan Kedua atas Undang- undang
No.23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah
PERTEMUAN 7
PARTISIPASI MASYARAKAT
A. Tujuan belajar
Setelah mahasiswa menyelesaikan pertemuan ke-7 ini diharapkan mampu:
B. Uraian materi
1. Pengertian Partisipasi Masyarakat
Partisipasi adalah keikutsertaan dalam suatu kegiatan. Jadi, keikutsertaan
kamu dalam kegiatan sekolah dan rumah merupakan wujud partisipasi kamu
ditempat tersebut. Bagaimana dengan partisipasi masyarakat dalam perumusan
kebijakan public didaerah. Menurut Ach. Wazir Ws dimana partisipasi merupakan
suatu keterlibatan dimana seseorang yang secara sadar ke dalam ineraksi sosial di
dalam situasi tertentu. Dengan melihat pengertian itu, seseorang bisa dapat untuk
berpartisipasi bila menemukan dirinya dengan atau dalam suatu kelompok, dengan
melewati segala proses dengan orang lain dimana hal nilai, perasaan, tradisi,
kesetiaan, tanggung jawab, dan kepatuhan. Adapun partisipasi masyarakat yang
dikemukakan oleh Isbandi Rukminto adalah keikutsertaan masyarakat dalam suatu
proses pengidentifikasian suatu masalah serta potensi yang mana ada di tengah
masyarakat, dimana pengambilan keputusan tentang alternatif solusi untuk suatu
penanganan permasalahan, keterlibatan masyarakat, upelaksanaan upaya
mengatasi masalah di dalam suatu aspek proses evaluasi perubahan yang terjadi18.
Adapun pendapat dari seorang Mikkelsen yang membagi partisipasi menjadi 6
(enam) pengertian, ialah19:
18Adi, Isbandi Rukminto, Perencanaan Partisipasi berbasis Aset Komunitas dari Pemikiran
menuju Penerapan, FISIP UI Press, Depok, 2007, hal 27
19 Mikkelsen, Britha, Metode Penelitian Partisipatoris dan Upaya-upaya Pemberdayaan,
Dari tiga kara yang memberikan suatu pendapatnya mengenai pengertian dari
partisipasi maka dapat dibuat suatu kesimpulan bahwa suatu partisipasi merupakan
suatu keterlibatan aktif dari seseorang, dan atau sekelompok masyarakat yang
secara sadar dalam pengimplementasian terhadap kontribusi sukarela di dalam
program pembangunan serta keterlibatan dari perencanaan, pelaksanaan,
monitoring, dan evaluasi.
Pentingnya partisipasi dimana yang pertama adalah dimana partisipasi
masyarakat merupakan suatu alat guna perolehan informasi yang mengenai suatu
kebutuhan, sikap, dan kondisi masyarakat setempat dimana dengan tanpa adanya
suatu kehadirannya maka program pembangunan serta proyek strategis
pembangunan bangsa akan gagal. Masyarakat akan merasa percaya apabila suatu
pembangunan ataupun proyek pembangunan bangsa dimana apabila masyarakat
itu sendiri merasa untuk dilibatkan, sehingga peranan masyarkat akan terasa secara
langsung dan transparan tanpa adanya suatu unsur kedzaliman yang menjadi
pikiran buruk dari masyarakat apabila tidak dilibatkan. Perlu untuk diketahui dimana
corak pemerintahan yang berdemokrasi merupakan suatu unsur penting yang akan
melahirkan masyarakat dalam hal partisipasi, karena partisipasi merupakan salah
satu contoh dari demokrasi itu sendiri. Partisipasi ini memberikan peningkatan
pemberdayaan setiap orang yang terlibat baik langsung ataupun tidak langsung
dalam sebuah program pembangunan dengan cara melibatkan mereka dalam
pengambilan keputusan dan kegiatan-kegiatan selanjutnya dan untuk jangka yang
lebih panjang. Adapun kita lihat terhadap suatu prinsip-prinsip dalam proses
partisipasi masyarakat ialah:
a. Prinsip cakupan dimana semua orang atau wakil dari suatu kelompok masyarakat
yang terkena dampak dari hasil atas keputusan atau proses proyek
pembangunan.
b. Prinsip kesetaraan dan kemitraan dimana suatu prinsip yang mengedepankan
proses dialog tanpa perhitungan atas jenjang dan struktur para pihak,
dikarenakan setiap manusia memiliki kemampuan serta ketrampilan yang
menjadikan sebagai prakarsa untuk terlibat dalam proses pembangunan.
c. Prinsip kerja sama diperlukan adanya suatu sinergitas antara satu orang dengan
kelompok dan kelompok dengan kelompok agar partisipasi berjalan beriringan
dan menutup kelemahan di beberapa sektor.
d. Prinsip transparansi dimana suatu partisipasi yang menumbuhkan rasa
komunkatif dan terciptanya suatu dialog yang terbuka serta iklim yang kondusif.
e. Prinsip pemberdayaan (Empowerment) yang mana melibatkan segala pihak yang
tak lepas dari segala power dan weakness yang dimiliki setiap orang dan
kelompok, dengan demikian dengan keterlibatan aktif pada proses kegiatan,
adanya suatu proses yang saling belajar dan memberdayakan antara sesama.
f. Prinsip kesetaraan kewenangan (Sharing Power/Equal Powership) segala pihak
harus dapat mendistriubusikan kewenangannya sesuai dengan aturan yang
berlaku agar tidak adanya suatu dominasi kelompok tertentu.
g. Kesetaraan Tanggung Jawab (Sharing Responsibility). Berbagai pihak
mempunyai tanggung jawab yang jelas dalam setiap proses karena adanya
kesetaraan kewenangan (sharing power) dan keterlibatannya dalam proses
pengambilan keputusan dan langkah-langkah selanjutnya.
kaitannya dengan partisipasi uang maka uang menjadikan suatu unsur untuk
memperlancar usaha bagi pencapaian kebutuhan masyarakat yang memerlukan
secara nyata adapun jika partisipasi harta benda adalah menyumbang harta dan
juga benda yang dimiliki, partisipasi tenaga adalah suatu bentuk partisipasi untuk
memberikan tenaga untuk menunjang usaha yang menjadikan keberhasilan lebih
terasa, adapun partisipasi keterampilan merupakan suatu partisipasi dengan
memberikan suatu dorongan melalui keterampilan yang dimiliki untuk diberikan atau
disalurkan kepada anggota masyarakat lain yang membutuhkannya.
Dengan demikian tujuan dimana orang tersebut untuk dapat melakukan suatu
kegiatan yang dapat meningkatkan kesejahteraan sosialnya. Partisipasi buah pikiran
lebih merupakan partisipasi berupa sumbang ide dan atau pendapat yang konstruktif
baik dalam suatu penyusunan program ataupun untuk memperlancar atas
pelaksanaan program dan juga untuk mewujudkannya dengan memberi suatu
pengalaman dan pengetahuan guna dalam tahap pengembangan atas kegiatan
yang diikutinya. Adapun partisipasi dalam tahap pengambilan keputusan ialah
dimana masyarakat terlibat dalam suatu diskusi ataupun forum dalam rangka untuk
mengambil keputusan yang mana ini terikat kepada suatu kepentingan umum atau
kepentingan bersama. Selain itu adapun dari partisipasi representative ialah
melakukan suatu partisipasi dengan melalui pemberian kepercayaan atau suatu
mandate kepada wakilnya yang duduk di dalam organisasi atau kepanitiaan.
Kendati demikian tidak adanya suatu kepastian dan jaminan dimana suatu
program berkelanjutan melalui partisipasi bersama semata, dimana kita ketahui
harus dilihat juga sampai pada sejauh dan seserius apa partispasi masyarakat itu
terlaksana dalam suatu proses penerapannya. Dengan demikian harus dilihat juga
sampai sejauh mana pemahaman masyarakat terhadap sautu program sehingga ia
turut serta berpaetisipasi. Dalam suatu proses partisipasi yang mana pada berbagai
program pembangunan para praktisi atau pelaku partisipasi pembangunan pun telah
melakukan persiapan sosial agar supaya program tersebut betul-betul langsung
bersentuhan pada aspek kepentingannya, kebutuhan dan juga masalah masyarakat
melalui tahapan keikut sertaan masyarakat menyeluruh. Adapun maksud pada
proses persiapan sosial dimaksudkan agar dimana paket dalam pembangunan
dapat terkomunikasikan secara efektif dan juga efisien. Perlu juga untuk diketahui
bersama bahwa analisis pada proses partisipasi atau kontribusi dalam hal
Kendati demikian walaupun tahapan yang sudah dipaparkan cukup jelas dan
tersistematis akan tetapi karena adanya suatu keterbatasan pengetahuan serta
keterampilan masyarakat dalam hal perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan
evaluasi serta penghitungan kemanfaatan secara ekonomis. Namun dengan itu
semua apabila diterapkannya sistem partisipasi bottom up planning yang berjalan
seimbang dengan top down planning akan menghasilkan suatu partisipasi yang baik.
Dalam partispasi yang telah dibahas ada beberapa cara yang efektif yang diterapkan
oleh Asian Development Bank dalam suatu unsur kegiatan yang mereka laksanakan
dimana diantaranya ialah :
a. Usia
b. Jenis kelamin
Nilai yang cukup lama dominan dalam kultur berbagai bangsa mengatakan
bahwa pada dasarnya tempat perempuan adalah “di dapur” yang berarti bahwa
dalam banyak masyarakat peranan perempuan yang terutama adalah mengurus
rumah tangga, akan tetapi semakin lama nilai peran perempuan tersebut telah
bergeser dengan adanya gerakan emansipasi dan pendidikan perempuan yang
semakin baik.
c. Pendidikan
20Ross, M. G., Community Organization: Theory, Principle, and, Practice, Harper and Row
Publisher,New York, 1967, hal 130
Hal ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena pekerjaan seseorang
akan menentukan berapa penghasilan yang akan diperolehnya. Pekerjaan dan
penghasilan yang baik dan mencukupi kebutuhan sehari-hari dapat mendorong
seseorang untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan masyarakat.
Pengertiannya bahwa untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan, harus didukung
oleh suasana yang mapan perekonomian.
e. Lamanya tinggal
Setiap kebijakan yang dikeluarkan atas suatu partispasi masyarakat yang telah
di bahas sebelumnya terkait pola pola dan bentuk suatu partispasi atau ditetapkan
oleh pemerintah pasti memiliki tujuan. Sesuai dengan pendapat Chandler dan Plano
”Kebijakan publik adalah Pemanfaatan yang strategis terhadap sumberdaya-
sumberdaya yang ada untuk memecahkan masalah-masalah public atau
pemerintah” . Partisipasi masyarakat sangat dibutuhkan dalam perumusan
21
a. Kebijakan publik yang mana pada dasarnya untuk demi kepentingan setiap
masyarakat, dengan demikian maka kebijakan publik haruslah bertumpu kepada
keinginan, tuntutan, harapan serta kebutuhan dari masyarakat.
c. Dengan tanpa adanya dukungan dari setiap orang maka suatu kebijakan publik
tidak akan dapat terlaksana dengan baik atau bahkan lebih parah dar itu yaitu
memunculkan suatu protes dan pergejolakan.
21 Tangkilisan, H.N.S., Kebijakan Publik Yang Membumi, Lukman Offset, Yogyakarta, 2003,
hal 1
a. Adanya perubahan tingkat kesadaran masyarakat akan hak dan kewajiban dan
peningkatan kapasitas kelembagaan masyarkat dalam proses perumusan
kebijakan public.
e. Adanya perubahan pola piker dan prilaku dari aparat pemerintah dalam
mewujudkan kepernerintahan yang baik.
a. Perumusan Masalah
Menggali serta merumuskan masalah merupakan langkah yang paling
fundamental dalam perumusan kebijakan. Untuk itu maka dapat merusukan
kebijakan dengan baik, maka masalah-masalah public harus dikenali dan
didefinisikan dengan baik pula. Kebijakan public pada dasarnya dibuat untuk
memecahkan segala permasalahan yang timbul di tengah masyarakat..
b. Agenda Kebijakan
Tidak semua masalah publik akan masuk ke dalam agenda kebijakan.
Masalah- masalah tersebut saling berkompetisi antara satu dengan yang lain.
Hanya masalah-masalah tertentu yang pada akhirnya akan masuk ke dalam
agenda kebijakan. Suatu masalah untuk masuk ke dalam agenda kebijakan harus
memenuhi syarat-syarat tertentu, seperti masalah tersebut mempunyai dampak
yang besar bagi masyarakat dan membutuhkan penanganan yang harus segera
dilakukan.
Kesimpulan
D. Daftar pustaka
Adi, Isbandi Rukminto, Perencanaan Partisipasi berbasis Aset Komunitas dari
Pemikiran menuju Penerapan, FISIP UI Press, Depok, 2007.
Ross, M. G., Community Organization: Theory, Principle, and, Practice, Harper and
Row Publisher,New York, 1967.
Winarno, Budi., Kebijakan Publik Teori & Proses, PT.Buku Kita, Jakarta, 2008
PERTEMUAN 8
NEGARA HUKUM
A. Tujuan Belajar
Setelah mahasiswa menyelesaikan pertemuan ke-8 ini diharapkan mampu:
B. Uraian Materi
1. Pengertian Negara Hukum
Perlu kita ketahui apa itu Negara sebelum kita masuk kedalam konteks Negara
hukum itu sendiri. Defini entititas tentang Negara menjadi sangat sulit lantaran
beraneka ragamnya obyek yang biasa dinyatakan secara tegas oleh istilah tersebut.
Kadang-kadang istilah Negara digunakan dalam pengertian yang sangat luas untuk
menyebut masyrakat atau bentuk khusus dari masyrakat, namun isitilah itupun
sering dipakai dalam arti sempit untuk menyebut suatu organ khusus misalnya
pemerintah atau para subyek pemerintah, bangsa, atau wilayah yang mereka
diami24. Di Indonesia, individu yang sudah berumur 17 tahun ke atas akan
mendapatkan Kartu Tanda Penduduk (KTP). KTP menunjukan bahwa anda adalah
warga negara indonesia yang bertempat tinggal di wilayah kecamatan tertentu.
Secara sadar anda adalah bagian dari sesuatu yang di sebut “negara”. Apabila anda
ke luar negeri, maka anda akan banyak mendapatkan pertanyaan, anda berasal dari
negara mana ? demikian pula apabila kita menonton piala dunia, maka banyak
kesebelasan yang berasal dari berbagai negara seperti Argentina, Brasil, Korea
selatan dan sebagainya. Dalam bab ini, kita akan membahas tentang negara baik
menyangkur alasan terbentuknya negara,fungsi dan hubungan antara warga negara
dengan negara. Menurut ahli tata negara Sokrates, Aristoteles dan Plato (SPA),
adanya negara dimulai 400 tahun sebelum masehi. Keberadaan negara di dalam
masyarakat menurut Thomas Van Aquino di dorong oleh dua hal yaitu manusia
24
Hans Kelsen, Teori Umum Tentang Hukum dan Negara, Nusa media dan Nuansa, 2006,
Bandung, hal 261
sebagai mahluk sosial (animal social) dan mahluk politik (animal politicum). Manusia
sebagai mahluk sosial mempunyai sifat tidak bisa hidup sendiri dam juga sebagai
mahluk politik memiliki naluri untuk berkuasa. Oleh karena itu menurut Thomas
Hobbes, keberadaan negara sangat di perlukan sebagai tempat berlindung bagi
individu, kelompok, dan masyarakat yang lemah dari individu, kelompok dan
masyarakat maupun penguasa yang kuat (otoriter), karena menurutnya, manusia
dengan manusia lainnya memiliki sifat seperti srigala (homo homini lupus).
Keberadaan negara sebagaimana uraian di atas menimbulkan kesadaran
masyarakat untuk menciptakan mekanisme pembentukan negara yang mendapat
legitimasi(pengakuan) dari seluruh masyarakat secara bersama. Mekanisme yang
demokratis dan universal bagi pembentukan negara adalah pemilihan umum
(pemilu). Pemilu merupakan wadah untuk melakukan kontrak sosial dengan cara
memberikan suara kepada orang yang di pilihnya guna melindungi kepentingan
keseluruhan rakyat dalam suatu negara.
Negara dalam menjalani kehidupannya tentu menghadapi berbagai masalah
dalam menjaga eksistensinya. Masalah yang di hadapi oleh negara pada saat ini
antara lain adalah masalah globalisasi dan otonomi daerah, meskipun kedua hal
tersebut juga dapat memberi keuntungan bagi kemajuan suatu negara. Keuntungan
globalisasi bagi bangsa dan negara indonesia adalah dapat memberi nilai tambah
berupa kemudahan memperoleh informasi, teknologi, maupun pengetahuan yang
berkembang dan terjadi di seluruh dunia.Sama halnya otonomi daerah juga memberi
keuntungan yang besar bagi bangsa indonesia untuk dapat hidup mandiri dalam
mengelola dan mengeksplorasi sumber daya alam dan manusia yang ada di
daerahnya secara optimal. Karena secara teoretis, masyarakat di daerah itula yang
paling mengetahui segala potensi yang di miliki oleh daerah tersebut. Salah satu
dampak yang merugikan dari globalisasi adalah menipisnya rasa kebanggaan serta
nasionalisme sebagai anak angsa karena nilai budaya dan teknologi asing masuk ke
indonesia melalui teknologi informasi dan komunikasi. Ancaman lain juga timbul
dengan adanya penerapan sistem negara kesatuan yang bersifat desentralisasi
yang berintikan kepada pemberian otonomi kepada daerah tingkat kabupaten dan
kota di seluruh Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).Bentuk ancamannya
adalah apabila komitmen dan konsistensi penyelenggaraan negara oleh penguasa
(pemerintah) tidak memberi kesejahteraan secara adil dan merata kepada
Adapun AV Dicey dari kalangan ahli hukum Anglo Saxon memberi ciri-ciri Rule
of Law sebagai berikut :
Ciri-ciri Rechtsstaat atau Rule of Law di atas masih dipengaruhi oleh konsep
negara hukum formil atau negara hukum dalam arti sempit. Dari pencirian di atas
terlihat bahwa peranan pemerintah hanya sedikit karena ada dalil bahwa
“Pemerintah yang sedikit adalah pemerintah yang baik”. Dengan munculnya konsep
negara hukum materiil pada abad ke-20 maka perumusan ciri-ciri negara hukum
sebagaimana dikemukakan oleh Stahl dan Dicey di atas kemudian ditinjau lagi
sehingga dapat menggambarkan perluasan tugas pemerintahan yang tidak boleh
lagi bersifat pasif. Sebuah komisi para juris yang tergabung dalam International
Comunition of Jurits pada konferensi Bangkok tahun 1965 merumuskan ciri-ciri
pemerintahan yang demokratis di bawah Rule of Law yang dinamis. Ciri-ciri tersebut
adalah
Disamping perumusan ciri-ciri negara hukum seperti di atas, ada pula berbagai
pendapat mengenai ciri-ciri negara hukum yang dikemukakan oleh para ahli.
Menurut Montesquieu, negara yang paling baik adalah negara hukum, sebab di
dalam konstitusi di banyak negara terkandung tiga inti pokok, yaitu :
a. Perlindungan HAM.
b. Ditetapkan ketatanegaraan suatu Negara.
c. Membatasi kekuasaan dan wewenang organ-organ Negara.
Prof. Sudargo Gautama mengemukakan 3(tiga) ciri atau unsur dari negara
hukum, yakni sebagai berikut :
a. Pengakuan dan perlindungan terhadap hak asasi manusia Di dalam ciri ini
terkandung ketentuan bahwa di dalam suatu negara hukum dijamin adanya
perlindungan hak asasi manusia berdasarkan ketentuan hukum. Jaminan itu
umumnya dituangkan dalam konstitusi negara bukan pada peraturan perundang-
undangan di bawah konstitusi negara. Undang-undang dasar negara berisi
ketentuan-ketentuan tentang hak asasi manusia. Inilah salah satu gagasan
konstitusionalisme.
b. Peradilan yang bebas dari pengaruh kekuasaan lain dan tidak memihak. Dalam
ciri ini terkandung ketentuan bahwa pengadilan sebagai lembaga peradilan dan
badan kehakiman harus benar-benar independen dalam membuat putusan
hukum, tidak dipengaruhi oleh kekuasaan lain terutama kekuasaan eksekutif.
Dengan wewenang sebagai lembaga yang mandiri terbebas dari kekuasaan lain,
diharapkan negara dapat menegakkan kebenaran dan keadilan.
c. Legalitas dalam arti hukum dalam segala bentuknya Bahwa segala tindakan
penyelenggara negara maupun warga negara dibenarkan oleh kaidah hukum
yang berlaku serta dapat dipertanggungjawabkan secara hukum.
Dasar pijakan bahwa negara Indonesia adalah negara hukum tertuang pada
Pasal 1 ayat 3 UUD 1945, yang menyebutkan bahwa “Negara Indonesia adalah
Negara Hukum”. Dimasukkannya ketentuan ini ke dalam bagian pasal UUD 1945
menunjukkan semakin kuatnya dasar hukum serta menjadi amanat negara, bahwa
negara Indonesia adalah dan harus merupakan Negara hukum. Sebelumnya,
landasan negara hukum Indonesia ditemukan dalam bagian Penjelasan Umum UUD
1945 tentang Sistem Pemerintahan Negara. Indonesia adalah negara yang berdasar
atas hukum (Rechsstaat). Negara Indonesia berdasar atas Hukum (Rechsstaat),
tidak berdasar atas kekuasaan belaka (Machtsstaat). Sistem Konstitusional.
Pemerintah berdasar atas sistem konstitusi (hukum dasar), tidak bersifat
absolutisme (kekuasaan yang tidak terbatas). Berdasarkan perumusan di atas,
26 Ibid, hal 25
a. Negara hukum.
b. Pemerintahan di bawah kontrol nyata masyarakat.
c. Pemilihan umum yang bebas.
d. Prinsip mayoritas
e. Adanya jaminan terhadap hak-hak demokratis.
Maka oleh karena itu pada tanggal 29 April 1945 pemerintah bala tentara
Jepang di Jakarta membentuk suatu badan yang diberi nama Dokuritsu Zyunbi
Tyoosakai atau Badan penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(BPUPKI). BPUPKI terdiri atas 62 orang anggota yang diketuai oleh IR. Radjiman
Wedyodiningrat. Badan ini mengadakan sudang dua kali Sidang I tanggal 29 Mei
1945 sampai dengan 2 Juni 1945 dan Sidang II tanggal 10 Juli 1945 sampai dengan
16 Juli 1945. BPUPKI membentuk panitia kecil yang merumuskan hasil siding yang
beranggotakan Sembilan orang, yaitu Ir. Soekarno, Drs. Mohammad Hatta, MR. AA
Maramis, Abikusno Tjokrosujoso, Abdulkahar Muzakir, Haji AGus Salim, Mr.
Achmad Subardjo, KH. A Wachid Hasyim, dan Mr. Muhammad Yamin. Setelah itu
lalu pada Tanggal 22 Juni 1945 BPUPKI berhasil menyusun naskah rancangan
Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 dan tanggal 16 Juli 1945 selesai
menyusun naskah rancangan UUD 1945, setelah itu BPUPKI dibubarkan. Tanggal 9
Agustus 1945 dibentuk badan baru dengan nama Dokuritzu Zyumbi atau panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). PPKI diketuai oleh Ir. Soekarno dan
Wakil Ketua oleh Drs. Mohammad Hatta, anggotanya 21 orang, kemudian ditambah
6 orang, sehingga menjadi 27 orang. PPKI kemudian dijadikan “Komite Nasional”.
Tanggal 17 Agustus 1945 PPKI menyaksikan pembacaan Proklamasi. Tanggal 18
Agustus 1945 bersidang dan hasilnya menetapkan:
c. Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad hatta masing-masing sebagai Presiden dan
Wakil Presiden Republik Indonesia;
Dengan terpilihnya presiden dan wakil-wakil presiden atas dasar UUD 1945 itu
maka secara formal sempurnalah negara Republik Indonesia. Sejak saat itu semua
syarat yang lazim diperlukan oleh setiap organisasi negara telah ada, yaitu adanya
rakyat negara, adanya wilayah negara, adanya pemerintahan, dan tujuan negara,
yaitu sebagai berikut:
b. Wilayah negara Indonesia, yaitu Tanah Aiar Indonesia yang dahulu dinamakan
Hindia Belanda.
c. Pemerintah negara Indonesia telah ada semenjak terpilihnya presiden dan atas
dasar UUD 1945 sebagai pucuk pimpinan pemerintahan dalam negara.
e. Bentuk Negara Indonesia menurut pasal 1 ayat (1) UUD 1945 adalah Negara
Kesatuan.
Dan hal tersebut terus berlanjut sampai pada tanggal 28 September 1950,
Indonesia dengan resmi menjadi anggota Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB)
sebagai anggota ke-60. PPKI telah menetapkan UUD 1945 pada tanggal 18 Agustus
1945. Adapun yang dimaksud dengan UUD 1945 adalah Konstitusi Republik
Indonesia yang terdiri atas berikut ini :
a. Organisasinya;
b. Hubungan antar alat perlengkapan negara dalam garis vertical dan horizontal;
Kesimpulan
hukum yang mana ciri-ciri tersebut ialah Hak asasi manusia, pemisahan atau
pembagian kekuasaan untuk menjamin hak asasi manusia yang biasa dikenal
sebagai Trias Politika, Pemerintahan berdasarkan peraturan-peraturan, Peradilan
administrasi dalam perselisihan. Sehingga dari ciri ciri tersebut Negara tidak boleh
melaksanaakan proses kenegaraannya tanpa di dasari prinsip-prisnip pemerintahan
yang baik yang berlandaskan Hukum yang berlaku dalam tatanan kenegaraan.
Negara Hukum sendiripun tidak bisa lepas kaitannya terhadap sebuah corak
pemerintahan yang berdemokrasi karena di Negara Kesatuan Republik Indonesia
adanya corak pemerintahan yang demokrasi menjadikan Hukum yang ada haruslah
mengakomodir dari sebuah semangat demokrasi yang ada. Di Indonesia yang
menjadikan Negara Hukum tidak bisa dilepaskan dari sebuah sejarah Demokrasi
karena dalam masa-masa penjajahan Indonesia penuh dengan perjuangan untuk
bisa sampai sekarang dalam artian kepastian dari sebuah Rechtstaat bukan
Machstaat.
D. Daftar Pustaka
Hans Kelsen, Teori Umum Tentang Hukum dan Negara, Nusa media dan Nuansa,
2006, Bandung.
Peraturan Perundang-Undangan :
PERTEMUAN 9
SISTEM PEMERINTAHAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
A. Tujuan Belajar
Setelah mahasiswa menyelesaikan pertemuan ke-9 ini diharapkan mampu:
B. Uraian Materi
1. Sistem Pemerintahan Negara Republik Indonesia
Terdapat tiga fungsi kekuasaan yang dikenal secara klasik dalam teori hukum
maupun politik, yaitu fungsi legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Baron de Montesquieu
memberikan sebuah pandangan dan pemikirannya bahwa ketiga fungsi kekuasaan
negara itu dilembagakan masing-masing dalam tiga organ negara. Satu organ hanya
dapat diperbolehkan menjalankan satu fungsi dan tidak boleh saling mencampuri
urusan masing-masing dalam arti yang mutlak atau sparation of power. Dengan
demikian artinya bahwa jika tidak diatur secara demikian, atas nama kebebasan
akan terancam atau hancur karena saling mengintervensi sebuah kebijakan yang
saling tumpang tindih27. Sistem pemerintahan negara dalam arti luas adalah meliputi
seluruh lembaga pemerintah negara yang ada, yaitu badan legislatif, badan
eksekutif, dan badan yudikatif. Menurut teori Trias Politika, ketiga badan tersebut
memiliki fungsi sebagai berikut :
a. Badan Legislatif
pemerika keuangan (BPK). Badan ini yang memiliki fungsi sebagai auditor
(pemeriksa) keuangan negara, yang hasil pemeriksaannya di sampaikan secara
rutin setiap tiga bulan kepada DPR sebagai bahan masukan bagi DPR untuk
mengawasi penggunaan keuangan negara.
b. Badan Eksekutif
c. Badan Yudikatif
polisi berada hingga tingkat lurah/desa. Lalu system pemerintahan dalam arti sempit
adalah eksekutif yang bekerja dalam proses pelaksana undang undang yang
menjadikan sebuah lembaga yang dikepalai oleh seorang Presiden dalam
mengkoordinasi dan melaksanakan amanat dari rakyat.
2. Lembaga Ketatanegaraan
Sistem Pemerintah Negara Republik Indonesia menurut UUD 1945 pasca
perubahan keempat tahun 2002 telah menetapkan tentang pembentukan susunan
dan kekuasaan/ wewenang badan-badan kenegaraan adalah sebagai berikut :
c. Tidak lagi memilih Presidendan Wakil Presiden karena rakyat memilih secara
langsung.
Apabila dilihat tugas, wewenang, fungsi dan hak-hak DPR tersebut sangat
banyak dan luas sekali, bahkan hamper semua bidang kekuasaan Presiden dimiliki
DPR. Dalam berbagai peraturan perundang-undangan di Indonesia, fungsi legislasi
ini biasanya memang dianggap yang paling penting28.
Dewan Perwakilan Daerah ( DPD ) ialah diatur dalam pasal 22c dan 22d UUD
1945, anggota DPD dipilih dari setiap propinsi melalui pemilihan umum. Jumlah
anggota DPD setiap propinsi tidak lebih dari sepertiga jumlah anggota DPR. DPD
besidang sedikitnya sekali dalam setahun. Susunan dan kedudukan DPD diatur
dengan Undang-Undang. Wewenang DPD ( Pasal 22d) ialah :
a. Peradilan Umum
b. Peradilan Agama
c. Peradilan Militer
d. Peradilan Tata Usaha Negara
e. dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi.
Kesimpulan
D. Daftar Pustaka
Jimly Asshiddiqie, Perkembangan dan Konsulidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi,
Konstitusi Press, Jakarta, 2006.
Jimly Asshiddiqie, Prof.,DR., SH., Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara Indonesia,
Konstitusi Press, 2006, Jakarta.
Peraturan Perundang-Undangan :
PERTEMUAN 10
PEMERINTAHAN DAERAH
A. Tujuan Belajar
Setelah mahasiswa menyelesaikan pertemuan ke-10 ini diharapkan mampu:
B. Uraian Materi
1. Pengertian Dasar Pemerintahan
Pemerintahan Daerah merupakan panjang tangan dari pemerintahan pusat
yang diberi wewenang secara mandiri untuk mengelola terkait birokrasi, regulasi,
dan ekonomi suatu daerah tertentu. Mengingat Indonesia merupakan Negara yang
memiliki banyak pulau-pulau serta suku dan budaya yang beragm maka tidak
dimungkinkan untuk segala roda pemerintahan di kuasai sepenuhnya oleh pusat.
Oleh karena nya pendiri bangsa ini The Founding Fathers Negara Republik
Indonesia ini bersepakat menetapkan bentuk Negara kesatuan dengan system
otonimi yang di berikan oleh Pemerintahan Daerah29 sebagaimana yang telah
dituangkan dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945
yang berbunyi ‘’Pembagian daerah Indonesia atas daerah besar dan kecil, dengan
bentuk susunan pemerintahannya ditetapkan dengan undang-undang dengan
memandang dan mengingat dasar permusyawaratan dalam system pemerintahan
Negara dan hak-hak asal-usul dalam daerah yang bersifat istimewa’’ Dengan
menggunakan pendekatan dari segi bahasa terhadap kata “Pemerintah” dan
“Pemerintahan”, kedua kata tersebut berasal dari kata “perintah” berarti sesuatu
yang harus dilaksanakan. Di dalam kata “perintah” tersimpul beberapa unsur yang
merupakan ciri khasnya, yaitu :
b. Wallace S. Sayre
a. Kumpulan dari berbagai kegiatan atau aktivitas sebagai suatu fungsi yang
sifatnya dinamis.
b. Kagiatan atau aktivitas yang dimaksud meliputi tugas dan wewenang.
c. Kegiatan atau aktivitas yang diselenggarakan oleh suatu subjek, yakni organisasi,
badan, lembaga dan pejabat-pejabat pemerintahan suatu Negara.
organ ini mewakili Negara, tetapi karena organ ini diberi kuasa untuk mewajibkan
orang perseorangan melalui pernyataan kehendak sepihak30.
30 Hans Kelsen, Teori Umum Tentang Hukum dan Negara, Nusa media dan Nuansa, 2006,
Bandung, hal 293
31 R. Bintaro, Dalam Interaksi Desa – Kota dan Permasalahannya, Ghalia Indonesia,1989,
oleh karena nya negara dapat menerapkan asas desentralisasi. Dari hal tersebut lah
maka desentralisasi melahirkan otonomi daerah dan adanya daerah otonom.
Dimana desentralisasi ini di satu sisi memiliki keunggulan system dalam sebuah
tatanan hukum Negara ialah :
a. Transfer of authority.
b. Policy making and policy executing.
c. Hal yang diserahi adalah satuan politik atas dasar wilayah—masyarakat hukum
yang disebut sebagai daerah otonom.
d. Munculnya lembaga representative di tingkat lokal dengan pemilihan (election
system)
e. Wilayahnya dibentuk dalam jangkauan yurisdiksi tertentu.
f. Terdapat otonomi karena adanya penyerahan wewenang pengambilan kebijakan
dan pelaksanaan.
g. Keputusan pejabat dalam pemerintahan daerah tidak dapat langsung dibatalkan
oleh Pemerintah Pusat.
Hubungan yang terjadi antara Pemerintah Pusat dan daerah otonom adalah
hubungan antar Organisasi. Dimana pemerintah pusat memberikan wewenang
penuh terhadap pemerintahan daerah dalam hal pelayanan public dan birokrasi.
Bentuk Negara Indonesia adalah Unitaris atau kesatuan dan bentuk
pemerintahannya adalah republic serta system pemerintahannya adalah presidensil
lalu corak pemerintahannya adalah demokrasi. Dekonsentrasi ini pun memiliki
keunggulan system dalam sebuah hukum tata negara ialah
a. Delegation of authority.
b. Policy executing authority only.
c. Yang diserahi adalah pejabat pusat ditempatkan di pelosok tanah air.
33Widjaja, A.W, Pemerintahan Desa dan Administrasi Desa, Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2001, hal. 33
d. Munculnya aparat pusat di pelosok tanah air yang dilakukan dengan penunjukan
(appointment system).
e. Aparat pusat tersebut memiliki wilayah kerja dengan jangkauan yurisdiksi
tertentu.
f. Wilayahnya disebut wilayah administrasi.
g. Keputusan pejabat lokal dapat ditiadakan atau dibatalkan oleh pejabat atasannya.
h. Hubungan yang terjadi antara Pejabat yang tersebar di pelosok tanah air dengan
atasannya adalah hubungan intra organisasi
c. UU No. 1 tahun 1957, tentang Pemerintah Daerah yang berlaku menyeluruh dan
bersifat seragam.
d. UU No. 18 tahun 1965, tentang Pemerintah Daerah yang menganut otonomi yang
seluas-luasnya.
dari PAD, dana perimbangan, dan pendapatan lain-lain. UU ini juga mengatur
pembagian penerimaan antara pemerintah pusat dan daerah yaitu : penerimaan
hasil hutan (pusat 20%, daerah 80%), penerimaan dana reboisasi (pusat 60%,
daerah 40%), pertambangan umum dan perikanan (pusat 20%, daerah 80%),
pertambangan minyak (pusat 69.5%, daerah 30.5%), dan panas bumi (pusat
20%, daerah 80%).
Kesimpulan
D. Daftar Pustaka
Dasril Radjab, Hukum Tata Negara Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta, 2005.
Hans Kelsen, Teori Umum Tentang Hukum dan Negara, Nusa media dan Nuansa,
2006, Bandung.
Widjaja, A.W, Pemerintahan Desa dan Administrasi Desa, Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2001
Peraturan Perundang-Undangan :
PERTEMUAN 11
TRIAS POLITICA
A. Tujuan Belajar
Setelah mahasiswa menyelesaikan pertemuan ke-11 ini diharapkan mampu:
B. Uraian Materi
1. Pengertian Trias Politica
Trias Politika merupakan konsep pemerintahan yang kini banyak dianut
diberbagai negara di aneka belahan dunia. Konsep dasarnya adalah, kekuasaan di
suatu negara tidak boleh dilimpahkan pada satu struktur kekuasaan politik
melainkan harus terpisah di lembaga-lembaga negara yang berbeda. Salah satu ciri
Negara hukum, yang dalam bahasa inggris disebut dengan legal state atau based
on the rule of law, dalam bahasa Belanda dan Jerman disebut rechtsstaat, adalah
adanya ciri pembatasan kekuasaan dalam penyelenggaraan kekuasaan Negara.
Meskipun kedua istilah tersebut itu memiliki latar belakang sejarah dan pengertian
yang berbeda, tetapi sama-sama mengandung ide pembatasan kekuasaan39. Trias
Politika yang kini banyak diterapkan adalah, pemisahan kekuasaan kepada 3
lembaga berbeda: Legislatif, Eksekutif, dan Yudikatif. Legislatif adalah lembaga
untuk membuat undang-undang; Eksekutif adalah lembaga yang melaksanakan
undang-undang; dan Yudikatif adalah lembaga yang mengawasi jalannya
pemerintahan dan negara secara keseluruhan, menginterpretasikan undang-undang
jika ada sengketa, serta menjatuhkan sanksi bagi lembaga ataupun perseorangan
manapun yang melanggar undang-undang. Dengan terpisahnya 3 kewenangan di 3
lembaga yang berbeda tersebut, diharapkan jalannya pemerintahan negara tidak
timpang, terhindar dari korupsi pemerintahan oleh satu lembaga, dan akan
memunculkan mekanisme check and balances (saling koreksi, saling mengimbangi).
39Jimly Asshiddiqie, Prof.,DR., SH., Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, Raja Grafindo
Persada, 2009, Jakarta, hal 281
Walaupun demikian, jalannya Trias Politika di tiap negara tidak selamanya serupa,
mulus atau tanpa halangan. Pengertian pembagian kekuasaan pemisahan
kekuasaan berarti bahwa kekuasaan negara itu terpisah-pisah dalam beberapa
bagian, baik menganai orangnya maupun menganai fungsinya. Kenyataan
menunjukkan bahwa suatu pemisahan kekuasan yang murni tidak dapat
dilaksanakan seperti tidak dapat diuraikan di bawah ini, karena pembagian
kekuasaan yang berarti kekuasaan itu bahwa kekuasaan itu memang dibagi-bagi
dalam beberapa bagian, tetapai tidak dipisahkan. Hal ini membawa konsekuensi
bahwa diantara bagian-bagian itu dimungkinkan adanya kerjasama. Jika kita
berbicara tentang teori yang pertama kita bicarakan yaitu John Locke dalam
bukunya yang terkenal “Two Trites on Civil Governemtn” dimana dalam bab XII yang
berjudul “Of Legislatif Executive aand federative”. Kekuasaan legislative kekuasaan
untuk membuat UU, eksekutif kekuasaanh untuk melaksanakan UU sedangkan
federative adalah kekuasaan yuang meliputi kekuasaan untuk menganai perang dan
damai, membuat perserikatan dan aliansi serta segala tindakan dengan nama orang
dan badan-badan di luar negeri. Adanya kekuasan federative yang mempunyai
kekuasaan yang banyak hubungannya dengan negara lain, disebabkan karena
negara-negara Inggris pada waktu itu mempunyai banyak jajahan.
Pendapat John Lock diperkuat oleh Montesquuieu dalam bukunya “L Esprit
des lois” mengemukakan bahwa dalam setiap pemerintahan terdapat tiga jenis
kekuasaan yaitu Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif. Kekuasaan Eksekutif sama
seperti John Lock diartikan sebagai kekuasaan yang menjalankan UU hanya
kekuasaan Yudikatif kekuasaan yang berdiri sendiri dan bukan bagian dari eksekutif.
Kekuasaan untuk mengadili dilakukan oleh kekuasaan yudikatif. Dengan demikian
pada hakekatnya pendapat John Lock dan Pendapat Montesqueiu tidak berbeda
jauh, namuan hanya penekanannya pada kepentingan untuk di negara RI kita
mengenai dengan sebutan “Trias Politika” kenapa demikian. Karena praktek
ketatanegaraan akhir-akhir ini menunjukkan bahwa pembuatan UU yang seharusnya
merupakan tugas legislative saja, eksekutif juga telah diikutsertakan. Keadaan ini
sudah merupakan tuntutan jaman, kenapa demikian karena eksekutiflah yang
mempunyai banyak tenaga ahli, jika dibandingkan dengan legislative karena
pengalaman dan beberapa hal karena pengalaman dan banyak data-data yang
diperlukan.
hukum (rechtstaat) adalah “The Rule of Law” sedangkan Amerika Serikat diucapkan
sebagai “Government of Law but not or man”. The Rule of Law ini antara lain
dikemukakan oleh A.V. Dicey yang meliputi tiga unsur yaitu:
c. Konstitusi itu tidak merupakan sumber dari hak-hak asasi manusia dan jika hak-
hak azasi manusia itu diletakkan dalam konstitusi itu hanya sebagai penegas
bahwa hak asasi itu harus dilindungi.
b. Peradilan yang bebas dan tidak memihak serta tidak dipengaruhi oleh suatu
kekuasaan atau kekuatan apapun juga.
yudikatif. Bahkan di Romawi Kuno, sudah ada perwakilan daerah yang disebut
Senat, lembaga yang mewakili aspirasi daerah-daerah. Kesamaan dengan
Indonesia sekarang adalah Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Namun, keberadaan
kekuasaan yang terpisah, misalnya di tingkat dewan kota tersebut mengalami
pasang surut. Tantangan yang terbesar adalah persaingan dengan kekuasaan
monarki atau tirani. Monarki atau Tirani adalah kekuasaan absolut yang berada di
tangan satu orang raja. Tidak ada kekuasaan yang terpisah di keduanya. Pada abad
Pertengahan (kira-kira tahun 1000 – 1500 M), kekuasaan politik menjadi
persengketaan antara Monarki (raja/ratu), pimpinan gereja, dan kaum bangsawan.
Kerap kali Eropa kala itu, dilanda perang saudara akibat sengketa kekuasaan antara
tiga kekuatan politik ini. Sebagai koreksi atas ketidakstabilan politik ini, pada tahun
1500 M mulai muncul semangat baru di kalangan intelektual Eropa untuk mengkaji
ulang filsafat politik yang berupa melakukan pemisahan kekuasaan. Tokoh-tokoh
seperti John Locke, Montesquieu, Rousseau, Thomas Hobbes, merupakan contoh
dari intelektual Eropa yang melakukan kaji ulang seputar bagaimana kekuasaan di
suatu negara/kerajaan harus diberlakukan.
Untuk keperluan mata kuliah ini, cukup akan diberikan gambaran mengenai
2 pemikiran intelektual Eropa yang berpengaruh atas konsep Trias Politika. Pertama
adalah John Locke yang berasal dari Inggris, sementara yang kedua adalah
Montesquieu, dari Perancis.
Pemikiran John Locke mengenai Trias Politika ada di dalam Magnum Opus
(karya besar) yang ia tulis dan berjudul Two Treatises of Government yang terbit
tahun 1690. Dalam karyanya tersebut, Locke menyebut bahwa fitrah dasar
manusia adalah “bekerja (mengubah alam dengan keringat sendiri)” dan “memiliki
milik (property)." Oleh sebab itu, negara yang baik harus dapat melindungi
manusia yang bekerja dan juga melindungi milik setiap orang yang diperoleh
berdasarkan hasil pekerjaannya tersebut. Mengapa Locke menulis sedemikian
pentingnya masalah kerja ini.
Dalam masa ketika Locke hidup, milik setiap orang, utamanya bangsawan,
berada dalam posisi yang rentan ketika diperhadapkan dengan raja. Kerap kali
raja secara sewenang-wenang melakuka akuisisi atas milik para bangsawan
dengan dalih beraneka ragam. Sebab itu, kerap kali kalangan bangsawan
mengadakan perang dengan raja akibat persengkataan milik ini, misalnya
peternakan, tanah, maupun kastil. Negara ada dengan tujuan utama melindungi
milik pribadi dari serangan individu lain, demikian tujuan negara versi Locke.
Untuk memenuhi tujuan tersebut, perlu adanya kekuasaan terpisah, kekuasaan
yang tidak melulu di tangan seorang raja/ratu. Menurut Locke, kekuasaan yang
harus dipisah tersebut adalah Legislatif, Eksekutif dan Federatif.
Dari pemikiran politik John Locke dapat ditarik satu simpulan, bahwa dari 3
kekuasaan yang dipisah, 2 berada di tangan raja/ratu dan 1 berada di tangan
kaum bangsawan. Pemikiran Locke ini belum sepenuhnya sesuai dengan
pengertian Trias Politika di masa kini. Pemikiran Locke kemudian disempurnakan
oleh rekan Perancisnya, Montesquieu.
b. Montesquieu (1689-1755)
Dengan demikian, konsep Trias Politika yang banyak diacu oleh negara-
negara di dunia saat ini adalah Konsep yang berasal dari pemikir Perancis ini.
Namun, konsep Trias Politika ini terus mengalami persaingan dengan konsep-
konsep kekuasaan lain semisal Kekuasaan Dinasti (Arab Saudi), Wilayatul Faqih
(Iran), Diktatur Proletariat (Korea Utara, Cina, Kuba).
garis besarnya adalah : Chief of state, Head of government, Party chief, Commander
in chief, Chief diplomat, Dispenser of appointments, dan Chief legislators. Eksekutif
di era modern negara biasanya diduduki oleh Presiden atau Perdana Menteri. Chief
of State artinya kepala negara, jadi seorang Presiden atau Perdana Menteri
merupakan kepada suatu negara, simbol suatu negara. Apapun tindakan seorang
Presiden atau Perdana Menteri, berarti tindakan dari negara yang bersangkutan.
Fungsi sebagai kepala negara ini misalnya dibuktikan dengan memimpin upacara,
peresmian suatu kegiatan, penerimaan duta besar, penyelesaian konflik, dan
sejenisnya. Head of Government, artinya adalah kepala pemerintahan. Presiden
atau Perdana Menteri yang melakukan kegiatan eksekutif sehari-hari. Misalnya
mengangkat menteri-menteri, menjalin perjanjian dengan negara lain, terlibat dalam
keanggotaan suatu lembaga internasional, menandatangi surat hutang dan
pembayarannya dari lembaga donor, dan sejenisnya. Di dalam tiap negara,
terkadang terjadi pemisahaan fungsi antara kepala negara dengan kepala
pemerintahan. Di Inggris, kepala negara dipegang oleh Ratu Inggris, demikian pula
di Jepang. Di kedua negara tersebut kepala pemerintahan dipegang oleh Perdana
Menteri. Di Indonesia ataupun Amerika Serikat, kepala negara dan kepala
pemerintahan dipegang oleh Presiden. Party Chief berarti seorang kepala eksekutif
sekaligus juga merupakan kepala dari suatu partai yang menang pemilu. Fungsi
sebagai ketua partai ini lebih mengemuka di suatu negara yang menganut sistem
pemerintahan parlementer. Di dalam sistem parlementer, kepala pemerintahan
dipegang oleh perdana menteri yang berasal dari partai yang menang pemilu.
Namun, di negara yang menganut sistem pemerintahan presidensil terkadang tidak
berlaku kaku demikian.
Di masa pemerintahan Gus Dur (di Indonesia) menunjukkan hal tersebut. Gus
Dur berasal dari partai yang hanya memenangkan 9% suara di Pemilu 1999, tetapi
ia menjadi presiden. Selain itu, di sistem pemerintahan parlementer, terdapat
hubungan yang sangat kuat antara eksekutif dan legislatif oleh sebab seorang
eksekutif dipilih dari komposisi hasil suara partai dalam pemilu. Di sistem presidensil,
pemilu untuk memilih anggota dewan dan untuk memilih presiden terpisah.
Commander in Chief adalah fungsi mengepalai angkatan bersenjata. Presiden atau
perdana menteri adalah pimpinan tertinggi angkatan bersenjata. Seorang presiden
atau perdana menteri, meskipun tidak memiliki latar belakang militer memiliki peran
ini. Namun, terkadang terdapat pergesekan dengan pihak militer jika yang menjadi
presiden ataupun perdana menteri adalah orang bukan kalangan militer. Sekali lagi,
ini pernah terjadi di era Gus Dur, di mana banyak instruksi-instruksinya kepada pihak
militer tidak digubris pihak yang terakhir, terutama di masa kerusuhan sektarian
(agama) yang banyak terjadi di masa pemerintahannya. Chief Diplomat, merupakan
fungsi eksekutif untuk mengepalai duta-duta besar yang tersebar di perwakilan
negara di seluruh dunia. Dalam pemikiran trias politika John Locke, termaktub
kekuasaan federatif, kekuasaan untuk menjalin hubungan dengan negara lain.
Demikian pula di konteks aplikasi kekuasaan eksekutif saat ini. Eksekutif adalah
pihak yang mengangkat duta besar untuk beroperasi di negara sahabat, juga
menerima duta besar dari negara lain. Dispensen Appointment merupakan fungsi
eksekutif untuk menandatangani perjanjian dengan negara lain atau lembaga
internasional. Dalam fungsi ini, penandatangan dilakukan oleh presiden, menteri luar
negeri, ataupun anggota-anggota kabinet yang lain, yang diangkat oleh presiden
atau perdana menteri. Chief Legislation, adalah fungsi eksekutif untuk
mempromosikan diterbitkannya suatu undangundang. Meskipun kekuasaan
membuat undang-undang berada di tangan DPR, tetapi di dalam sistem tata negara
dimungkinkan lembaga eksekutif mempromosikan diterbitkannya suatu undang-
undang oleh sebab tantangan riil dalam implementasi suatu undang-undang banyak
ditemui oleh pihak yang sehari-hari melaksanakan undang-undang tersebut.
Fungsi-fungsi Kekuasaan Yudikatif berwenang menafsirkan isi undang-undang
maupun memberi sanksi atas setiap pelanggaran atasnya. Fungsi-fungsi Yudikatif
yang bisa dispesifikasikan kedalam daftar masalah hukum berikut: Criminal law
(petty offense, misdemeanor, felonies); Civil law (perkawinan, perceraian, warisan,
perawatan anak); Constitution law (masalah seputar penafsiran kontitusi);
Administrative law (hukum yang mengatur administrasi negara); International law
(perjanjian internasional). Criminal Law, penyelesaiannya biasanya dipegang oleh
pengadilan pidana yang di Indonesia sifatnya berjenjang, dari Pengadilan Negeri
(tingkat kabupaten), Pengadilan Tinggi (tingkat provinsi, dan Mahkamah Agung
(tingkat nasional). Civil law juga biasanya diselesaikan di Pengadilan Negeri, tetapi
khusus umat Islam biasanya dipegang oleh Pengadilan Agama. Constitution Law,
kini penyelesaiannya ditempati oleh Mahkamah Konstitusi. Jika individu, kelompok,
lembaga-lembaga negara mempersoalkan suatu undang-undang atau keputusan,
Kesimpulan
D. Daftar Pustaka
Jimly Asshiddiqie, Prof.,DR., SH., Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, Raja Grafindo
Persada, 2009, Jakarta.
Peraturan Perundang-Undangan :
PERTEMUAN 12
DEMOKRASI
A. Tujuan Belajar
Setelah mahasiswa menyelesaikan pertemuan ke-12 ini diharapkan mampu:
1. Mahasiswa dapat menjelaskan Pengertian dari Demokrasi
2. Mahasiswa dapat mendeskripsikan Sejarah Demokrasi
3. Mahasiswa dapat menjabarkan Demokrasi yang terdapat di Indonesia
B. Uraian Materi
1. Pengertian Demokrasi
Istilah Demokrasi berasal dari perkataan Yunani Demokratia, arti pokok demos
adalah rakyat, kratos adalah kekuatan, jadi kekuatan rakyat, atau suatu bentuk
pemerintahan Negara, dimana rakyat berpengaruh di atasnya, singkatnya,
pemerintahan rakyat41. Demokrasi merupakan asas dan system dalam
penyelenggaraan Negara/ketatanegaraan PBB tahun 1950 melalui Unesco telah
melakukan studi yang disponsori oleh PBB dan hasil studi menentukan bahwa
“Tidak ada satu negarapun yang menolak system demokrasi sebagai landasan dan
system yang paling tepat dan ideal bagi semua organisasi politik dan organisasi
modern, termasuk para sarjana-sarjana Barat “. Persoalannya adalah bagaimana
mengimplementasikan Demokrasi itu. Tiap-tiap Negara telah menentukan cara
sendiri-sendiri dalam melaksanakan demokrasi yang pada dasarnya tidak
demokrasi. Pengertian umum pada waktu sekarang ialah bahwa demokrasi itu juga
di artikan sebagai perbandingan separuh + satu, jadi golongan mana telah
memperoleh suara paling sedikit separuh + satu suara, maka menanglah golongan
ini atas golongan lain42 Pengertian Demokrasi pun memiliki beberapa penafsiran
oleh para pakar, sehingga definisi yang pasti memiliki perbedaan namun memiliki
kesamaan dalam hal fungsi dan tujuan serta visi dan misi dar sebuah corak
pemerintahan yang berdemokrasi, berikut pakar yang mengemukakan definisi dari
demokrasi ialah :
41Kansil, C.S.T., Christine S.T. Kansil, Hukum Tata Negara Republik Indonesia 2, PT
Rinneka Cipta, Jakarta, 2003, hal 42
42 Ibid, hal 43
43
Soche, Harris, Supremasi Hukum dan Prinsip Demokrasi di Indonesia, Hanindita,
Yogyakarta, 1985, hal 13
aktif dan bebas. Tidak hanya harus berpengertian jelas, tetapi harus memiliki
berbagai sumber serta keinginan untuk melibatkan dirnya dalam perjuangan
politik yang diperlukan agar preferensi mereka nantinya menjadi suatu bahan
pertimbangan bagi para penguasa atau juga dengan berusaha menduduki
jabatan di pemerintahan.
n. Menurut Sarjen Tiap-tiap sistem demokrasi selalu didasarkan pada ide-ide bahwa
negara harus terlibat dalam berbagai macam hal tertentu baik secara langsung
maupun melalui wakil-wakil yang telah mereka pilih di dewan perwakilan di
bidang pembuatan keputusan-keputusan politik.
2. Sejarah Demokrasi
a. Dimulai pada zaman Yunani Kuno abad 6 s.d. 3 SM
Dengan konstitusi, maka dapat terjamin hak-hak politik rakyat dan adanya
pembatasan kekuasaan pemerintah. Sehingga sudah semakin jelas kedudukan
demokrasi terhadap regulasi dan birokrasi terhadap sebuah tatanan kenegaraan
yang menyertai pada hal hal yang erat dalam sebuah kekuasaan. Dimana ciri-
cirinya ialah:
Dimana pada sistem presidensil dianggap presiden terlalu didewakan, kini untuk
sistem demokrasi parlementer, peran presiden dianggap hanya sebatas simbol atau
kepala negara saja, seluruh kekuasaan pemerintahan dikuasai dan digerakan
oleh partai politik. Untuk mengantisipasi dan menutup konflik yang terjadi pada
sistem demokrasi parlementer, maka dikeluarkanlah Dekrit Presiden 5 Juli 1959
yang berisi.
a. Pembubaran Konstituante.
b. Pemberlakuan kembali UUD 1945 dan tidak berlakunya UUDS 1950.
c. Pembentukan MPRS dan DPAS dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.
Dengan dibuat atas kemunculan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 ini menghasilkan
dampak positif dan dampak negatif pada jalannya roda pemerintahan Indonesia.
Dampak positif berlakunya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 :
c. Memberi peluang untuk pihak militer terjun kedalam politik. Sejak Dekrit, militer
terutama Angkatan Darat menjadi kekuatan politik yang disegani. Hal itu semakin
terlihat pada masa Orde Baru dan tetap terasa sampai sekarang.
Demokrasi Masa Order Baru dan Masa Reformasi Saat runtuhnya rezim
pemerintahan Ir Soekarno dan telah digantikan oleh rezim Soeharto, pemberlakuan
Kesimpulan
kenegaraan yang ada. Adapun sejarah perkembangan sebuah sistem dan corak
pemrintahan yang demokrasi ini adalah dimulai pada zaman Yunani Kuno abad 6
s.d. 3 SM, Demokrasi pada abad Pertengahan (1600-1400), Zaman Renaisance
(1350-1650 dan 1500-1600), Demokrasi Konstitusional (Abad XIX dan Negara
Hukum) , Konstitusional Demokrasi Modern (Abad XX) dan Rule of Law dan hingga
sampai saat ini Negara yang menggunakan sistem demokrasi terus dan terus di
perbaiki dalam hal efektifitas penerapannya. Sejarah perkembangan Demokrasi di
Indonesia pun tidak kalah menariknya karena walau dikatakan demokrasi namun
Indonesia dalam penerapannya tidak sepenuhnya demokrasi pada awal awal
pembentukan Negara Indonesia dimana ada fase fase yang telah dilewati menjadi
sebuah catatan sejarah bersama yang perlu diketahui dimulai dari Sistem Demokrasi
Parlementer, Sistem Demokrasi Terpimpin, Demokrasi Masa Order Baru dan Masa
Reformasi sampai sekaran terus diperbaiki dalam hal hal aspek penerapan dan
efektifitas kenegaraan yang menganut asas kedaulatan rakyat di Negara yang
berdemokrasi ini.
D. Daftar Pustaka
Kansil, C.S.T., Christine S.T. Kansil, Hukum Tata Negara Republik Indonesia 2, PT
Rinneka Cipta, Jakarta, 2003.
Peraturan Perundang-Undangan :
PERTEMUAN 13
PEMILIHAN UMUM
A. Tujuan Belajar
Setelah mahasiswa menyelesaikan pertemuan ke-13 ini diharapkan mampu:
B. Uraian Materi
1. Pengertian Pemilihan Umum
Pemilu merupakan kontestasi politik yang di selenggarakan secara periodik
untuk memilih pemimpin Negara yang dipilih secara langsung oleh masyarakatnya
untuk warga Negara yang mencalonkan dirinya sebagai calon-calon pemimpin. Di
Indonesia sebagai pelaksanaan kedaulatan rakyat atau corak pemerintahan
berbentuk demokrasi oleh karena nya Pemilihan Umum Pemilu dilaksanakan oleh
Komisi Pemilihan Umum (KPU) yaitu suatu lembaga independent dan trasnparan
tidak terintervensi oleh siapapun dan dalam bentuk apapun yang dibentuk dengan
suatu undang-undang. Pemilihan Umum (pemilu) adalah proses memilih orang
untuk mengisi jabatan-jabatan politik tertentu. Jabatan-jabatan tersebut beraneka
ragam dimulai dari Presiden, Wakil Rakyat di berbagai tingkat pemerintahan, sampai
kepala desa44. Pemilihan Umum memiliki tujuan yang paling tidak di Negara
Indonesia memiliki tiga tujuan dalam penerapan pemilihan umum ini, ketiga tujuan
pemilihan umum tersebut ialah45 :
44
Rahmat Hollyson, Pilkada Penuh Euforia Miskin Makna, Bestari, Jakarta, 2015, hal 80
45
Kusnardi, Moh. S.H., Ibrahim,Harmaily. S.H., Hukum Tata Negara Indonesia, Pusat Studi
Hukum Tata Negara FHUI dan CV Sinar Bakti, Jakarta, 1983, hal 330.
a. Rakyat sebagai pengawas untuk Pemerintah yang mana rakyat dapat memilih
wakil-wakil rakyat yang sesuai dengan keinginan dan masa depan mereka yaitu
dengan mengikuti prosedur pemungutan suara secara demokrasi yaitu tidak
dipaksakan atau dibayar oleh pihak pihak tertentu dalam mengikuti pemilu.
Pemilu bersifat individu dan tidak dapat diancam atau dipaksakan oleh pihak
manapun. fungsi pemilu ini dapat disebut sebagain fungsi perwakilan rakyat atau
kedaulatan warga negara.
b. Pilihan rakyat yang memiliki kekuatan dan keabsahan siapapun wakil rakyat yang
telah berhasil dipilih oleh rakyat dan akan bekerja melayanin asoirasi rakyat yang
belum terlaksana dan memenuhi apa yang menjadi kebutuhan dan keluhan
masyarakatnya. Pemerintahan yang telah terbentuk karena pemilu disebut
sebagai pilihan rakyat yang memiliki kekuatan dan keabsahan , karena itu
pemerintah yang sudah terbentuk akibat menang dalam pemilu berhak
menyusun, menetapkan dan merumuskan segala program yang menguntungkan
masyarkat serta membuat kebijakan kebijakan yang nantinya harus ditaati dan
diapatuhi oleh segenap warga negara sebagai bentuk konsekuensi dan setuju
atas partisipasi politik mereka yang telah masyarakat berikan aspirasi untuk
kebangsaan dan kepemimpinan yang terpilih.
c. Merubah serta mengganti pejabat politik karena adanya pemilu dapat mengganti
dan merubah pejabat politik yang sebelumnya telah terpilih, diantara presiden,
wakil presiden beserta menteri menterinya. Pemilu dapat merubah elit politik
dengan mekanisme yang baru melalui rakyat .jika rakyat tidak meninginkan
pemimpin yang pernah mereka pilih untuk kembali memimpin, maka ketika
pemimpin tersebut lengser segala bentuk tatanan negara , peraturan dan jajaran
elit politik akan menemui perubahan atau pergantian.
d. Sebagai pendidikan politik yang transparan pemilu dapat dikatakan sebagai
pendidikan politik yang bersifat transparan, langsung, rahasia, dan tidak bisa
dipaksakan . hal ini adalah bentuk dari demokratis yang harus tetap dilestarikan
hingga genersai berikutnya.
d. Menurut Ramlan
Pemilihan Umum ialah sebagai berikut Pemilu diartikan sebagai “
mekanisme penyeleksian dan pendelegasian atau penyerahan kedaulatan
kepada orang atau partai yang dipercayai.
46 Cholisin, Dasar-Dasar Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial, UGM Press, Yogyakarta, 2000
a. Pemilu dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil
setiap lima tahun sekali.
b. Pemilu diselenggarakan utnuk memilih anggota DPR, DPD, Presiden dan Wakil
Presiden dan DPRD.
c. Peserta Pemilu untuk memilih DPR dan anggota DPRD adalah Partai Politik.
Adapun UU Pemilu yang baru yang mana telah disetujui dalam Rapat
Paripurna Dewan Perwakilan Rakyat pada tanggal 21 Juli 2017, Presiden Joko
Widodo pada 15 Agustus 2017 lalu telah mengesahkan Undang-Undang Nomor 7
Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum (Pemilu). Dimana UU ini terdiri atas 573
pasal, penjelasan, dan 4 lampiran. Ini ditegaskan dalam UU Pemilu baru, Pemilu
dilaksanakan berdasarkan asas Langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil.
Dan dalam menyelenggarakan pemilu, penyelenggara pemilu harus melaksanakan
Pemilu berdasarkan pada -asas sebagaimana dimaksud, dan penyelenggaraannya
harus memenuhi prinsip:
a. Mandiri
b. Jujur
c. Adil
d. Berkepastian hukum
e. Tertib
f. Terbuka
g. Proporsional
h. Professional
i. Akuntabel
j. Efektif
k. Efisien.
Adapun yang menjadi perhatian dalam UU Pemilu yang baru adalah adanya
pasal 222 UU Pemilu yang mengatur tentang Presidential Threshold dimana bunyi
pasal dalam UU Pemilu yang baru adalah Sementara bunyi Pasal 222 UU Pemilu,
yaitu: Pasangan calon diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik
peserta pemilu yang memenuhi persyaratan perolehan kursi paling sedikit 20% dari
jumlah kursi DPR atau memperoleh 25% dari suara sah secara nasional pada
Pemilu anggota DPR sebelumnya48. Selain itu dimana seluruh pasangan calon
kepala daerah menggunakan atribut kampanye untuk memperkenalkan diri kepada
masyarakat pemilih sehingga diharapkan dapat meningkatkan elektabilitas dan
memenangkan pemilihan. Berikut mengenai ketentuan atau salah satu aturan baru
dalam UU No.7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum. Partai politik adalah sebuah
wadah berkumpulnya kepentingan public dikarenakan sudah menjadikannya
demikian karena adanya sistem pemilihan umum, mengartikulasikannya dalam
sebuah kebijakan dan membangun struktur untuk individu-individu untuk turut serta
dalam berpartisipasi di kancah politik, selain itupun partai politik juga turut serta dan
berperan aktif dalam mengontrol pemerintah dari luar sistem dengan menjadi
oposisi49. Sistem Pemilihan Umum yang ada di Indonesia tentu selalu merujuk pada
norma yang tertingi dalam tatanan Konstitusi yang menjadikan undang-undang
sebagai aturan turunannya. Sistem pemilihan umum memiliki sistem-sistem dalam
sebuah pemilihan pejabat Negara baik itu eksekutif, legislatif.
c. Adapun sistem pemilihan ada yang bersifat organis dan mekanis dimana, sistem
Pemilihan Organis Dasar pemilihanya ialah :
1) Rakyat dalam suatu Negara dipandang sebagai sejumlah individu yang hidup
bersama dalam beraneka ragam persekutuan hidup seperti Geniologis,
Teritorial, Fungsional, Industri, lapisan-lapisan social (buruh, tani, nelayan
(LSM).
2) Persekutuan-persekutuan itu mempunyai kewenangan untuk menentukan
wakil-wakilnya yang duduk sebagai anggota parlemen.
3) Partai-partai politik tidak diperlukan sebab mekanisme pemilihan dilakukan
langsung oleh masing-masing persekutuan hokum.
50Nuansa Aulia, Pokok-Pokok Kepegawaian Dan Pegawai Negeri Sipil (PNS), Nuansa
Aulia, Jakarta, 2009, hal 11
yang hendak dipilih juga merupakan bagian dari sebuah entitas yang sama51. Dari
ketentuan-ketentuan dia atas maka asas-asas Pemilu adalah :
51
Indra Pahlevi, Pemilu Serentak Dalam Sistem Pemerintahan Indonesia, Azza Grafika,
Yogyakarta, 2015
Dengan penjabaran diatas maka dapat kita telaah terkait normative dan
susunan sistematika secara administrative dengan pengolahan dan pendekatan
yang dinamis sehingga oleh karena itu, sistem politik mau tidak mau turut
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh komunikasi yang dilakukan oleh partai politik.
Melihat bahwa komunikasi politik merupakan salah satu masukan yang menentukan
bekerjanya semua fungsi dalam sistem politik. Komunikasi politik menyambungkan
semua bagian dari sistem politik sehingga aspirasi dan kepentingan dikonversikan
menjadi berbagai kebijaksanaan52.
Kesimpulan
52 Handri Raharjo, Sistem Hukum Indonesia, Pustaka Yustisia, Yogyakarta, 2016, hal 90
bagi sesiapa yang hendak mencalonkan dirinya menjadi Pemimpin Negara. Namun
perlu diketahui bersama bahwa baru baru ini ada undang-undang no 7 tahun 2017
tentang Pemilihan Umum yang mana point krusial dan paling penting yang harus di
ketahui ada pembahasn menarik terkait presidensial threshold dimana memberikan
ambang batas minimal 20% pemenang pemilihan legislative yang lalu menjadi
rujukan utama pra syarat yang harus dipenuhi. Sehingga tidak memunginkan bagi
partai-partai baru yang belum memiliki legislative di senayan untuk bisa ikut andil
dalam pesta demokrasi lima tahunan ini dalam mencari pemimpin Negara. Adapun
asas asas pemilihan umum yang harus di jaga dan dilakukan oleh setiap calon
peserta juga panitia dan masyarakat luas dimana harus mengedepankan adanya
asas-asasUmum, Bebas, Rahasia, Jujur, Adil, Akuntabel, Edukatif, Praktis. Dasar
dasar hukum adanya sebuah pemilihan umum didasari dari konstitusi kita atau stats
grund gesetz ialah Undang-undang Dasar 1945 Pasal 22E yang berbunyi :
a. Pemilu dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil
setiap lima tahun sekali.
b. Pemilu diselenggarakan utnuk memilih anggota DPR, DPD, Presiden dan Wakil
Presiden dan DPRD.
c. Peserta Pemilu untuk memilih DPR dan anggota DPRD adalah Partai Politik.
d. Peserta Pemilu untuk memilih anggota DPD adalah perseorangan.
e. Pemilu diselenggarakan oleh suatu Komisi Pemilihan Umum yang bersifat
nasional, tetap dan mandiri
f. Ketentuan lebih tentang Pemilu diatur oleh undang-undang.
D. Daftar Pustaka
Cholisin, Dasar-Dasar Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial, UGM Press, Yogyakarta, 2000
Indra Pahlevi, Pemilu Serentak Dalam Sistem Pemerintahan Indonesia, Azza Grafika,
Yogyakarta, 2015
Kusnardi, Moh. S.H., Ibrahim,Harmaily. S.H., Hukum Tata Negara Indonesia, Pusat
Studi Hukum Tata Negara FHUI dan CV Sinar Bakti, Jakarta, 1983.
Norm Kelly dan Sefakor Ashiagbor, Partai Politik dan Demokrasi dalam Perspektif
Teoritis dan Praktis, National Democratic Institute, Whasington DC, 2011.
Nuansa Aulia, Pokok-Pokok Kepegawaian Dan Pegawai Negeri Sipil (PNS), Nuansa
Aulia, Jakarta, 2009
Rahmat Hollyson, Pilkada Penuh Euforia Miskin Makna, Bestari, Jakarta, 2015
Peraturan Perundang-Undangan :
PERTEMUAN 14
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
A. Tujuan Belajar
Setelah mahasiswa menyelesaikan pertemuan ke-14 ini diharapkan mampu:
1. Mahasiswa dapat menjelaskan Pengertian dan Latar Belakang dari Pendidikan
Kewarganegaraan
2. Mahasiswa dapat mendeskripsikan Landasan Hukum Pendidikan Kewarganegaraan
B. Uraian Materi
1. Pengertian dan Latar Belakang Pendidikan Kewarganegaraan
Pengertian dari Pendidikan Kewarganegaraan adalah menganali suatu sistem
kompensasi dasar, tujuan dan ruang lingkup materi Pendidikan Kewarganegaraan,
menyadari arti penting Pendidikan Kewarganegaraan sebagai media pembentukan
kepribadian bangsa. Pada hakekatnya pendidikan adalah upaya sadar dari suatu
masyarakat dan pemerintah suatu negara untuk menjamin kelangsungan hidup dan
kehidupan generasi penerusnya. Sebagai masyarakat, warga bangsa dan negara,
secara berguna dan bermakna serta mampu mengantisipasi hari depan mereka
yang selalu berunah dan selalu terkait dengan konteks dinamika
budaya,bangsa,negara dan hubungan international,maka pendidikan tinggi tidak
dapat mengabaikan realita kehidupan yang mengglobal yang digambarka sebagai
perubahan kehidupan yang penuh dengan paradoksal dan ketidak keterdugaan.
Dalam kehidupan kampus di seluruh perguruan tinggi indonesia,harus
dikembangkan menjadi lingkungan ilmiah yang dinamik,berwawasan budaya
bangsa,bermoral keagamaan dan berkepribadianindonesia.Untuk pembekalan
kepada para mahasiswa di indonesia berkenaan dengan pemupukan nilai-nilai,sikap
dan kepribadian,diandalkan kepada pendidikan pancasila,Bela Negara,Ilmu Sosial
Dasar,Ilmu Budaya Dasar dan Ilmu Alamiah Dasar sebagai latar aplikasi nilai dalma
kehidupan,yang disebut Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MKPK). Latar
Belakang Pendidikan Kewarganegaraan:
a. Perjalanan panjang sejarah Bangsa Indonesia sejak era sebelum dan selama
penjajahan ,dilanjutkan era merebut dan mempertahankan kemerdekaan sampai
a. Maksud
b. Tujuan
53Dahlan Thaib, dkk, Teori dan Hukum Konstitusi , PT Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2012, hal 87
Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen Pasal 10 ayat
(2), pasal 11 ayat (4), pasal 13 ayat (2), pasal 14 ayat (2), pasal 16 ayat (4), pasal
(18) ayat (4), pasal 19 ayat (3), pasal 21 ayat (2), pasal 22 ayat (2), pasal 25 ayat
(2), pasal 26 ayat (2), pasal 28 ayat (5), pasal 29 ayat (5), pasal 35 ayat (3), pasal 37
ayat (5) dan pasal 40 ayat (3).
Beberapa PP tentang Pendidikan dan GBHN 1993. Beberapa Peraturan
Pemeintah tentang pendidikan yang akan dibahas yaitu:
a. Bangsa
1) Menurut Hans Kohn bahwa bangsa terbentuk oleh persamaan bahasa, ras,
agama, peradaban, wilayah, negara dan kewarganegaraan.
2) Sedangkan Ernest Renan menyatakan bahwa bangsa (nation) adalah suatu
solidaritas, suatu jiwa, suatu asas spiritual, suatu solidaritas yang dapat
tercipta oleh perasaan pengorbanan yang telah lampau dan bersedia dibuat di
masa yang akan datang54.
1) Keinginan untuk mencapai kesatuan nasional yang terdiri atas kesatuan sosial,
ekonomi, politik, agama, kebudayaan, komunikasi, dan solidaritas.
2) Keinginan untuk mencapai kemerdekaan dan kebebasan nasional
sepenuhnya, yaitu bebas dari dominasi dan campur tangan bangsa asing
terhadap urusan dalam negerinya.
3) Keinginan dalam kemandirian, keunggulan, individualisme, keaslian, atau
kekhasan.
4) Keinginan untuk menonjol (unggul) diantara bangsa-bangsa dalam mengejar
kehormatan, pengaruh, dan prestise.
b. Negara
Negara adalah suatu daerah atau wilayah yang ada di permukaan bumi di
mana terdapat pemerintahan yang mengatur ekonomi, politik, sosial, budaya,
pertahanan keamanan, dan lain sebagainya. Di dalam suatu negara minimal
terdapat unsur-unsur negara seperti rakyat, wilayah, pemerintah yang berdaulat
1) Roger F. Soltau : Negara adalah alat atau wewenang yang mengatur atau
mengendalikan persoalan bersama atas nama masyarakat.
2) Georg Jellinek : Negara merupakan organisasi kekuasaan dari kelompok
manusia yang telah berdiam di suatu wilayah tertentu.
3) Prof. R. Djokosoetono : Negara adalah suatu organisasi manusia atau
kumpulan manusia yang berada di bawah suatu pemerintahan yang sama.
c. turunan atau pertalian darah dan ikatan pada tanah atau wilayah (geneologis-
territorial)
a. Hak Mahasiswa :
1) Menggunakan kebebasan akademik secara bertanggung jawab untuk
menuntut dan mengkaji ilmu sesuai dengan norma dan susila yang berlaku
dalam lingkungan akademik.
2) Memperoleh pengajaran sebaik-baiknya dan layanan bidang akademik
sesuai dengan minat, bakat, kegemaran dan kemampuan.
3) Memanfaatkan fasilitas perguruan tinggi dalam rangka kelancaran proses
belajar.
4) Mendapatkan bimbingan dari dosen yang bertanggung jawab atas program
studi yang diikuti serta hasil belajarnya.
5) Memperoleh layanan informasi yang berkaitan dengan program studi yang
diikutinya serta hasil belajarnya.
6) Menyelesaikan studi lebih awal dari jadwal yang ditetapkan sesuai dengan
persyaratan yangberlaku.
7) Memperoleh layanan kesejahteraan sesuai dengan peraturan perundangan
yang berlaku.
8) Memanfaatkan sumber daya perguruan tinggi melalui perwakilan/organisasi
kemahasiswaaan untuk mengurus dan mengatur kesejahteraan, minat dan
tata kehidupan bermasyarakat.
9) Pindah ke perguruan tinggi lain atau program studi lain, bilamana daya
tampung perguruan tinggi atau program yang bersangkutan memungkinkan.
10) Ikut serta dalam organisasi mahasiswa pada perguruan tinggi yang
bersangkutan.
b. Kewajiban Mahasiswa :
1) Mematuhi semua peraturan/ketentuan yang berlaku pada perguruan tinggi
yang bersangkutan.
2) Ikut memelihara sarana dan prasarana serta kebersihan, ketertiban dan
keamanan perguruan tinggi yang bersangkutan.
3) Ikut menanggung biaya penyelenggaraan pendidikan kecuali bagi mahasiswa
yang dibebaskan dari kewajiban tersebut sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
4) Menghargai ilmu pengetahuan, teknologi dan atau kesenian.
5) Menjaga kewibawaan dan nama baik perguruan tinggi yang bersangkutan.
Kesimpulan
a. UUD 1945 :
1) Pembukaan UUD 1945, alinea kedua dan keempat (cita-cita, tujuan dan
aspirasi Bangsa Indonesia tentang kemerdekaanyaa
2) Pasal 27 (1), kesamaan kedudukan Warganegara di dalam hukum dan
pemerintahan.
3) Pasal 27 (3), hak dan kewajiban Warganegara dalam upaya bela negara.
4) Pasal 30 (1), hak dan kewajiban Warganegara dalam usaha pertahanan dan
keamanan negara.
5) Pasal 31 (1), hak Warganegara mendapatkan pendidikan.
D. Daftar Pustaka
Dahlan Thaib, dkk, Teori dan Hukum Konstitusi , PT Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2012.
Peraturan Perundang-Undangan :
Ketetapan MPR No. III/MPR/2000, Tentang Sumber Hukum dan Tata Urutan
Peraturan Perundang-Undangan.
PERTEMUAN 15
ASAS KEWARGANEGARAAN DAN PEWARGANEGARAAN
A. Tujuan Belajar
Setelah mahasiswa menyelesaikan pertemuan ke-15 ini diharapkan mampu:
B. Uraian Materi
1. Asas-asas Kewarganegaraan
Asas Kewarganegaraan Pemerintah saat menjalankan sebuah
kepemerintahannya, pemerintah memerlukan setidaknya suatu “Sistem
Pemerintahan”. Sistem pemerintahan merupakan gabungan dari 2 istilah yaitu
“Sistem” dan “Pemerintahan”. Sistem adalah suatu keseluruhan atau cara yang
tersistematik menjadi kesatuan, terdiri dari beberapa bagian yang mempunyai
hubungan fungsionil baik antara bagian-bagian maupun hubungan terhadap
keseluruhan, sehingga hubungan itu menimbulkan ketergantungan antara kerangka-
kerangka yang akibatnya juka salah satu kerangkanya tidak bekerja dengan baik
akan mempengaruhi keseluruhannya dari sebuah sistem itu semua55. Didalam
sebuah aturan Negara semua tentang pengaturan dari kewarganegaraan diatur
sedemikian rupa agar setiap masyarakat memiliki status dan legalitas tempat tinggal
yang mengedepankan Hak Asasi Manusia maka dari oleh karenanya disetiap
Negara pengaturannya bisa berbeda beda. Di Indoneia undang-undang No.12
tahun 2006 bahwa untuk memenuhi tuntutan masyarakat dan melaksanakan amanat
Undang-Undang Dasar 1945 maka asas kewarganegaraan meliputi asas
kewarganegaraan umum atau universal yaitu asas ius sanguinis, ius soli, dan
campuran. Adapun asas yang dianut dalam UU No. 12 tahun2006 adalah berikut ini.
55
Kusnardi, Moh. S.H., Ibrahim,Harmaily. S.H., Hukum Tata Negara Indonesia, Pusat Studi
Hukum Tata Negara FHUI dan CV Sinar Bakti, Jakarta, 1983, hal 171
kewarganegaraan yaitu warga negara Amerika Serikat dan warga negara Cina.
Sebaliknya warga negara Amerika Serikat yang melahirkan seorang anak di Cina
menurut asas tersebut tidak memiliki kewarganegaraan (apatride). Australia,
Canada, untuk tahap pertama akan lebih menguntungkan apabila menganut azas
ius soli, sebab dengan lahirnya anak-anak dari imigran di Negara-negara tersebut
akan mnejadi putuslah hubungannya dengan Negara asal orang tuanya56. Untuk
mengatasi keslitan diatas diadakan perundingan dengan negara lain untuk
menentukan pewarganegaraan seseorang terdapat 2 macam stetsel yaitu stetsel
pasif dan aktif. Stetsel pasif adalah semua penduduk diakui sebagai wargnegara
kecuali ia menolak menjadi warga negara atau hak repudiasi. Stetsel aktif adalah
untuk menjadi warga negara seseorang harus menggunakan hak opsi atau hak
untuk memilih menjadi warga negara.
2. Pengertian Pewarganegaraan
Negara Republik Indonesia memberi kesempatan kepada orang asing (bukan
warga negara) untuk menjadi warga negara. Dalam hal permohonan
kewarganegaraan atau naturalisasi. Naturalisasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu
naturalisasi biasa dan istimewa.
a. Naturalisasi Biasa
56 Gouw Giok Siong, Warga Negara dan Orang Asing, Keng Po, Jakarta, 1960, hal 12
1) Anak WNI yang lahir diluar perkawinan yang sah, belum berusia 18 tahun atau
belum kawin diakui secara sah oleh ayahnya yang berkewarganegaraan asing.
2) Anak WNI yang belum berusia 5 tahun meskipun secara sah sebagai anak
oleh WNA berdasarkan penetapan pengadilan, tetap sebagai WNI.
3) Perkawinan WNI dan WNA baik sah maupun tidak sah dan diakui orang
tuanya yang WNI, atau perkawinan yang melahirkan anak di wilayah RI
meskipun status kewarganegaraan orang tuanya tidak jelas berakibat anak
berkewarganegaraan ganda hingga usia 18 tahun atau sudah kawin.
4) Pernyataan untuk memilih kewarganegaraan dibuat secara tertulis dan
disampaikan kepada pjabat dengan melampirkan dokumen sebbagaimana
ditentukan dalam perundang-undangan.
5) Perbuatan untuk memilih kewarganegaraan disampaikan dalam waktu paling
lambat 3 tahun setelah anak berusia 18 tahun atau sudah kawin.
6) Warga asing yang telah berjasa kepada negara RI dengan pernyataannya
sendiri (permohonan) untuk menjadi warga negara RI, atau dapat diminta oleh
negara RI. Kemudian mereka mengucapkan sumpah atau janji setia. Cara ini
diberikan oleh Presiden dengan persetujuan DPR.
c. Akibat Pewarganegaraan
Adapun bunyi frasa pasal dalam konteks syarat dan tata cara memperoleh
kewarganegaraan menurut Undang-undang no 12 tahun 2006 ialah : SYARAT DAN
TATA CARA MEMPEROLEH KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA
menurut Undang-undang No. 12 Tahun 2006 tentang KEWARGANEGARAAN.
Pasal 8 Kewarganegaraan Republik Indonesia dapat juga diperoleh melalui
pewarganegaraan.
sumpah atau menyatakan janji setia. (2) Paling lambat 3 (tiga) bulan terhitung sejak
Keputusan Presiden dikirim kepada pemohon, Pejabat memanggil pemohon untuk
mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia. (3) Dalam hal setelah dipanggil
secara tertulis oleh Pejabat untuk mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia
pada waktu yang telah ditentukan ternyata pemohon tidak hadir tanpa alasan yang
sah, Keputusan Presiden tersebut batal demi hukum. (4) Dalam hal pemohon tidak
dapat mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia pada waktu yang telah
ditentukan sebagai akibat kelalaian Pejabat, pemohon dapat mengucapkan sumpah
atau menyatakan janji setia di hadapan Pejabat lain yang ditunjuk Menteri.
Pasal 15 (1) Pengucapan sumpah atau pernyataan janji setia sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) dilakukan di hadapan Pejabat. (2) Pejabat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) membuat berita acara pelaksanaan
pengucapan sumpah atau pernyataan janji setia. (3) Paling lambat 14 (empat belas)
hari terhitung sejak pengucapan sumpah atau pernyataan janji setia, Pejabat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyampaikan berita acara pengucapan
sumpah atau pernyataan janji setia kepada Menteri.
Pasal 16 Sumpah atau pernyataan janji setia sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 14 ayat (1) adalah: Yang mengucapkan sumpah, lafal sumpahnya sebagai
berikut : Demi Allah/demi Tuhan Yang Maha Esa, saya bersumpah melepaskan
seluruh kesetiaan saya kepada kekuasaan asing, mengakui, tunduk, dan setia
kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia, Pancasila, dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan akan membelanya dengan
sungguh-sungguh serta akan menjalankan kewajiban yang dibebankan negara
kepada saya sebagai Warga Negara Indonesia dengan tutus dan ikhlas. Yang
menyatakan janji setia, lafal janji setianya sebagai berikut : Saya berjanji
melepaskan seluruh kesetiaan saya kepada kekuasaan asing, mengakui, tunduk,
dan setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia, Pancasila, dan
UndangIJndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan akan
membelanya dengan sungguh-sungguh serta akan menjalankan kewajiban yang
dibebankan negara kepada saya sebagai Warga Negara Indonesia dengan tulus
dan ikhlas.
Pasal 17 Setelah mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia,
pemohon wajib menyerahkan dokumen atau surat-surat keimigrasian atas namanya
kepada kantor imigrasi dalam waktu paling lambat 14 (empat belas) hari kerja
terhitung sejak tanggal pengucapan sumpah atau pernyataan janji setia.
Pasal 18 (1) Salinan Keputusan Presiden tentang pewarganegaraan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) dan berita acara pengucapan
sumpah atau pernyataan janji setia dari Pejabat sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 15 ayat (2) menjadi bukti sah Kewarganegaraan Republik Indonesia
seseorang yang memperoleh kewarganegaraan. (2) Menteri mengumumkan nama
orang yang telah memperoleh kewarganegaraan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Pasal 19 (1) Warga negara asing yang kawin secara sah dengan Warga
Negara Indonesia dapat memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia dengan
menyampaikan pernyataan menjadi warga negara di hadapan Pejabat. (2)
Pernyataan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan apabila yang
bersangkutan sudah bertempat tinggal di wilayah negara Republik Indonesia paling
singkat 5 (lima) tahun berturut-turut atau paling singkat 10 (sepuluh) tahun tidak
berturut-turut, kecuali dengan perolehan kewarganegaraan tersebut mengakibatkan
berkewarganegaraan ganda. (3) Dalam hal yang bersangkutan tidak memperoleh
Kewarganegaraan Republik Indonesia yang diakibatkan oleh kewarganegaraan
ganda sebagaimana dimaksud pada ayat (2), yang bersangkutan dapat diberi izin
tinggal tetap sesuai dengan peraturan perundangundangan. (4) Ketentuan lebih
lanjut mengenai tata cara menyampaikan pernyataan untuk menjadi Warga Negara
Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan
Peraturan Menteri.
Pasal 20 Orang asing yang telah berjasa kepada negara Republik Indonesia
atau dengan alasan kepentingan negara dapat diberi Kewarganegaraan Republik
Indonesia oleh Presiden setelah memperoleh pertimbangan Dewan Perwakilan
Rakyat Republik Indonesia, kecuali dengan pemberian kewarganegaraan tersebut
mengakibatkan yang bersangkutan berkewarganegaraan ganda.
Pasal 21 (1) Anak yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun atau belum
kawin, berada dan bertempat tinggal di wilayah negara Republik Indonesia, dari
ayah atau ibu yang memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia dengan
sendirinya berkewarganegaraan Republik Indonesia. (2) Anak warga negara asing
yang belum berusia 5 (lima) tahun yang diangkat secara sah menurut penetapan
Kesimpulan
57 Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan, Bab III, Pasal 8-22.
D. Daftar Pustaka
Kusnardi, Moh. S.H., Ibrahim,Harmaily. S.H., Hukum Tata Negara Indonesia, Pusat
Studi Hukum Tata Negara FHUI dan CV Sinar Bakti, Jakarta, 1983, hal 171
Gouw Giok Siong, Warga Negara dan Orang Asing, Keng Po, Jakarta, 1960, hal 12
,Peraturan Perundang-Undangan :
PERTEMUAN 16
PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE
A. Tujuan Belajar
Setelah mahasiswa menyelesaikan pertemuan ke-16 ini diharapkan mampu:
B. Uraian Materi
1. Pengertian Good Governance
Perlu kita ketahui bahwa pada dekade abad ke-21, bangsa Indonesia
menghadapi gelombang besar pada masa reformasi berupa meningkatnya tuntutan
demokratisasi, desentralisasi, dan globalisasi. Sekalipun keadaan serupa pernah
terjadi pada beberapa kurun waktu yang lalu, namun tuntutan saat ini mengandung
nuansa yang berbeda sesuai dengan kemajuan zaman. Pegawai Negeri mempunyai
peranan yang sangat penting dikarenakan pegawai negeri merupakan unsur
aparatur Negara dalam hal penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan dalam
rangka mencapai tujuan Negara kita, seperti terdapat dalam pembukaan UUD 1945
adalah melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpa darah Indonesia, memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia. Dari keempat tujuan sebuah Negara ini hanya bisa dicapai dengan
adanya pembangunan nasional yang dilakukan dengan perencanaan matang,
realistik, terarah dan terpadu, terhadap bersungguh - sungguh, berdaya guna dan
berhasil guna58. Globalisasi yang menyentuh berbagai bidang kehidupan di seluruh
wilayah pemerintahan negara menuntut reformasi sistem perekonomian dan
pemerintahan, termasuk birokrasinya, sehingga memungkinkan interaksi
perekonomian antar daerah dan antar bangsa berlangsung lebih efisien. Kunci
keberhasilan pembangunan perekonomian adalah daya saing, dan kunci dari daya
58 BN. Marbun dan Moh. Mahfud MD, Pokok- Pokok Hukum dan Administrasi Negara,
Liberty, Yogyakarta, 2000, hal 98
saing adalah efisiensi proses pelayanan, serta mutu ketepatan dan kepstian
kebijakan publik. Kunci keberhasilan pembangunan pereknomian adalah daya saing
; dan kunci dari daya saing adalah efisiensi proses pelayanan, mutu, dan kepastian
kebijakan publik.Dalam upaya menghadapi tantangan tersebut, salah satu prasyarat
yang perlu dikembangkan adalah komitmen yang tinggi untuk menerapkan nilai luhur
dan prinsip tata kelola (good governance) dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan
negara, sebagaimana diamanatkan dalam pembukaan UUD 1945. United Nations
Development Program (UNDP) dalam dokumen kebijakannya yang berjudul
“Governance for Sustainable Human Development” 1977, mendefinisikan
kepemerintahan governance sebagai berikut : “Governance is the exercise of
economic, political, and administrative authority to a country’s affairs at all levels and
means by which states promote social cohesion, integration, and ensure the well
being of their population” (kepemimpinan adalah pelaksanaan
kewenangan/kekuasaan dalam bidang ekonomi, politik, dan administratif untuk
mengelola berbagai urusan negara pada setiap tingkatannya dan merupakan
instrumen kebijakan negara untuk mendorong terciptanya kondisi kesejahteraan
integritas dan kohesitas sosial dala masyarakat).
Pemerintah atau “government” dalam bahasa Inggris diartikan sebagai “The
autoritative direction and administration of the affairs of men-woman in a nation,
state, city, etc” (pengarahan dan administrasi yang berwenang atas kegiatan orang-
orang dalam sebuah negara, negara bagian, kota, dan sebagainya). Ditinjau dari sisi
semantik, kebahasaan governance berarti tata kepemerintahan dan good goverance
bermakna tata kepemerintahan yang baik. Di satu sisi istilah good governance dapat
dimaknai secara berlainan, sedangkan sisi yang lain dapat diartikan sebagai kinerja
suatu lembaga, misalnya kinerja pemerintahan, perusahaan atau organisasi
kemasyarakatan. Adapun suatu pemerintahan yang baik terdapat Aparatur Sipil
Negara yang harus menghindari pengaruh tersebut sehingga ia harus menjalankan
tugas memberikan pelayanan kepada masyarakat secara maksimal untuk
menghindari pengaruh partai politik, seorang Aparatur Sipil Negara tidak boleh
menjadi anggota aktif dan atau pengurus partai politik. Sehingga dalam pelaksanaan
a. Partisipasi (partisipation)
62 Satjipto Rahardjo, Pengantar Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000, hal 54
c. Transparansi (transparency)
Setiap institusi dan prosesnya harus diarahkan pada upaya untuk melayani
berbagai pihak yang berkepentingan (stakeholders).
f. Berkeadilan (equity)
a. Nilai yang menjunjung tinggi keinginan/kehendak rakyat, dan nilai-nilai yang dapat
meningkatkan kemampuan rakyat dalam mencapai tujuan (nasional) kemandirian,
pembangunan berkelanjutan, dan keadilan sosial.
b. Aspek fungsional dari pemerintah yang efektif dan efisien dalam pelaksanaan
tugasnya untuk mencapai tujuan tersebut.
Adapun dari konsepsi nya bisa kita lihat dari tiga jenis yang ialah :
tidak akan terbentuk tanpa ada rakyat walaupun mempunyai wilayah tertentu dan
pemerintah yang berdaulat, demikian pula kalau rakyat ada yang berdiam pada
wilayah tertentu akan tetapi tidak memiliki pemerintahan sendiri yang berdaulat ke
dalam dan keluar, maka Negara itupun jelas tidak bakal ada63. Pemerintah dalam
halnya lembaga penggerak roda pemerintahan di dalam Negara harus menerapkan
prinsip-prinsip pemerintahan yang baik dengan menjadikan warga nya untuk
sejahtera seperti yang diamanatkan Undang-undang Dasar 1945 Pasal 27
menegaskan :
(2) Tiap-tipa Warga Negara berhak atas perkerjaan dan penghidupan yang layak
bagi kemanusiaan.
(3) Setiap Warga Negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelan negara.
Ketentuan pasal seperti ini memberikan penegasan akan perlindungan terhadap
Warga Negara.
Pasal 29 menegaskan :
63 RG Kartasapoetra, Sistematika Hukum Tata Negara, Bina Kasara, Jakarta, 1987, hal
211
Kesimpulan
Kita ketahui bahwa adanya sebuah Negara karena adanya aparatur yang
menjalankan roda pemerintahan dalam konteks administrasi juga strukturisasi
kelembagaan. Didalam pemerintahan ada nama yang kita kenal adalah Governance
atau Kepemerintahan, arti kepemrintahan ini adalah sebuah aktifitas penggerak roda
pemerintahan yang menjadikan landasan dasar dalam sebuah aspek kinerja dan
integritas yang dilakukan oleh setiap lapisan Aparatur Sipil Negara. Kepemimpinan
adalah pelaksanaan kewenangan/kekuasaan dalam bidang ekonomi, politik, dan
administratif untuk mengelola berbagai urusan negara pada setiap tingkatannya dan
D. Daftar Pustaka
BN. Marbun dan Moh. Mahfud MD, Pokok- Pokok Hukum dan Administrasi Negara,
Liberty, Yogyakarta, 2000
Satjipto Rahardjo, Pengantar Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000
Wirjo Surachmad, Wawasan Kerja Aparatur Negara, Pustaka Jaya, Jakarta, 1993
Peraturan Perundang-Undangan :
PERTEMUAN 17
PENERAPAN GOOD GOVERNANCE
A. Tujuan Belajar
Setelah mahasiswa menyelesaikan pertemuan ke-17 ini diharapkan mampu:
B. Uraian Materi
1. Penerapan Good Governance di Sektor Publik
Penerapan sembilan prinsip good governance hendaknya dapat diterapkan
diseluruh sektor pembangunan, dengan memperhatikan agenda kebijakan
pemerintah untuk beberapa tahun mendatang yang perlu disesuaikan dan diarahkan
kepada :
dilanggar oleh Pegawai Negeri Sipil64. Adapun kinerja Menurut Sadili Samsudin
kinerja adalah tingkat pelaksanaan tugas yang dapat dicapai seseorang, unit atau
divisi dengan menggunakan kemampuan yang ada dan batasan-batasan yang telah
ditetapkan untuk mencapai tujuan organisasi atau perusahaan65. Disamping itu perlu
juga diperhatikan adanya keberhasilan pembangunan aparatur negara dalam rangka
mewujudkan kepemerintahan yang baik dalam era revormasi dewasa ini. Hal ini
paling tidak dapat dilihat dari seberapa jauh keberhasilan pencapaian tujuan
revormasi sebagaimana tercantum dalam ketetapan MPR Nomor VIII/MPR/1998,
bab III yang mencakup :
a. Perubahan sistem politik kearah sistem politik yang demokratis, partisipatif, dan
egalitarian.
b. Reformasi dalam sistem birokrasi militer (TNI), dimana kekuatan militer harus
menjadi kekuatan yang profesional dan independen, bukan menjadi alat politik
partai atau kekuasaan pemerintah (presiden), yang mendudukannya sebagai
kekuatan pertahanan negara.
64 Moh. Mahfud, Hukum Kepegawaian Indonesia, Liberty ,Yogyakarta, 1988, hal 121
65 Sadili Samsudin, Manajemen Sumber Daya Manusia, Pustaka Setia, Bandung, 2005,
hal. 159
66
Tjokroamidjojo Bintoro, Good Government (Paradigma Baru Manjemen Pembangunan),
Universitas Indonesia Press, Jakarta,2000, hal 88
Agenda aksi reformasi lain yang juga strategis adalah menciptakan pemerintah
yang bersih (clean government) yang terdiri atas tiga pokok agenda, yaitu :
Penerapan good governance pada sektor publik tidak dapat terlepas dari visi
masa depan Indonesia sebagai fokus tujuan pembangunan kepemerintahan yang
bauk. Pemerintah yang baik dapat dikatakan sebagai pemerintah yang menghormati
kedaulatan rakyat dan meiliki tugas pokok yang mencakup :
Berkaitan dengan hal tersebut, maka perlu dipahami pula bahwa dalam
ketetapan MPR No. VII/MPR/2001 telah ditetapkan visi masa depan Indonesia
dalam kurun waktu 20 tahun yang disebut visi Indonesia 2020 yaitu : “terwujudnya
masyarakat Indonesia yang religius, manusiawi, bersatu, demokratis, adil, sejahtera,
maju, mandiri, serta baik dan bersih dalam penyelenggaraan negara.” Sedangkan
pada bab IV butir 9 ditegaskan nahwa baik dan bersih dalam penyelenggaraan
negara adalah mencakup :
instansi pemerintah, baik pusat maupun daerah, yang perlu disampaikan pula
kepada DPR atau DPRD.
Oleh sebab itu, Inpres No. 7 Tahun 1999 mewajibkan setiap instansi
pemerintah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan negara mulai pejabat
eselon II ke atas untuk mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas pokok dan
fungsinya serta kewenangan pengelolaan sumber daya dan kebijaksanaan yang
dipercayakan kepadanya berdasarkan perencanaan strategis yang dirumuskan
sebelumnya. Pertanggungjawaban yang dimaksud adalah :
67
Miftah Thoha, Birokrasi Pemerintah Indonesia di Era Reformasi, Prenada Media Group,
Yogyakarta, 2008, hal 21
Karhi, Nisjar S, Beberapa Catatan Tentang “Good Governance”, Jurnal Administrasi dan
69
c. Lembaga legislatif perlu berbagi informasi dengan masyarakat atas apa yang
mereka ketahui mengenai sumber daya potensial yang diperlukan birokrat
kepada masyarakat.
d. Birokrat harus menjalin kerja sama dengan rakyat, yaitu dengan membuat
program-programnya sesuai dengan apa yang diinginkan oleh mereka agar
mereka tidak dihadapkan pada berbagai macam tekanan.
a. Kerangka kerja tim (team work) antarorganisasi, departemen, dan antar wilayah.
70M. Suparno, Rekayasa Pembangunan Watak dan Moral Bangsa, Jakarta , PT. Purel
Mundial, 1992, hal 85
71 Winardi, Nisjar, Karhi., Teori Sistem dan Pendekatan Sistem Dalam Bidang Manajemen,
72 Victor M. Situmorang, Tindak Pidana Aparatur Sipil Negara, Jakarta, Rineka Cipta, 1990,
hlm. 40
Kesimpulan
D. Daftar Pustaka
Karhi, Nisjar S, Beberapa Catatan Tentang “Good Governance”, Jurnal Administrasi
dan Pembangunan Vol 1 No 2, 1997
M. Suparno, Rekayasa Pembangunan Watak dan Moral Bangsa, Jakarta , PT. Purel
Mundial, 1992.
Miftah Thoha, Birokrasi Pemerintah Indonesia di Era Reformasi, Prenada Media Group,
Yogyakarta, 2008.
Sadili Samsudin, Manajemen Sumber Daya Manusia, Bandung, Pustaka Setia, Tahun
2005.
Victor M. Situmorang, Tindak Pidana Aparatur Sipil Negara, Jakarta, Rineka Cipta,
1990.
Winardi, Nisjar, Karhi., Teori Sistem dan Pendekatan Sistem Dalam Bidang
Manajemen, CV. Mandar Maju, 1997, Bandung
Peraturan Perundang-Undangan :
PERTEMUAN 18
PENGERTIAN, ALASAN, LANDASAN DAN TAHAP-TAHAP AMANDEMEN UUD
1945
A. Tujuan Belajar
Setelah mahasiswa menyelesaikan pertemuan ke-18 ini diharapkan mampu
B. Uraian Materi
1. Pengertian, Landasan, dan Tahap-tahap Amandemen UUD 1945
Pengertian Amandemen adalah prosedur penyempurnaan, tanpa harus
langsung mengubah UUD dan merupakan pelengkap serta rincian dari UUD asli.
Menurut Hukum Tata Negara, amandemen merupakan salah satu hak legislatif
untuk mengusulkan perubahan dalam suatu rancangan UU yang diajukan
pemerintah. Secara estimologis, amandemen berasal dari Bahasa Inggris to amend
yang artinya adalah sebagai to make better, to remove the faults. Selanjutnya
amandemen diartikan sebagai a change for the better; a correction of error, faults.
System Amandement adalah bila suatu konstitusi yang asli tetap berlaku sedang
hasil amandemen tersebut merupakan bagian atau dilampirkan dalam konstitusi asli,
sistem ini dianut di Negara-negara Anglo Saxon73. Sujatmiko berpendapat bahwa
amandemen yang pokok itu tidak serampangan dan merupakan hal yang serius.
Konstitusi itu merupakan aturan tertinggi bernegara. Beliaupun memberikan
pandangan dan pendapatnya bahwa konstitusi di negara kita ini ialah tidak atau
belum sepenuhnya sempurna seutuhnya. Jika ingin menyempurnakan konstitusi
satu-satunya pilihan ialah amandemen. Sejak Proklamasi 17 Agustus 1945 hingga
sekarang di Indonesia telah berlaku tiga macam Undang-undang Dasar dalam
empat periode yaitu Periode 18 Agustus 1945 – 27 Desember 1949, Periode 27
Desember 1949- 17 Agustus 1950, Periode 17 Agustus 1950- 5 Juli 1959, Periode 5
73Sri Soemantri, Prosedur dan Sistem Perubahan Konstitusi, Penerbit Alumni, Bandung,
1987, hal 51
Juli 1959- sampai sekarang74. Alasan Amandemen UUD 1945 adalah karena
disusun pada masa persiapan kemerdekaan Indonesia dalam situasi yang serba
mendesak, maka ada beberapa pasal tidak lagi sesuai dengan situasi dan persoalan
kenegaraan sekarang, adanya penafsiran para pemimpin terdahulu (Orba) terhadap
beberapa pasal diarahkan untuk keuntungan diri sendiri. Adapun Landasan
Amandemen UUD 1945 :
a. Tahap I
74
Kusnardi, Moh. S.H., Ibrahim,Harmaily. S.H., Hukum Tata Negara Indonesia, Pusat Studi
Hukum Tata Negara FHUI dan CV Sinar Bakti, Jakarta, 1983, hal 86
75Denny Indrayana, Amandemen UUD 1945 Antar Mitos dan Pembongkaran, PT. Mizan
Pustaka, Bandung, 2007, hal 71
b. Tahap II
c. Tahap III
d. Tahap IV
Dengan demikian UUD 1945 memiliki beberapa perubahan dalam hal-hal point
yang harus di ubah dan kelemahan yang tidak dapat dipakai maka UUD 1945
sebagai landasan konstitusional telah mengalami beberapa amandemen pada :
b. Dinamika Pembahasan
1) Tingkat I
2) Tingkat II
3) Tingkat III
4) Tingkat IV
d. Ketentuan Umum
Kesimpulan
atas kehendaknya sendiri tanpa melihat dari aspek social, budaya, politik, dan
partisipasi masyarakt itu sendiri. Oleh karenanya di dalam Undang-undang Dasar
baik secara tersirat ataupun tertulis maka amandemen ini sebetulnya merupakan
Hak dan juga Kewajiban bagi semua warga Negara Indonesia, karena proses proses
penerapannya melibatkan segala aspek dan segala segmen masyarakat di dalam
erat kaitannya partisipasi masyarakat dalam sebuah tatanan demokrasi di dalam
corak pemerintahan Negara Indonesia.
D. Daftar Pustaka
Sri Soemantri, Prosedur dan Sistem Perubahan Konstitusi, Penerbit Alumni, Bandung,
1987.
Kusnardi, Moh. S.H., Ibrahim,Harmaily. S.H., Hukum Tata Negara Indonesia, Pusat
Studi Hukum Tata Negara FHUI dan CV Sinar Bakti, Jakarta, 1983.
Denny Indrayana, Amandemen UUD 1945 Antar Mitos dan Pembongkaran, PT. Mizan
Pustaka, Bandung, 2007.
Peraturan Perundang-Undangan :
PERTEMUAN 19
KONSTITUSI
A. Tujuan Belajar
Setelah mahasiswa menyelesaikan pertemuan ke-19 ini diharapkan mampu :
1. Mahasiswa dapat menjelaskan Pengertian Konstitusi
2. Mahasiswa dapat mendeskripsikan Hakikat dan Fungsi Konstitusi
3. Mahasiswa dapat menjabarkan Dinamika Pelaksanaan Konstitusi
4. Mahasiswa dapat menjabarkan Institusi dan Mekanisme Pembuatan Konstitusi
B. Uraian Materi
1. Pengertian Konstitusi
Istilah konstitusi berasal dari bahasa prancis (constituer) yang berarti
membentuk. Pemakaian istilah konstitusi yang di maksud ialah pembentukan suatu
begara atau menyusun dan menyatakan aturan suatu negara76. Sedangkan istilah
undang-undang dasar (UUD) merupakan terjemahan istilah dari bahasa belanda
Gronwet. Perkataan wet di terjemahkan ke dalam bahasa indonesia undang-undang
dasar, dan grond berarti tanah atau dasar. Di negara-negara yang menggunakan
menggunakan bahasa inggris di pakai istilah Constitution yang di indonesiakan
menjadi konstitusi. Pengertian konstitusi dalam praktik dapat di artikan lebih luas
daripada pengertian undang-undang dasar. Dalam ilmu politik, constitution
merupakan suatu yang lebih luas, yaitu keseluruhan dari peraturan-peraturan baik
yang tertulis maupun yang tidak tertulis yang mengatur secara mengikat cara-cara
bagaimana sesuatu pemerintahan di selenggarakan dalam suatu masyarakat.
Dalam bahasa latin, kata konstitusi merupakan gabungan dari dua kata, yaitu cume
dan statuere. Cume adalah sebuah presposisi yang berarti “bersama-sama
dengan....” sedangkan statuere mempunyai arti berdiri. Atas dasar itu, kata statuere
mempunyai arti “membuat sesuatu agar berdiri atau
mendirikan/menetapkan,”dengan demikian, bentuk tunggal dari konstitusi adalah
menetapkan sesuatu secara bersama-sama dan bentuk jamak dari konstitusi berarti
segala yang di tetapkan. Definisi Konstitusi (UUD) Para ahli hukum ada yang
76Wirjono Prodjodikoro, Asas-asas Hukum Tata Negara Indonesia, Penerbit Dian Rakyat,
Jakarta, 1989, hal 10
Pada hakikatnya konstitusi (UUD) itu berisi tiga hal pokok, yaitu :
77
Sri Soemantri M, Hukum Tata Negara Indonesia, Pemikiran dan Pandangan, PT Remaja
Rosda Karya, Bandung, 2014, hal 20.
3) Sumber hukum dasar yang tertinggi. Artinya bahwa seluruh peraturab dan
perundang-undangan yang berlaku harus mengacu pada konstitusi (UUD).
Hal-hal yang terjadi dalam pelaksanaan UUD 1945 kurun waktu tahun
1966-1999 ini dapat di klasifikasikan dalam 4 bagian,yaitu :
dan UUD 1945. Tindakan PKI ini menimbulkan “situasi konflik” antara rakyat di
satu pihak dan presiden di lain pihak. Situasi ini semakin lama semakin
meruncing, sehingga keadaan ekonomi dan keamanan makin tidak
terkendalikan. Di tambah lagi dengan aksi unjuk rasa (demonstrasi yang di
pelopori oleh pemuda, mahasiswa, dan rakyat) di halaman istana negara,
jakarta. tuntutan yang di usung oleh pengunjuk rasa tersebut adalah di sebut
dengan tritura (tri tuntutan rakyat) isi tritura tersebut adalah Bubarkan PKI,
bersihkan kabinet dari unsur-unsur PKI, turunkan harga-harga/perbaikan
ekonomi. Kenyataan tersebut mendorong presiden soekarno mengeluarkan
surat perintah seblas maret (supersemar) 1966 kepasa mayjen TNI Soeharto
yang pada saat itu menjabat sebagai panglima komando strategis angkatan
darat (pangkostrad) yang berkedudukan di jakarta untuk mengemdalikan
situasi konflik tersebut, sehingga situasi dan kondisi keamanan dan ketertiban
masyarakat ibukota dan daerah tetap terkendali dengan baik. Pelaksanaan
sidang umum MPRS ke VI tahun 1966. Sidang umum MPRS ke VI tahun 1966
menghasilkan ketetapan-ketetapan yang sangat penting bagi bangsa dan
negara sebagai pelaksanaan UUD 1945. Hasil-hasil yang di capai dalam
sidang umum MPRS tersebut meliputi ketetapan penting bagi bangsa dan
negara, yaituk ketetapan MPRS No. IX/MPRS/1966, tentang pengukuhan
supersemar, keteapan MPRS No. XX/MPRS/1966, tentang pembubaran PKI
dan ormas-ormasnya, ketetapan MPRS No. XII/MPRS/1966, tentang
pembaruan landasan politik luar negeri, ketetapan MPRS No.
XXIII/MPRS/1966, tentang pembaruan landasan di bidang ekonomi dan
pembangunan, ketetapan MPRS No. XXIII/MPRS/1966, tentang memorandum
DPR-GR mengenai sumber tertib hukum RI dan tata urutan peraturab
perundangan RI, ketetapan MPRS No. XXII/MPRS/1966, tentang kepartaian,
keormasan dan kekaryaan. Pelaksanaan sidang istimewa MPRS Tahun 1967
Pelaksanaan sidang istimewa di adakan atas permintaab DPR yang
menganggap presiden pada waktu itu telah sungguh-sungguh melanggar UUD
1945. Hasil sidang istimewa tersebut adalah memutuskan menarik kembali
mandat MPRS dari presiden soekarno, karena di anggap tidak dapat
menjalankan haluan negara dan putusan majelis sebagaimana layaknya.
Mengeluarkan ketetapan MPRS No XXXIII/MPRS/1967, tentang
Kesimpulan
Dikatakan dasar yang artinya suatu nilai-nilai masih terlalu abstrak dalam konteks
penerapan realisnya, karena semakin tinggi suatu hierarki norma maka akan
semakin abstrak sebuah pencapaian implementasi realisnya. Konstitusi ini memiliki
fungsi dalam artian yang sangat luas dan abstrak namun menjadikan landasan
utama dalam sebuah batasan wewenang dari suatu lembaga Negara dan juga
memberikan kepastian Hukum terhadap sebuah lembaga Negara yang organic atau
lembaga amat dari Konstitusi. Dalam sebuah pencapaian kemerdekaan dan
kemenangan suatu Negara di tandai dengan adanya konstitusi yang menjadikannya
sebagai landasan utama penerapannya karena selalu erat kaitan dengan sebuah
kebebasan atau kemandirian suatu kenegaraan.
D. Daftar Pustaka
Wirjono Prodjodikoro, Asas-asas Hukum Tata Negara Indonesia, Penerbit Dian Rakyat,
Jakarta, 1989.
Peraturan Perundang-Undangan :
PERTEMUAN 20
Hak Asasi Manusia
A. Tujuan Belajar
Setelah mahasiswa menyelesaikan pertemuan ke-20 ini diharapkan mampu :
B. Uraian Materi
1. Pengertian Hak Asasi Manusia
Dari catatan sejarah kuno terbukti bahwa masalah HAM merupakan salah astu
pemkiran yang sudah ada dan terbangun sejak zaman Yunani kuno. “Setiap
kekuatan akan berhadapan dengan hukum keabadian(hukum alam) yang berintikan
menghormati HAM”78. Hak asasi manusia pada dasarnya bersifat umum atau
universal, karena di yakini bahwa beberapa hak yang di miliki manusia tidak
memandang bangsa, ras, atau jenis kelamin. Dasar dari hak asasi adalah bahwa
manusia harus memperoleh kesempatan untuk berkembang sesuai dengan bakat
dan cita-citanya. Secara definitif, “hak” merupakan unsur normatif yang berfungsi
sebagai pedoman berperilaku, melindungi kebebasan, kekebalan, serta menjamin
adanya peluang bagi manusia dalam menjaga harkat dan martabatnya. Hak asasi
manusia juga bersifat supralegal artinya tidak bergantung pada negara atau undang-
undang dasar, dan kekuasaan pemerintah, bahkan HAM memiliki kewenangan lebih
tinggi karena berasal dari sumber yang lebih tinggi, yaitu tuhan. Di indonesia, hal ini
di tegaskan dalam UU No. 39/1999 tentang hak asasi manusia yang mendefiisikan
hak asasi manusia sebagai seperangkat hak yang melekat pada hakikat keberadaan
manusia sebagai mahluk Tuhan YME.
Berdasarkan beberapa rumusan pengertian HAM di atas, di peroleh suatu
kesimpulan bahwa HAM merupakan hak yang melekat pada diri manusia yang
bersifat kodrati dan fundamental sebagai salah satu anugerah tuhan yang harus di
78
Efendi, Masyhur, Prof. dan Evandri, Sukmana, Taufani, S.H., M.H., HAM Dalam Yuridis
Dimensi/Dinamika Yuridis Sosial Politik, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2007, hal 1
hormati, di jaga, dan di lindungi oleh setiap individu, masyarakat, atau negara.
Dengan demikian, hakikat penghormatan dan perlindunganterhadap HAM ialah
menjaga eksistensi manusia secara utuh melalui aksi keseimbangan. Yaitu
keseimbangan antara hak dan kewajiban serta keseimbangan antara kepentingan
perseorangan dengan kepentingan umum. Negara atau pemerintah tidak
diperkenankan untuk merampas dan atau mengganggu Hak Asasi Manusia yaitu
merupakan hak alamiah atau life, liberty, property yang mana telah dituangkan oleh
Jhon Locke dalam buku Two Treaties of Civil Government :
“But thought men when they enter into society give up the equality, liberty, and
executive power thet had in the state of nature into the hand of society, to be so far
disposed of by the legislativas the good society shall require, yet it being only with
the intention in everyone the better preserve himself, his liberty and property,… the
power of the society or legislative constitute by them can never be supposed to
extend further than the common good but is obliged to secure everyone’s property
by providing against those three defect above mentioned that made the state of
Nature an uneasy”79.
Upaya menghormati, melindungi, dan menjunjung tinggi HAM menjadi
kewajiban dan tanggung jawab bersama antara individu dan pemerintah (aparatur
pemerintah baik sipil maupun militer) bahkan negara. Jadi dalam memenuhi
kebutuhan menuntut hak tidak terlepas dari pemenuhan kebutuhan kewajiban yang
harus di laksanakan. Begitu juga dalam memenuhi kebutuhan perseorangan tidak
boleh merusak orang banyak (kepentingan umum). Jadi, dapat di simpulkan bahwa
hakikat dari asasi manusia adalah keterpaduan antara hak asasi manusia (HAM)
kewajiban asasi manusia (KAM), dan tanggung jawab asasi manusia (TAM) yang
berlangsung secara sinergis dan seimbang. Bila ketiga unsur asasi yang melekat
pada setiap individu manusia baik dalam tatanan kehidupan pribadi,
kemasyarakatan, kebangsaan, kenegaraan, dan pergaulan global dapat di pastikan
tidak akan menimbulkan kekacauan, anarkisme, dan kesewenang-wenangan dalam
tata kehidupan umat. Berdasarkan beberapa rumusan HAM di atas, dapat di tarik
kesimpulan tentang beberapa pokok hakikat HAM yaitu :
a. HAM tidak perlu di berikan, dibeli ataupun di warisi. HAM adalah bagian dari
manusia secara otomatis.
b. HAM berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin, ras, agama,
pandangan politik, atau asal-usul sosial bangsa.
c. HAM tidak bisa dinafikan atau dianggap siapapun tidak mempunyai hak untuk
membatasi hak dari orang lain. HAM dimiliki oleh setiap orang sekalipun sebuah
negara membuat hukum yang tidak melindungi atau melanggar HAM.
a. Hak sosial politik (hak alamiah), yang di bawa oleh manusia sejak ia di lahirkan,
contohnya : hak hidup, hak milik dan hak untuk mengusahakan kebahagiaan.
b. Hak sosial ekonomi-sosial budaya, yaitu hak yang di peroleh manusia dari
masyarakatnya, contohnya : hak mendapatkan pekerjaan, hak menerima upah
yang layak, hak berserikat/berorganisasi, hak mengemukakan pendapat
(lisan/tertulis), hak mendapatkan pendidikan, dan hak mendapatkan pelayanan
kesehatan. Hak-hak ini bersifat nonuniversal.
Piagam magna charta ini adalah piagam penghargaan atas pemikiran dan
perjuangan HAM yang di lakukan oleh rakyat inggris kepada raja John yang
berkuasa pada tahun 1215. Isi piagam magna charta ini adalah :
1) Rakyat inggris menuntut kepada raja agar berlaku adil kepada rakyat
2) Manuntut raja apabila melanggar harus di hukum (di denda) berdasarkan
kesamaan dan sesuai dengan pelanggaran yang di lakukannya.
3) Menuntut raja menyampaikan pertanggungjawaban kepada rakyat
4) Menuntut raja untuk segera menegakan hak dan keadilan bagi rakyat
1) Hendak menyelamatkan keturunan manusia yang ada dan yang akan datang
dari bencana perang.
2) Meneguhkan sikap dan keyakinan tentang HAM yang asasi, tentang harkat
dan derajat manusia, dan tentang persamaan kedudukan antara laki-laki dan
perempuan, juga antara bangsa yang besar dan yang kecil.
3) Menumbulkan suasana dimana keadilan dan penghargaan atas berbagai
kewajiban yang muncul dari segala perjanjian dan lain-lain sumber hukum
internasional menjadi dapat di pelihara.
4) Memajukan masyarakat dan tingkat hidup yang lebih baik dalam suasana
kebebasan yang lebih leluasa.
Secara garis besar menurut Prof. Dr. Bagir Manan, dalam bukunya
perkembangan pemikiran HAM di indonesia (2001), membagi perkembangan
pemikiran HAM dalam dua periode, yaitu periode sebelum kemerdekaan (1908-
1945) dan periode setelah kemerdekaan (1945-sekarang)80.
4) Periode 1966-1998. Dalam periode ini, pemikiran HAM dapat di lihat dalam
tiga kurun waktu yang berbeda.kurun waktu yang pertama tahun 1967 (awal
pemerintahan presiden soeharto), berusaha melindungi kebebasan dasar
yang di tandai dengan adanya hak uji materiil (judicial review) yang di berikan
kepada mahkamah agung; kedua kurun waktu tahun 1970-1980,pemerintah
melakukan pemasungan HAM, dengan sikaf defensif (bertahan) dan refresif
(kekerasan) yang di cerminkan dengan produk hukum yang bersifat resriktif
(membatasi) terhadap HAM. Alasan pemerintah adalah bahwa HAM
merupakan produk pemikiran barat dan tidak sesuai dengan nilai-nilai luhur
budaya bangsa yang tercermin dalam pancasila; ketiga kurun waktu 1990an
pemikiran HAM tidak lagi hanya bersifat wacana saja melainkan sudah di
bentuk lembaga penegakan HAM, seperti komnas HAM berdasarka Keppres
No. 50 tahun 1993, tanggal 7 juni 1993. Selain itu, pemerintah memberikan
kebebasan yang sangat besar menurut UUD 1945 amandemen, piagan PBB,
dan piagam mukadimah.
5) Periode 1998-sekarang. Pada periode ini, HAM mendapat perhatian yang
resmi dari pemerintah dengan melakukan amandemen UUD 1945 guna
menjamin HAM dan menetapkan undang-undang nomor 39 tahun 1999
tentang hak asasi manusia. Artinya bahwa pemerintah memberi perlindungan
yang signifikan terhadap kebebasan HAM dalam segala aspek, yaitu aspek
hak politik, sosial, ekonomi, budaya, keamanan hukum, dan pemerintahan.
a. Kejahatan Genosida
b. Kejahatan terhadap kemanusian
a. Perburuhan
b. Purusuhan
c. Perbudakan
d. Pengusiran/ pemindahan penduduk secara paksa
e. Perampasan Kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik secara
sewenangwenangyangmelanggarpokok-pokokHukum Internasional.
f. Penyiksaan
g. Perkosaan, perbudakan seksual, pelacuran secara paksa, pemaksaan kehamilan,
pemandulan/Struksasi atau bentuk-bentuk kekerasan seksual lainnya.
h. Penganiayaan suatu kelompok tertentu, paham politik, ras, etnis, budaya, agama,
jenis kelamin, dan alasan-alasan lain yang diakui secara universal sebagai hal
yang dilarang menurut Hukum Internasional.
Pada tahun 2002, Polri telah ditetapkan sebagai lembaga yang memberikan
perlindungan HAM rakyat Indonesia. Komnas (Komisi Nasional) HAM
e. Pengadilan HAM
Sama halnya dengan LBH swasta, BKBH juga merupakan sebuah LBH
namun naungannya berada di bawah perguruan tinggi. Dalam memberikan
bantuan hukum, BKBH melakukan berbagai pelayanan yang terbagi dalam
berbagai kegiatan bidang layanan hukum, bidang konsultasi hukum, bidang
kajian dan penelitian, bidang advokasi.
Kesimpulan
Bahwa Hak Asasi Manusia merupakan hak mendasar yang harus Negara
jamin kemerdekaan bagi setiap nyawa yang hidup di Negara tersebut. HAM ini
menjadi sebuah konsen utama bagi dunia internasional dalam sebuah pencapaian
kedamian diseluruh dunia. Saat berkata HAM maka dibenak adalah sebuah hak
manusia untuk bebas dalam menjalankan Hidup sesuai kehendaknya yang perlu
diingat adalah tidak keluar dari koridor norma yang berlaku. Dengan demikian,
hakikat penghormatan dan perlindunganterhadap HAM ialah menjaga eksistensi
manusia secara utuh melalui aksi keseimbangan. Dalam artian Keseimbangan
merupakan sebuah kesamaan atau kesetaraan antara hak dan kewajiban bagi
setiap warga Negara dalam memenuhi kehidupannya, karena Negara pun memiliki
ha katas warga negaranya begitupula sebaliknya bahwa masyarakat memiliki hak
atas negaranya.
D. Daftar Pustaka
Efendi, Masyhur, Prof. dan Evandri, Sukmana, Taufani, S.H., M.H., HAM Dalam Yuridis
Dimensi/Dinamika Yuridis Sosial Politik, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2007.
Peraturan Perundang-Undangan :
PERTEMUAN 21
LEMBAGA-LEMBAGA NEGARA MENURUT UUD 1945
A. Tujuan Belajar
Setelah mahasiswa menyelesaikan pertemuan ke-21 ini diharapkan mampu :
B. Uraian Materi
1. Pengertian Lembaga Negara
Pengertian dari lembaga Negara jika kita merujuk kepada suatu pemahaman
dari Hans Kelsen tentanh the concept of the State-Organ dalam bukunya General
Theory of Law and State. Hans Kelsen menguraikan bahwa “Whoever fulfills a func-
tion determined by the legal order is an organ”. Siapapun yang menjalankan suatu
fungsi yang ditetapkan oleh tatanan hukum merupakan sebuah organ81. Dimana
organ negara itu tidak akan selalu berbentuk organik saja. Di satu sisi organ yang
berbentuk organik, lebih luas lagi, semua jabatan yang telah ditetapkan oleh hukum
juga dapat disebut sebagai organ, selama fungsi-fungsinya itu bersifat membuat
norma norm creating atay bersifat menjalankan norma norm applying. Menurut
Kelsen, sebuah organ Negara yang menetapkan sebuah undang-undang dan juga
para masyarakat atau warga Negara yang memilih para wakilnya di parlemen juga
merupakan sebuah organ yang diambil dalam arti luas. Demikian pula hakim yang
mengadili dan menghukum penjahat dan terpidana yang menjalankan hukuman
tersebut di lembaga pemasyarakatan, adalah juga merupakan organ negara.
Singkatnya bahwa individu siapapun yang menjalankan fungsi sebuah kenegaraan
maka disebut sebagai organ. Inilah yang disebut sebagai jabatan publik atau jabatan
umum public offices dan pejabat publik atau pejabat umum public officials.
Adapun dalam arti sempit ialah pengertian organ dalam arti materiil. Individu
dikatakan organ negara hanya apabila ia secara pribadi memiliki kedudukan hukum
81
Hans Kelsen, Teori Umum Tentang Hukum dan Negara, Cetakan pertama, Penerbit
Nuansa dan penerbit Nusamedia, Bandung, 2006, hal 276
yang tertentu (...he personally has a specific legal position). Suatu transaksi hukum
perdata, misalnya, kontrak, adalah merupakan tindakan atau perbuatan yang
menciptakan hukum seperti halnya suatu putusan pengadilan. Lembaga pun ada
yang dalam artian lembaga departemen adapun lembaga non departemen atau
lembaga yang dibentuk oleh konstitusi atau Undang-undang Dasar 1945 adapun
lembaga Negara yang dibentuk oleh Undang-undang, dan bahkan ada yang
dibentuk oleh Peraturan Presiden. Hirarki nya sesuai dengan hierarki yang terdapat
dalam undang-undang terkait norma yang mengaturnya Lemabag Negara yang
dibentuk oleh Undang-undang Dasar 1945 maka disebut sebagai organ konstitusi
dan lembaga Negara yang dibentuk oleh Undang-undang disebut organ Undang-
undang. Adapun lembaga yang dibentuk oleh kepres maka lebih rendah lagi
kedudukannya juga jika lembaga dimaksud dibentuk dan diberi kekuasaan berda-
sarkan Peraturan Daerah, tentu lebih rendah lagi tingkatannya. Terkait sebuah
fungsi nya mengenai organisasi negara, ada dua unsur pokok yang saling berkaitan,
yaitu organ dan functie. Organ adalah bentuk atau wadahnya, sedangkan
functie adalah isinya organ adalah status bentuknya Inggris: form, Jerman: vorm ,
sedangkan functie adalah gerakan wadah itu sesuai maksud pembentukannya.
Yang tercantumkan di dalam naskah Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, organ-organ yang dimaksud, ada yang disebut secara
eksplisit namanya, dan ada pula yang disebutkan eksplisit hanya fungsinya. Ada
pula lembaga atau organ yang disebut bahwa baik namanya maupun fungsi atau
kewenangannya akan diatur dengan peraturan yang lebih rendah. Secara garis
besar dan pada umum nya apa apa yang telah di kemukakan oleh Hans Kelsen
banyak sekali berdasar pada filsafat Plato dan Aristoteles dan juga beberapa pemikir
lain yang hidup pada zaman Yunani kuno. Ada beberapa alas an mengapa zaman
yunani kuno dapat memberikan sebuah kontribusi yang besar dan nyata dalam
sebuah perkembanagn hukum yang ada sekarang dari teori teori yang dikemukakan.
Hal-hal yang berkecenderungan untuk selalu berpikir spekulatif serta persepsi
intelektualnya untuk menyadari adanya sebuah kehidupan manusia dan konflik-
konflik dalam kehidupan dunia ini, seperti terlihat dalam karya-karya filsafat dan
kesusasteraannya82.
82 Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, cetakan ke lima, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000, hal
Anggota MPR terdiri atas anggota DPR dan anggota DPD yang dipilih
melalui pemilihan umum. Keanggotaan MPR diresmikan dengan keputusan
presiden. Masa jabatan anggota MPR lima tahun dan berakhir bersamaan pada
saat anggota MPR yang baru mengucapkan sumpah/janji. Sebelum memangku
jabatannya, anggota MPR mengucapkan sumpah/janji bersama-sama yang
dipandu oleh Ketua Mahkamah Agung dalam sidang paripurna MPR. Sebelum
UUD 1945 diamandemen, MPR berkedudukan sebagai lembaga tertinggi negara.
Namun, setelah UUD 1945 istilah lembaga tertinggi negara tidak ada yang ada
hanya lembaga negara. Dengan demikian, sesuai dengan UUD 1945 yang telah
diamandemen maka MPR termasuk lembaga negara. Sesuai dengan Pasal 3
256
83 Hans Kelsen,Op.Cit, hal 407
Ayat 1 UUD 1945 MPR amandemen mempunyai tugas dan wewenang sebagai
berikut:
Menurut pasal 2 ayat 1 UUD 1945, anggota MPR terdiri dari Anggota DPR
Utusan dari daerah-daerah dan Golongan-golongan jumlahnya 692 MPR
bersidang sedikitnya sekali dalam lima tahun di ibu kota negara. Dalam
menjalankan tugas dan wewenangnya, MPR memiliki hak diantaranya:
1) mengamalkan Pancasila;
2) melaksanakan UUD 1945 dan peraturan perundang-undangan;
3) menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan kerukunan
nasional;
4) mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi, kelompok, dan
golongan;
5) melaksanakan peranan sebagi wakil rakyat dan wakil daerah.
Disatu sisi Lembaga DPR pun memiliki hak-hak yang diantaranya adalah
sebagai berikut :
1) Hak Interpelasi. Hak interpelasi adalah hak DPR untuk meminta keterangan
kepada pemerintah mengenai kebijakan pemerintah yang penting dan
strategis serta berdampak luas bagi kehidupan masyarakat.
2) Hak Angket. Hak angket adalah hak DPR untuk melakukan penyelidikan
terhadap suatu kebijakan tertentu pemerintah yang diduga bertentangan
dengan peraturan perundangundangan.
3) Hak Menyatakan Pendapat. Hak menyatakan pendapat adalah hak DR untuk
menyatakan pendapat terhadap kebijakan pemerintah mengenai kejadian
yang luar biasa yang terdapat di dalam negeri disertai dengan rekomendasi
penyelesaiannya atau sebagai tindak lanjut pelaksanaan hak interpelasi dan
hak angket. Untuk memudahkan tugas anggota DPR maka dibentuk komisi-
komisi yang bekerja sama dengan pemerintah sebagai mitra kerja.
c. Dewan Perwakilan Daerah (DPD)
Lembaga ini terdiri dari pimpinan, hakim anggota, panitera, dan seorang
sekretaris. Pimpinan dan hakim anggota Mahkamah Agung adalah hakim agung.
jumlah hakim agung paling banyak 60 (enam puluh) orang.
1) mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final
untuk menguji undang-undang terhadap UUD;
2) memutuskan sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya
diberikan oleh UUD;
persetujuan DPR. Anggota Komisi Yudisial terdiri atas seorang ketua merangkap
anggota, seorang wakil ketua merangkap anggota, dan tujuh orang anggota.
Masa jabatan anggota Komisi Yudisial lima tahun.
Kesimpulan
D. Daftar Pustaka
Hans Kelsen, Teori Umum Tentang Hukum dan Negara, Cetakan pertama, Penerbit
Nuansa dan penerbit Nusamedia, Bandung, 2006.
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, cetakan ke lima, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000.
Peraturan Perundang-Undangan :
PERTEMUAN 22
LEMBAGA NEGARA DEPARTEMEN DAN LEMBAGA NEGARA NON
DEPARTEMEN
A. Tujuan Belajar
Setelah mahasiswa menyelesaikan pertemuan ke-22 ini diharapkan mampu :
B. Uraian Materi
1. Lembaga Negara Departemen
Organisasi pemerintahan di bawah Presiden di Negara yang mengikuti system
demokratis ada dua macam , yakni departemen yang dipimpin oleh Menteri dan
nondepertemen yang dipimpin oleh bukan menteri. Negara sebagai suatu organisasi
memiliki alat perlengkapan untuk merealisasikan tujuan dan keinginan-keinginan
negara staatswill84. Lembaga executife agency ini esensinya sama dengan
departemen yang dipimpin secretari atau menteri tersebut, akan tetapi tidak diberi
lebel departemen. Di Indonesia ada departemen yang dipimpin oleh menteri adapula
nondeperteen yang dipimpin seorang kepala atau ketua. Bedanya kedua lembaga
itu antara lain, organisasi depertemen dipimpin oleh pejabat politik yang disebut
secretari atau menteri. Adapun lembaga nondepartemen dipimpin bukan pejabat
politik, melainkan oleh pejabat yang provisional di bidangnya, atau pejabat birokrasi
karier. Seharusnya lembaga nondepartemen ini tidak boleh dipimpin atau dirangkap
oleh menteri. Kedua-duanya mempunyai hubungan pertikal langsung kepada
presiden. Untuk mencapai tujuan tersebut negara dituntut menjalan fungsi secara
tepat, cepat, dan komprehensip dari semua lembaga negara yang ada. Dengan kata
lain persoalan yang dihadapai oleh negara semakin kompleks dan rumit sehingga
penanganannya tidak dapat dimonopoli dan diselesaikan secara otonom oleh
negara tertentu saja, melainkan perlu adanya kerjasama antar lembaga negara yang
84
A. Fickar Hadjar Ed. Al, Pokok-Pokok Pikiran Dan Rancangan Undang-Undang
Mahkamah Konstitusi, KRHN Dan Kemitraan, Jakarta, 2003, hal 4
2) Hukum dan peraturan yang harus ditaati. Baca : Lembaga Penegak Hukum
b. Macmillan
c. Koentjaraningrat
85
Juanda, Hukum Pemerintahan Daerah Pasang Surut Hubungan Kewenangan DPRD
Dan Kepala Daerah, Alumni, Jakarta, 2006, hal 74
d. Hendropuspito
Ahli yang keempat ini juga berasal dari Indonesia. Beliau mendefinisikan
lembaga sebagai bentuk lain organisasi yang tersusun secara tetap dari pola-pola
kelakuan, peranan-peranan dan relasi sebagai cara yang mengikat guna
tercapainya kebutuhan-kebutuhan sosial dasar. Di dalam lembaga yang lebih
senang disebutnya sebagai institusi ini ada 4 unsur yang melandasi suatu
lembaga.
e. Norman T. Uphoff
Peneliti yang satu ini amat menyukai penelitian sosial yang bersifat lokal
dan kedaerahan. Beliau merasa sangat sulit memberikan pengertian yang jelas
untuk memberi pemahaman tentang lembaga. Alasannya karena pengertian
lembaga dan organisasi terlanjur sama di mata masyarakat.
f. Departemen Keuangan
g. Departemen Perdagangan
h. Departemen Perindustrian
i. Departemen Perhubungan
j. Departemen Pekerjaan Umum
k. Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi
l. Departemen Pertanian
m. Departemen Kehutanan
n. Departemen Kelautan dan Perikanan
o. Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral
p. Departemen Kesehatan
q. Departemen Pendidikan Nasional
r. Departemen Sosial
s. Departemen Agama
t. Departemen Kebudayaan dan Pariwisata
c. Departemen Pertahanan
d. Departemen Keuangan
e. Departemen Perdagangan
negara, yang pada fakta terdapat pula yang berpendapat bahwa istilah “lembaga
negara penunjang” atau “lembaga negara independen” lebih tepat untuk menyebut
jenis lembaga tersebut. M. Laica Marzuki memberikan istilah state auxiliary
institutions alih-alih “lembaga negara bantu” agar tidak terjadinya kerancuan dengan
lembaga lain yang berkedudukan di bawah lembaga negara konstitusional.
Kedudukan lembaga-lembaga ini tidak berada dalam ranah cabang kekuasaan
eksekutif, legislatif, maupun yudikatif. Tetapi tidak juga lembaga-lembaga tersebut
dapat diperlakukan sebagai organisasi swasta ataupun lembaga non-pemerintah
yang lebih sering disebut ornop (organisasi non-pemerintah) atau NGO non-
governmental organization). Lembaga negara bantu atau lembaga Negara non
departemen ini sekilas memang menyerupai NGO karena berada di luar struktur
pemerintahan eksekutif. Akan tetapi, keberadaannya yang bersifat publik, sumber
pendanaan yang berasal dari publik, serta bertujuan untuk kepentingan publik,
membuatnya tidak dapat disebut sebagai NGO dalam arti sebenarnya. Secara
teoritis, lembaga negara bantu bermula dari kehendak negara untuk membuat
lembaga negara baru yang pengisian anggotanya diambil dari unsur non-negara,
diberi otoritas negara, dan dibiayai oleh negara tanpa harus menjadi pegawai
negara.
Gagasan lembaga negara bantu sebenarnya berawal dari keinginan negara
yang sebelumnya kuat ketika berhadapan dengan masyarakat, rela untuk
memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk mengawasi. Jadi, meskipun
negara masih tetap kuat, ia diawasi oleh masyarakat sehingga tercipta akuntabilitas
vertikal dan akuntabilitas horizontal. Munculnya lembaga negara bantu dimaksudkan
pula untuk menjawab tuntutan masyarakat atas terciptanya prinsip-prinsip demokrasi
dalam setiap penyelenggaraan pemerintahan melalui lembaga yang akuntabel,
independen, serta dapat dipercaya. Selain itu, faktor lain yang memicu terbentuknya
lembaga Negara bantu adalah terdapatnya kecenderungan dalam teori administrasi
kontemporer untuk mengalihkan tugas-tugas yang bersifat regulatif dan administratif
menjadi bagian dari tugas lembaga independen. Berkaitan dengan sifatnya tersebut,
John Alder mengklasifikasikanjenis lembaga ini menjadi dua, yaitu regulatory, yang
berfungsi membuat aturan serta melakukan supervisi terhadap aktivitas hubungan
yang bersifat privat advisory, yang berfungsi memberikan masukan atau nasihat
kepada pemerintah. Jennings, sebagaimana dikutip Alder dalam Constitutional and
Kedudukan Nondepertemen
86
John Alder, Constitutional & Administrative Law, Macmillan Professional Masters,
London, 1989, hal 232-233
fungsi pokok sebagai penyedia data statistik dasar, baik untuk pemerintah
maupun untuk masyarakat umum, secara nasional maupun regional dan etiap
sepuluh tahun sekali BPS menyelenggarakan:
1) Sensus Penduduk (SP) yaitu pada setiap tahun berakhiran "0" (nol),
2) Sensus Pertanian (ST) pada setiap tahun berakhiran "3" (tiga), dan
3) Sensus Ekonomi (SE) pada setiap tahun berakhiran "6" (enam).
4) Lembaga Administrasi Negara Tugas pemerintahan di bidang administrasi
negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku.
Kesimpulan
Dari tahun ke tahun setiap Negara akan terus mengalami yang namanya
sebuah perubahan dan juga perkembangan baik dari sisi kedaulatan maupun juga
fungsi dari Negara itu sendiri. Melihat fungsi awal dari sebuah Negara dibentuk
adalah sebagai penjaga atau penjamin kehidupan masyarakatnya namun saat ini
Negara sudah dituntut untuk dapat mensejahterakan menciptakan kebahagiaan
yang adil dan merata. Perubahan dan perlahian fungsi dan tugas Negara ini
membuat banyak Negara membuat lembaga-lembaga baru untuk dapat membant
kinerja dari Negara itu sendiri. Lembaga tersebut memiliki macam-macam yang
sangat banyak dimana harus menyesuaikan dari kebutuhan dan juga sifat atau
karakteristik masing-masing Negara.
Di Negara kita tercinta Indonesia ada seratus empat belas lembaga yang
dapat dikatakan salah satu jenis lembaga non departemen atau lembaga diluar
kementrian. Pembentukan lembaga ini selain mendatangkan bantuan dan manfaat
yang sangat besar untuk Indonesia karena lembaga-lembaga non departemen ini
memberikan kontriubusi nyata atas segala aspek pergerakan roda pemerintahan
dimana bisa kita lihat ini merupakan contoh-contoh lembaga non departemen Arsip
Nasional Republik Indonesia (ANRI), Badan Intelijen Negara (BIN), Badan
Kepegawaian Negara (BKN), Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN), Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Badan Koordinasi Survei
dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal), Badan Meteorologi, Klimatologi, dan
Geofisika (BMKG), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Badan
Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI), Badan
Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten),
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi (BPPT), Badan Perencanaan, Pembangunan Nasional
(Bappenas), Badan Pertanahan Nasional (BPN), Badan Pusat Statistik (BPS),
Badan SAR Nasional (Basarnas), Badan Standardisasi Nasional (BSN), Badan
Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), Lembaga Administrasi Negara (LAN), Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas),
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Lembaga Sandi Negara
(Lemsaneg), Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas).
D. Daftar Pustaka
A. Fickar Hadjar Ed. Al, Pokok-Pokok Pikiran Dan Rancangan Undang-Undang
Mahkamah Konstitusi, KRHN Dan Kemitraan, Jakarta, 2003.
Peraturan Perundang-Undangan :
PERTEMUAN 23
LEMBAGA-LEMBAGA INDEPENDEN
A. Tujuan Belajar
Setelah mahasiswa menyelesaikan pertemuan ke-23 ini diharapkan mampu :
B. Uraian Materi
1. Pengertian Lembaga Independen
Pengertian dasar dari istilah 'independent' adalah adanya kebebasan,
kemerdekaan, kemandirian, otonom (otonomi), tidak dalam dominasi personal
maupun institusional. Sehingga, ada pelaksanaan kehendak bebas (free will) yang
dapat terwujud tanpa ada pengaruh yang secara signifikan merubah pendiriannya
untuk membuat keputusan atau kebijakan. Secara filosofis, person atau institusi
yang independen (otonom) dibatasi oleh tujuan-tujllan mulia yang ditetapkan sendiri
atau ditetapkan oleh otoritas yang lebih tinggi (Iebih berwenang) yang dalam
operasional selanjutnya tidak lagi dapat mencampuri pelaksanaan fungsinya yang
independen. Sri Soemantri menafsirkan lembaga Negara hasil amandemen adalah
BPK, DPR, DPD, MPR, Presiden dan Wakil Presiden, Mahkamah Konstitusi, Komisi
Yudisial (8 lembaga Negara) yang didasarkan pada 1 Pasal 1 ayat (1) Undang-
Undang Dasar 1945. pembagian menjadi 3 fungsi/bidang yaitu, pertama perundang-
undangan, kedua berkaitan dengan pengawasan dan ketiga bidang pengangkatan
hakim agung87. Pada tingkat pertama, muncul kesadaran yang sangat kuat bahwa
badan-badan negara tertentu seperti organisasi Tentara, organisasi Kepolisian,
kejaksaan Agung, serta Bank Sentral harus dikembangkan secara independen.
Independensi lembaga-lembaga ini diperlukan untuk kepentingan menjamin
pembatasan kekuasaan dan demokratisasi yang lebih efektif.dari keempatnya, yang
sekarang telah resmi menikmati kedudukan yang independen adalah organisasi
87 Sri Soemantri, Lembaga-lembaga Negara Menurut UUD 1945, Alumni, Bandung, 1986,
hal 59
Tentara Nasional Indonesia (TNI), Kepolisian Negara (POLRI), dan Bank Indonesia
sebagai bank sentral, sedangkan Kejaksaan Agung sampai sekarang belum
ditingkatkan kedudukannya menjadi lembaga yang independen. Pada tingkatan
kedua, juga muncul perkembangan berkenaan dengan lembaga-lembaga khusus
seperti Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), Komisi Pemilihan
Umum (KPU), Lomisi Ombudsman, Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU),
Komisi Pemeriksa Kekayaan Penyelenggara Negara (KPKPN), Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK), Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi (KKR), dan lain
sebagainya.
Salah satu hasil perubahan UUD 1945 adalah adanya ketentuan mengenai
pemilihan umum (pemilu) dlam UUD 1945. Ketentuan ini dimaksudkan untuk
memberi landasan hukum yang lebih kuat bagi pemilu sebagai salah satu wahana
pelaksanaan kedaulatan rakyat. Dengan adanya ketentuan ini dalam UUD1945,
maka lebih menjamin waktu penyelenggaraan pemilu yaitu langsung, umum,
bebas, jujur, dan rahasia (luber) serta jujur, dan adil (jurdil).Ketentuan mengenai
pemilu diatur dalam pasal 22E UUD 1945, yang berbunyi sebagai berikut.
Pemilihan Umum (KPU), yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri. Sifat nasional
mencerminkan bahwa wilayah kerja dan tanggung jawab KPU sebagai
penyelenggara pemilu mencakup seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Sifat tetap menunjukkan KPU sebagai lembaga yang menjalankan
tugas secara berkesinambungan meskipun dibatasi oleh masa jabatan tertentu.
Sifat mandiri menegaskan KPU dalam menyelenggarakan dan melaksanakan
pemilu bebas dari pengaruh pihak mana pun.
mengirimkan daftar nama calon yang diajukan ke DPR yang berjumlah dua kali
dari jumlah kursi keanggotaan yang tersedia. DPR kemudian akan memilih dari
daftar tersebut. Dengan kata lain, aturan baru tersebut mencabut kewenangan
komnas HAM untuk memilih anggotanya sendiri, tetapi hanya memiliki
kewenangan untuk mengajukan calon anggota untuk kursi yang tersedia.
Berdasarkan UU No. 39 Tahun 1999 dapat diketahui bahwa kedudukan Komnas
HAM adalah sebagai lembaga independen yang membantu pemerintah
mengembangkan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan hak asasi manusia di
Indonesia, maka kedudukannya (status) dalam struktur ketatanegaraannya
berbeda pada lembaga yang membentuknya, yakni Presiden dan DPR. Dilihat
dari fungsi yang dijalankannya, Komnas HAM bertugas dan berwenang
melakukan pemberian pendapat berdasarkan persetujuan Ketua Pengadilan
terhadap perkara tertentu masalah publik dan acara pemiriksaan oleh pengadilan
yang diberitahukan oleh hakim kepada para pihak. Dari fungsi peradilan (smi
judicial) sehingga berada di bawah pengawasan Mahkamah Agung.
d. Bank Indonesia.
Ketentuan baru dalam UUD 1945 adalah mengenai suatu bank sentral,
yang dirumuskan dlam pasal 23D yang berbunyi: “ Negara memiliki suatu bank
sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan
independensinya diatur dalam undang-undang.” Kedudukan hukum yang jelas
kepada bank senral sebagai lembaga yang sangt penting dalam suatu negara
yang mengatur dan melaksanakan fungsi kebijakan moneter. Sebagai tindak
lanjut diaturnya bank sentral di dalam UUD 1945, dikeluarkanlah UU No. 3 Tahun
2004 tentang perubahan atas UU RI Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank
Indonesia. Pasal 4 menyatakan:
Dalam hal Anggota Dewan Gubernur melakukan salah satu atau leih
larangan, anggota Dewan Gubernur tersebut wajib mengundurkan dirinya dari
jabatannya. Dalam hal Anggota Dewan Gubernur tidak bersedia mengundurkan
diri, Presiden menetapkan Anggota Dewan gubernur tersebut berhenti dari
jabatan dengan persetujuan DPR. Didalam pasal 54 ditegaskan bahwa
pemerintah wajib meminta pendapat Bank Indonesia atau mengundang Bank
Indonesia dalam sidang kabinet yang membahas masalah ekonomi, perbankan,
dan keuangan yang berkaitan dengan dengan tugas Bank Indonesia atau
masalah lain yang termasuk kewenangan Bank Indonesia wajib memberikan
pendapat dan pertimbangan kepada pemerintah mengenai Rancangan APBN
serta kebijakan lain yang berkaitan dengan tugas dan wewenang Bank Indonesia.
88
Bintan R. Saragih, Komisi-Komisi Negara-Negara Dalam Sistem Pemerintahan yang
Berubah, KRHN, Jakarta, 2004, hal 57
Dan yang ketiga, lembaga negara yang dibentuk berdasarkan atas perintah
keputusan presiden untuk menjalankan sebuah kebijakan Negara dalam arti
pergerakan roda pemerintahan yang tidak tercakup dalam lembaga organ konstitusi.
Pada tatanan praktik ketatanegaraan Republik Indonesia, suatu lembaga negara
dapat dikatakan sebagai lembaga negara independen adalah jika telah memenuhi
prasyarat tertentu, yaitu sebagai berikut :
Menurut plato “Negara muncul atau timbul karena adanya kebutuhan dan
keinginan manusia yang beraneka macam, yang menyebabkan meraka harus
berkejasama untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Sejalan dengan pemikiran
89
Ellydar Chaidir, Negara Hukum, Demokrasi dan Konstalasi Ketatanegaraan Indonesia,
Cetakan Pertama, Kreasi Total Media, Yogyakarta, 2007, hal 2
m. Komisi Informasi
n. Badan Pengawas Pemilu (BAWASLU)
o. Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK)
p. Bank Indonesia (BI)
Jika dilihat berdasarkan konstitusi yang ada saat ini, maka kedudukan
lembaga negara independen dapat dikatakan samar-samar ataupun bisa disebut
dengan antara ada dan tidak ada. Hal itu dikarenakan konstitusi yang ada saat ini
cenderung menganut sistem pemerintahan Trias Politica, yakni sistem pemerintah
yang membagi kekuasaannya menjadi tiga. Yaitu eksekutif, yudikatif, serta
legislative di dalam pemahaman pembagian kekuasaan trias political. Tapi, apabila
dilihat berdasarkan teori The New Sepparation of Power (Pemisahan Kekuasaan
Baru) yang berkembang di Amerika, maka lembaga negara yang bersifat
independen masuk di poros keempat.
Kesimpulan
D. Daftar Pustaka
Sri Soemantri, Lembaga-lembaga Negara Menurut UUD 1945, Alumni, Bandung, 1986.
Peraturan Perundang-Undangan :
PERTEMUAN 24
BADAN PERADILAN
A. Tujuan Belajar
Setelah mahasiswa menyelesaikan pertemuan ke-24 ini, mahasiswa dapat
menjelaskan dan menjabarkan Macam-macam Lembaga Peradilan Hukum di Negara
Indonesia.
B. Uraian Materi
1. Macam-macam Lembaga Peradilan Hukum di Indonesia
Dalam sebuah pembentukan Negara tentulah harus memiliki suatu badan
peradilan dikarenakan dalam berkehidupan berbangsa dan bernegara tidak mungkin
tidak adanya sebuah konflik atau sengketa yang akan terjadi dikemudian hari. Oleh
karena Negara merupakan sebuah Negara Hukum maka proses penyelesaian
sengketa apapun dan dimanapun harus memalui proses hukum yang berlaku agar
tidak adanya sebuah diskriminasi dan ketidak adilan yang tidak merata terjadi
dimana mana karena adanya hukum rimba yang mana menang kalah ditentukan
oleh kekuatan semata bukan ditentukan oleh kepastian dan juga fakta hukum yang
ada. Di Negara Indonesia yang memiliki bentu Negara Unitaris atau Kesatuan dan
bentuk pemerintahan republic serta sistem pemrintahan Presidensil maka Negara
hukum atau rechtstaat merupakan sebuah landasan utama yang tertuang di dalam
Konstitusi. Kelaziman di Indonesia, hakim satu memakai undang undang sebagai
dasar keuputusannya, yang lain memakai hukum adat sebagai dasar putuannya,
bahkan juga menggunakan jurisprudensi sebagai dasar putusannya maka sangat
perlu mencoba membandingkan paradigma hukum antara civil law system dengan
common law system90. Hal ini sangat beralasan, mengingat masyarakat Indonesia
termasuk tepologi yang sesuai dengan kepraktisan. Sabian Usman menyatakan
bahwa system common law yang dianggap praktis dan efisien ketimbang civil law
system Dasar hukum yang secara khusus mengatur tentang lembaga peradilan di
Indonesia adalah pasal 24 ayat (2) dan pasal 24B ayat (1) UUD Tahun 1945.
Berdasarkan isi kedua pasal tersebut, kita dapat mengetahui badan-badan atau
91 Zairin Harahap, Hukum Acara Peradulan Tata Usaha Negara, Rajawali, Jakarta, 1997,
hal 147
b. Peradilan Umum
1) Pengadilan Negeri
2) Pengadilan Tinggi
c. Peradilan Agama
1) Pengadilan Agama
d. Peradilan Militer
1) Mengadili tindak pidana yang dilakukan oleh seseorang yang pada waktu
melakukan tindak pidana adalah seorang prajurit, yang berdasarkan undang-
undang dipersamakan dengan prajurit, anggota suatu golongan atau jawatan
atau badan atau yang dipersamakan atau dianggap sebagai prajurit
berdasarkan undang-undang.
1) Pengadilan Militer
92Soegijatno Tjakra Negara, Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara , Sinar Grafika,
Jakarta, 1994, hal 4
f. Mahkamah Konstitusi
Konstitusi memiliki wewenang untuk mengadili pada tingkat pertama dan terakhir,
yang putusannya bersifat final yaitu untuk menguji undang-undang terhadap UUD
1945, memutuskan sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya
diberikan UUD 1945. Dalam hubungannya dengan partai politik dan pemilihan
umum, Mahkamah Konstitusi dapat memutuskan pembubaran partai politik.
Mahkamah Konstitusi juga berhak memutuskan perselisihan tentang hasil
pemilihan umum.
g. Komisi Yudisial
Kesimpulan
utama yang ialah Substansi atau Hukum norma norma yang berlaku lalu, struktur
atau aparat yang menjadikan nya sebagai penggerak dan juga pelaksana norma
tersebut , lalu yang terakhir adalah living law atau adat law dimana kebudayaan
menjadikan sebuah unsur utama penting dalam proses penegakan hukum. Karena
akan percuma apabila hukum sudah bagus lalu aparat sudah bagus namun
mayoritas kebudayaan dan kebiasaan masyarakat masih saja melanggar hukum dan
cenderung sering dilakukan. Oleh karenanya suatu Negara wajib memfasilitasi dan
mengakomodir suatu badan peradilan yang bebas intervensi dan independen.
Karena peradilan adalah harapan terakhir dalam sebuah proses penegakan keadilan
bagi mereka mereka yang merasa di dzalimi atau dirugikan baik secara matril dan
juga non matril. Penegakan hukum yang dimaksud juga adalah termasuk pemberian
hukuman atau sanksi pidana ataupun perdata) bagi pelanggar hukum. Untuk itu,
dibutuhkan lembaga penegak hukum dan pejabat hukum. Lembaga peradilan adalah
alat perlengkapan negara yang bertugas mempertahankan tetap tegaknya hukum
nasional. Jika terjadi pelanggaran hukum maka pelaku pelanggaran hokum harus
dihadapkan ke muka pengadilan. Pengadilan atau badan peradilan merupakan satu
lembaga penegakan hukum di Indonesia. Dengan kata lain, proses penegakan
hukum dan lembaga yang melaksanakannya biasa disebut peradilan dan
pengadilan. Pengertian antara peradilan dan pengadilan memiliki perbedaan.
Dimana peradilan merupakan suatu prosesnya namun lain halnya pengadilan
merupakan suatu badannya atau tempat proses peradilan dilaksanakan.
D. Daftar Pustaka
Sabian Utsman, Menuju Penegakan Hukum Responsive, Pustaka Pelajar, Yogyakarta,
2008.
Zairin Harahap, Hukum Acara Peradulan Tata Usaha Negara, Rajawali, Jakarta, 1997.
Soegijatno Tjakra Negara, Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara , Sinar Grafika,
Jakarta, 1994.
Peraturan Perundang-Undangan :
GLOSARIUM
1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disingkat APBD adalah
rencana keuangan tahunan Daerah yang ditetapkan dengan Perda.
2. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang selanjutnya disingkat APBN adalah
rencana keuangan tahunan Pemerintah Pusat yang ditetapkan dengan undang-
undang.
3. Aparat Pengawas Internal Pemerintah adalah inspektorat jenderal kementerian, unit
pengawasan lembaga pemerintah nonkementerian, inspektorat provinsi, dan
inspektorat kabupaten/kota.
4. Asas Otonomi adalah prinsip dasar penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
berdasarkan Otonomi Daerah.
5. Badan Usaha Milik Daerah yang selanjutnya disingkat BUMD adalah badan usaha
yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Daerah.
6. Barang Milik Daerah adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban
APBD atau berasal dari perolehan lainnya yang sah.
7. Belanja Daerah adalah semua kewajiban Daerah yang diakui sebagai pengurang nilai
kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan.
8. Cakupan Wilayah adalah Daerah kabupaten/kota yang akan menjadi Cakupan
Wilayah Daerah provinsi atau kecamatan yang akan menjadi Cakupan Wilayah
Daerah kabupaten/kota.
9. Daerah Otonom yang selanjutnya disebut Daerah adalah kesatuan masyarakat
hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan
mengurus Urusan Pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut
prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
10. Daerah Persiapan adalah bagian dari satu atau lebih Daerah yang bersanding yang
dipersiapkan untuk dibentuk menjadi Daerah baru.
11. Daerah Provinsi yang Berciri Kepulauan adalah Daerah provinsi yang memiliki
karakteristik secara geografis dengan wilayah lautan lebih luas dari daratan yang di
dalamnya terdapat pulau-pulau yang membentuk gugusan pulau sehingga menjadi
satu kesatuan geografis dan sosial budaya.
12. Dana Alokasi Khusus yang selanjutnya disingkat DAK adalah dana yang bersumber
dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada Daerah tertentu dengan tujuan
untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan Urusan Pemerintahan
yang menjadi kewenangan Daerah.
13. Dana Alokasi Umum yang selanjutnya disingkat DAU adalah dana yang bersumber
dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan
keuangan antar-Daerah untuk mendanai kebutuhan Daerah dalam rangka
pelaksanaan Desentralisasi.
14. Dana Bagi Hasil yang selanjutnya disingkat DBH adalah dana yang bersumber dari
pendapatan tertentu APBN yang dialokasikan kepada Daerah penghasil berdasarkan
angka persentase tertentu dengan tujuan mengurangi ketimpangan kemampuan
keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.
15. Dekonsentrasi adalah pelimpahan sebagian Urusan Pemerintahan yang menjadi
kewenangan Pemerintah Pusat kepada gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat,
kepada instansi vertikal di wilayah tertentu, dan/atau kepada gubernur dan
bupati/wali kota sebagai penanggung jawab urusan pemerintahan umum.
16. Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya
disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang
berwenang untuk mengatur dan mengurus Urusan Pemerintahan, kepentingan
masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak
tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
17. Desentralisasi adalah penyerahan Urusan Pemerintahan oleh Pemerintah Pusat
kepada daerah otonom berdasarkan Asas Otonomi.
18. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah lembaga
perwakilan rakyat daerah yang berkedudukan sebagai unsur penyelenggara
Pemerintahan Daerah.
19. Forum Koordinasi Pimpinan di Daerah yang selanjutnya disebut Forkopimda adalah
forum yang digunakan untuk membahas penyelenggaraan urusan pemerintahan
umum.
20. Hari adalah hari kerja.
21. Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah adalah suatu sistem
pembagian keuangan yang adil, proporsional, demokratis, transparan, dan
bertanggung jawab.
22. Instansi Vertikal adalah perangkat kementerian dan/atau lembaga pemerintah
nonkementerian yang mengurus Urusan Pemerintahan yang tidak diserahkan kepada
daerah otonom dalam wilayah tertentu dalam rangka Dekonsentrasi.
23. Kawasan Khusus adalah bagian wilayah dalam Daerah provinsi dan/atau Daerah
kabupaten/kota yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat untuk menyelenggarakan
fungsi pemerintahan yang bersifat khusus bagi kepentingan nasional yang diatur
dalam ketentuan peraturan perundang-undangan.
24. Kebijakan Umum APBD yang selanjutnya disingkat KUA adalah dokumen yang
memuat kebijakan bidang pendapatan, belanja, dan pembiayaan serta asumsi yang
mendasarinya untuk periode 1 (satu) tahun.
25. Kecamatan atau yang disebut dengan nama lain adalah bagian wilayah dari Daerah
kabupaten/kota yang dipimpin oleh camat.
26. Kementerian adalah kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan
dalam negeri.
27. Kewarganegaraan adalah merupakan keanggotaan seseorang dalam kontrol satuan
politik tertentu (secara khusus: negara) yang dengannya membawa hak untuk
berpartisipasi dalam kegiatan politik. Seseorang dengan keanggotaan yang demikian
disebut warga negara.
28. Konstitusi adalah naskah yang memaparkan rangka dan tugas pokok dari badan
pemerintahan suatu negara dan menentukan pokok-pokok cara kerja badan tersebut.
29. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam negeri.
30. Otonomi Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk
mengatur dan mengurus sendiri Urusan Pemerintahan dan kepentingan masyarakat
setempat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
31. Partisipasi Masyarakat adalah peran serta warga masyarakat untuk menyalurkan
aspirasi, pemikiran, dan kepentingannya dalam penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah.
32. Pelayanan Dasar adalah pelayanan publik untuk memenuhi kebutuhan dasar warga
negara.
33. Pembentukan Daerah adalah penetapan status Daerah pada wilayah tertentu.
34. Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau
pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang
bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya.
35. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur penyelenggara
Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan daerah otonom.
36. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan
pemerintahan negara Republik Indonesia yang dibantu oleh Wakil Presiden dan
menteri sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
37. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh
pemerintah daerah dan dewan perwakilan rakyat daerah menurut asas otonomi dan
tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip
Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
38. Pendapatan Daerah adalah semua hak Daerah yang diakui sebagai penambah nilai
kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan.
39. Perangkat Daerah adalah unsur pembantu kepala daerah dan DPRD dalam
penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah.
40. Peraturan Daerah yang selanjutnya disebut Perda atau yang disebut dengan nama
lain adalah Perda Provinsi dan Perda Kabupaten/Kota.
41. Peraturan Kepala Daerah yang selanjutnya disebut Perkada adalah peraturan
gubernur dan peraturan bupati/wali kota.
42. Pinjaman Daerah adalah semua transaksi yang mengakibatkan Daerah menerima
sejumlah uang atau menerima manfaat yang bernilai uang dari pihak lain sehingga
Daerah tersebut dibebani kewajiban untuk membayar kembali.
43. Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara yang selanjutnya disingkat PPAS adalah
program prioritas dan patokan batas maksimal anggaran yang diberikan kepada
Perangkat Daerah untuk setiap program sebagai acuan dalam penyusunan rencana
kerja dan anggaran satuan kerja Perangkat Daerah.
44. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah yang selanjutnya disingkat
RPJMD adalah dokumen perencanaan Daerah untuk periode 5 (lima) tahun.
45. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah yang selanjutnya disingkat RPJPD
adalah dokumen perencanaan Daerah untuk periode 20 (dua puluh) tahun.
46. Rencana Pembangunan Tahunan Daerah yang selanjutnya disebut Rencana Kerja
Pemerintah Daerah yang selanjutnya disingkat RKPD adalah dokumen perencanaan
Daerah untuk periode 1 (satu) tahun.
47. Standar Pelayanan Minimal adalah ketentuan mengenai jenis dan mutu Pelayanan
Dasar yang merupakan Urusan Pemerintahan Wajib yang berhak diperoleh setiap
warga negara secara minimal.
48. Trias Politica adalah sebuah ide bahwa sebuah pemerintahan berdaulat harus
dipisahkan antara dua atau lebih kesatuan kuat yang bebas, mencegah satu orang
atau kelompok mendapatkan kuasa yang terlalu banyak.
49. Tugas Pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah Pusat kepada daerah otonom
untuk melaksanakan sebagian Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan
Pemerintah Pusat atau dari Pemerintah Daerah provinsi kepada Daerah
kabupaten/kota untuk melaksanakan sebagian Urusan Pemerintahan yang menjadi
kewenangan Daerah provinsi.
50. Urusan Pemerintahan adalah kekuasaan pemerintahan yang menjadi kewenangan
Presiden yang pelaksanaannya dilakukan oleh kementerian negara dan
penyelenggara Pemerintahan Daerah untuk melindungi, melayani, memberdayakan,
dan menyejahterakan masyarakat.
51. Urusan Pemerintahan Pilihan adalah Urusan Pemerintahan yang wajib
diselenggarakan oleh Daerah sesuai dengan potensi yang dimiliki Daerah.
52. Urusan Pemerintahan Wajib adalah Urusan Pemerintahan yang wajib
diselenggarakan oleh semua Daerah.
53. Wilayah Administratif adalah wilayah kerja perangkat Pemerintah Pusat termasuk
gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat untuk menyelenggarakan Urusan
Pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat di Daerah dan wilayah
kerja gubernur dan bupati/wali kota dalam melaksanakan urusan pemerintahan umum
di Daerah.
DAFTAR PUSTAKA
Adi, Isbandi Rukminto, Perencanaan Partisipasi berbasis Aset Komunitas dari Pemikiran
menuju Penerapan, FISIP UI Press, Depok, 2007
Bagir Manan, Perkembangan Pemikiran dan Pengaturan Hak Asasi Manusia di Indonesia,
Alumni, Bandung, 2001
BN. Marbun dan Moh. Mahfud MD, Pokok- Pokok Hukum dan Administrasi Negara,
Liberty, Yogyakarta, 2000
Cholisin, Dasar-Dasar Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial, UGM Press, Yogyakarta, 2000
Dahlan Thaib, dkk, Teori dan Hukum Konstitusi , PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2012
Dasril Radjab, Hukum Tata Negara Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta, 2005
Denny Indrayana, Amandemen UUD 1945 Antar Mitos dan Pembongkaran, PT. Mizan
Pustaka, Bandung, 2007
Dolet Unardjan, Manajemen Disiplin, PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta, 2003
Drs. Musanaf, Sistem Pemerintahan di Indonesia, CV. Haji Masagung, Jakarta, 1989.
Efendi Masyhur, Prof. dan Evandri Sukmana Taufani, S.H., M.H., HAM Dalam Yuridis
Dimensi/Dinamika Yuridis Sosial Politik, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2007
Gouw Giok Siong, Warga Negara dan Orang Asing, Keng Po, Jakarta, 1960
Hans Kelsen, Teori Umum Tentang Hukum dan Negara, Cetakan pertama, Penerbit
Nuansa dan penerbit Nusamedia, Bandung, 2006.
Indra Pahlevi, Pemilu Serentak Dalam Sistem Pemerintahan Indonesia, Azza Grafika,
Yogyakarta, 2015
Jimly Asshiddiqie, Prof.,DR., SH., Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara Indonesia,
Konstitusi Press, Jakarta, 2006.
Jimly Asshiddiqie, Prof.,DR., SH., Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2009.
John Alder, Constitutional & Administrative Law, Macmillan Professional Masters, London,
1989
Juanda, Hukum Pemerintahan Daerah Pasang Surut Hubungan Kewenangan DPRD Dan
Kepala Daerah, Alumni, Jakarta, 2006
Kansil, C.S.T., Christine S.T. Kansil, Hukum Tata Negara Republik Indonesia 2, PT
Rinneka Cipta, Jakarta, 2003
Kansil, C.S.T., Hukum Tata Negara Republik Indonesia, PT Asdi Mahasatya, Jakarta,
2002.
Karhi, Nisjar S, Beberapa Catatan Tentang “Good Governance”, Jurnal Administrasi dan
Pembangunan Vol 1 No 2, 1997
Kusnardi, Moh. S.H., Ibrahim,Harmaily. S.H., Hukum Tata Negara Indonesia, Pusat Studi
Hukum Tata Negara FHUI dan CV Sinar Bakti, Jakarta, 1983
M. Suparno, Rekayasa Pembangunan Watak dan Moral Bangsa, Jakarta , PT. Purel
Mahrizal Efendi, Pembinaan Ekonomi dan budaya Indonesia, Penerbit PN Balai Pustaka,
Jakarta, 2003
Miftah Thoha, Birokrasi Pemerintah Indonesia di Era Reformasi, Prenada Media Group,
Yogyakarta, 2008
Muhidin, A., Faruq, U. A., & Aden, A. (2018). Booklet RPS & Modul: Manual dan Prosedur
Penyusunan dan Penerbitan Modul Kuliah Universitas Pamulang.
Norm Kelly dan Sefakor Ashiagbor, Partai Politik dan Demokrasi dalam Perspektif Teoritis
dan Praktis, National Democratic Institute, Whasington DC, 2011
Nuansa Aulia, Pokok-Pokok Kepegawaian Dan Pegawai Negeri Sipil (PNS), Nuansa Aulia,
Jakarta, 2009
Prof. Drs. S. Pamuji, MPA., Perbandingan Pemerintahan, Bina Kasara, Jakarta, 1985.
Rahmat Hollyson, Pilkada Penuh Euforia Miskin Makna, Bestari, Jakarta, 2015
Ross, M. G., Community Organization: Theory, Principle, and, Practice, Harper and Row
Publisher,New York, 1967
Sadili Samsudin, Manajemen Sumber Daya Manusia, Bandung, Pustaka Setia, Tahun
2005
Satjipto Rahardjo, Pengantar Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, cetakan ke lima, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000
Soegijatno Tjakra Negara, Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara , Sinar Grafika,
Jakarta, 1994
Sri Soemantri, Prosedur dan Sistem Perubahan Konstitusi, Penerbit Alumni, Bandung,
1987
Tangkilisan, H.N.S., Kebijakan Publik Yang Membumi, Lukman Offset, Yogyakarta, 2003
Victor M. Situmorang, Tindak Pidana Aparatur Sipil Negara, Jakarta, Rineka Cipta, 1990.
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 2001.
Widjaja, A.W, Pemerintahan Desa dan Administrasi Desa, Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2001
Winardi, Nisjar, Karhi., Teori Sistem dan Pendekatan Sistem Dalam Bidang Manajemen,
CV. Mandar Maju, 1997, Bandung
Winarno, Budi., Kebijakan Publik Teori & Proses, PT.Buku Kita, Jakarta, 2008
Zairin Harahap, Hukum Acara Peradulan Tata Usaha Negara, Rajawali, Jakarta, 1997
Perundang-undangan
Undang-undang No.10 Tahun 2016 Tentang Perubahan kedua atas Undang-undang No. 1
Tahun 2015 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
undang No. 1 Tahun 2014 Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota
Menjadi Undang-undang
Undang-undang No.9 Tahun 2015 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-undang No.
23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah
PENGALAMAN
PERTEMUAN KEMAMPUAN AKHIR BAHAN KAJIAN METODE KRITERIA
BELAJAR BOBOT NILAI
KE- YANG DIHARAPKAN (MATERI AJAR) PEMBELAJARAN PENILAIAN
MAHASISWA
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1. Mahasiswa mampu Ruang Lingkup HTN Ceramah, Menyimak, Kerapian
Mendeskripsikan Ruang Tanya Jawab mengerjakan tugas sajian, Kualitas
Lingkup HTN meresume hasil materi Narasi,
yang telah diberikan. kemampuan
4
komunikasi,
disiplin
2. Mahasiswa mampu Hubungan HTN denga Ceramah,, Tanya Jawab Mendengarkan, , Kerapian
mendeskripsikan tentang Cabang Ilmu Hukum mengerjakan tugas sajian,
Hubungan HTN Dengan Lainnya meresume hasil materi kreativitas ide,
Cabang Ilmu Yang yang telah diberikan. kemampuan 4
Lainnya komunikasi,
disiplin
4. Mahasiswa Dapat Asas-asas HTN Diskusi, Tanya Jawab Mengerjakan tugas Kreativitas ide,
mendeskripsikan Asas- meresume beserta kemampuan
Asas Yang Tertuang contoh-contohnya hasil komunikasi,
Dalam HTN materi yang telah disiplin 4
diberikan.
Referensi/Sumber:
A. Fickar Hadjar Ed. Al, Pokok-Pokok Pikiran Dan Rancangan Undang-Undang Mahkamah Konstitusi, KRHN Dan Kemitraan, Jakarta, 2003
A. Himmawan Utomo, “Konstitusi”, Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Pendidikan Kewarganegaran, Kanisius, Yogyakarta, 2007
A. Mukti Arto, Konsepsi Ideal Mahkamah Agung, Pustaka Pelajar,Yogyakarta, 2001
Adi, Isbandi Rukminto, Perencanaan Partisipasi berbasis Aset Komunitas dari Pemikiran menuju Penerapan, FISIP UI Press, Depok, 2007
Bagir Manan, Perkembangan Pemikiran dan Pengaturan Hak Asasi Manusia di Indonesia, Alumni, Bandung, 2001
BN. Marbun dan Moh. Mahfud MD, Pokok- Pokok Hukum dan Administrasi Negara, Liberty, Yogyakarta, 2000
Cholisin, Dasar-Dasar Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial, UGM Press, Yogyakarta, 2000
Clarence Morris(eds), The Great Legal Philosophers, University of Pennsylvania Press, Philadelphia, 1979
Dahlan Thaib, dkk, Teori dan Hukum Konstitusi , PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2012
Dasril Radjab, Hukum Tata Negara Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta, 2005
Deddy Ismatullah, Gagasan Pemerintah Modern dalam Konstitusi Madinah, Bandung, Sahifa, 2006.
Denny Indrayana, Amandemen UUD 1945 Antar Mitos dan Pembongkaran, PT. Mizan Pustaka, Bandung, 2007
Djatmika Sastra, Hukum Kepegawaian di Indonesia, Djambatan, Jakarta , 1995
Dolet Unardjan, Manajemen Disiplin, PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta, 2003
Drs. Musanaf, Sistem Pemerintahan di Indonesia, CV. Haji Masagung, Jakarta, 1989.
Efendi Masyhur, Prof. dan Evandri Sukmana Taufani, S.H., M.H., HAM Dalam Yuridis Dimensi/Dinamika Yuridis Sosial Politik, Ghalia Indonesia,
Jakarta, 2007
Fauzan Muhammad, Hukum Pemerintahan Daerah Kajian Tentang Hubungan Keuangan Antara Pusat dan Daerah, UII Press, Yogyakarta, 2006.
Gouw Giok Siong, Warga Negara dan Orang Asing, Keng Po, Jakarta, 1960
Handri Raharjo, Sistem Hukum Indonesia, Pustaka Yustisia, Yogyakarta, 2016
Hans Kelsen, Teori Umum Tentang Hukum dan Negara, Cetakan pertama, Penerbit Nuansa dan penerbit Nusamedia, Bandung, 2006.
Indra Pahlevi, Pemilu Serentak Dalam Sistem Pemerintahan Indonesia, Azza Grafika, Yogyakarta, 2015
Jimly Asshiddiqie, Perkembangan Dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi, Sinar Grafika, Jakarta, 2012
Jimly Asshiddiqie, Perkembangan dan Konsulidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi, Konstitusi Press, Jakarta, 2006
Jimly Asshiddiqie, Prof.,DR., SH., Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara Indonesia, Konstitusi Press, Jakarta, 2006.
Jimly Asshiddiqie, Prof.,DR., SH., Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2009.
John Alder, Constitutional & Administrative Law, Macmillan Professional Masters, London, 1989
Juanda, Hukum Pemerintahan Daerah Pasang Surut Hubungan Kewenangan DPRD Dan Kepala Daerah, Alumni, Jakarta, 2006
Kaelan, Filsafat Bahasa: Masalah dan Perkembangannya, Paradigma, Yogyakarta, 2002
Kaelan, Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi ,Paradigma, Yogyakarta, 2010
Kansil, C.S.T., Christine S.T. Kansil, Hukum Tata Negara Republik Indonesia 2, PT Rinneka Cipta, Jakarta, 2003
Kansil, C.S.T., Hukum Tata Negara Republik Indonesia, PT Asdi Mahasatya, Jakarta, 2002.
Karhi, Nisjar S, Beberapa Catatan Tentang “Good Governance”, Jurnal Administrasi dan Pembangunan Vol 1 No 2, 1997
Ketetapan MPR No. III/MPR/2000, Tentang Sumber Hukum dan Tata
Khrisna D. Darumurti, Umbu Rauta, Otonomi Daerah : Perkembangan Pemikiran, Pengaturan dan Pelaksanaan, Citra Aditya Bakti, Bandung,
2003
Kusnardi, Moh. S.H., Ibrahim,Harmaily. S.H., Hukum Tata Negara Indonesia, Pusat Studi Hukum Tata Negara FHUI dan CV Sinar Bakti, Jakarta,
1983
M. Suparno, Rekayasa Pembangunan Watak dan Moral Bangsa, Jakarta , PT. Purel
Mahrizal Efendi, Pembinaan Ekonomi dan budaya Indonesia, Penerbit PN Balai Pustaka, Jakarta, 2003
Maria Farida Indrati S, Ilmu Perundang-undangan, Kanisius, Yogyakarta, 2007.
Miftah Thoha, Birokrasi Pemerintah Indonesia di Era Reformasi, Prenada Media Group, Yogyakarta, 2008
Mikkelsen, Britha, Metode Penelitian Partisipatoris dan Upaya-upaya Pemberdayaan, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 1999
Moh. Mahfud, Hukum Kepegawaian Indonesia, Liberty ,Yogyakarta, 1988
Musanef, Manajemen Kepegawaian di Indonesia, Gunung Agung, Jakarta, 1984
Norm Kelly dan Sefakor Ashiagbor, Partai Politik dan Demokrasi dalam Perspektif Teoritis dan Praktis, National Democratic Institute, Whasington
DC, 2011
Nuansa Aulia, Pokok-Pokok Kepegawaian Dan Pegawai Negeri Sipil (PNS), Nuansa Aulia, Jakarta, 2009
Nuji, Fungsi Camat Dalam Pembinaan Penyelenggaraan Pemerintahan desa di Desa Muara Bengkal Kecamatan Muara Bengkal Kabaupaten
Kutai Timur, Universitas Mulawarman, 2012,
PEraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 02 Tahun 2002
Prof. Drs. S. Pamuji, MPA., Perbandingan Pemerintahan, Bina Kasara, Jakarta, 1985.
Prof.Dr. Mr. H.S. Prajudi Atmosudirdjo, Office Management, Ghalia, Jakarta,1973.
Prof.Dr. Sri Sumantri,S.H., Sistem-Sistem Negara-Negara, Tarsito, Bandung, 1976.
Prof.Dr.Moh. Mahfud,M.D.,S.H.,S.U., Dasar dan Struktur Ketatanegaraan Indonesia, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 1993.
R. Bintaro, Dalam Interaksi Desa – Kota dan Permasalahannya, Ghalia Indonesia,1989, Jakarta
Rahmat Hollyson, Pilkada Penuh Euforia Miskin Makna, Bestari, Jakarta, 2015
Perundang-undangan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945.
Undang-undang No. 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan
Aria Dimas Harapan, S.H., M.H. H. Muhamad Rezky Pahlawan MP, S.H., M.H.
NIDN. 0307086801 NIDN. 0425019201