Pettijohn, F.J., 1975, Sedimentary Rocks, 3rd ed., Harper&Row Publishing Co.,
New York, 628h.
Ehlers, G. Ernest dan Blatt, H., 1980, Petrology Igneous, Sedimentary, and
Metamorphic., W. H. Freeman and Company, San Fransisco.
Batuan kalkarenit adalah batuan sedimen yang terdiri dari fragmen batugamping
dan fosil berukuran sedang berwarna abu-abu kecoklatan. kadang-kadang
memperlihatkan perlapisan.Semen karbonat, oksida besi atau lempung. Ternyata
batuan ini berwarna abu-abu kecoklatan karena batuan ini mengandung unsur
logam alkali. Batuan kalkarenit inimemiliki struktur Oolitik. Batu ini bertekstur
arenit. Karena ukuran butir batuan ini 0,062 mm. Sedangkan komposisimineralnya
adalah Allohem: interclas,mikrit: kalsit,sparit:karbonat (Pettijohn,1975).
Pettijohn, F.J., 1975, Sedimentary Rocks, 3rd ed., Harper&Row Publishing Co.,
New York, 628h.
Fosil manusia yang paling banyak ditemukan di Indonesia ialah fosil
Pithecanthropus sehingga dapat dikatakan bahwa kala Plestosen di
Indonesiadidominasi oleh manusia tersebut. Pithecanthropus hidup pada Plestosen
Awal danTengah, dan mungkin juga Plestosen Akhir. Sisa-sisanya ditemukan di
Perning,Kedungbrubus, Trinil, Sangiran, Sambungmacan, dan Ngandong.
Hidupnyamungkin di lembah lembah atau di kaki-kaki pegunungan dekat perairan
darat diJawa Tengah dan Jawa Timur, yang mungkin merupakan padang rumput
dengan pohon-pohonan yang jarang (Soejono, 2010).
Soejono, R. P., Jacob, T., Hadiwisastra, S., Subata, I., M. Kesasuh, E.
A. &Buntarti, D. D (Eds). 2010. Zaman Prasejarah di Indonesia. Dalam Sejarah
Nasional Indonesia . Jakarta: P.N. Balai Pustaka.
Batik merupakan warisan leluhur dari generasi ke generasi bangsa Indonesia.
Istilah batik sendiri berasal dari bahasa jawa “amba”, yang artinya menulis dan
“nitik”. Kata batik sendiri meruju pada teknik pembuatan corak menggunakan
canting atau cap dan pencelupan kain dengan menggunakan bahan perintang warna
corak “malam” (wax) yang diaplikasikan di atas kain, sehingga menahan
masuknya bahan pewarna. Batik sebagai sebuah karya seni, tak sekedar senilai
kain – kain lainya yang mempunyai keragaman motif, hiasan dengan pewarnaan
dan teknik yang khas. Lebih jauh dari pada itu, ragam hias dan juga pewarnaan
yang di tuangkan pada batik merupakan refleksi estetis dan berkesenian
masyarakat pendukungnya. Batik sebagai salah satu seni tradisional Indonesia
menyimpan konsep artistik yang tidak dibuat semata - mata untuk keindahan. Batik
juga fungsional sebagai pilihan busana sehari - hari, untuk keperluan upacara, adat,
tradisi, kepercayaan, agama, bahkan status sosial. Batik bukan satu indah, tetapi
juga bermakna. Indahnya bukan hanya sebagai pemuas mata, melainkan melebur
dengan nilai – nilai moral, adat, tabu, agama, dan lain sebagainya. (Hamidin,
2010).
S.Hamidin,Aep.(2010).Batik Warisan Budaya Asli Indonesia. Jakarta: PT.BUKU
KITA
Tradisi lontar bukan hanya milik masyarakat dan budaya Bali. Tradisi menulis di
atas lontar terdapat di Asia, khususnya India, Kamboja, Thailand dan Indonesia. Di
tanah airpun, Lontar Bali hanya salah satu dari kekayaan seni rupa tradisi
Nusantara, karena di tanah air kita lontar didapati di berbagai daerah lain. Apakah
perbedaan lontar Bali dengan lontar sejenis di daerah lain? Tradisi tulis-menulis
lontar Bali memiliki sejarah yang panjang, usianya diperkirakan paling kurang 1
milenium. Selama masa ini ada berbagai media digunakan untuk menulis dan daun
lontar merupakan bahan yang paling popular sampai akhirnya penggunaan kertas
meluas di abad dua puluh. Kapan tepatnya budaya menulisi lontar dimulai, belum
dapat diperkirakan, karena tidak ada lontar tua yang bertahan sampai sekarang.
Lontar amat rentan terhadap rayap jamur,dan amat rapuh dimakan usia
(Kumar,1996: 129).
Kumar, Ranjit., 1996. Research Methodology. London : Sage Publication.
Kesenian wayang kulit mempunyai kelebihan dibandingkan dengan kesenian yang
lainnya, kelebihannya adalah karena wayang kulit mempunyai kedudukan dan
fungsi yang cukup menonjol dalam kehidupan masyarakat. Dimana wayang kulit
dapat digunakan sebagai media pendidikan termasuk didalamnya pendidikan
agama, media penerangan dan media hiburan.Wayang adalah sebuah seni
pertunjukan khas Indonesia yang sudah sangat populer baik itu di dalam atau luar
pulau Jawa. Karya seni ini sudah dikenal masyarakat sejak zaman prasejarah.
Kemudian pada saat masuknya pengaruh Hindu dan Budha, cerita dalam wayang
mulai mengadopsi kitab Mahabharata dan Ramayana yang berasal dari India.
Lalu pada masa pengaruh Islam, wayang oleh para wali digunakan sebagai media
dakwah yang tentunya dengan menyisipkan nilai-nilai Islam. Seni pewayangan
merupakan perpaduan dari berbagai seni seperti seni music, seni ukir, seni lukis,
kesusastraan, dan falsafah. (Sri Mulyono,1979)
Ir. Sri Mulyono, 1979 Simbolisme dan mistikisme dalam wayang
Wayang adalah seni budaya bangsa Indonesia yang telah dikenal sejak abad ke-10
dan telah berkembang hingga dewasa ini. Wayang dalam perkembangannya
berabad-abad itu ternyata telah mampu bertahan dengan berbagai ujian dan
tantangan, sehingga wayang menjadi sebuah budaya yang bermutu sangat tinggi
(Darmoko et al., 2010). Budaya wayang meliputi seni peran, seni suara (musik),
seni tutur, seni sastra, seni lukis, seni pahat, dan seni perlambang dari zaman ke
zaman juga merupakan media penerang, dakwah, pendidikan, pemahaman filsafat
serta hiburan. Wayang kulit merupakan salah satu kebudayaan yang dikagumi oleh
masyarakat Indonesia dan Internasional. Kesenian wayang telah diangkat sebagai
karya agung budaya dunia oleh UNESCO tanggal 7 Nopember 2003 atau
Masterpiece of Oral And Intangible Heritage of Humanity. (Winoto, 2006) Di
daerah jawa cerita yang populer yang tersebar di masyarakat adalah cerita
Ramayana, Mahabharata, dan cerita Arjunasasrabahu. Namun cerita
Arjunasasrabahu kalah populer dibanding kedua cerita lainnya. Ketiga cerita
tersebut merupakan cerita yang berasal dari tanah India. Cerita yang diangkat
dalam pewayangan mengandung nilai-nilai kehidupan yang sangat mendalam.
Nilai-nilai tersebut ditanamkan oleh para leluhur secara mentradisi melalui
pertunjukan. Tokoh dari penokohan serta tema yang diangkat diharapkan dapat
mempertegas bahwa keutamaan mengalahkan kenagkaramurkaan, kebenaran
mengalahkan ketidakbenaran, dan keadilan mengalahkan ketidakadilan (wayang
sebagai simbol kehidupan). Masyarakat diajak 2 untuk merenung dan berfikir
mengenai nilai-nilai dualisme; baik-buruk, utamaangkara, terpuji-tercela, dan
sebagainya, yang pada akhirnya masyarakat tersebut selalu memenangkan yang
baik. (Darmoko et al., 2010).
Darmoko. (et, al). 2010. Pedoman Pewayangan Berperspektif Perlindungan Saksi
dan Korban. Jakarta: Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK).