Anda di halaman 1dari 29

FISIOLOGI PERSALINAN

DISUSUN OLEH KELOMPOK 3


1. Lety Sari Rahayu 8. Rizza Novianti
2. Lisa Arnanda 9. Roza Gustiningsih
3. Marina Rafika 10. Rury Jatrina
4. Meli Yulita 11. Silvia Nalita
5. Merri Afriyeni 12. Sri Rahayu Lestari
6. Novri Nancy 13. Sri Yuvita Sari
7. Nurul Yahya

PROGRAM STUDI KEBIDANANPROGRAM SARJANA

TERAPAN KEBIDANAN UNIVERSITAS

FORT DE KOCK BUKITTINGGI

TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah hirabbil’alamin, atas segala nikmat dan hidayah-


Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya.
Makalah dengan judul “ FISIOLOGI PERSALINAN” disusun untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Obstetri yang dibimbing langsung
oleh Ibu Indreswati, Sst, M. Keb.

Makalah ini berisi tentang definisi persalinan, sebab-sebab


persalinan, konsep dasar persalinan, mekanisme persalinan normal dalam
konteks yang lebih detail lagi, dalam penyusunannya penulis mengambil
materi dari berbagai pihak, baik materi dari dosen pembimbing maupun
artikel internet. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terimakasih
atas segala dukungan yang diberikan untuk menyelesaikan makalah ini.

Meski telah disusun secara maksimal, akan tetapi penulis sebagai


manusia biasa sangat menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari
kata sempurna serta memiliki banyak kekurangan. Karenanya penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari teman-
teman, dosen pembimbing, serta para pembaca. Agar kedepannya penulis
mampu menyusun makalah dengan prosedur yang baik dan benar.

Dan harapan penulis semoga makalah ini dapat menambah ilmu


pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, serta menjadi inspirasi
atau sarana pembantu memahami pembelajaran konsep kebidanan dalam
membuka praktik asuhan kebidanan yang berkualitas di masyarakat.

Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga para pembaca


dapat mengambil manfaat dan pelajaran dari makalah ini.

(penulis)
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Persalinan adalah tugas dari seorang ibu yang harus dihadapi dengan
tabah, walaupun tidak jarang mereka merasa cemas dalam menghadapi
masalah tersebut. Oleh karena itu, mereka memerlukan penolong yang dapat
dipercaya, yang data memberikan bimbingan dan semangat selalu siap di
depan dalam mengatasi kesukaran.
Persalinan adalah terjadi pada kehamilan aterm (bukan prematur atau
post matur) mempunyai onset yang spontan (tidak diinduksi) selesai setelah 4
jam dan sebelum 24 jam sejak saat awitannya (bukan partus presipitatus atau
partus lama) mempunyai janin (tunggal) dengan presentasi verteks (puncak
kepala) dan oksiput pada bagian anterior pelvis terlaksana tanpa bantuan
artificial (seperti forseps) tidak mencakup komplikasi (seperti pendarahan
hebat) mencakup pelahiran plasenta yang normal. Dalam makalah ini akan
dijelaskan mengenai proses kelahiran
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana proses kelahiran bayi ?
2. Apa saja yang di lalui saat proses melahirkan?
C. TUJUAN
1. Mengidentifikasi persalinan normal
2. Mengetahui proses melahirkan/persalinan
3. Mengetahui tahap-tahap proses kelahiran normal
D. MANFAAT
1. Untuk memberitahukan proses persalinan
2. Sebagai pengetahuan
BAB II

PEMBAHASAN

A. PERSALINAN
1. Pengertian

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta)


yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan
lahir atau jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan
sendiri). Bentuk persalinan berdasarkan degfinisi adalah sebagai berikut :

a. Persalinan spontan.

Bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri

b. Persalinan buatan.

Bila proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar

c. Persalinan anjuran

Bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari


luar dengan jalan rangsangan

Persalinan adalah suatu proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban
keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi
pada usia kehamilan cukup bulan ( setelah 37 minggu) tanpa disertai
adanya penyulit. Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi
mengakibatkan perubahan serviks. Persalinan normal adalah proses
persalinan yang melalui kejadian secara alami dengan adanya kontraksi
rahim ibu dan dilalui dengan pembukaan untuk mengeluarkan bayi. Dari
pengertian diatas persalinan adalah proses alamiah dimana terjadi dilatasi
servik, lahirnya bayi dan plasenta dari Rahim ibu. Persalinan normal
disebut juga alami karena terjadi secara alami. Jadi secara umum
persalinan normal adalah proses persalinan yang melalui kejadian secara
alami dengan adanya kontraksi Rahim ibu dan dilalui dengan pembukaan
untuk mengeluarkan bayi.

2. Perubahan Fisiologis Pada Persalinan

a. Perubahan Fisiologis kala I

1) Perubahan pada uterus

Uterus terdiri dari dua komponen fungsional utama myometrium


dan serviks. Berikut ini akan dibahas tentang kedua komponen
fungsional dengan perubahan yang terjadi pada kedua komponen
tersebut.Kontraksi uterus bertanggung jawab terhadap penipisan
dan pembukaan servik dan pengeluaran bayi dalam persalinan.
Kontraksi uterus saat persalinan sangat unik karena kontraksi ini
merupakan kontraksi otot yang sangat sakit. Kontraksi ini bersifat
involunter yang beketrja dibawah control saraf dan bersifat
intermitten yang memberikan keuntungan berupa adanya periode
istirahat/reaksi diantara dua kontraksi. Terdapat 4 perubahan
fisiologi pada kontraksi uterus yaitu :

a) Fundal dominan atau dominasi

Kontraksi berawal dari fundus pada salah kornu. Kemudian


menyebar ke samping dan kebawah. Kontraksi tersebar dan
terlama adalah dibagian fundus. Namun pada puncak kontraksi
dapat mencapai seluruh bagian uterus.

b) Kontraksi dan retraksi

Pada awal persalinan kontraksi uterus berlangsung setiap 15 –


20 menit selama 30 detik dan diakhir kala 1 setiap 2 – 3 menit
selama 50 – 60 detik dengan intensitas yang sangat kuat. Pada
segmen atas Rahim tidak berelaksasi sampai kembali ke
panjang aslinya setelah kontraksi namun relative menetap pada
panjang yang lebih pendek. Hal ini disebut dengan retraksi.
c) Polaritas

Polaritas adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan


keselarasan saraf – saraf otot yang berada pada dua kutub
atau segmen uterus ketika berkontraksi. Ketika segmen atas
uterus berkontraksi dengan kuat dan berertraksi maka segmen
bawah uterus hanya berkontraksi sedikit dan membuka

d) Differensisiasi atau perbedaan kontraksi uterus

Selama persalinan aktif uterus berubah menjadi dua bagian


yang berbeda segmen atas uterus yang berkontraksi secara
aktif menjadi lebih tebal ketika persalinan maju. Segmen
bawah uterus dan servik relative pasif dibanding dengan
dengan segmen atas dan bagian ini berkembang menjadi jalan
yang berdinding jauh lebih tipis untuk janin. Cincin retraksi
terbentuk pada persambungan segmen bawah dan atas uterus.
Segmen bawah Rahim terbentuk secara bertahap ketika
kehamilan bertambah tua dan kemudian menipis sekali pada
saat persalinan.

2) Perubahan serviks

Kala I persalinan dimulai dari munculnya kontraksi persalinan


yang ditandai dengan perubahan serviks secara progesif dan
diakhiri dengan pembukaan servik lengkap,Kala ini dibagi menjadi
2 fase yaitu fase laten dan fase aktif

a) Fase laten : fase yang dimulai pada pembukaan serviks 0 dan


berakhir sampai pembukaan servik mencapai 3 cm. pada fase ini
kontraksi uterus meningkat frekuensi, durasi, dan intensitasnya
dari setiap 10 – 20 menit, lama 15 – 20 detik dengan
intensitas cukup menjadi 5 – 7 menit, lama 30 – 40 detik dan
dengan intensitas yang kuat.
b) Fase aktif : fase yang dimulai pada pembukaan serviks 4 dan
berakhir sampai pembukaan serviks mencapai 10 cm. pada fase
ini kontraksi uterus menjadi efektif ditandai dengan
meningkatanya frekuensi, durasi dan kekuatan kontraksi.
Tekanan puncak kontraksi yang dihasilkan mencapai 40 – 50
mmHg. Diakhir fase aktif kontraksi berlangsung 2 – 3 menit
sekali, selama 60 detik dengan intensitas lebih dari 40 mmHg.

Fase aktif dibedakan menjadi fase akselerasi, fase lereng


maksimal dan fase deselarasi.

- Fase akselerasi : dari pembukaan servik 3 menjadi 4 cm. fase


ini merupakan fase persiapan menuju fase berikutnya.

.- Fase lereng maksimal : fase ini merupakan waktu ketika


dilatasi servik meningkat dengan cepat. Dari pembukaan 4
cm menjadi 9 cm selama 2 jam. Normalnya pembukaan
servik pada fase ini konstan yaitu 3 cm perjam untuk
multipara dan 1.2 cm untuk primipara.

- Fase deselerasi : merupakan akhir fase aktif dimana dilatasi


servik dari 9 cm menuju pembukaan lengkap 10 cm. dilatasi
servik pada fase ini lambat rata – rata 1 cm perjam namun
pada multipara lebih cepat.

Ada 2 proses fisiologi utama yang terjadi pada servik :

a) Pendataran servik disebut juga penipisan servik pemendekan


saluran servik dari 2 cm menjadi hanya berupa muara
melingkar dengan tepi hampir setiis kertas. Proses ini terjadi
dari atas kebawah sebagai hasil dari aktivitas
myometrium.Serabut – serabut otot setinggi os servik
internum ditarik keatas dan dipendekkan menuju segmen
bawah uterus, sementara os eksternum tidak berubah
b) Pembukaan servik

Pembukaan terjadi sebagai akibat dari kontraksi uterus serta


tekanan yang berlawanan dari kantong membrane dan bagian
bawah janin. Kepala janin saat fleksi akan membantu
pembukaan yang efisien. Pada primigravida pembukaan
didahului oleh pendatara servik.Sedangkan multi gravida
pembukaan servik dapat terjadi bersamaan dengan pendataran

c) Kardiovaskuler

Pada setiap kontraksi, 400 ml darah dikeluarkan dari uterus


dan masuk kedalam system vaskuler ibu. Hal ini akan
meningkatjan curah jantung meningkat 10% – 15%

d) Perubahan tekanan darah

Tekanan darah meningkat selama terjadi kontraksi (sistolik


rata – rata naik 15 mmHg, diastolic 5 – 10 mmHg), antara
kontraksi tekanan darah kembali normal pada level sebelum
persalinan. Rasa sakit, takut dan cemas juga akan
meningkatkan tekanan darah.

e) Perubahan metabolisme

Selama persalinan metabolisme aerob maupun anaerob terus


menerus meningkat seiring dengan kecemasan dan aktivitas
otot. Peningkatan metabolisme ini ditandai dengan
meningkatnya suhu tubuh, nadi, pernafasan, cardiac output dan
kehilangan cairan.

f) Perubahan ginjal

Poliuri akan terjadi selama persalinan selama persalinan. Ini


mungkin disebabkan karena meningkatnya curah jantung
selama persalinan dan meningkatnya filtrasi glomelurus dan
aliran plasma ginjal.

g) Perubahan hematologi

Hemoglobin meningkat sampai 1.2 gram/100ml selama


persalinan dan akan kembali pada tingkat seperti sebelum
persalinan sehari setelah pasca salin kecuali ada perdarahan
post partum.

b. Perubahan Fisiologi kala II

1) Tekanan darah

Tekanan darah dapat meningkat 15 sampai 25 mmHg selama


kontraksi pada kala dua. Upaya mengedan pada ibu juga dapat
memengaruhi tekanan darah, menyebabkan tekanan darah
meningkat dan kemudian menurun dan pada akhirnya berada
sedikit diatas normal. Oleh karena itu, diperlukan evaluasi tekanan
darah dengan cermat diantara kontraksi. Rata – rata peningkatan
tekanan darah 10 mmHg di antara kontraksi ketika wanit a telah
mengedan adalah hal yang normal.

2) Metabolisme

Peningkatan metabolisme yang terus menerus berlanjut sampai kala


dua disertai upaya mengedan pada ibu yang akan menambah
aktivitas otot – otot rangka untuk memperbesar peningkatan
metabolisme.

3) Denyut nadi

Frekuensi denyut nadi ibu bervariasi pada setiap kali mengedan.


Secara keseluruhan, frekuensi nadi meningkat selama kala dua
persalinan disertai takikardi yang mencapai puncaknya pada saat
persalinan.
4) Suhu

Peningkatan suhu tertinggi terjadi pada saat persalinan dan segera


setelahnya. Peningkatan normal adalah 0.5 sampai 1⁰C

5) Perubahan system pernafasan

Sedikit peningkatan frekuensi pernapasan masih normal


diakibatkan peningkatan lebih lanjut curah jantung selama
persalinan dan mencerminkan peningkatan metabolisme yang
terjadi

6) Perubahan ginjal
Polyuria sering terjadi selama persalinan. Kondisi ini dapat
diakibatkan peningkatan lebih lanjut curah jantung selama
persalinan dan kemungkinan peningkatan laju filtrasi glomelurus
dan aliran plasma ginjal. Polyuria menjadi kurang jelas pada posisi
terlentang karena posisi ini membuat aliran urine berkurang selama
kehamilan.
7) Perubahan gastrointestinal
Penurunan motilitas lambung berlanjut saampai kala dua. Muntah
normalnya hanya terjadi sesekali. Muntah yang konstan dan
menetap merupakan hal yang abnormal dan kemungkinan
merupakan indikasi komplikasi obstetric, seperti rupture uterus
8) Dorongan mengejan
Perubahan fisiologis terjadi akibat montinuasi kekuatan serupa
yang telah bekerja sejak jam – jam awal persalinan , tetapi aktivitas
ini mengalami akselerasi setelah serviks berdilatasi lengkap namun,
akselerasi ini tidak terjadi secara tiba – tiba. Beberapa wanita
merasakan dorongan mengejan sebelum serviks berdilatasi lengkap
dan sebagian lagi tidak merasakan aktivitas ini sebelum sifat
ekspulsif penuh
Kontraksi menjadi ekspulsif pada saat janin turun lebih jauh
kedalam vagina. Tekanan dan bagian janin yang berpresentasi
menstimulasi reseptor saraf di dasar pelvik (hal ini disebut reflek
ferguson) dan ibu mengalami dorongan untuk mengejan. Reflex ini
pada awalnya dapat dikendalikan hingga batas tertentu, tetapi
menjadi semakin kompulsif, kuat, dan involunter pada setiap
kontraksi. Respon ibu adalah menggunakan kekuatan ekspulsi
sekundernya dengan mengontraksikan otot abdomen dan
diafragma
9) Pergeseran jaringan lunak
Saat kepala janin yang keras menurun, jaringan lunak pelvis
mengalami pergeseran. Dari anterior, kandung kemih terdorong
keatas kedalam abdomen tempat risiko cedera terhadap kandung
kemih lebih sedikit selama penurunan janin. Akibatnya, terjadi
peregangan dan penipisan uretra sehingga lumen uretra mengecil.
Dari posterior rectum menjadi rata dengan kurva sacrum, dan
ekanan kepala menyebabkan keluarnya materi fekal residual. Otot
levator anus berdilatasi, menipis, dan bergeser kearah lateral, dan
badan perineal menjadi datar, meregang dan tipis. Kepala janin
menjadi terlihat pada vulva, maju pada setiap kontraksi dan mundur
diantara kontraksi sampai terjadinya crowning
10) Perubahan hematologi
Hemoglobin meningkat rata – rata 1.2 gm/ 100 ml selama
persalinan dan kembali ke kadar sebelum persalinan pada hari
pertama paska partum jika tidak ada kehilangan darah yang
abnormal.
c. Perubahan fisiologis kala III
Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta yang
berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Setelah bayi lahir uterus teraba
keras dengan fundus uteri diatas pusat beberapa menit kemudian
uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta plasenta dari
dindingnya. Biasanya plasenta lepas dalam 6 menit – 15 menit
setelah bayi lahir dan keluar spontan atau dengan tekanan pada fundus
uteri. Pengeluaran plasenta, disertai dengan pengeluaran darah.
Komplikasi yang dapat timbul pada kala II adalah perdarahan akibat
atonia uteri, retensio plasenta, perlukaan jalan lahir, tanda gejala tali
pusat. Tempat implantasi plasenta mengalami pengerutan akibat
pengosongan kavum uteri dan kontraksi lanjutan sehingga plasenta
dilepaskan dari perlekatannya dan pengumpulan darah pada ruang
utero – plasenter akan mendorong plasenta keluar.
Otot uterus (miometrium) berkontraksi mengikuti penyusutan volume
rongga uterus setelah lahirnya bayinya. Penyusutan ukuran ini
menyebabkan berkurangnya ukuran tempat perlekatan plasenta.
Karena tempat perlekatan menjadi semakin kecil, sedangkan ukuran
plasenta tidak berubah maka plasenta akan terlipat, menebal dan
kemudian lepas dari dinding Rahim, setelah lepas, plasenta akan turun
ke bagian bawah uterus atau kedalam vagina
d. Perubahan Fisiologis kala IV
Persalinan kala IV dimulai dengan kelahiran plasenta dan berakhir 2
jam kemudian. Periode ini merupakan saat paling kritis untuk
mencegah kematian ibu, terutama kematian disebabkan perdarahan.
Selama kala IV, bidan harus memantau ibu setiap 15 menit pada jam
pertama dan 30 menit pada jam kedua setelah persalinan. Jika kondisi
ibu tidak stabil, maka ibu harus dipantau lebih sering. Setelah
pengeluaran plasenta , uterus biasanya berada pada tengah dari
abdomen kira – kira 2/3 antara symphysis pubis dan umbilicus atau
berada tepat diatas umbilicus.
3. Perubahan psikologis pada persalinan
Perubahan psikologis pada ibu bersalin wajar terjadi namun ia
memerlukan bimbingan dari keluarga dan penolong persalinan agar ia
dapat menerima keadaan yang terjadi selama persalinan dan dapat
memahaminya sehingga ia dapat beradaptasi terhadap perubahan yang
terjadi pada dirinya. fase laten dimana fase ini ibu biasanya merasa lega
dan bahagia karena masa kehamilannya akan segera berakhir. Namun,
pada awal persalinan wanita biasanya gelisah, gugup, cemas dan
khawatir sehubungan dengan rasa tidak nyaman karena kontraksi.
Biasanya dia ingin berbicara, perlu ditemani, tidak tidur, ingin berjalan –
jalan dan menciptakan kontak mata. Pada wanita yang dapat menyadari
bahwa proses ini wajar dan alami akan mudah beradaptasi dengan
keadaan tersebut dan pada fase aktif saat kemajuan persalinan sampai
pada fase kecepatan maksimum rasa khawatir wanita menjadi meningkat.
Kontraksi menjadi semakin kuat dan frekuensinya lebih sering sehingga
wanita tidak dapat mengontrolnya. Dalam keadaan ini wanita akan
menjadi lebih serius. Wanita tersebut menginginkan seseorang untuk
mendampinginya karena dia merasa takut tidak mampu beradaptasi.
4. Tanda – Tanda Persalinan
a. Tanda dan Gejala Inpartu
1) Penipisan dan pembukaan serviks

2) Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan serviks ( frekuensi


minimal 2 kali dalam 10 menit )

3) Cairan lendir bercampur darah “show” melalui vagina.


b. Tanda-Tanda Persalinan.
1) Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi

2) Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum dan


vagina
3) Perenium menonjol
4) Vulva-vagina dan spingter ani membuka

5) Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah

5. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Persalinan


a. Power (Kekuatan Ibu)
b. Passage (jalan lahir)
c. Passanger (Janin)
d. Psikis
e. Penolong
6. Tanda Bahaya Persalinan
a. Tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg dengan sedikitnya satu tanda
lain atau gejala preeklamsi.
b. Temperatur lebih dari 38⁰C, Nadi lebih dari 100 x/menit dan DJJ

kurang dari 120 x/menit atau lebih dari 160 x/menit

c. Kontraksi kurang dari 3 kali dalam 10 menit, berlangsung kurang dari

40 detik, lemah saat di palpasi

d. Partograf melewati garis waspada pada fase aktif


e. Cairan amniotic bercampur meconium, darah dan bau
7. Penatalaksanaan Dalam Persalinan
Lamanya persalinan bagi primigravida dan multi gravida

Penambahan pembukaan 1 sejam bagi primigravida, dan 2 cm sejam bagi


multigravida. Tapi sesungguhnya kemajuan pembukaan tidak sama rata.
a. Kala I (Kala Pembukaan)
Persalinan kala satu dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus teratur
dan meningkat (frekuensi dan kekuatanya) hingga serviks membuka
lengkap (10 cm). kala satu persalinan terdiri dari dua fase yaitu fase
laten dan fase aktif.
1) Fase laten

Pada fase ini pembukaan sangat lambat ialah dari 0 sampai 3cm
mengambil waktu kurang lebih 8 jam
2) Fase aktif
Pada fase aktif pembukaan lebih cepat, fase ini dapat dibagi dalam
3 fase lagi yaitu:
a) Fase accelerasi (fase percepatan) dari pembukaan 3 cm sampai
4 cm yang dicapai dalam 2 jam
b) Fase kemajuan dari pembukaan 4 cm sampai 9 selama 2 jam

c) Fase deccelerasi (kurangnya kecepatan) dari pembukaan 9 cm


sampai 10 cm selama 2 jam.
Asuhan Persalinan Kala I
a. Menghadirkan orang yang dianggap penting oleh ibu seperti suami,
keluarga, orang terdekat, yang dapat menemani ibu dan
memberikan support pada ibu.
b. Mengatur aktivitas dan posisi ibu sesuai dengan keinginannya
dengan kesanggupannya, posisi tidur sebaiknya tidak dilakukan
dalam terlentang lurus
c. Membimbing ibu untuk rileks sewaktu ada his dan dianjurkan
untuk menarik nafas panjang, tahan nafas sebentar dan dikeluarkan
dengan meniup sewaktu his.
d. Menjaga privisi Ibu antara orang lain menggunakan penutup tirai,
tidak menghadirkan orang tanpa seizin ibu.
e. Menjelaskan tentang kemajuan persalinan, perubahan yang terjadi
pada tubuh ibu serta prosedur yang akan dilaksanakan dan hasil -
hasil pemeriksaan.
f. Menjaga kebersihan diri dengan cara mandi, membasuh sekitar
kemaluan sesudah BAB/BAK.
g. Mengatasi rasa panas dan banyak keringat, dapat diatasi dengan
menggunakan kipas angina, AC didalam kamar.
h. Melakukan massase pada daerah punggung atau mengusap perut
ibu dengan lembut.
i. Pemberian cukup minum atau kebutuhan energy dan mencegah
dehidrasi
j. Mempertahankan kandung kemih tetap kosong dan ibu dianjurkan
untuk berkemih sesering mungkin.
b. Kala II Persalinan
Kala dua persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap
(10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala dua dikenal juga
sebagai kala pengeluaran.
1. Tanda gejala kala II Persalinan
a) Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya
kontraksi
b) Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rectum atau
vaginnya
c) Perineum terlihat menonjol
d) Vulva vagina, dan spingter ani terlihat membuka
e) Peningkatan pengeluaran lendir dan darah
Asuhan Persalinan Kala II
1. Menyiapkan Pertolongan Persalinan
2. Memastikan perlengkapan, bahan dan obat – obatan esensial
siap digunakan. Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan
menempatkan tabung suntik steril sekali pakai kedalam partus set.
3. Mengenakan baju penutup atau celemek plastic yang bersih
4. Melepaskan semua perhiasan yang dipakai dibawah siku, mencuci
kedua tangan dengan sabin dan air bersih yang mengalir dan
mengeringkan tangan dengan handuk satu kali pakai / pribadi
yang bersih.
5. Memakai satu sarung dengan DTT atau steril untuk pemeriksaan
dalam
6. Mengisap oksitosin 10 unit kedalam atbung suntik (dengan
memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril) dan
meletakkan kembali di partus set steril tanpa mengkontaminasi
tabung suntik.
Memastikan Pembukaan Lengkap
7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati –
hati dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa
yang sudah dibasahi air disinfeksi tingkat tinggi. Jika mulut
vagina, perineum atau anus terkontaminasi oleh kotoran ibu,
membersihkannya dengan seksama dengan cara menyeka dari
depan ke belakang. Membuang kapas atau kasa yang
terkontaminasa dalam wadah yang benar. Mengganti sarung
tangan jika terkontaminasi (meletakkan kedua sarung tangan
tersebut dengan benar di dalam larutan dekontaminasi)
8. Dengan menggunakan teknik aseptic, melakukan pemeriksaan
dalam untuk memastikan bahwa pembukaan serviks sudah
lengkap.
 Bila selaput ketuban belum pecah dan pembukaan sudah
lengkap lakukan amniotomi.
9. Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan
tangan yang masih memakai sarung tangan kotor kedalam larutan
klorin 0,5% dan kemudian melepaslannya dalam keadaan terbalik
serta merendamnya didalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
Mencuci kedua tangan.
10. Memeriksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi berakhir
untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120 – 160
x/menit)
 Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal
 Mendokumentasi hasil – hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan
semua hasil penilaian serta asuhan lainnya pada partograf.
Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses pimpinan
meneran
11. Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin
baik. Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai
keinginannya.
 Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran.
 Melanjutkan pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu serta
janin sesuai dengan pedoman persalinan aktif dan
mendekontaminasikan temuan – temuan.
 Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana mereka
dapat mendukung dan memberi semangat kepada ibu saat ibu
mulai meneran.
12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk
meneran. (pada saat his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk
dan pastikan ia merasa nyaman)
13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai derongan
yang kuat untuk meneran :
 Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai
keinginan untuk meneran.
 Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk
meneran
 Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai
pilihannya (tidak meminta ibu berbaring terlentang)
 Menganjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi
 Mengajurkan keluarga untuk mendukung dan memberi
semangat pada ibu
 Menganjurkan asupan cairan per oral
 Menilai DJJ setiap 5 menit
 Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum terjadi segera
dalam waktu 120 menit meneran untuk primipara atau 60
menit untuk multipara, merujuk segera.
 Jika ibu tidak mempunyai keinginan untuk meneran, maka :
menjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil
posisi yang aman. Jika ibu belum ingin meneran dalam 60
menit, mengajurkan ibu untuk muali meneran pada puncak
kontraksi – kontraksi tersebut dan beristirahat diantara
kontraksi.
14. Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai
Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi
15. Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5 – 6
cm, meletakan handuk bersih diatas perut untuk mengeringkan
bayi.
16. Meletakan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, dibawah bokong
ibu.
17. Membuka tutup partus set dan memastikan kembali kelengkapan
alat
18. Memakai sarung tangan DTT atau sterril pada kedua tangan
Menolong Kelahiran Bayi
Lahirnya kepala
19. Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5 – 6 cm,
lindungi
20. perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain tadi, letakan
tangan yang lain dikepala dan lakukan tekanan yang lembut dan
tidak menghambat pada kepala bayi, membiarkan kepala keluar
perlahan – lahan. Menganjurkan ibu untuk meneran perlahan –
lahan atas bernafas cepat saat kepala lahir.
 Jika ada meconium dalam cairan ketuban, segera hisap mulut
dan hidung setelah kepala lahir menggunakan penghisap
lender deelee disinfeksi tingkat tinggi atau steril atau bola
karet penhisap yang baru dan bersih.

20. Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai
jika hal itu terjadi, dan kemudian meneruskan segera proses
kelahiran bayi.

 Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan


lewat bagian atas kepala bayi.
 Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, mengklemnya
di satu tempat dan memotongnya.

21. Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar


secara spontan.
Lahir Bahu
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua
tangan di masing – masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu
untuk meneran saat kontraksi berikutnya. Dengan lembut
menariknya kea rah bawah dan kearah keluar hingga bahu
anterior muncul dibawah arkus pubis dan kemudian dengan
lembut menarik kearah atas dan ke arah luar untuk melahirka
bahu posterior.
Lahir Badan Tungkai
23. Setelah kedua bahu dilahirkan , menelusurkan tangan muali
kepala bayi yang berada dibagian bawah kearah perineum
tangan membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ke tetangan
tersebut. Mengendelikan kelahiran siku dan tangan bayi saat
melewati perineum, gunakan lengan bagian bawah untuk
menyangga tubuh bayi saat dilahirkan. Menggunakan tangan
anterior (bagian atas) untuk mengendalikan siku dan tangan
anterior bayi saat keduanya lahir.
24. Setelah tubuh dari lengan, menelusurkan tangan yang ada atas
(anterior) dari punggung kearah kaki bayi untuk menyangganya
saat panggung dari kaki lahir. Memegang kedua kaki bayi
dengan hati –hati membantu kelahiran kaki.
Penanganan bayi baru lahir
25. Menilai bayi dengan cepat, kemudian meletakkan bayi diatas
perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari
tubuhnya (bila tali pusat terlalu pendek, meletakan bayi ditempat
yang memungkinkan)
26. Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan badan bayi
kecuali bagian pusat. Ganti handuk atau kain yang kering.
Biarkan bayinya berada diatas perut.
27. Melakukan palpasi abdomen untuk menghilangkan
kemungkinanan adanya bayi kedua.
28. Memberitahu kepada ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar
uterus berkontraksi
29. Dalam waktu 1 menit setelah kelahiran bayi, memberikan
suntikan oksitosin 10 IU IM di 1/3 paha kanan atas ibu bagian
luar, setelah mengaspirasinya terlebih dahulu.
30. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira – kira 3 cm dari
pusat bayi. Melaukan urutan pada tali pusat mulai dari klem
kearah ibu dan memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama
(kearah ibu)
31. Memegang talipusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari
gunting dan memotong tali pusat diantara dua klem tersebut.
32. Meletakan bayi tengkurao didada ibu. Luruskan bahu bayi
sehingga menempel didada/ perut ibu. Usahakan bayi berada
diantara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari putting
payudara ibu
33. Mengganti handuk yang basah dan selimuti bayidengan kain atau
selimut yang bersih dan kering.
34. Memindahkan klem dan tali pusat
35. Meletakan satu tangan diatas kain yang ada di perut ibu, tepat di
atas tulang pubis, dan menggunakan tangan ini untuk melakukan
palpasi kontraksi menstabilkan uterus. Memegang tali pusat dan
menstabilkan uterus. Memegang tali pusay dan klem dengan
tangan lain.

36. Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan


penegangan kearah bawah pada tali pusat dengan lembut.
Lakukan tekanan yang berlawanan kea rah pada bagian bawah
uterus dengan cara menekan uterus kearah atas dan belakang
(dorso kranial) dengan hati – hati untuk membantu mencegah
terjadinya inversion uteri. Jika plasenta tidak lahir setelah 30 detik
– 40 detik, menghentikan penegangan tali pusat dan menunggu
hingga kontraksi berikut mulai.
Mengeluarkan plasenta
37. Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil
menarik tali pusat kea rah bawah dan keamudian kea rah atas,
mengikuti kurve jalan lahir sambil meneruskan tekanan berlawanan
arah pada uterus
- Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga
berjarak sekitar 5 – 10 cm dari vulva.

- Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan penengan tali pusat


selama 15 menit.

- Mengulangi pemberian oksitosin 10 IU Im

- Menilai kandung kemih dan mengkateterisasi kandung kemih


dengan menggunakan teknik aseptic jika perlu.

- Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan

- Mengulangi peregangan tali pusat selama 15 menit berikutnya.

- Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit sejak
kelahiran bayi.
38. Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran
plasenta dengan menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta
dengan dua tangan dan dengan hati – hati memutar plasenta
hingga selaput ketuban terpilin. Dengan lembut perlahan
melahirkan selaput ketuban tersebut.
- Jika selaput ketuban robek, memakai sarung tangan disinfeksi
tingkat tingggi atau steril dan memeriksa vagina dan serviks
ibu dengan seksama. Menggunakan jari – jari tangan atau
klem atau forceps disinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk
melepaskan bagian selaput yang tertinggal.
Pemijatan uterus
39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, melakukan
massase uterus, meletakan telapak tangan di fundus dan
melakukan massase dengan gerakan melingkar dengan lembut
hingga uterus berkontraksi (fundus menjadi keras)
Menilai Perdarahan
40. Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu
maupun janin dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa
selaput ketuban lengkap dan utuh. Meletakan plasenta dalam
kantung plastic atau tempat khusus.
- Jika uterus tidak berkontraksi setelah melakukan massase
selama 15 detik mengambil tindakan yang sesuai.

41. Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan


segera menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif.
Melakukan Prosedur Pasca Persalinan
42. Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan
baik.
Mengevaluasi perdarahan persalinan vagina.
43. Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada
ibu paling sedikit 1 jam.

44. Setelah 1 jam, lakukan penimbangan atau pengukuran bayi, beri


tetes mata/zalf antibiotic profilaksis, dan vitamin K 1 mg dipaha
kiri anterolateral

45. Setelah 1 jam pemberian vitamin K berikan suntikan imunisasi


hepatitis B di paha anteroteral.

46. Melanjutan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan


pervaginam.

47. Mengajarkan pada ibu/keluarga bagaimana melakukan massase


uterus dan memeriksa kontraksi uterus.

48. Mengevaluasi dan estimasi kehilangan darah

49. Memeriksa tekanan darah, nadi dan keadaan kandung kemih setiap
15 menit selama satu jam pertama pasca persalinan dan setiap 30
menit selama jam kedua pasca persalinan.

- Memeriksa temperature tubuh ibu sekali setiap jam selama dua


jam pertama pasca persalinan

- Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal

50. Memeriksa kembali bayi untuk pastikan bahwa bernafas dengan


baik (40 – 60 x/menit serta suhu tubuh normal (36,5 – 37,5) )

51. Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5% untuk


dekontaminasi (10 menit). Mencuci dan membilas peralatan setelah
dekontaminasi.

52. Membuang bahan – bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat


sampah yang sesuai53. Membersihkan ibu dengan menggunakan
air disinfeksi tingkat tinggi. Membersihkan cairan ketuban, lender
dan darah. Membantu ibu memakai pakaian yang bersih dan
kering.

54. Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan ASI.


Menganjurkan keluarga untuk memberikan minuman dan makanan
yang diinginkan.

55. Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk melahirkan


dengan larutan klorin 0,5% dan membilas dengan air bersih.

56. Mencelupkan sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5%,


membalikan bagian luar dan merendamnya dalam larutan klorin
0,5% selama 10 menit.

57. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.

58. Melengkapi partograf.

IMD (Inisiasi Menyusu Dini)

Pada tahun 1992 WHO/UNICEF mengeluarkan protocol tentang


Inisiasi Menyusu Dini (IMD) sebagai salah satu dari Evidence for the
ten step to successful breastfeeding yang harus diketahui oleh setiap
tenaga kesehatan. Segera setelah dilahirkan, bayi diletakan di dada
atau perut atas ibu selama paling sedikit satu jam untuk memberi
kesempatan kepada bayi untuk mencari dan menemukan putting
ibunya.Manfaat IMD bagi bayi adalah membantu stabilisasi
pernapasan, mengendalikan suhu tubuh bayi lebih baik dibandingkan
dengan incubator, menjaga kolonisasi kuman yang aman untuk bayi
dan mencegah infeksi nosocomial. Kadar bilirubin bayi juga lebih
cepat normal karena pengeluaran meconium lebih cepat sehingga
dapat menurunkan insiden ikterus bayi baru lahir. Kontak kulit dengan
kulit juga membuat bayi telah tenang sehingga didapat pola tidur
yang lebih baik. Dengan demikian, berat badan bayi cepat meningkat
dan lebih cepat keluar dari rumah sakit. Bagi ibu, IMD dapat
mengoptimalkan pengeluaran hormone oksitosin, prolactin, dan secara
psikologis dapat menguatkan ikatan batin antara ibu dan bayi.
c. Kala III
Kala III Persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan
lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Tanda – tanda lepasnya
plasenta mencakup beberapa atau semua hal – hal dibawah ini :
1. Uterus menjadi bundar
2. Perdarahan, terutama perdarahan yang agak banyak
3. Memanjangnya bagian tali pusat yang lahir
4. Naiknya fundus uteri karena naiknya Rahim lebih mudah
digerakan.
Manajemen aktif kala III terdiri dari beberapa komponen :
1. Pemberian suntikan oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi
lahir.
2. Melakukan peregangan tali pusat terkendali.
3. Massase fundus uteri
Asuhan kala III
1. Melakukan manajemen aktif kala III
2. Memeriksa ada tidaknya janin kedua
3. Memberitahukan kepada ibu bahwa plasenta lahir, memeriksa
kelengkapan plasenta
4. Mengevaluasi kontraksi uterus, beserta perdarahan pada kala III
5. Memantau adanya tanda bahaya kala III seperti kelainan
kontraksi.
d. Kala IV
Dimulai dari lahirnya plasenta dan berakhir 2 jam pertama post artum.
Dalam kala IV ini penderita masih membutuhkan pengawasan yang
intensif karena perdarahan karena atonia uteri masih mengancam.
Maka dalam kala IV penderita belum boleh dipindahkan keruang
perawatan dan tidak boleh ditinggalkan oleh bidan. Observasi yang
dilakukan 2 jam postpartum.
1. Mengawasi perdarahan postpartum

- Darah yang keluar dari jalan lahir

- Kontraksi Rahim

- Keadaan umum ibu

- Pengobatan perdarahan postpartum

- Menjahit robekan perineum

- Memeriksa bayi

2. Asuhan persalinan kala IV

- Memeriksa perdarahan da nada tidaknya laserasi, jika ada


laserasi maka dilakukan heacting

- Mengobservasi TTV, kontraksi uterus, perdarahan dan kandung

kemih tiap 15 menit pada 1 jam pertama dan 30 menit pada 1


jam kedua.

- Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin

- Menganjurkan ibu untuk mobilisasi dini

- Mendokumentasikan hasil pemeriksaan


BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN.
Persalinan normal adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan
aterm (bukan premature atau postmatur),mempunyai onset yang spontan
(tidak diinduksi), mempunyai janin tunggal dengan presentase puncak
kepala, terlaksana tanpa bantuan artificial, tidak mencakup komplikasi,
plasenta lahir normal.Persalinan normal disebut juga partus spontan, adalah
proses lahirnya bayi pada letak belakang kepala dengan tenaga ibu sendiri,
tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya
berlangsung kurang dari 24 jam.Bentuk-Bentuk Persalinan:Persalinan
spontan, Persalinan Bantuan, Persalinan Anjuran menjelang kelahiran sang
bayi, ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan. Terutama barang – barang
keperluan ibu dan sang bayi yang nantinya akan dibawa ke rumah
sakit.Tanda – Tanda MelahirkanGejala paling sering menjelang persalinan
adalah rasa mulas. Perut terasa seperti kram, mirip saat menstruasi. Ada
juga yang merasa mual, kembung, dan nyeri punggung. Bahkan ada yang
diare atau pusing.Menjelang persalinan, sistem pencernaan Ibu akan
melambat.Kala dalam persalinan : Kala 1 (dari pembukaan 1 sampai
lengkap),Kala II (dari pembukaan lengkap sampai bayi lahir),Kala III (dari
bayi lahir hingga plasenta lahir).
B. SARAN.
Kami menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna, oleh
karena itu saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat kami
harapkan demi kesempurnaan penulisan makalah yang akan datang.

Anda mungkin juga menyukai