Anda di halaman 1dari 16

Konsep PJJ

Bapak dan Ibu guru, bagaimana hasil asesmen pra yang telah Anda selesaikan?
Apakah mendapat hasil maksimal atau sebaliknya? Jika hasil yang Anda peroleh
kurang memuaskan, jangan khawatir. Kita akan belajar memahami secara utuh setiap
topik yang akan Anda pelajari sehingga nantinya Anda mendapat hasil yang sempurna
pada bagian akhir di asesmen pasca. Mari, kita mulai!

Topik pertama mengenai konsep pembelajaran jarak jauh. Saat ini, tentu tidak asing
bagi Anda mengenal istilah pembelajaran jarak jauh, bahkan Anda telah
menerapkannya. Tetapi, apakah Anda pernah merefleksikan pembelajaran jarak jauh
yang Anda lakukan? Sebenarnya apa tujuan dari PJJ ini? Mengapa kita harus bersusah
payah merancang PJJ dengan benar?

Sejak diterbitkan Surat Edaran Kemdikbud Nomor 15 Tahun 2020 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Belajar Dari Rumah dalam Masa Darurat Penyebaran Covid-19,
pembelajaran dilakukan secara jarak jauh, baik daring (dalam jaringan) maupun luring
(luar jaringan. Kondisi darurat Covid-19 berdampak pada proses pembelajaran untuk
sementara tidak lagi dilakukan secara tatap muka. Apakah Bapak dan Ibu guru Merasa
kebingungan? Wajar karena kondisi ini sangat berbeda dari keadaan normal.

Lantas, sebagai pendidik apa yang Anda lakukan? Memilih mengikuti sewajarnya
karena suatu keharusan atau adaptif dengan mencari informasi dari berbagai
perspektif? Sejatinya, pendidikan merupakan suatu proses dinamis. Dalam kondisi
apapun, pengalaman belajar yang bermakna diperlukan agar tujuan pendidikan dapat
tercapai. Lalu, apa saja tantangan yang dihadapi guru dalam melaksanakan PJJ?
Silakan menuju aktivitas berikutnya untuk mempelajari lebih lanjut.

PJJ dengan cara 5 M


Anda telah memahami prinsip, tujuan dan pendekatan pembelajaran jarak jauh.
Sebagai pendidik, perlu mengingat kembali bahwa tujuan pendidikan berpusat pada
siswa. siswa mampu mengembangkan kompetensi sehingga mereka dapat menalar,
menjadi pribadi mandiri yang mampu menghadapi ujian bermakna dan kelak siap untuk
mengatasi tantangan dalam kehidupan.

Pembelajaran jarak jauh membuat kita mengerti bahwa proses belajar tidak dapat
sepenuhnya dikendalikan oleh guru. Oleh karena itu, guru perlu merancang
pembelajaran jarak jauh yang bermakna. Bermakna dalam artian relevan secara
konteks dan konten dengan kehidupan siswa.

Lantas, bagaimana merancang pembelajaran jarak jauh yang dapat mengembangkan


kompetensi siswa? Pada aktivitas ini, Anda akan mempelajari kunci memfasilitasi
Pembelajaran Jarak Jauh bermakna dengan Cara 5M. Apa itu Cara 5M? Cara 5M
adalah pilihan cara untuk mewujudkan pembelajaran yang bermakna, menyenangkan
dan melibatkan siswa, orangtua maupun komunitas. Cara 5M terdiri dari:

1. Memanusiakan hubungan
2. Memahami konsep
3. Membangun keberlanjutan
4. Memilih tantangan
5. Memberdayakan konteks

Pandemi Covid-19 telah membukakan cara pandang dan kebiasaan baru mengenai
proses pembelajaran yang idealnya melibatkan guru, siswa dan orangtua. Perubahan
situasi dari pembelajaran yang selama ini lebih berfokus pada peran guru, sekarang
mulai beralih pada situasi dimana orang tua dan guru saling berbagi peran dalam
memfasilitasi pembelajaran siswa.

Cara 5M; Memanusiakan hubungan, Memahami konsep, Membangun keberlanjutan,


Memilih tantangan, dan Memberdayakan konteks, dalam Pembelajaran Jarak Jauh,
mendorong siswa belajar lebih bermakna untuk meningkatkan kompetensinya. Sejalan
dengan hal ini, Cara 5M juga memberikan ruang yang lebih luas bagi keterlibatan
orangtua dalam proses pembelajaran siswa.

Bagaimana Cara 5M mendorong pelibatan orangtua dalam pembelajaran siswa? Anda


dapat membaca pemaparannya sebagai berikut.

Kurikulum pada kondisi khusus


Sepanjang masa Pembelajaran Jarak Jauh ini, masih banyak siswa yang mengaku
bosan dan kelelahan. Banyak siswa mengeluh jika mereka dibebani berbagai tugas dari
berbagai mata pelajaran, sehingga tidak sempat beristirahat. Jam sekolah terasa lebih
melelahkan dibandingkan jam sekolah sebelum masa pandemi. Tugas menumpuk,
kurang paham konsep namun terpaksa harus melakukan ujian, kalau tidak ingin
kehilangan nilai. Nilai pas-pasan, kalau kurang masih harus ikut remedial. Stres jadinya!

Di sisi lain guru-guru juga mengeluh, sudah berusaha mati-matian mengajar dan
memberi tugas agar siswa tidak ketinggalan materi pelajaran dan dapat lulus dengan
nilai yang minimal sesuai target KKM. Namun masih saja beban kurikulum ini seperti
kurang realistis diterapkan pada masa darurat seperti ini. Mana mungkin target
kurikulum normal ini dapat dicapai dengan sempurna. Semakin berat saja rasanya
beban guru.

Perlu diakui, gambaran ini merupakan persoalan umum yang dirasakan oleh sebagian
besar siswa dan guru pada masa Pembelajaran Jarak Jauh saat pandemi Covid-19.

Apa yang dapat kita lakukan untuk mengatasi tantangan ini?


Untuk dapat mengatasi tantangannya, Bapak dan Ibu guru dapat meninjau kembali
tujuan dan prinsip Pembelajaran Jarak Jauh sebagaimana yang telah dijelaskan dalam
Panduan Pembelajaran Jarak Jauh.

Perlu mengingat kembali bahwa PJJ dilakukan agar setiap peserta didik mendapatkan
haknya untuk tetap bisa belajar selama masa pandemi Covid-19, serta memastikan
pemenuhan dukungan psikososial bagi pendidik, peserta didik dan orangtua/wali.
Selain untuk tetap melindungi seluruh warga satuan pendidikan dari penularan dan
penyebaran wabah Covid-19.

Prinsip-prinsip PJJ juga perlu ditekankan kembali. Terutama prinsip mengenai


pemberian pengalaman belajar yang bermakna bagi peserta didik, serta prinsip
pendidikan yang berfokus pada pendidikan kecakapan hidup.

Berpedoman pada tujuan dan prinsip-prinsip tersebut, apakah menurut Anda


penyelesaian materi dan beban kurikulum pembelajaran yang normal tetap menjadi
menjadi prioritas pembelajaran pada masa pandemi Covid-19?

Tidak. Muatan kurikulum dan penyelesaian target kurikulum bukan lagi menjadi prioritas
utama dalam Pembelajaran Jarak Jauh pada masa pandemi Covid-19. Anda akan
mempelajarinya lebih lanjut dalam sesi-sesi selanjutnya.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) telah menerbitkan


Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 719/P/2020
tentang Pedoman Pelaksanaan Kurikulum pada Satuan Pendidikan dalam Kondisi
Khusus. Satuan pendidikan dalam kondisi khusus dapat menggunakan kurikulum yang
sesuai dengan kebutuhan pembelajaran peserta didik.

Pelaksanaan kurikulum pada kondisi khusus bertujuan untuk memberikan fleksibilitas


bagi satuan pendidikan untuk menentukan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan
pembelajaran peserta didik. Semua jenjang pada setiap satuan pendidikan pada
kondisi khusus dalam pelaksanaan pembelajaran dapat:

1. Tetap mengacu pada Kurikulum Nasional


2. Menggunakan kurikulum pada kondisi khusus
3. Melakukan penyederhanaan kurikulum secara mandiri
Kurikulum darurat (dalam kondisi khusus) yang disiapkan oleh Kemendikbud
merupakan penyederhanaan dari kurikulum nasional. Pada kurikulum tersebut
dilakukan pengurangan kompetensi dasar untuk setiap mata pelajaran sehingga guru
dan siswa dapat berfokus pada kompetensi esensial dan kompetensi prasyarat untuk
kelanjutan pembelajaran di tingkat selanjutnya.
Kemendikbud juga menyediakan modul-modul pembelajaran untuk Pendidikan Anak
Usia Dini (PAUD) dan Sekolah Dasar (SD) yang diharapkan dapat membantu proses
belajar dari rumah dengan mencakup uraian pembelajaran berbasis aktivitas untuk
guru, orang tua, dan peserta didik. Dan seperti yang ditegaskan Mendikbud, dari opsi
kurikulum yang dipilih, catatannya adalah siswa tidak dibebani tuntutan menuntaskan
seluruh capaian kurikulum untuk kenaikan kelas maupun kelulusan, dan pelaksanaan
kurikulum berlaku sampai akhir tahun ajaran.

Silakan mencermati infografik berikut ini.

Nah Bapak dan Ibu guru, apapun pilihan pelaksanaan kurikulum yang Anda pilih, mari
pusatkan perhatian pada pembelajaran berbasis kompetensi. Sesuai dengan
namanya, pembelajaran berbasis kompetensi berorientasi pada pencapaian
kompetensi peserta didik yang dapat dilihat dari pemahaman konsep, keterampilan
menerapkan konsep dalam berbagai konteks, serta sikap-sikap yang menyertainya.
Hal ini sejalan dengan strategi 5M Pembelajaran Jarak Jauh; Memahami Konsep, yang
menekankan praktik pembelajaran yang memandu siswa bukan sekedar menguasai
konten tapi menguasai pemahaman mendalam terhadap konsep yang dapat
diterapkan di berbagai konteks kehidupan peserta didik.
Bapak dan Ibu guru, Anda telah memahami mengenai pembelajaran berbasis
kompetensi yang mendukung pembelajaran jarak jauh di masa pandemi.

Lalu bagaimana menyelaraskan KI dan KD dalam pembelajaran jarak jauh untuk


memaksimalkan pembelajaran berbasis kompetensi? Mari kita lihat contohnya dalam
infografik berikut ini.


Dari contoh yang di atas, Bapak dan Ibu guru dapat melihat bagaimana pembelajaran
berbasis kompetensi diterapkan pada pembelajaran jarak jauh. Pembelajaran yang
cakupannya sederhana namun mendalam dapat memberikan lebih banyak kesempatan
pada siswa untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan secara bersamaan.

Anda juga dapat membaca rujukan merancang pembelajaran jarak jauh dengan
membaca tautan berikut ini (masukan link ke halaman pembelajaran mengenai Kanvas
RPP)

Konsep diagnosis awal


Selama masa Pembelajaran Jarak Jauh, pengelolaan kelas yang kondusif menjadi
perkara yang sangat menantang. Keadaan dimana guru dan siswa tidak dapat bertatap
muka secara langsung, tidak memungkinkan guru untuk menjalani fungsi kontrol seperti
ketika di dalam kelas. siswa terlihat tidak termotivasi untuk belajar jarak jauh secara
daring, pembelajaran di rumah dimana siswa melakukan pembelajaran secara mandiri
juga sudah dikontrol, bagaimana guru dapat mengetahui kesulitan dan pencapaian
siswa?

Belum lagi setiap siswa memiliki kemampuan yang tidak sama, keadaan keluarga yang
beragam, dengan tingkat ekonomi yang berbeda-beda. Ada yang sudah diajari berkali-
kali masih belum paham materi, sedangkan ada siswa yang sekali diajari sudah
langsung bisa. Ada siswa-siswa yang tidak terpantau tugas-tugasnya di rumah karena
orang tuanya sibuk bekerja. Ada siswa yang sering melewati kelas daring karena
alasannya gawainya dipakai bergantian dengan kakak dan adiknya. Ada siswa yang
tidak punya pulsa. Kacau! Bagaimana guru dapat mengelola kelas dengan keadaan
seperti ini?

Keadaan mana yang pernah Anda alami?

Jangan khawatir. Jika Anda telah mampu mengenali tantangan yang Anda hadapi,
selanjutnya Anda akan dapat memikirkan langkah-langkah untuk mengatasiny

Pandemi Covid-19 memaksa guru dan siswa untuk langsung mengubah cara
pembelajaran normal menjadi Pembelajaran Jarak Jauh. Keadaan darurat membuat
guru lupa melihat dan mempertimbangkan kondisi kesiapan siswa baik secara kognitif
dan non kognitif sebelum dan selama Pembelajaran Jarak Jauh. Hal ini berimbas pada
tantangan-tantangan yang sudah disebutkan di sesi sebelumnya.

Berangkat dari isu ini, selain menetapkan kebijakan mengenai kurikulum darurat di
masa pandemi, Mendikbud juga mengimbau guru untuk melakukan asesmen
diagnostik. Asesmen dilakukan di semua kelas secara berkala untuk mendiagnosis
kondisi kognitif dan non-kognitif siswa sebagai dampak pembelajaran jarak jauh.
Apakah Bapak dan Ibu Guru masih ingat strategi Memanusiakan Hubungan dalam
pedoman pelaksanaan Pembelajaran Jarak Jauh? Strategi ini menekankan pada
praktik pembelajaran yang dilandasi orientasi pada anak berdasarkan relasi positif
yang saling memahami antara guru, siswa dan orangtua. Anda dapat menggunakan
strategi memanusiakan hubungan ini pada awal pembelajaran untuk mendapatkan
informasi mengenai profil siswa-siswa Anda, termasuk kondisi non-kognitif dan
kognitifnya.
Anda akan mendapatkan pemahaman lebih jauh mengenai asesmen diagnostik awal
serta manfaat yang akan Anda peroleh dari Asesmen diagnostik awal dengan
membaca infografik berikut ini:
Sekarang, Anda telah memahami mengenai asesmen diagnosis, tujuan dan
manfaatnya. Asesmen diagnosis yang dilakukan di awal pembelajaran jarak jauh,
dilakukan untuk melihat kondisi siswa baik secara non kognitif maupun secara kognitif.

Asesmen diagnosis non kognitif di awal pembelajaran diberikan pada siswa untuk
mengetahui:

1. Kesejahteraan psikologi dan emosional siswa


2. Aktivitas siswa selama belajar di rumah
3. Kondisi keluarga siswa
Dalam melaksanakan asesmen diagnosis di awal pembelajaran, Anda perlu melakukan
tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap tindak lanjut. Terkait persiapan dan
pelaksanaan asesmen diagnosis non kognitif, keterampilan guru untuk bertanya dan
membuat pertanyaan dapat membantu guru mendapatkan informasi yang komprehensif
dan cukup mendalam. Berikut ini Anda dapat mempelajari tips bagaimana strategi tanya
jawab bersama murid dalam asesmen diagnosis non-kognitif.


Anda dapat mencatat poin-poin penting yang didapat setelah membaca materi tersebut.
Jika sudah selesai, lanjutkan ke aktivitas berikutnya.

Anda telah selesai memah mengenai asesmen diagnosis non kognitif. Jadi apakah
yang dapat membantu guru untuk dapat melakukan asesmen non kognitif secara lebih
efektif?
Benar! Kemampuan untuk melakukan strategi bertanya sangat membantu guru dalam
melakukan asesmen diagnosis awal non kognitif.

Nah lalu bagaimana dengan asesmen diagnosis kognitif?

Asesmen diagnosis kognitif di sisi lain digunakan untuk:

1. Mengidentifikasi capaian kompetensi siswa


2. Menyesuaikan pembelajaran di kelas dengan kompetensi rata-rata siswa
3. Memberikan kelas remedial atau pelajaran tambahan kepada siswa dengan kompetensi
di bawah rata-rata.
Seperti halnya asesmen diagnosis non kognitif, asesmen diagnosis kognitif juga melalui
tahapan persiapan, pelaksanaan, dan tindak lanjut. Bagaimana penjelasannya?
Silakan cermati infografis berikut ini.

Konsep diagnosis berkala


Halo Bapak, Ibu Guru! Masih ingatkah Anda dengan video testimoni tantangan yang
dihadapi guru selama pembelajaran jarak jauh? Jika Anda cermati, terdapat guru yang
mengeluhkan bagaimana melakukan asesmen dalam kondisi seperti saat ini. Jika
diberikan tes, guru khawatir siswa tidak mengerjakan dengan jujur. Jangankan belajar
di rumah, secara tatap muka saja masih sering terjadi kecurangan siswa mengerjakan
tes tertulis. Bagaimana menurut Bapak, Ibu? Apakah Anda juga merasakannya?

Permendikbud Nomor 18 Tahun 2018 menjelaskan bahwa salah satu tugas pokok guru
ialah menilai atau melakukan asesmen untuk mengukur pencapaian hasil belajar siswa.
Dalam hal ini, guru berperan melakukan diagnosis untuk melihat perkembangan belajar
siswa. Apa tujuannya? Ya, seperti yang Anda pelajari pada topik sebelumnya,
mengamati perkembangan belajar siswa diperlukan agar guru dapat dengan mudah
memberi pengalaman belajar yang terarah dan berkelanjutan melalui pemberian umpan
balik.

Akan tetapi, merancang dan melakukan asesmen menjadi tantangan yang dikeluhkan
guru. Tantangan ini semakin terasa dalam kondisi pembelajaran jarak jauh seperti saat
ini. Sebenarnya, asesmen seperti apa yang perlu dikuasai guru? Apakah asesmen
dilakukan hanya di akhir pembelajaran? Pertanyaan tersebut menjadi pokok bahasan
pada topik ini. Mari kita pelajari topik asesmen diagnosis berkala ini hingga selesai.

Seperti yang Anda ketahui, asesmen dalam pembelajaran bertujuan mengumpulkan


dan mengolah informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar siswa. Dalam hal ini,
mengukur seberapa jauh kemajuan belajar siswa berarti akan mengukur kemajuan
belajar guru. Mengapa demikian? Jika guru mampu mendiagnosis kebutuhan belajar
siswa, apa yang perlu diperbaiki dan ditingkatkan berarti secara langsung guru dapat
merefleksikan pembelajaran yang telah dilakukan. Hasil asesmen yang diperoleh dapat
digunakan untuk menentukan strategi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan
dan perkembangan belajar siswa.

Lantas, asesmen seperti apa yang dibutuhkan guru? Apakah asesmen hanya berupa
tes tertulis? Miskonsepsi yang sering terjadi asesmen dilakukan secara terbatas dalam
tes tertulis di akhir pembelajaran. Padahal asesmen tidak hanya dilakukan di akhir
materi pembelajaran. Bagaimana bisa? Kita perlu mengetahui bahwa asesmen
pembelajaran dikategorikan dalam tiga jenis, diantaranya:

1. Asesmen terhadap pembelajaran (assessment of learning)


2. Asesmen untuk pembelajaran (assessment for learning)
3. Asesmen sebagai pembelajaran (assessment as learning)

Anda telah mempelajari bahwa asesmen pembelajaran mencakup asesmen


terhadap, untuk dan sebagai pembelajaran. Dari ketiga asesmen tersebut apa kata
kunci yang Anda dapatkan? Bagaimana penerapan ketiga asesmen tersebut dalam
pembelajaran jarak jauh?

Asesmen terhadap proses belajar atau asesmen sumatif bertujuan menentukan


tingkat pencapaian hasil belajar siswa yang dilakukan di akhir materi pembelajaran.
Di sisi lain, asesmen untuk dan sebagai pembelajaran dikenal pula dengan
asesmen formatif. Pada asesmen formatif guru mengumpulkan informasi yang
membantu guru memberi umpan balik dan tindak lanjut proses belajar. Selain
membantu guru, asesmen formatif juga membantu siswa memperbaiki cara belajar
dengan menentukan kembali strategi belajar yang sesuai dengan kebutuhannya.
Hal ini sesuai dengan cara 5M membangun keberlanjutan yang telah Anda pelajari
di topik awal.
Akan tetapi, seringkali guru hanya berfokus pada asesmen sumatif yang
menekankan perolehan hasil belajar siswa. Padahal, siswa lebih membutuhkan
pengalaman belajar yang berorientasi pada proses, umpan balik dan tindak lanjut
pencapaian belajar. Bukan hanya sekedar penugasan melalui tes dan skor nilai.
Terlebih dalam kondisi pembelajaran jarak jauh saat ini, asesmen formatif perlu
menjadi prioritas utama dibanding asesmen sumatif. Mengapa demikian? Jawaban
ini dapat Anda peroleh jika memahami tujuan dan prinsip asesmen formatif. Silakan
cermati infografis berikut. Anda dapat mencatat poin-poin penting yang diperoleh
mengenai tujuan dan prinsip asesmen formatif.

Pada aktivitas sebelumnya, Anda telah memahami tujuan dan prinsip asesmen
formatif. Apa poin penting yang Anda dapatkan?

Berdasarkan tujuan dan prinsip asesmen formatif dapat diketahui bahwa asesmen
formatif merupakan penilaian yang berorientasi pada proses pembelajaran agar
siswa memperoleh umpan balik dari guru untuk memperbaiki capaian belajarnya.
Umpan balik dan tindak lanjut dalam asesmen formatif diperlukan agar siswa
memaknai pengalaman belajar yang telah dilakukan, tidak hanya hasil yang telah
dicapai.

Orientasi pada proses sebagai salah satu prinsip asesmen formatif pada
pelaksanaannya dilakukan secara berkala dan berkelanjutan. Tidak hanya dilihat
dari hasil akhir saja, tetapi guru memantau perkembangan proses belajar siswa,
memberi umpan balik dan tindak lanjut dari hasil yang diperoleh. Jika pada topik
sebelumnya Anda telah mempelajari asesmen diagnosis awal, guru juga perlu
melakukan asesmen diagnosis secara berkala. Terlebih pada pembelajaran jarak
jauh, asesmen diagnosis berkala dapat digunakan untuk memetakan kemampuan
belajar siswa.

Jika dikaitkan dengan tujuan dan prinsip asesmen formatif, asesmen diagnosis
berkala dapat pula dikatakan sebagai asesmen formatif. Mengapa demikian? Berikut
terdapat infografis tujuan dan prinsip asesmen diagnosis berkala. Anda dapat
membandingkan dengan tujuan dan prinsip asesmen formatif untuk mencari
keterkaitan antar keduanya.

Bagaimana Bapak Ibu? Apa Anda sudah memahami mengapa asesmen formatif dapat
pula dikatakan sebagai asesmen diagnosis berkala?

Sebagaimana yang Anda ketahui, kemampuan dan kompetensi siswa dalam


menguasai suatu materi berbeda-beda. Setiap siswa memiliki keunikan yang menjadi
identitas pada dirinya. Ada siswa tertentu yang cepat menguasai suatu topik
pembelajaran, tapi belum tentu menguasai pada topik yang lain. Maka dari itu, asesmen
diagnosis berkala diperlukan guna memetakan kemampuan semua siswa di kelas
secara cepat. Dalam hal ini, asesmen diagnosis berkala dapat digunakan untuk
mengetahui siapa saja yang sudah paham, siapa saja yang agak paham, dan siapa
saja yang belum paham. Dengan demikian, Anda dapat menyesuaikan materi
pembelajaran dengan kemampuan siswa. Terutama pada kondisi pembelajaran jarak
jauh saat ini, penting bagi guru untuk melakukan asesmen diagnosis berkala agar
kebutuhan belajar murid dapat terpenuhi walaupun dilakukan secara jarak jauh.

Lantas, bagaimana merancang asesmen diagnosis berkala? Asesmen diagnosis


berkala dapat dirancang melalui tiga tahapan, yaitu:

1. Persiapan
2. Pelaksanaan
3. Tindak lanjut
Bagaimana penjelasan setiap tahapannya? Silakan pelajari infografis berikut dan
cermati setiap tahapan yang dipaparkan. Kemudian, Anda dapat memulai untuk
merancang asesmen diagnosis berkala sesuai dengan kebutuhan dan kondisi siswa
Anda.


Dengan terbiasanya siswa menjalani proses asesmen formatif sebagai asesmen
diagnostik berkala, siswa akan lebih fokus dan mempunyai rasa memiliki terhadap
proses belajarnya sendiri, terbiasa melihat kualitas pekerjaan melalui umpan balik, dan
memperbaiki kekurangan dirinya. Siswa tidak akan lagi berfokus pada capaian nilai
saja, yang cenderung mendorong mereka menggunakan berbagai cara, bahkan cara
yang kurang jujur.

Anda dapat mempelajari lebih lanjut terkait penerapan asesmen diagnosis berkala pada
sumber belajar berikut.

Ragam model PJJ


Selama masa darurat pandemi Covid-19, Pembelajaran jarak jauh seringkali disalah
artikan sebagai pembelajaran daring atau online. Padahal Pembelajaran jarak jauh
pada dasarnya tetap dapat dilaksanakan baik secara daring maupun luring (luar
jaringan). Sementara berbagai keragaman kondisi termasuk sosial ekonomi dan kondisi
geografis di Indonesia, terkadang tidak memungkinkan dilaksanakannya metode
pembelajaran jarak jauh secara daring sehingga pembelajaran jarak jauh tidak dapat
berjalan dengan efektif. Melihat perbedaan peta sebaran Covid-19 yang berbeda di
berbagai wilayah di Indonesia, pembelajaran jarak jauh juga tidak memungkinkan
pelaksanaan PJJ dengan model yang sama.
Pada dasarnya berbagai model pembelajaran jarak jauh yang dapat diadaptasi selama
masa pandemi, digolongkan ke dalam tiga kategori. Pembelajaran jarak jauh secara
luring, pembelajaran jarak jauh secara daring, dan pembelajaran jarak jauh secara
terpadu. Apa yang membedakan ketiganya? Silakan membaca infografik berikut ini:

Anda telah melihat penjelasan mengenai ketiga kategori pembelajaran jarak jauh. Lalu
bagaimana memilih model pembelajaran yang paling efektif? Bapak dan Ibu guru dapat
melanjutkan ke sesi berikutnya.
Untuk mengadaptasi sebuah model Pembelajaran Jarak Jauh yang efektif baik secara
luring daring, ataupun terpadu, Bapak dan Ibu guru perlu sekali mengenali kebutuhan
siswa. Anda dapat terlebih dahulu menggali informasi terkait kondisi awal siswa
sebelum melaksanakan pembelajaran dengan melakukan asesmen diagnostik awal.
Misalnya mencari informasi mengenai cara belajar murid, kondisi daerah tempat tinggal
terkait akses internet, fasilitas alat bantu berupa gawai yang dimiliki murid/ orang tua
murid, jam belajar efektif, dan lain sebagainya. Hal ini terkait dengan cara 5M
pembelajaran jarak jauh: Memanusiakan Hubungan. Detail mengenai asesmen
diagnostik awal ini sudah dibahas dalam topik pembelajaran ketiga.

Lalu bagaimana memilih model PJJ yang sesuai dengan kebutuhan siswa? Bagaimana
asesmen diagnostik membantu guru mengambil tindak lanjut dan memutuskan model
PJJ yang paling sesuai?

Bapak dan Ibu guru dapat mempelajari contoh panduan proses pemilihan model
pembelajaran dengan memahami kondisi murid yang disusun guru Rizqy Rahmat
Hani berikut ini.

Cara 5M lain yang lain terkait dengan pemilihan model pembelajaran jarak jauh adalah
cara Memberdayakan Konteks. Dimana kondisi murid, kondisi sosial ekonomi, dan
geografis yang berbeda justru dilihat sebagai satu kekuatan untuk mengadaptasi model
pembelajaran jarak jauh yang paling sesuai dan efektif.

Seperti guru praktik baik Guru Titis dari Sanggau. Terkait dengan keterbatasan akses
internet ke daerahnya di pelosok Kalimantan Barat, Guru Titis tidak dapat
melaksanakan pembelajaran jarak jauh secara daring. Untuk dapat menjangkau siswa-
siswa nya secara luas, Guru Titis memilih menggunakan model pembelajaran
menggunakan siaran radio daerah setempat. Siswa tetap mendapatkan hak belajar,
terfasilitasi kebutuhannya dan tujuan belajar tetap bisa dicapai.

Bapak dan Ibu Guru, untuk mengetahui lebih jauh bagaimana guru-guru di berbagai
daerah memilih model PJJ dan memandu murid melibatkan sumber daya dan
kesempatan di dalam komunitas sebagai sumber belajar, Anda dapat membaca praktik-
praktik baik pembelajaran jarak jauh pada tautan Surat Kabar Guru Belajar edisi
Sekolah Lawan Corona.
Anda tentu telah mendapatkan semakin banyak informasi dan inspirasi untuk
melakukan pemilihan model pembelajaran jarak jauh yang paling sesuai dengan
kebutuhan dan karakter dan kondisi siswa Anda.

Selamat bergabung di topik terakhir pembelajaran mengenai teknologi, media dan


sumber belajar. Semoga Bapak dan Ibu guru semakin bersemangat. Pada topik ini,
Anda akan mempelajari bagaimana teknologi, media dan sumber belajar dapat
memberikan dampak pada pembelajaran, terutama dalam pembelajaran jarak jauh.
Cara pandang lama yang beranggapan bahwa kombinasi pengetahuan pedagogi
(P) dan pengetahuan konten (K) saja cukup dimiliki guru, sedikit demi sedikit mulai
berubah. Pada tahun 1980-an dunia pendidikan mulai mengalami perubahan besar,
dimana teknologi mulai menjadi bagian yang terdepan dalam pendidikan. Hal ini terjadi
terutama terjadi karena berkembangnya inovasi teknologi digital yang menggabungkan
perangkat keras dan lunak seperti komputer, game dan internet, serta aplikasi yang
mendukungnya. Perkembangan teknologi ini kemudian dimanfaatkan dalam
pembelajaran. Ini terlihat dengan munculnya berbagai game pendidikan.
Perubahan pendidikan yang dinamis mulai beralih pada integrasi
pengetahuan pedagogi (P), pengetahuan konten (K), dan pengetahuan teknologi (T),
yang mulai diterapkan dalam pembelajaran. Pengetahuan pedagogi merupakan
pengetahuan mengenai proses dan praktik atau metode belajar-mengajar.
Pengetahuan konten adalah pengetahuan mengenai mata pelajaran yang akan
dipelajari. Sementara, pengetahuan teknologi adalah pengetahuan mengenai standar
teknologi mulai dari buku, kapur dan papan tulis, atau teknologi yang lebih canggih
seperti internet dan video digital.
Integrasi pengetahuan pedagogi (P), pengetahuan konten (K), dan
pengetahuan teknologi (T) menciptakan pengetahuan Konten Pedagogis Teknologi
(KPT). Pengetahuan ini:
1. Merupakan dasar pembelajaran menggunakan teknologi.
2. Memberikan pemahaman untuk menampilkan konsep menggunakan teknologi.
3. Memberikan pemahaman mengenai bagaimana teknologi melibatkan cara-cara
pedagogis yang konstruktif untuk mengajarkan konten.
Silakan pelajari ilustrasi berikut ini:

Jadi sesuai pula dengan pemaparan AECT: Association for Educational


Communications and Technology (2004), mengintegrasikan teknologi dalam pendidikan
merupakan upaya memfasilitasi pembelajaran dan meningkatkan kinerja dengan cara
menciptakan, menggunakan/memanfaatkan, dan mengelola proses dan sumber-
sumber teknologi yang tepat. Jelas, tujuan utamanya masih tetap untuk memfasilitasi
pembelajaran (agar efektif, efisien dan menarik) serta meningkatkan kinerja.

Pada sesi sebelumnya, Bapak dan Ibu guru telah memahami prinsip mengintegrasikan
teknologi dalam pembelajaran serta manfaatnya bagi pembelajaran.

Untuk dapat mengintegrasikan teknologi dalam pembelajaran secara maksimal, Anda


perlu mempertimbangkan beberapa hal, terutama mengenai pengalaman belajar yang
dialami siswa.

Sebelumnya melangkah lebih lanjut, mari kita pelajari piramida pengalaman belajar oleh
Edgar Dale berikut ini.
Menurut penelitian Dale, metode yang paling tidak efektif berada di bagian teratas
piramida dan metode yang paling efektif berada di bagian paling bawah. Pengalaman
belajar diberikan dengan tujuan mewakili kenyataan atau hal-hal yang terjadi dalam
kehidupan sehari-hari yang nyata. Semakin jauh Anda bergerak ke bawah piramida,
semakin besar pengalaman pembelajarannya dan semakin banyak informasi yang
mungkin disimpan siswa.

Hal ini juga menunjukan bahwa ketika memilih metode pembelajaran, penting untuk
Bapak dan Ibu guru ingat bahwa pelibatan siswa dalam proses memperkuat retensi
pengetahuan yang didapatkannya. Dengan melihat piramida pengalaman belajar Dale
diatas, maka Bapak dan Ibu guru dapat menghubungkan keterkaitan antara tujuan
pembelajaran, pengalaman belajar dengan pilihan metode pembelajaran, serta
penggunaan teknologi dan media pembelajaran, serta berbagai sumber belajar.

Dari piramida tersebut, bagian mana yang paling sering Anda gunakan selama ini?
Aktivitas apa yang sering Anda lakukan dalam pembelajaran di kelas? Jika Anda
diminta memilih kegiatan yang baru di kelas, Apa yang Anda ingin lakukan? Silahkan
berikan komentar Anda pada kolom komentar dibawah ini.

Media merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam teknologi pembelajaran. Dalam
menerapkan teknologi pembelajaran guru harus menggunakan media agar dapat
menyampaikan pesan berupa konsep atau konten pembelajaran sehingga siswa dapat
dengan menerimanya dengan baik. Teknologi pembelajaran tidak akan bisa mencapai
tujuan pembelajaran dengan baik tanpa adanya media yang dipilih dan digunakan.

Mari kita sama-sama mempelajari penjelasan mengenai media pembelajaran berikut ini


Kerucut pengalaman Dale akan membantu Bapak dan Ibu guru untuk
mempertimbangkan pengalaman belajar seperti apa yang diharapkan dan memilih
media yang sesuai berupa media audio, visual, audio visual, atau multimedia.

Bagaimana dengan sumber belajar?


Sumber belajar adalah berbagai atau semua sumber, baik berupa data, orang dan
wujud tertentu yang dapat digunakan siswa dalam belajar, baik secara terpisah maupun
terkombinasi sehingga mempermudah siswa dalam mencapai tujuan belajar.

Sumber belajar dapat memberikan informasi yang diperlukan murid dalam proses
pembelajaran, serta memberikan kesempatan belajar seketika, dimana siswa dapat
menerima informasi langsung. Selain itu sumber belajar juga dapat mengurangi
kesenjangan antara informasi yang bersifat verbal dan abstrak dengan informasi yang
konkrit dan sesuai realitas.

Sumber-sumber belajar dapat berupa:

1. Pesan. Misalnya informasi, cerita rakyat, dongeng, hikayat, dan sebagainya


2. Orang. Misalnya guru, instruktur, siswa, ahli, narasumber, tokoh masyarakat, pimpinan
lembaga, tokoh karier dan sebagainya
3. Bahan: buku, transparansi, film, slides, gambar, grafik yang dirancang untuk
pembelajaran, relief, candi, arca, komik, dan sebagainya
4. Alat/ perlengkapan: perangkat keras, komputer, radio, televisi, VCD/DVD, kamera,
papan tulis, generator, mesin, mobil, motor, alat listrik, obeng dan sebagainya
5. Pendekatan/ metode/ teknik, seperti diskusi, seminar, pemecahan masalah, simulasi,
permainan, sarasehan, percakapan biasa, diskusi, debat, talkshow dan sejenisnya
6. Lingkungan berupa; ruang kelas, studio, perpustakaan, aula, teman, kebun atau pasar
Lalu bagaimana Anda mengelola Sumber belajar?

Pada sesi-sesi sebelumnya telah disebutkan beberapa dasar pertimbangan yang


diperlukan untuk memilih teknologi dan media pembelajaran di kelas Bapak dan Ibu
guru, terutama dalam konteks pembelajaran jarak jauh seperti saat ini. Diantaranya
adalah; tujuan belajar, dan pengalaman belajar siswa. Pertimbangan apa lagi yang
menjadi dasar pemilihan teknologi dan media pembelajaran? Silahkan membaca
infografik berikut ini.


Integrasi teknologi dalam pembelajaran juga diharapkan dapat mengubah pola
pembelajaran, yaitu:

1. Pola pembelajaran siswa pasif menjadi pola pembelajaran siswa aktif


2. Pola pembelajaran satu arah menjadi pola pembelajaran yang interaktif
3. Pola pembelajaran terisolasi – tekstual menjadi pola pembelajaran jejaring –
kontekstual
4. Pola pembelajaran tanpa melibatkan orangtua menjadi pola pembelajaran dengan
melibatkan orangtua.
Sekarang mari kita lihat bersama bagaimana memilih teknologi pembelajaran dengan
mempertimbangkan faktor-faktor yang sudah kita diskusikan. Silahkan pelajari Infografis
Alur Memilih Teknologi untuk Pembelajaran Jarak Jauh.

Anda mungkin juga menyukai