Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

HARGA DIRI RENDAH

Di susun oleh :
Kelompok 1
ATIKASARI
19.14901.14.02

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA HUSADA

PALEMBANG

2020
LAPORAN PENDAHULUAN

HARGA DIRI RENDAH

I. Masalah Keperawatan :
Gangguan konsep diri: Harga diri rendah.

II. Proses terjadinya masalah :


A. Pengertian
Perkembangan kebudayaan masyarakat banyak membawa perubahan dalam segi
kehidupan manusia. Setiap perubahan situasi kehidupan baik positif maupun
negatif dapat mempengaruhi keseimbangan fisik, mental, dan psikososial seperti
bencana dan konflik yang dialami sehingga berdampak sangat besar terhadap
kesehatan jiwa seseorang yang berarti akan meningkatkan jumlah pasien
gangguan jiwa(keliat, 2011).
Harga diri seseorang di peroleh dari diri sendiri dan orang lain. Gangguan
harga diri rendah akan terjadi jika kehilangan kasih sayang, perilaku orang lain
yang mengancam dan hubungan interpersonal yang buruk. Tingkat harga diri
seseorang berada dalam rentang tinggi sampai rendah. Individu yang memiliki
harga diri tinggi menghadapi lingkungan secara aktif dan mampu beradaptasi
secara efektif untuk berubah serta cenderung merasa aman. Individu yang
memiliki harga diri rendah melihat lingkungan dengan cara negatif dan
menganggap sebagai ancaman. (Keliat, 2011).
Menurut (Herman, 2011), gangguan jiwa ialah terganggunya kondisi
mental atau psikologi seseorang yang dapat dipengaruhi dari faktor diri sendiri
dan lingkungan. Hal-hal yang dapat mempengangaruhi perilaku manusia ialah
keturunan dan konstitusi, umur, dan sex, keadaan badaniah, keadaan psikologik,
keluarga, adat-istiadat, kebudayaan dan kepercayaan, pekerjaan, pernikahan dan
kehamilan, kehilangan dan kematian orang yang di cintai, rasa permusuhan,
hubungan antara manusia.
B. Faktor Predisposisi
a. Faktor yang mempengaruhi harga diri
Meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua tidak realistis,
kegagalan yang berulang, kurang mempunyai tanggung jawab personal,
ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yang tidak realistis.
b. Faktor yang mempengaruhi peran.
Dimasyarakat umunya peran seseorang disesuai dengan jenis
kelaminnya. Misalnya seseorang wanita dianggap kurang mampu, kurang
mandiri, kurang obyektif dan rasional sedangkan pria dianggap kurang sensitive,
kurang hangat, kurang ekspresif dibandingkan wanita. Sesuai dengan standar
tersebut, jika wanita atau pria berperan tidak sesuai lazimnya maka dapat
menimbulkan konflik diri maupun hubungan sosial.
c. Faktor yang mempengaruhi identitas diri.
Meliputi ketidak percayaan, tekanan dari teman sebaya dan
perubahan struktur sosial. Orang tua yang selalu curiga pada anak akan
menyebabkan anak menjadi kurang percaya diri, ragu dalam mengambil
keputusan dan dihantui rasa bersalah ketika akan melakukan sesuatu. Control
orang yang berat pada anak remaja akan menimbulkan perasaan benci kepada
orang tua. Teman sebaya merupakan faktor lain yang berpengaruh pada identitas.
Remaja ingin diterima, dibutuhkan dan diakui oleh kelompoknya,
d. Faktor biologis
Adanya kondisi sakit fisik yang dapat mempengaruhi kerja hormon
secara umum, yang dapat pula berdampak pada keseimbangan neurotransmitter di
otak, contoh kadar serotonin yang menurun dapat mengakibatkan klien
mengalami depresi dan pada pasien depresi kecenderungan harga diri dikuasai
oleh pikiran-pikiran negatif dan tidak berdaya.
C. Faktor Presipitasi
Masalah khusus tentang konsep diri disebabkan oleh setiap situasi yang dihadapi
individu dan ia tidak mampu menyesuaikan. Situasi atas stressor dapat
mempengaruhi komponen.
Stressor yang dapat mempengaruhi gambaran diri adalah hilangnya bagian
tubuuh, tindakan operasi, proses patologi penyakit, perubahan struktur dan fungsi
tubuh, proses tumbuh kembang prosedur tindakan dan pengobatan. Sedangkan
stressor yang dapat mempengaruhi harga diri dan ideal diri adalah penolakan dan
kurang penghargaan diri dari orang tua dan orang yang berarti, pola asuh yang
tidak tepat, misalnya selalu dituntut, dituruti, persaingan dengan saudara,
kesalahan dan kegagalan berulang, cita-cita tidak terpenuhi dan kegagalan
bertanggung jawab sendiri. Stressor pencetus dapat berasal dari internal dan
eksternal:
a. Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan peristiwa
yang mengancam kehidupan.
b. Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dan
individu mengalaminya sebagai frustasi.

Ada tiga jenis transisi peran:

a. Transisi peran perkembangan adalah perubahan normative yang berkaitan dengan


pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap perkembangan dalam kehidupan
individu atau keluarga dan norma-norma budaya, nilai-nilai serta tekanan untuk
menyesuaikan diri.
b. Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau berkurangnya anggota
keluarga melalui kelahiran atau kematian.
c. Transisi peran sehat-sakit terjadi akibat pergeseran dari sehat ke keadaan sakit.
Transisi ini dapat dicetuskan oleh kehilangan bagian tubuh, perubahan ukuran,
bentuk, penampilan atau fungsi tubuh, perubahan fisik yang berhubungan dengan
tumbuh kembang normal. Perubahan tubuh dapat mempengaruhi semua
komponen konsep diri yaitu gambaran diri, identitas diri, peran dan harga diri.
D. Tanda & Gejala ( Data Subjektif dan Data Objektif)
a. Mengejek dan mengkritik diri.
b. Merasa bersalah dan khawatir, menghukum atau menolak diri sendiri.
c. Mengalami gejala fisik, misal: tekanan darah tinggi, gangguan penggunaan zat.
d. Menunda keputusan.
e. Sulit bergaul.
f. Menghindari kesenangan yang dapat memberi rasa puas.
g. Menarik diri dari realitas, cemas, panic, cemburu, curiga dan halusinasi.
h. Merusak diri: harga diri rendah menyokong klieb untuk mengakhiri hidup.
i. Merusak atau melukai orang lain.
j. Perasaan tidak mampu.
k. Pandangan hidup yang pesimitis.
l. Tidak menerima pujian.
m. Penurunan produktivitas.
n. Penolakan tehadap kemampuan diri.
o. Kurang memperhatikan perawatan diri.
p. Berpakaian tidak rapi.
q. Berkurang selera makan.
r. Tidak berani menatap lawan bicara.
s. Lebih banyak menunduk.
t. Bicara lambat dengan nada suara lemah.
E. Batasan Karakteristik
Adalah pada masa kecil sering disalahkan, jarang diberi pujian atas
keberhasilnnya. Saat dewasa kurang dihargai, tidak diberi kesempatan dan tidak
diterima.
F. Akibat
Klien yang mengalami gangguan harga diri rendah bisa mengakibatkan gangguan
interaksi sosial : menarik diri, dan memicu munculnya perilaku kekerasan yang
beresiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
Isolasi social merupakan suatu keadaan dimana individu dan kelompok
mengalami kebutuhan meningkatkan keterlibatan dengan orang lain tetapi tidak
mampu untuk melakukan kontak. (Copernitto LJm 1998).
G. Rentang Respon

Keterangan:

1. Aktualisasi diri adalah pernyataan diri positif tentang latar belakang pengalaman
nyata yang sukses diterima.
2. Konsep diri positif adalah individu mempunyai pengalaman yang positif dalam
beraktualisasi.
3. Harga diri rendah adalah transisi antara respon diri adaptif dengan konsep diri
maladaptif.
4. Kerancuan identitas adalah kegagalan individu dalam kemalangan aspek
psikososial dan kepribadian dewasa yang harmonis.
5. Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistis terhadap diri sendiri yang
berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat membedakan dirinya
dengan orang lain.
H. Mekanisme koping
Mekanisme koping menurut Deden (2013) :
Jangka pendek :

1. Kegiatan yang dilakukan untuk lari sementara dari krisis : pemakaian obat-obatan,
kerja keras, nonoton tv terus menerus.
2. Kegiatan mengganti identitas sementara: ikut kelompok sosial, keagamaan,
politik.
3. Kegiatan yang memberi dukungan sementara : kompetisi olah raga kontes
popularitas.
4. Kegiatan mencoba menghilangkan anti identitas sementara : penyalahgunaan
obat-obatan.

Jangka Panjang :

1. Menutup identitas : terlalu cepat mengadopsi identitas yang disenangi dari orang-
orang yang berarti, tanpa mengindahkan hasrat, aspirasi atau potensi diri sendiri.
2. Identitas negatif : asumsi yang pertentangan dengan nilai dan harapan masyarakat.

Mekanisme Pertahanan Ego:

Mekanisme pertahanan ego yang sering digunakan adalah : fantasi, disasosiasi,


isolasi, proyeksi, mengalihkan marah berbalik pada diri sendiri dan orang lain.

III. A. Pohon Masalah

Isolasi Sosial = Menarik diri

Gangguan konsep diri = Harga diri Masalah Utama


rendah

Koping individu tidak efektif

IV. Masalah Keperawatan dan data yang perlu dikaji

Data Subjektif
a) Klien mengatakan ingin diakui jati dirinya.
b) Klien mengatakan tidak ada lagi yang peduli dengannya.
c) Klien mengatakan tidak bisa apa-apa.
d) Klien mengatakan dirinya tidak berguna.
e) Klien mengkritik dirinya sendiri.
f) Klien mengatakan enggan berbicara duluan dengan orang lain.
Data Objektif
a) Merusak diri sendiri
b) Menarik diri dari hubungan sosial
c) Tampak mudah tersinggung
d) Suara pelan dan tidak jelas.
e) Kurang energy
f) Kurang spontan
g) Apatis (Acuh terhadap lingkungan)
V. Rencana tindakan keperawatan

Tgl No Dx Perencanaan
Dx keperawaatan Tujuan Kreteria Evaluasi Intervensi
Gangguan TUM: 1. Klien menunjukan 1.1 Membina hubungan
konsep diri: Klien memiliki ekspresi wajah saling percaya dengan
harga diri konsep diri yang bersahabat, menggunakan prinsip
rendah positif menunjukan rasa komunikasi terapeutik :
TUK: senang, ada kontak Sapa klien dengan ramah
1. Klien dapat mata, mau berjabat baik verbal maupun non
membina tangan, mau verbal.
hubungan saling menyebutkan nama, Perkenalkan diri dengan
percaya dengan mau menjawab salam, sopan.
perawat klien mau duduk Tanyakan nama lengkap
berdampingan dengan dan nama panggilan yang
perawat, mau disukai klien.
mengutarakan masalah Jelaskan tujuan
yang dihadapi pertemuan
Jujur dan menepati janji
Tunjukan sikap empati
dan menerima klien apa
adanya.
Beri perhatian dan
perhatikan kebutuhan
dasar klien.

2.  Klien dapat 2.  Klien menyebutkan: 2.1 Diskusikan dengan klien
mengdentifikasi   Aspek positif dan tentang:
aspek positif dan kemampuan yang Aspek positif yang
kemampuan dimiliki klien dimiliki klien, keluarga,
yang dimiliki    Aspek positif keluarga lingkungan.
   Aspek positif Kemampuan yang
lingkungan klien dimiliki klien.
2.2  Bersama klien buat
daftar tentang:
Aspek positif klien,
keluarga, lingkungan
Kemampuan yang
dimiliki klien
2.3  Beri pujian yang
realistis, hindarkan
memberi penilaian
negatif.
3.  Klien dapat 3. Klien mampu 2.4  Diskusikan dengan
menilai menyebutkan klien kemampuan yang
kemampuan kemampuan yang dapat dilaksanakan
yang dimiliki dapat dilaksanakan. 2.5  Diskusikan
untuk kemampuan yang dapat
dilaksanakan dilanjutkan
pelaksanaanya.
4.  Klien dapat 4. Klien mampu 4.1  Rencanakan bersama
merencanakan membuat rencana klien aktivitas yang dapat
kegiatan sesuai kegiatan harian dilakukan klien sesuai
dengan dengan kemampuan
kemampuan klien:
yang dimiliki Kegiatan mandiri
Kegiatan dengan bantuan
4.2  Tingkatkan kegiatan
sesuai kondisi klien.
4.3  Beri contoh cara
pelaksanaan kegiatan
yang dapat klien lakukan.
5. Klien dapat 5. Klien dapat melakukan 5.1  Anjurkan klien untuk
melakukan kegiatan sesuai jadwal melaksanakan kegiatan
kegiatan sesuai yang dibuat. yang telah direncanakan.
rencana yang 5.2  Pantau kegiatan yang
dibuat. dilaksanakan klien.
5.3  Beri pujian atas
usaha yang dilakukan
klien.
5.4  Diskusikan
kemungkinan
pelaksanaan kegiatan
setelah pulang.
   Klien dapat 6. Klien mampu 6.1  Beri pendidikan
memanfaatkan memanfaatkan sistem kesehatan kepada
sistem pendukung yang ada keluarga tentang cara
pendukung yang dikeluarga merawar klien dengan
ada harga diri rendah.
6.2  Bantu keluarga
memberikan dukungan
selama klien dirawat.
6.3  Bantu klien
menyiapkan lingkungan
dirumah.

IV. DAFTAR PUSTAKA

Stuart, W. Gail. (2016). Keperawatan Kesehatan Jiwa. Singapore: Elsevier

Yusuf, Ah, Rizky Fitryasari PK dan Hanik Endang Nihayati. (2015). Buku Ajar
Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika

Keliat, Budi Anna. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas: CMHN(Basic


Course). Jakarta: EGC

Mulyono, Andri,.2013. Asuhan Keperawatan dengan HArgaDiri Rendah diakses


dari http://eprints.ums.ac.id/25936/11/NASKAH_PUBLIKASI.pdf Pada 12 Juni
2018

Halifah, Nur Eka,.2016. Bab II Tinjauan Teori diakses dari


http://repository.ump.ac.id/1076/3/EKA%20NUR%20HALIFAH%20BAB
%20II.pdf pada 12 Juni 2018

Elinia, Sury,.2016. Tinjauan Tero dan Konsep Harga Diri Rendah diakses dari
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/167/jtptunimus-gdl-eliniasury-8333-2-
babii.pdf pada 12 Juni 2018

Saktian, Yusuf,.2018. Strategi Pelaksanaan Isolasi Sosial diakses dari


https://www.academia.edu/28333219/STRATEGI_PELAKSANAAN_ISOLASI_
SOSIAL_STRATEGI_PELAKSANAAN_1_SP_1_ISOLASI_SOSIAL pada 12
Juni 2018
STRATEGI PELAKSANAAN RENCANA TINDAKAN
KEPERAWATAN (SP)
HARGA DIRI RENDAH

1. SP-1 Pasien: Harga Diri Rendah Pertemuan Ke-1: Mendiskusikan kemampuan


dan aspek positif yang dimiliki pasien, membantu pasien menilai kemampuan
yang masih dapat digunakan, membantu pasien memilih/menetapkan  kemampuan
yang akan dilatih, melatih kemampuan yang sudah dipilih dan menyusun jadwal
pelaksanaan kemampuan yang telah dilatih dalam rencana harian.
A. Orientasi

“Selamat pagi, Perkenalkan saya perawat Tika. Saya Mahasiswa Keperawtan


Profesi Ners bina husada. Saya yang akan merawat ibu dari jam 8 pagi sampai
jam 3 sore nanti ya bu”

“Bagaimana keadaan  Ibu S hari ini?  Ibu S terlihat segar“

”Bagaimana, kalau kita berbincang-bincang tentang kemampuan dan kegiatan


yang pernah   Ibu S lakukan? Setelah itu kita akan nilai kegiatan mana yang masih
dapat   Ibu S dilakukan di rumah sakit. Setelah kita nilai, kita akan pilih satu
kegiatan untuk kita latih. Bagaimana menurut Ibu S?”

”Dimana kita akan berbincang-bincang? Bagaimana kalau di ruang tamu saja bu?
Berapa lama kira-kira kita akan ngobrol bu? Apakah cukup 20 menit? Oke cukup
ya bu 20 menit”

B. Kerja

“Ibu S, apa saja kemampuan Ibu S dimiliki? Bagus, apa lagi? Saya buat daftarnya
ya bu. Apa pula kegiatan rumah tangga yang biasa Ibu S lakukan? Bagaimana
dengan merapihkan kamar? Menyapu ? Mencuci piring? Wah, bagus sekali.
Cukup banyak kemampuan dan kegiatan yang  Ibu S miliki “.
”   Ibu S, dari lima kegiatan/kemampuan ini, yang mana yang masih dapat
dikerjakan di rumah sakit? Coba kita lihat, yang pertama bisakah? yang kedua?
sampai 5 (misalnya ada 3 yang masih bisa dilakukan). Bagus sekali ada 3 kegiatan
yang masih bisa dikerjakan di rumah sakit ini”

”Sekarang, coba Ibu S pilih satu kegiatan  yang masih bisa dikerjakan di rumah


sakit ini”.

” Ok, yang nomor satu, merapihkan tempat tidur? Kalau begitu, bagaimana kalau
sekarang kita latihan merapihkan tempat tidur Ibu S ? Mari kita lihat tempat tidur
Ibu S. Coba lihat, sudah rapihkah tempat tidurnya?”

“Nah kalau kita mau merapihkan tempat tidur, mari kita pindahkan dulu bantal
dan selimutnya. Bagus sekali bu. Sekarang kita angkat spreinya dan kasurnya kita
balik. Nah, sekarang kita pasang lagi spreinya, kita mulai dari arah atas, ya bagus
bu S. Sekarang sebelah kaki, tarik dan masukkan, lalu sebelah pinggir masukkan.
Sekarang ambil bantal, rapihkan dan letakkan di sebelah atas/kepala. Mari kita
lipat selimut, nah letakkan sebelah bawah/kaki. Bagus, ibu bisa melakukannya”

” Ibu S sudah bisa merapihkan tempat tidur dengan baik sekali. Coba perhatikan
bedakah dengan sebelum dirapikan? Bagus ”

“ Coba Ibu S lakukan dan jangan lupa memberi tanda M (mandiri) kalau Ibu S
lakukan tanpa disuruh, tulis B (bantuan) jika diingatkan untuk melakukan dan S
(tidak) tidak melakukan”

C. Terminasi

“Bagaimana perasaan  Ibu S setelah berbincang-bincang dan latihan merapihkan


tempat tidur? Iya benar bu. Ibu  S ternyata banyak memiliki kemampuan yang
dapat dilakukan di rumah sakit ini. Salah satunya, merapihkan tempat tidur yang
sudah Ibu S praktekkan dengan baik sekali.  Nah, kemampuan ini dapat dilakukan
juga di rumah setelah pulang ya bu.”
”Sekarang, mari kita masukkan pada jadwal harian. Ibu S mau berapa kali sehari
merapihkan tempat tidur? Bagus, dua kali yaitu pagi-pagi jam berapa ? Lalu
sehabis istirahat jam berapa?”

”Besok pagi  kita latihan lagi kemampuan yang kedua. Ibu S masih ingat kegiatan
apa lagi yang mampu dilakukan di rumah sakit selain merapihkan tempat tidur?
Ya bagus, cuci piring. Kalau begitu kita akan latihan mencuci piring besok jam 8
pagi di dapur ruangan ini sehabis makan pagi  selama 20 menit, menurut ibu
bagaimana? Oke ibu, Sampai jumpa ya”

2. SP-2 Pasien: Harga Diri Rendah Pertemuan Ke-2: Melatih pasien melakukan
kegiatan lain yang sesuai dengan  kemampuan  pasien.
A. Orientasi

“Selamat pagi, Ibu S masih ingat dengan saya? Iya benar sekali bu, saya perawat
Tika yang akan merawat Ibu dari jam 8 sampai jam 3 sore nanti ya bu”

“Bagaimana perasaan Ibu S pagi ini? Wah, tampak cerah”

 ”Bagaimana Ibu S, sudah dicoba merapikan tempat tidur sore kemarin/ Tadi
pagi? Bagus (kalau sudah dilakukan, kalau belum bantu lagi, sekarang kita akan
latihan kemampuan kedua ya bu?. Masih ingat apa kegiatan itu Ibu S?”

”Ya benar, kita akan latihan mencuci piring di dapur ruangan ini, Waktunya
sekitar 20 menit. Bagaimana menurut ibu S?”

B. Kerja:

“Ibu S, sebelum kita mencuci piring kita perlu siapkan dulu perlengkapannya,
yaitu sabut/tapes untuk membersihkan piring, sabun khusus untuk mencuci piring
dan air untuk membilas. Ibu S bisa menggunakan air yang mengalir dari kran ini
ya? Oh ya jangan lupa sediakan tempat sampah untuk membuang sisa-makanan”

“Sekarang saya perlihatkan dulu ya caranya”

“Setelah semua perlengkapan tersedia, Ibu S ambil satu piring kotor lalu buang
dulu sisa kotoran yang ada di piring tersebut ke tempat sampah. Kemudian Ibu S
bersihkan piring tersebut dengan menggunakan sabut/tapes yang sudah diberikan
sabun pencuci piring.  Setelah selesai disabuni, bilas dengan air bersih sampai
tidak ada busa sabun sedikit pun di piring tersebut. Setelah itu  Ibu S bisa
mengeringkan piring yang sudah bersih tadi di rak yang sudah tersedia di dapur.
Nah selesai ibu”

“Sekarang coba Ibu S praktekkan kembali seperti yang saya contohkan tadi bu”

“Bagus sekali, Ibu S dapat mempraktekkan cuci pring dengan baik. Sekarang


dilap tangannya bu”

C. Terminasi :

”Bagaimana perasaan Ibu S setelah latihan cuci piring?”

 “Bagaimana jika kegiatan cuci piring ini dimasukkan menjadi kegiatan sehari-
hari Ibu S? Mau berapa kali Ibu S mencuci piring? Bagus sekali Ibu S mencuci
piring tiga kali setelah makan. “ Coba Ibu S lakukan dan jangan lupa memberi
tanda M (mandiri) kalau Ibu S lakukan tanpa disuruh, tulis B (bantuan) jika
diingatkan untuk melakukan dan T (tidak) tidak melakukan”

”Besok kita akan latihan  untuk kemampuan ketiga, setelah merapihkan tempat


tidur dan cuci piring. Masih ingat kegiatan apakah itu? Ya benar kita akan latihan
mengepel. Mau jam berapa bu kita melakukan latihan mengepel nya? Oke baik
besok jam 9 pagi ya bu setelah ibu selesai merapikan tempat tidur dan mencuci
piring. Dimana kita akan melakukan latihannya bu? Oke baik bu, kita muali dari
ruangan ini saja ya bu. Kalau begitu saya permisi dulu ya bu, Sampai jumpa”

3. SP-3 Keluarga: Harga Diri Rendah Pertemuan Ke-1: Mendiskusikan masalah


yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien di rumah, menjelaskan tentang
pengertian, tanda dan gejala harga diri rendah, menjelaskan cara merawat pasien
dengan harga diri rendah, mendemonstrasikan cara merawat pasien dengan harga
diri rendah, dan memberi kesempatan kepada keluarga untuk mempraktekkan cara
merawat.
A. Orientasi

“Selamat pagi bapak, perkenalkan saya perawat Tika yang merawat ibu S dari
jam 8 pagi ini sampai nanti jam 3 sore”

“Bagaimana keadaan  Bapak pagi ini?”

“Bagaimana kalau pagi ini kita bercakap-cakap tentang cara merawat Ibu S?
Berapa lama waktu Pak butuhkan? 30 menit saja? Baik pak Kita berbincang-
bincangnya diruang Makan saja bagaimana pak? Oke, mari kita keruangan
Makan”

B. Kerja

“Apa yang bapak ketahui tentang masalah Ibu S”

“Ya memang benar sekali Pak, Ibu S itu memang  terlihat tidak percaya diri dan
sering menyalahkan dirinya sendiri. Misalnya pada Ibu S, sering menyalahkan
dirinya dan mengatakan dirinya adalah orang paling bodoh sedunia. Dengan kata
lain, Ibu S memiliki masalah harga diri rendah yang ditandai dengan munculnya
pikiran-pikiran yang selalu negatif terhadap diri sendiri. Bila keadaan Ibu S ini
terus-menerus seperti itu, Ibu S bisa mengalami masalah yang lebih berat lagi,
misalnya Ibu S jadi malu bertemu dengan orang lain dan memilih mengurung
diri”

“Sampai disini, bapak mengerti apa yang dimaksud harga diri rendah?”

“Bagus sekali bapak sudah mengerti”

“Setelah kita mengerti bahwa masalah Ibu S dapat menjadi masalah serius, maka
kita perlu memberikan perawatan yang baik untuk Ibu S”

”Bpk, apa saja kemampuan yang dimiliki Ibu S ? Ya benar, dia juga mengatakan
hal yang sama (kalau sama dengan kemampuan yang dikatakan Ibu S)”

” Ibu S itu telah berlatih dua kegiatan yaitu merapihkan tempat tidur dan cuci
piring. Serta telah dibuat jadual untuk melakukannya. Untuk itu, Bapak dapat
mengingatkan Ibu S untuk melakukan kegiatan tersebut sesuai jadwal. Tolong
bantu menyiapkan alat-alatnya ya Pak dan jangan lupa memberikan pujian agar
harga dirinya meningkat. Ajak pula memberi tanda cek list pada jadwal
kegiatannya”.

”Selain itu, bila Ibu S sudah tidak lagi dirawat di Rumah sakit, bapak tetap  perlu
memantau perkembangan Ibu S. Jika masalah harga dirinya kembali muncul dan
tidak tertangani lagi, bapak dapat membawa Ibu S ke puskesmas”

”Nah, bagaimana kalau sekarang kita praktekkan cara memberikan pujian kepada
Ibu S”

”Temui Ibu S dan tanyakan kegiatan yang sudah dia lakukan lalu berikan pujian
yang yang mengatakan: Bagus sekali Ibu S, kamu sudah semakin terampil
mencuci piring”

”Coba Bapak praktekkan sekarang. Bagus”

C. Terminasi:

”Bagaimana perasaan Bapak setelah percakapan kita ini?”

“Dapatkah Bapak jelaskan kembali maasalah yang dihadapi S dan bagaimana cara
merawatnya?”

“Bagus sekali bapak dapat menjelaskan dengan baik. Nah setiap kali Bapak
kemari lakukan seperti itu dan di rumah juga demikian ya pak. ”

“Bagaimana kalau kita bertemu lagi dua hari mendatang untuk latihan cara
memberi pujian langsung kepada Ibu S. Jam berapa Bapak datang? Baik saya
tunggu ya. Sampai jumpa”

4. SP-4 Keluarga: Harga Diri Rendah Pertemuan Ke-2: Melatih keluarga


mempraktekkan cara merawat pasien dengan masalah harga diri rendah langsung
kepada pasien
A. Orientasi
“Selamat pagi Bapak?”
” Bagaimana perasaan Bapak hari ini?”

”Bapak masih ingat latihan merawat Ibu Bapak seperti yang kita pelajari  dua  hari
yang lalu?”

“Baik, hari ini kita akan mampraktekkannya langsung kepada Ibu S , Waktunya
20 menit. Bagaimana menurut bapak ? Oke kalau begitu, sekarang mari kita temui
Ibu S” 

B. Kerja:

”Selamat pagi Ibu S. Bagaimana perasaan Ibu S hari ini?”

”Hari ini saya datang bersama anak Ibu S. Seperti yang sudah saya katakan
sebelumnya, anak Ibu S juga ingin merawat Ibu S agar cepat pulih.”

(kemudian saudara berbicara kepada keluarga sebagai berikut)

”Nah Pak, sekarang Bapak bisa mempraktekkan apa yang sudah kita latihkan
beberapa hari lalu yaitu memberikan pujian terhadap perkembangan orang tua
Bapak (Perawat mengobservasi keluarga mempraktekkan cara merawat pasien
seperti yang telah dilatihkan pada pertemuan sebelumnya)”

”Bagaimana  perasaan Ibu S setelah berbincang-bincang dengan anak Ibu S?”

”Baiklah,  sekarang saya dan anak Ibu S ke ruang perawat dulu  (Perawat dan
keluarga meninggalkan pasien untuk melakukan terminasi dengan keluarga)”

C. Terminasi:

“ Bagaimana perasaan Bapak setelah kita latihan tadi?”

“Mulai sekarang Bapak sudah bisa melakukan cara merawat seperti yang tadi
kepada Ibu S ya”.

Anda mungkin juga menyukai