DEMAM DENGUE
Penyusun :
Dokter Pendamping :
JAWA TENGAH
2020
1
BORANG PORTOFOLIO
Nama Peserta : dr. Shintia Malinda
Nama Wahana : RSUD Batang
Topik : Demam Dengue
Tanggal Kasus :
Nama Pasien : An. W No.RM : 2402xx
Nama Pendamping :
Tanggal Presentasi :
dr. Utariyah Budiastuti
BAB I
LAPORAN KASUS
2
A. IDENTITAS
Nama : An. W
Umur : 12 Tahun
No. CM : 2402xx
Agama : Islam
Pendidikan : SD
A. ANAMNESIS
Autoanamnesis dilakukan pada tanggal 17 Januari pukul 08.00 WIB di
Bangsal Flamboyan RSUD Batang
Keluhan Utama :
Demam 4 hari
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang diantar keluarganya ke IGD RSUD Batang dengan keluhan
demam mendadak dan terus menerus sejak 4 hari SMRS. Demam tidak
disertai menggigil dan berkeringat. Mimisan dan gusi berdarah disangkal.
Bintik kemerahan di kulit disangkal. Kejang (-), riwayat kejang (-)
Pasien mengeluh mual (+), muntah (+) 3x berisi makanan dan air. Setiap
makan pasien merasa mual. Batuk dan pilek disangkal. Pasien mengeluh
pusing, dan nyeri otot.
3
Pasien mengeluh BAK dirasakan normal, BAB cair (+) sejak 3 hari yang
lalu, sehari 4x cair (+) ampas (+), lendir (-), darah (-).
Riwayat keluhan serupa (-), riwayat keluarga sakit demam berdarah
(+) kurang lebih 1 minggu yang lalu.
Riwayat Penyakit Dahulu :
B. ANAMNESIS SISTEM
1. Sistem serebrospinal: pusing (+), kejang (-) demam (+)
2. Sistem kardiovaskuler: berdebar debar (-), sesak nafas (-) nyeri dada (-)
3. Sistem respirasi: Batuk (-) pilek (-)
4. Sistem gastrointestinal: mual (+), muntah (+) nyeri perut epigastrium
5. Sistem muskuloskeletal: lemah ekstremitas (-) nyeri otot (+)
6. Sistem integumen: pucat (-), gatal (-) bintik kemerahan (-)
7. Sistem urogenital: nyeri berkemih (-) nyeri pinggang (-)
C. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum: tampak sakit ringan,
Kesadaran: compos mentis.
4
Tanda vital :
- Tekanan darah : tidak dilakukan
- HR (Nadi) : 96 x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup
- RR (Laju Nafas) : 22x/menit
- Suhu : 39,3oC
- Status gizi : normoweight
Status Internus
- Kepala : mesocephale, rambut hitam
- Wajah : pucat (-), kuning (-)
- Mata : sklera ikterik (-/-), konjungtiva anemis (-/-), pupil isokor
- Hidung : epistaksis (-/-), discharge (-), septum deviasi (-)
nafas cuping hidung(-)
- Telinga : discharge (-/-)
- Bibir : sianosis (-),sariawan (-), kering (-), lidah kotor (-)
- Tenggorokan : faring hiperemis (-), pembesaran tonsil (-)
- Leher : simetris, pembesaran kelenjar limfe (-)
- Thoraks : dalam batas normal
- Abdomen : supel, bising usus (+) 15x/menit, nyeri tekan epigastric
(+)
- Ekstremitas : Superior Inferior
Akral hangat (+/+) (+/+)
Edema (-/-) (-/-)
Sianosis (-/-) (-/-)
Ptekie (-/-) (-/-)
D. DIAGNOSA BANDING
- Demam dengue
- Demam tifoid
- Gastroenteritis akut
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium Darah tanggal 17 Januari 2020
Pemeriksaan Angka Satuan Nilai Normal
Hemoglobin 15.0 gr/dl 4.00 – 10.50
5
Eritrosit 5.23 106ul 4.0 – 5.3
Hematokrit 41.3 % 35 – 45
MCV 79.0 fL 80 – 95
MCH 28.7 Pg 27 – 33
MCHC 36.3 % 33.2 – 35.3
Leukosit 2.67 103ul 5,0 – 10,0
Trombosit 36 103ul 150 – 400
Eosinofil 0,0 % 1–3
Basofil 0,4 % 0–1
Neutrofil 30.3 % 50 – 70
Limfosit 55.4 % 20 – 40
Monosit 13.9 % 2–8
LED 1 jam 20.0 Mm/jam <25
LED 2 jam 44.0 Mm/2jam <30
IgM Dengue (+)
IgG Dengue (-)
IgM Salmonella (-)
6
Trombosit 142 103ul 150 – 400
Eosinofil 0,0 % 1–3
Basofil 0,2 % 0–1
Neutrofil 33.8 % 50 – 70
Limfosit 53.4 % 20 – 40
Monosit 12.6 % 2–8
LED 1 jam 18.0 Mm/jam <25
LED 2 jam 35.0 Mm/2jam <30
F. DIAGNOSA KERJA
Demam Dengue
G. PENATALAKSANAAN
1. Non medikamentosa
Tirah baring total
Diit Lunak
2. Medikamentosa
Infus RL 12 tpm
Inj. Dexamethason ½ ampul/8 jam
Infus Paracetamol 500 mg/ 8 jam (jika suhu diatas 37,5ʼC)
PO Fuzide syrup 4 x 1 Cth
PO Sucralfat + Antasida (puyer dalam kapsul) 3 x 1 caps
PO Psidii syrup 3 x 2 Cth
H. FOLLOW UP
17/01/202 S: pasien mengeluh demam sudah 5 Infus RL 12 tpm
0 hari naik turun terutama sore hari, Inj.
mual (+), muntah (+), BAB cair 2x Dexamethason ½
O: KU: tampak sakit sedang ampul/8 jam
TD: - HR: 96 Infus Paracetamol
S: 38,9 RR: 20 500 mg/ 8 jam
7
- Kepala: ca (-/-), si (-/-) (jika suhu diatas
- Tho: dada simetris, dinding 37,5ʼC)
dada>dinding abdomen, PO Fuzide syrup
fremitus (+/+), SDV (+/+), rh 4 x 1 Cth
(-/-), wh (-/-) PO Sucralfat +
- Cor: HR 96, iktus tidak Antasida (puyer
tampak, tidak teraba, BJ I II dalam kapsul) 3 x
murni reg, bising (-) 1 caps
- Abd : supel, BU (+) N, nyeri PO Psidii syrup 3
tekan epigastric (+), x 2 Cth
hepatosplenomegali (-) Periksa lab darah
Ekstr: akral hangat, edem (-) rutin, IgM IgG
salmonela dan
A: observasi febris hari ke 5 susp dengue
demam dengue
18/01/202 S: keluhan mual berkurang, demam Infus RL 12 tpm
0 turun Inj.
O: KU: tampak sakit sedang Dexamethason ½
TD: - HR: 98 ampul/8 jam
S: 37,6 RR: 20 Infus Paracetamol
- Kepala: ca (-/-), si (-/-) 500 mg/ 8 jam
- Tho: dada simetris, dinding (jika suhu diatas
dada>dinding abdomen, 37,5ʼC)
fremitus (+/+), SDV (+/+), rh PO Fuzide syrup
(-/-), wh (-/-) 4 x 1 Cth
- Cor: HR 98, iktus tidak PO Sucralfat +
tampak, tidak teraba, BJ I II Antasida (puyer
murni reg, bising (-) dalam kapsul) 3 x
- Abd : supel, BU (+) N, nyeri 1 caps
tekan epigastric (-), PO Psidii syrup 3
hepatosplenomegali (-) x 2 Cth
Ekstr: akral hangat, edem (-)
Periksa ulang lab
darah rutin
Pemeriksaan penunjang :
Leukopenia, trombositosis, IgM
demgue (+)
A: Demam Dengue
19/01/202 S: demam (-), mual (-) Infus RL 12 tpm
0 O: KU: tampak sakit sedang Inj.
TD: - HR: 92 Dexamethason ½
S: 36,7 RR: 20 ampul/8 jam
- Kepala: ca (-/-), si (-/-) Infus Paracetamol
- Tho: dada simetris, dinding 500 mg/ 8 jam
dada>dinding abdomen, (jika suhu diatas
fremitus (+/+), SDV (+/+), rh 37,5ʼC)
(-/-), wh (-/-) PO Fuzide syrup
- Cor: HR 92, iktus tidak 4 x 1 Cth
8
tampak, tidak teraba, BJ I II PO Sucralfat +
murni reg, bising (-) Antasida (puyer
- Abd : supel, BU (+) N, nyeri dalam kapsul) 3 x
tekan epigastric (-), 1 caps
hepatosplenomegali (-) PO Psidii syrup 3
Ekstr: akral hangat, edem (-) x 2 Cth
Periksa ulang lab
A: Demam Dengue darah rutin
20/01/202 S: demam (-), mual (-) Infus RL 12 tpm
0 O: KU: tampak sakit sedang Inj.
TD: - HR: 88 Dexamethason ½
S: 36,3 RR: 20 ampul/8 jam
- Kepala: ca (-/-), si (-/-) Infus Paracetamol
- Tho: dada simetris, dinding 500 mg/ 8 jam
dada>dinding abdomen, (jika suhu diatas
fremitus (+/+), SDV (+/+), rh 37,5ʼC)
(-/-), wh (-/-) PO Fuzide syrup
- Cor: HR 92, iktus tidak 4 x 1 Cth
tampak, tidak teraba, BJ I II PO Sucralfat +
murni reg, bising (-) Antasida (puyer
- Abd : supel, BU (+) N, nyeri dalam kapsul) 3 x
tekan epigastric (-), 1 caps
hepatosplenomegali (-) PO Psidii syrup 3
Ekstr: akral hangat, edem (-) x 2 Cth
Periksa ulang lab
A: Demam Dengue (perbaikan)
darah rutin
21/01/202 S: demam (-), mual (-) Infus RL 12 tpm
0 O: KU: tampak sakit sedang Inj.
TD: - HR: 92 Dexamethason ½
S: 36,7 RR: 20 ampul/8 jam
- Kepala: ca (-/-), si (-/-) Infus Paracetamol
- Tho: dada simetris, dinding 500 mg/ 8 jam
dada>dinding abdomen, (jika suhu diatas
fremitus (+/+), SDV (+/+), rh 37,5ʼC)
(-/-), wh (-/-) PO Fuzide syrup
- Cor: HR 92, iktus tidak 4 x 1 Cth
tampak, tidak teraba, BJ I II PO Sucralfat +
murni reg, bising (-) Antasida (puyer
- Abd : supel, BU (+) N, nyeri dalam kapsul) 3 x
tekan epigastric (-), 1 caps
hepatosplenomegali (-) PO Psidii syrup 3
Ekstr: akral hangat, edem (-) x 2 Cth
BLPL
A: Demam Dengue (perbaikan)
9
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
B. Epidemiologi
11
Morbiditas dan mortalitas infeksi virus dengue dipengaruhi
berbagai faktor antara lain status imunitas pejamu, kepadatan vektor
nyamuk, transmisi virus dengue, keganasan (virulensi) virus dengue, dan
kondisi geografis setempat. Dalam kurun waktu 30 tahun sejak ditemukan
virus dengue di Surabaya dan Jakarta, baik dalam jumlah penderita
maupun daerah penyebaran penyakit terjadi peningkatan yang pesat.
Sampai saat ini DD dan DBD telah ditemukan di seluruh propinsi di
Indonesia, dan 200 kota telah melaporkan adanya kejadian luar biasa.
Incident rate meningkat dari 0,005 per 100,000 penduduk pada tahun 1968
menjadi berkisar antara 6-27 per 100,000 penduduk. Pola berjangkit
infeksi virus dengue dipengaruhi oleh iklim dan kelembaban udara. Pada
suhu yang panas (28-320C) dengan kelembaban yang tinggi,nyamuk Aedes
akan tetap bertahan hidup untuk jangka waktu lama. Di Indonesia, karena
suhu udara dan kelembaban tidak sama di setiap tempat, maka pola waktu
terjadinya penyakit agak berbeda untuk setiap tempat.
C. Etiologi
12
Infeksi dengan salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi
seumur hidup terhadap serotipe yang bersangkutan tetapi tidak ada
perlindungan terhadap serotipe yang lain. Disamping itu urutan infeksi
serotipe merupakan suatu faktor risiko karena lebih dari 20 % urutan
infeksi virus Den-1 yang disusul Den-2 mengakibatkan renjatan,
sedangkan faktor risiko terjadinya renjatan untuk urutan virus Den-3 yang
diikuti oleh Den-2 adalah 2 %.2
13
vektor yang kurang berperan. Nyamuk Aedes tersebut dapat mengandung
virus Dengue pada saat menggigit manusia yang sedang mengalami
viremia. Kemudian virus yang berada di kelenjar liur berkembang biak
dalam waktu 8-10 hari (extrinsic incubation period) sebelum dapat
ditularkan kembali kepada manusia pada saat gigitan berikutnya. Virus
dalam tubuh nyamuk betina dapat ditularkan kepada telurnya
(transovarian transmission), namun perannya dalam penularan virus tidak
terlalu penting. Sekali virus dapat masuk dan berkembang biak di dalam
tubuh nyamuk, nyamuk tersebut akan dapat menularkan virus selama
hidupnya (infektif). Di tubuh manusia, virus memerlukan waktu masa
tunas 4-6 hari (intrinsic incubation period) sebelum menimbulkan
penyakit. Penularan dari manusia yang sedang mengalami viremia, yaitu 2
hari sebelum panas sampai 5 hari setelah demam timbul.
D. Patofisiologi
14
Proses ini akan diikuti dengan dilepaskannya mediator-mediator
yang merangsang terjadinya gejala sistemik seperti demam, nyeri sendi,
nyeri otot, dan gejala lainnya. Juga bisa terjadi agregasi trombosit yang
menyebabkan trombositopenia ringan.
E. Patogenesis
15
Virus Dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes menyerang
sistem RES seperti sel kupfer di sinusoid hepar, endotel pembuluh darah,
nodus limfaticus, sum - sum tulang serta paru-paru. Dalam peredaran
darah virus akan difagosit oleh monosit. Setelah genom virus masuk ke
dalam sel maka dengan bantuan organel-organel sel genom virus akan
memulai membentuk komponen-komponen strukturalnya. Setelah
berkembang biak di dalam sitoplasma sel maka virus akan dilepaskan dari
sel.
- Netralisasi virus
- Sitolisis komplemen
- Antibodi Dependent Cell-mediated Cytotoxicity (ADCC)
- Antibodi Dependent Enhancement
Secara in vivo antibodi terhadap virus Den berperan dalam 2 hal yaitu :
16
a. Antibodi netralisasi memiliki serotipe spesifik yang dapat mencegah
infeksi-infeksi virus.
b. Antibodi non netralising memiliki peran cross-reaktif dan dapat
meningkatkan infeksi yang berperan dalam patogenesis DBD dan
Dengue Shock Syndrome (DSS).
Bagan 1
17
Spektrum Klinis Infeksi Virus Dengue
Asimtomatik Simtomatik
DD DBD
G. Gejala Klinis
18
Masa tunas berkisar antara 3-5 hari (pada umumnya 5-8 hari).
Awal penyakit biasanya mendadak. Gejala klasik dari demam dengue ialah
gejala demam tinggi mendadak, kadang – kadang bifasik (saddle back
fever), nyeri kepala berat, nyeri belakang bola mata, nyeri otot, tulang,
atau sendi, mual, muntah dan timbulnya ruam. Dijumpai trias sindrom,
yaitu demam tinggi nyeri pada anggota badan dan timbulnya ruam (rash).
Ruam timbul pada 6-12 sebelum suhu naik pertama kali, yaitu pada hari
sakit ke 3-5 berlangsung 3-4 hari. Ruam berbentuk makulopapular yang
menghilang pada tekanan terdapat di dada, tubuh serta abdomen,
menyebar ke anggota gerak dan muka. Ruam menghilang tanpa bekas dan
selanjutnya timbul ruam merah halus pada hari ke-6 dan ke-7 terutama di
daerah kaki, telapak kaki dan tangan.
19
menorargi dan menstruasi dini, abortus atau kelahiran bayi berat badan
lahir rendah, mungkin sekali akibat perdarahan uterus.
20
Demam Dengue Gejala klinis Demam Berdarah
(DD) Dengue (DBD)
++ Nyeri kepala +
+++ Muntah ++
+ Mual +
++ Nyeri otot +
++ Ruam kulit +
++ Diare +
+ Batuk +
+ Pilek +
++ Limfadenopati +
+ Kejang +
0 Kesdaran menurun ++
0 Obstipasi +
+ Uji tourrniquet positif ++
++++ Petekie +++
0 Perdarahan saluran cerna +
++ Hepatomegali +++
+ Nyeri perut +++
++ Trombositopenia ++++
0 Syok +++
H. Pemeriksaan Laboratorium
21
Fase akut (awal) akan dijumpai jumlah leukosit yang normal
kemudian menjadi leukopenia selama fase demam. Jumlah trombosit pada
umumnya normal demikian pula semua faktor pembekuan. Tetapi saat
epidemi dapat dijumpai trombositopenia dan manifestasi perdarahan.
Serum biokimia pada umumnya normal namun enzim hati dapat
meningkat.
I. Diagnosis
a. Anamnesis
22
- Demam merupakan tanda utama, terjadi mendadak tinggi,
selama 2-7 hari
- Disertai lesu, tidak mau makan dan muntah
- Pada anak besar dapat dapat mengeluh nyeri kepala, nyeri otot,
dan nyeri perut
- Diare kadang-kadang dapat ditemukan
- Perdarahan paling sering dijumpai adalah perdarahan kulit dan
mimisan
b. Pemeriksaan Fisik
c. Pemeriksaan Laboratorium
- Pada fase akut (awal demam) akan dijumpai jumlah leukosit normal,
kemudian menjadi leukopenia selama fase demam
- Jumlah trombosit pada umumnya normal, demikian pula semua faktor
pembekuan
- Pada saat epidemik dapat dijumpai trombositopenia
23
- Uji HI ≥ 1.280 dan atau IgM Anti Dengue positif
- Serum biokimia pada umumnya normal, namun enzim hati dapat
meningkat
J. Diagnosis Banding
K. Penatalaksanaan
Pada pasien DD, saat suhu turun pada umumnya merupakan tanda
merupakan tanda penyembuhan. Meskipun demikian semua pasien harus
diobservasi terhadap komplikasi yang dapat terjadi selama 2 hari setelah
suhu turun. Hal ini disebaBkan karena oleh karena kemungkinan kita sulit
membedakan antara DD dan DBD pada fase demam. Perbedaan akan
tampak jelas pada saat suhu turun, yaitu pada DD akan terjadi
penyembuhan sedangkan pada DBD terdapat tanda awal kegagalan
sirkulasi (syok).
24
Komplikasi perdarahan dapat terjadi pada DD tanpa disertai gejala
syok. Oleh karena itu, orang tua atau pasien dinasehati bila terasa nyeri
perut hebat, buang air besar hitam, atau terdapat perdarahan kulit serta
mukosa seperti mimisan, perdarahan gusi, apalagi bila disertai berkeringat
dan kulit dingin, hal tersebut merupakan tanda kegawatan, sehingga harus
segera dibawa ke rumah sakit . Pada pasien yang tidak mengalami
komplikasi setelah suhu turun 2-3 hari, tidak perlu lagi diobservasi. Pada
saat kita menjumpai pasien tersangka infeksi dengue, maka bagan 2 dapat
dipergunakan.
Bagan 2
Tatalaksana Kasus Tersangka DBD
Tersangka DBD
25
Demam tinggi, mendadak terus-menerus
<7 hari tidak disertai infeksi saluran nafas
bagian atas, badan lemah & lesu.
Tanda syok
Muntah terus-menerus Periksa uji torniquet
Kejang
Kesadaran menurun
Muntah darah
Berak hitam
Uji Torniquet (+) Uji Torniquet (-)
Segera bawa ke RS
L. Prognosis
26
BAB III
PEMBAHASAN
Kasus ini adalah seorang anak laki-laki usia 12 tahun, datang dengan
keluhan demam yang mendadak dan terus menerus selama 5 hari. Pada anamnesis
27
didapatkan bahwa pasien merasa pusing disertai mual dan muntah. Pasien juga
mengeluhkan nyeri-nyeri pada otot. Pasien juga mengeluh BAB cair. Pasien sudah
sempat berobat namun keluhan tidak berkurang. Pasien merasa semakin lemas dan
tidak nafsu makan.
Pada pemeriksaan fisis keadaan umum lemah dengan nyeri tekan abdomen
di epigastric area. Berdasarkan anamnesis dan hasil pemeriksaan fisis ditegakkan
diagnosis banding berupa demam dengue, demam tifoid dan gastroenteritis akut.
Lalu dilakukan pemeriksaan darah rutin, IgM dan IgG anti dengue serta IgM
Salmonella untuk melihat dan menyingkirkan diagnosis banding sementara pasien
dipasang jalur intravena dan diberikan cairan rumatan serta obat untuk
mengurangi mualnya. Diberikan terapi intravena RL 12 tpm, paracetamol infus,
ondansentron untuk mualnya setiap 8 jam.
Terdapat tiga faktor yang memegang peranan pada penularan infeksi virus
dengue, yaitu manusia, virus, dan vektor perantara. Virus Dengue ditularkan
kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti . Nyamuk Aedes tersebut
dapat mengandung virus Dengue pada saat menggigit manusia yang sedang
mengalami viremia. Kemudian virus yang berada di kelenjar liur berkembang biak
dalam waktu 8-10 hari (extrinsic incubation period) sebelum dapat ditularkan
kembali kepada manusia pada saat gigitan berikutnya. Di tubuh manusia, virus
memerlukan waktu masa tunas 4-6 hari (intrinsic incubation period) sebelum
menimbulkan penyakit. Penularan dari manusia yang sedang mengalami viremia,
yaitu 2 hari sebelum panas sampai 5 hari setelah demam timbul.
Pengobatan adalah suportif. Pada fase demam pasien dianjurkan tirah
baring. selama masih demam, obat antipiretik atau kompres hangat diberikan
apabila diperlukan. Untuk menurunkan suhu menjadi < 390 C, dianjurkan
pemberian parasetamol. Di anjurkan pemberian cairan dan elektrolit per oral, jus
28
buah, sirop, susu, selain air putih, dianjurkan paling sedikit diberikan selama 2
hari. Tidak boleh dilupakan monitor suhu, jumlah trombosit serta kadar
hematokrit sampai normal kembali
DAFTAR PUSTAKA
29
3. Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media
Aesculapius Fakultas Kedokteran UI. Hal : 428- 433
4. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2004. Tatalaksana Demam
Berdarah Dengue di Indonesia. Jakarta. Hal : 1-26
5. Nelson, E Waldo. 2010. Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15 Volume 2. Jakarta
: EGC. Hal : 1131-1139
6. Pudjiadi, Antonius H, dkk. 2009. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan
Dokter Anak Indonesia. Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia. Hal :
141-145
1. Bhan MK, Bahl R, Bhatnagar S. Typhoid fever and paratyphoid fever. Lancet
2005; 366: 749-62. 2. Bhutta ZA. Typhoid fever: current concepts. Infect Dis Clin
Pract 2006; 14: 266-72. 3. Parry CM. Epidemiological and clinical aspects of
human typhoid fever [Internet]. 2005 [cited 2011 Mar 3]. Available from:
www.cambridge.org 4. Pohan HT. Management of resistant Salmonella infection.
Paper presented at: 12th Jakarta Antimicrobial Update; 2011 April 16-17; Jakarta,
Indonesia. 5. Vollaard AM, Ali S, Van Asten HAGH, Widjaja S, Visser LG,
Surjadi C, et. al. Risk factors for typhoid and paratyphoid fever in Jakarta,
Indonesia. JAMA 2004; 291: 2607-15. 6. Ochiai RL, Acosta JC, Danovaro-
Holliday MC, Baiqing D, Bhattacharya SK, Agtini M, et al. A study of typhoid
fever in fi ve Asian countries: disease burden and implications for controls. Bull
World Health Organ. 2008;86:260-8. 7. Typhoid fever. Surgery in Africa-
30
Monthly Review [Internet]. 2006 Feb 11 [cited 2011 Mar 3 ]. Available from:
http://www.ptolemy.ca/members/archives/2006/typhoid_fever.htm 8. Zulkarnain
I. Diagnosis demam tifoid. In: Zulkarnain I, Editors. Buku panduan dan diskusi
demam tifoid. Jakarta: Pusat Informasi dan Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit
Dalam FKUI; 2000: p.6-12. 9. Mehta KK. Changing trends in typhoid fever.
Medicine Update 2008; 18: 201-4. 10. Bhutta ZA. Current concepts in the
diagnosis and treatment of typhoid fever. BMJ 2006; 333: 78-82. 11. Background
document: the diagnosis, treatment, and prevention of typhoid fever [Internet].
2003 [cited 2010 Nov 25]. Available from: www.who-int/vaccines-documents/
12. Nelwan RHH, Lie KC, Hadisaputro S, Suwandoyo E, Suharto, Nasronudin, et
al. A single-blind randomized multicentre comparative study of effi cacy and
safety of levofl oxacin vs ciprofl oxacin in the treatment of uncomplicated typhoid
fever. Paper presented at: 55th Annual Meeting ASTMH; 2006 Nov; Atlanta,
USA. 13. Nelwan RHH, Chen K, Nafrialdi, Paramita D. Open study on effi cacy
and safety of levofl oxacin in treatment of uncomplicated typhoid fever. Southeast
Asian J Trop Med Public Health 2006; 37(1): 126-30. 14. Thaver D, Zaidi AKM,
Critchley J, Azmatullah A, Madni SA, Bhutta ZA. A comparison of fl
uoroquinolones versus other antibiotics for treating enteric fever: meta-analysis.
BMJ 2009; 338: 1-11. 15. Kalra SP, Naithani N, Mehta SR, Swamy AJ. Current
trends in the management of typhoid fever. MJAFI 2003; 59: 130-5.
31