Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL TERNAK

PRAKTIKUM IV
PEROBAAN ABON TELUR

OLEH :

NAMA : ULMI AIDHA MUKHLIS


NIM : I011 19 1039
KEL/GEL : XV (LIMA BELAS) / II (DUA)
WAKTU : MINGGU, 7 MARET 2021
ASISTEN : FITRI ARMIANTI ARIEF S.Pt

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021

61
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Telur merupakan salah satu sumber protein hewani yang dibutuhkan oleh

tubuh, dan mengandung asam amino esensial yang lengkap. Telur merupakan

bahan makanan yang sangat akrab dengan kehidupan kita sehari-hari. Telur

sebagai sumber protein mempunyai banyak keunggulan antara lain, kandungan

asam amino paling lengkap dibandingkan bahan makanan lain seperti ikan,

daging, ayam, tahu, tempe, dan lain-lain. Telur mempunyai cita rasa yang enak

sehingga digemari oleh banyak orang. Protein telur merupakan salah satu dari

protein yang berkualitas terbaik, dan dianggap mempunyai nilai biologi yang

tinggi dan dapat dipilah menjadi protein putih telur dan protein kuning telur.

Namun dengan kandungan protein yang tinggi telur mudah rusak dan akan

mempengaruhi masa simpan, maka telur perlu dilakukan pengolahan.

Pengolahan merupakan salah satu cara untuk memperpanjang masa

simpan serta mutu dari suatu bahan pangan. Menggunakan proses pengolahan

yang baik tentunya akan menghasilkan produk yang baik pula. Namun, dari

sekian banyak jenis pengolahan, perlu diketahui pengolahan yang paling tepat

untuk menghasilkan suatu produk sehingga dapat meminimalisir tingkat

kehilangan atau penurunan kandungan gizi yang dikandung setelah diolah,

sehingga nutrisi yang terdapat pada bahan tersebut tetap dapat dipertahankan.

Pengolahan dapat dilakukan pada semua produk hasil ternak salah satunya abon

telur.

62
Abon merupakan salah satu produk olahan yang sudah dikenal banyak

orang. Pada prinsipnya abon merupakan suatu proses pengawetan, yaitu

kombinasi antara perebusan dan penggorengan dengan menambahkan bumbu-

bumbu. Produk yang dihasilkan mempunyai tekstur, aroma, dan rasa yang khas.

Selain itu, proses pembuatan abon yaitu proses pengurangan kadar air dalam

bahan pangan yang bertujuan untuk memperpanjang proses penyimpanan. Hal

inilah yang melatarbelakangi dilakukannya praktikum Teknologi Pengolahan

Hasil Ternak mengenai Percobaan Abon Telur.

Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dilakukanya praktikum Teknologi Pengolahan Hasil Ternak

mengenai Percobaan Abon Telur yaitu untuk megetahui cara pengolahan telur

menjadi abon dan meghasilkan produk abon yang berkualitas sehingga baik

dikonsumsi.

Kegunaan dilakukannya praktikum Teknologi Pengolahan Hasil Ternak

mengenai Percobaan Abon Telur yaitu agar mahasiswa dapat mengetahui cara

pembuatan abon telur dengan cara yang benar dan higenis sehingga menghasilkan

produk abon yang dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif pengolahan bahan

pangan.

63
TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Umum Telur Ayam

Telur merupakan salah satu produk hewani yang berasal dari ternak

unggas dan telah dikenal sebagai bahan pangan sumber protein yang bermutu

tinggi. Telur sebagai bahan pangan mempunyai banyak kelebihan misalnya,

kandungan gizi telur yang tinggi, harganya relatif murah bila dibandingkan

dengan bahan sumber protein lainnya. Telur mudah mengalami penurunan

kualitas yang disebabkan oleh kerusakan secara fisik, serta penguapan air,

karbondioksida, amonia, nitrogen, dan hidrogen sulfida dari dalam telur. Lama

penyimpanan menentukan kualitas telur, semakin lama telur disimpan, kualitas

dan kesegaran telur semakin menurun (Djaelani, 2016).

Telur mengandung banyak protein esensial, lemak, vitamin, mineral, dan

senyawa bioaktif, dan komposisi serta jumlah bersihnya dapat dipengaruhi oleh

strain, usia, pola makan ayam, dan kondisi lingkungan. Rasio nutrisi dengan

kepadatan energi satu telur yang sangat tinggi dengan banyak nutrisi penting

(Kuang dkk., 2018).

Kualitas telur adalah sesuatu yang dinilai, dilihat dan diamati pada telur

untuk perbandingan baik atau tidaknya telur sehingga dapat dipergunakan untuk

kebutuhan konsumen. Kualitas eksternal dilihat pada kebersihan kulit, tekstur dan

bentuk telur, sedangkan kualitas internal dapat dilihat pada putih bentuk kuning

telur dan kekuatan kuning telur. Penurunan pada kualitas interior dapat diketahui

64
dengan menimbang bobot telur atau meneropong ruang udara (air cell) dan dapat

juga dengan memecahkan telur untuk diperiksa kondisi kuning telur dan putih

telur (HU). Semakin tua umur telur, maka diameter putih telur akan melebar

sehingga indeks putih telur semakin kecil. Pertukaran gas antara udara luar

dengan isi telur dengan melalui pori-pori kerabang telur dan penguapan air akibat

dari lama penyimpanan, suhu, kelembaban dan porositas kerabang telur

(Widyantara dkk., 2017).

Tinjauan Umum Abon Telur

Abon termasuk salah satu makanan yang tahan lama yang memiliki

protein tinggi dan memiliki kadar kolesterol yang rendah, yang sudah dikenal

oleh masyarakat luas. Abon biasanya diolah dari daging sapi akan tetapi, daging

ikan juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan abon. Abon

termasuk salah satu makanan yang tahan lama yang memiliki protein tinggi dan

memiliki kadar kolesterol yang rendah, yang sudah dikenal oleh masyarakat luas.

Abon biasanya diolah dari daging sapi akan tetapi selain daging sapi, daging ikan

juga dapat di manfaatkan sebagai bahan baku pembuatan abon. Seperti halnya

produk abon yang terbuat dari daging sapi, abon ikan juga cocok dikonsumsi

sebagai lauk atau pelengkap makan ketan dan lainnya (Musyaddad, 2019).

Abon telur merupakan produk olahan lain dari telur, dimana melalui

proses pengocokan telur (pencampuran kuning dan putih), lalu diaduk melalui

saringan stainless steel diatas penggorengan sampai terbentuk serabut-serabut

seperti pada abon daging, kemudian ditambahkan bumbu-bumbu yang biasa

digunakan dalam pembuatan abon, diaduk sampai merata, Campuan bumbu dan

serabut-serabut telur tersebut kemudian diperas menggunakan mesin pemeras

65
(spinner) untuk mengeluarkan minyak sehingga abon menjadi lebih kering. Abon

telur yang dibuat dengan komposisi bumbu dan lama penggorengan yang tepat

akan memberikan warna dan rasa yang tidak berbeda jauh dengan abon daging

pada umumnya (Abustam dkk., 2016).

Salah satu bentuk olahan produk makanan yang bisa dibuat dari ikan-ikan

tersebut adalah abon. Abon adalah makanan yang dibuat dari daging yang di

suwir-suwir atau dipisahkan seratnya, kemudian ditambahkan bumbu-bumbu dan

digoreng. Daging yang umum digunakan untuk pembuatan abon adalah daging

sapi atau kerbau. Semua jenis daging termasuk daging ikan dapat digunakan

untuk pembuatan abon. Kadar air merupakan komponen penting dalam bahan

pangan, karena dapat mempengaruhi kesegaran, tekstur serta cita rasa pangan.

Pada produk pangan yang kering seperti dendeng, kerupuk, dan abon. Kadar air

yang tinggi dapat dapat menyebabkan produk lebih mudah mengalami kerusakan,

karena adanya mikroorganisme perusak yang memanfaatkan banyaknya air dalam

produk untuk pertumbuhannya (Aditya dkk., 2016).

Pengeringan

Pengeringan adalah suatu proses pembuangan air yang terkandung pada

suatu material yang dikeringkan. Pada proses pengeringan perlu adanya fluida

udara kering yang mampu menyerap air di dalam material tersebut. Upaya yang

dapat dilakukan untuk membuat udara kering adalah dengan melakukan

pemanasan terhadap udara tersebut sebelum melintasi material yang dikeringkan

(Suriadi dan Murti, 2011).

Metode pengeringan abon yang telah dikenal adalah pengeringan dengan

memanfaatkan panas matahari secara langsung dan pengeringan mekanis

66
menggunakan alat pengering yang dirancang khusus. Keunggulan pengeringan

vakum dibandingkan dengan pengering lain ialah proses pengeringan

berlangsung lebih cepat. Mengungkapkan bahwa pengeringan dengan

menggunakan metode dengan sinar matahari memiliki kekurangan seperti mudah

terkontaminasi berbagai kotoran, panasnya tergantung pada pancaran sinar

matahari, dan laju pengeringan lambat. Pada pengeringan vakum (vaccum dryer)

kadar air bahan dikurangi dengan menguapkannya di bawah atmosfir. Metode

pengeringan ini biasanya digunakan untuk bahan-bahan yang sensitif terhadap

panas. Dengan keadaan demikian pengeringan tipe vakum cocok digunakan

sebagai alat pengering bahan pangan seperti cabai (Reringga dkk., 2019).

Proses pengeringan merupakan tahap akhir yang sangat menentukan daya

tahan produk dan tekstur yang akan dihasilkan. Spinner mengeringkan hampir

seluruh kadar minyak yang ada pada abon basah untuk menghasilkan abon kering

yang siap dikemas dan dipasarkan. Abon yang dikeringkan menggunakan spinner

didinginkan terlebih dahulu agar abon yang berada dalam kemasan tidak

menyebabkan bau tidak sedap. Abon dikemas menggunakan plastic alumunium

foil. Setelah dimasukkan ke dalam kemasan, segera lakukan pengepresan untuk

menghindari masuknya udara ke dalam kemasan sehingga dapat bertahan selama

kurang lebih tiga bulan apabila disimpan dalam ruangan yang terlindungi dari

sinar matahari (Yulia, 2021).

Bahan Tambahan Pangan

Bahan tambahan pangan (BTP) merupakan bahan

campuran yang ditambahkan pada pangan pada pembuatan,

pengolahan, penyiapan, perlakuan, pengepakan, pengemasan,

67
penyimpanan atau pengangkutan makanan untuk menghasilkan

atau diharapkan menghasilkan (langsung atau tidak langsung)

dengan tujuan membuat sifat ataupun bentuk pangan sesuai

dengan yang diharapkan. Masyarakat sering menggunakan BTP

tersebut dalam pembuatan pangan sehingga perlu adanya

pengawasan dan kewaspadaan terhadap pemakaian BTP karena

tidak sedikit masyarakat yang menyalahgunakan pemakainan

BTP pada pangan sehingga berdampak pada kesehatan

masyarakat (Muharrani, 2015).

Bawang merah (Allium ascalonicum L.) salah satu

komoditas utama sayuran di Indonesia dan mempunyai banyak

manfaat. Bawang termasuk ke dalam kelompok rempah yang

berfungsi sebagai bumbu penyedap makanan serta bahan obat

tradisional. Bawang merah memiliki kandungan karbohidrat,

gula, asam lemak, protein dan mineral lainnya yang dibutuhkan

oleh tubuh manusia (Tandi dkk., 2015).

Bawang putih (Allium sativum) memiliki 33 komponen

sulfur, 17 asam amino, beberapa enzim dan mineral. Komponen

sulfur inilah yang memberikan bau khas dan berbagai efek obat

dari bawang putih. Bawang putih juga dapat meningkatkan

aktivitas enzim-enzim pankreas sehingga dapat memperbaiki

penyerapan nutrisi (Berliana dkk., 2020).

Gula merah merupakan salah satu bahan pangan yang

dibuat dari nira palma termasuk kelapa dan aren. Gula merah

68
sering digunakan sebagai bahan tambahan pangan. Gula merah

mempunyai kelebihan antara lain warna kecoklatan dan aroma

yang khas serta mempunyai nilai indeks glikemik yang rendah

dibandingkan gula pasir yaitu 35 sehingga baik dikonsumsi oleh

penderita diabetes atau masyarakat yang ingin menjaga

kesehatan (Nawansih dkk., 2017).

Ketumbar (Coriandrum sativum) adalah tumbuhan rempah-rempah yang

populer. Buahnya yang kecil dikeringkan dan diperdagangkan, baik digerus

maupun tidak. Bentuk yang tidak digerus mirip dengan lada, seperti biji kecil-

kecil berdiameter 1-2 mm. Manfaat yang diambil dari ketumbar adalah daun, biji,

dan buah. Ketumbar juga sering digunakan sebagai salah satu bahan tambahan

pangan dalam masakan (Hendrawati dkk., 2014).

Kecap kedelai dibuat menggunakan kacang kedelai yang dicampurkan

dengan terigu, garam, air, dan mikroba seperti Aspergillus oryzae atau

Aspergillus zozae. Selain melalui proses fermentasi, kecap kedelai dapat dibuat

melalui proses hidrolisis protein nabati (hydrolyzed vegetable protein/ HVP).

Kecap yang melalui proses HVP tersebut dibuat dengan menghidrolisis protein

kedelai menjadi asam amino melalui hidrolisis asam, kemudian dicampur dengan

gula, pewarna, dan bahanbahan pencitarasa lainnya sehingga memiliki citarasa

menyerupai kecap kedelai yang dibuat melalui proses fermentasi (Meutia, 2015).

Lada salah satu bahan alami yang mudah didapat dan harganya

terjangkau. Dari beberapa macam lada, lada yang biasa ditemui sehari-hari adalah

lada hitam dan lada putih.dikenal. Warna lada yang berbeda-beda disebabkan

perbedaan waktu panen dan pengolahan setelah panen. Pengolahan yang berbeda

69
menyebabkan kandungan setiap macam warna lada juga berbeda meskipun

berasal dari jenis lada yang sama. Di dalam buah lada terdapat kandungan yang

bermanfaat bagi tubuh salah satunya sebagai antibakteri. Antibakteri yang ada

pada buah lada adalah fenol, alkaloid, dan minyak esensial (Putri dkk., 2017).

Tamarindus indica atau yang sering dikenal dengan nama Asam Jawa

memiliki rasa asam yang menyenangkan dan aroma yang kaya, dan karenanya,

digunakan sebagai bahan utamanya agen asam untuk kari, saus, dan minuman.

Penambahan ekstrak pulp buah T. indica pada berbagai makanan maupun

minuman memberi efek yang menyegarkan serta memberi aroma yang khas

sehingga meningkatkan cita rasanya. Selain itu asam jawa juga digunakan sebagai

bahan tambahan pangan dalam masakan (Silalahi, 2020).

70
METODE PRAKTIKUM

Waktu dan Tempat

Praktikum Teknologi Pengolahan Hasil Ternak mengenai Percobaan Abon

Telur dilakukan pada hari Minggu, 7 Maret 2021, pukul 08:00 sampai selesai. Di

Laboratorium Bioteknologi Pengolahan Susu, Fakultas Peternakan, Universitas

Hasanuddin, Makassar.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum mengenai Percobaan Abon Telur

yaitu pisau, wajan, sendok, kompor, saringan minyak, wadah Abon, timbangan,

piring dan spinner.

Bahan yang digunakan dalam praktikum mengenai Percobaan Abon Telur

adalah telur ayam sebanyak 3 butir, gula merah 16,67% , kecap 8,3%, garam

6,6%, bawang putih 6,6% , bawang merah 6,6%, penyedap rasa 5%, asam jawa

71
tanpa biji sebanyak 8%, ketumbar 3,3%, merica bubuk 6,6% dan minyak goreng

secukupnya.

Prosedur Kerja

Menyiapkan wadah pencampur, memisahkan asam jawa dari bijinya dan

menimbang bahan sesuai kebutuhan. Memasukkan 3 butir telur, mengocok telur

tersebut menggunakan sendok, setelah itu memasukkan semua bumbu ke dalam

wadah yang berisi telur. Menggoreng adonan abon dengan menuang sedikit demi

sedikit menggunakan saringan, hingga berwarna kecoklatan. Tahap terakhir,

meniriskan abon dan memasukkannya ke dalam spinner atau alat pengepress

sampai minyaknya tidak menetes lagi dan siap untuk melakukan uji daya

penerimaan.

Diagram Alir Percobaan Abon Telur

Diagram Alir Praktikum Teknologi Pengolahan Hasil Ternak mengenai

Percobaan Abon Telur dapat di lihat pada gambar berikut :

Menyiapkan
Wadah

Memisahkan asam jawa dan


bijinya Gula merah, garam,
bawang putih, bawang
merah, penyedap rasa,
Mencampur Bumbu ketumbar, kecap,
merica, air asam jawa

Memanaskan minyak

Menuang adonan ke dalam minyak

Menggoreng hingga

kecoklatan

72
Meniriskan

Memasukkan abon ke dalam


Mengepress abon sampai minyak tidak menetes lagi

Abon Telur

Uji Daya Penerimaan

Gambar 3. Diagram Alir Percobaan Abon Telur

Uji Daya Penerimaan

Berikut adalah uji daya penerimaan pada Percobaan Abon Telur.

Warna
Hitam Coklat Muda

1 2 3 4 5 6
Keterangan :
1 = Hitam 3 = Agak Cokelat 5 = Cokelat
2 = Agak Hitam 4 = Cokelat Tua 6 = Cokelat Muda

Tekstur
Kasar Halus

1 2 3 4 5 6
Keterangan :
1 = Kasar 3 = Sedikit Kasar 5 = Agak Halus
2 = Agak Kasar 4 = Sedikit Halus 6 = Halus

Aroma
Tidak Beraroma Telur Sangat Aroma Telur

1 2 3 4 5 6

73
Keterangan :
1 = Tidak Beraroma Telur 3 = Sedikit Beraroma 5 = Beraroma
2 = Hampir Tidak Beraroma 4 = Agak Beraroma 6 = Sangat Beraroma

Kesukaan
Tidak Suka Sangat Suka

1 2 3 4 5 6
Keterangan :
1 = Tidak Suka 3 = Sedikit Tidak Suka 5 = Suka
2 = Hampir Tidak Suka 4 = Agak Suka 6 = Sangat Suka

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan di Laboratorium

Teknologi Pengolahan Hasil Ternak Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin,

Makassar diperoleh hasil seperti pada Tabel 5.

Tabel 5. Hasil Uji Daya Penerimaan Pada Percobaan Abon Telur


Parameter Nilai Keterangan
Warna 2 Hampir Hitam
Tekstur 2 Agak Kasar
Aroma 4 Agak Beraroma
Kesukaan 3 Sedikit Suka
Sumber : Data Hasil Praktikum Teknologi Pengolahan Hasil Ternak, Fakultas
Peternakan, Universitas Hasanuddin, Makassar, 2021.

Pada uji daya penerimaan pada percobaan abon telur diperoleh hasil pada

parameter warna memiliki nilai 2 (Hampir Hitam), sedangkan pada tekstur

memiliki nilai 2 (Agak Kasar), kemudian pada aroma diperoleh nilai 4 (Agak

Beraroma) dan pada parameter terakhir yaitu kesukaan nilai 3 (Sedikit Suka) pada

percobaan Abon Telur. Hal ini sesuai dengan pendapat pendapat Rohmawati dkk.

(2013) yang menyatakan bahwa Warna kecoklatan pada abon modifikasi

74
disebabkan adanya penambahan gula merah yang dipanaskan pada saat proses

pembuatan abon modifikasi. Terdapat lima sebab yang dapat mengakibatkan

suatu bahan makanan berwarna, yaitu salah satunya adalah reaksi

karamelisasi yang timbul bila gula dipanaskan maka makanan tersebut akan

membentuk warna hampir hitam.

Berdasarkan Tabel 5 diperoleh hasil uji daya penerimaan Abon Telur

yang pada parameter warna dengan skala 2 yaitu menghasilkan warna hampir

hitam. Hal ini dikarenakan pengaruh oleh lamanya waktu dan proses

penggorengan dan juga dipengaruhi oleh suhu minyak yang sangat tinggi .Hal ini

sesuai dengan pendapat Muliawati dkk. (2016) yang menyatakan bahwa

penggorengan merupakan proses pemanasan produk dengan suhu tinggi dan

medium minyak goreng sebagai penghantar panas. Selama proses penggorengan

terjadi perubahan fisik, kimia dan sifat sensori. Faktor suhu dan lama waktu

penggorengan sangat menentukan hasil gorengan, yang dinilai berdasarkan rupa,

flavour, lemak. Semakin tinggi suhu dan semakin lama waktu penggorengan

maka akan merubah warna dan rasa.

Berdasarkan Tabel 5 pada uji daya penerimaan Abon Telur pada

parameter tekstur dengan skala 2 yaitu menghasilkan tekstur agak kasar dimana

hal ini disebabkan oleh kandungan air pada telur sebagai bahan dasar abon telur

dapat mempengaruhi tekstur dari abon telur itu sendiri. Hal ini sesuai dengan

pendapat Ofiranti (2015) yang menyatakan bahwa air yang terkandung dalam

bahan makanan dapat mempengaruhi tekstur dan cita rasa makanan. Semakin

sedikit air dalam bahan makanan, maka tekstur bahan makanan semakin kasar.

75
Berdasarkan Tabel 5 diperoleh hasil uji daya penerimaan yaitu Abon

Telur pada parameter aroma pada skala 4 yang agak beraroma telur dimana hal

ini dipengaruhi oleh telur yang digunakan dalam pembuatan abon telur sehingga

berpengaruh pada aroma yang dihasilkan pada akhir. Hal ini sesuai dengan

pendapat Agustina dkk. (2013) yang menyatakan bahwa Putih telur merupakan

salah satu bagian dari sebuah telur yang utuh. Lapisan kental terdiri atas lapisan

kental dalam dan lapisan kental luar dimana lapisan kental dalam hanya 3% dari

volume total putih telur dan lapisan kental putih telur mengandung protein

dengan karakteristik gel yang berhubungan dengan jumlah ovomucin protein dan

menghasilkan produk dengan tekstur, aroma dan rasa yang khas.

Berdasarkan Tabel 5 diperoleh hasil uji daya penerimaan yaitu abon telur

memiliki nilai parameter 3 yaitu sedikit suka hal ini dipengaruhi oleh bahan yang

digunakan dalam pembuatan abon adalah bahan-bahan yang tersedia dan banyak

tersedia dipasaran dan juga dipengaruhi tekstur yang agak kasar dan rasa yang

kurang enak. Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Ningrum dkk. (2013) yang

menyatakan bahwa panelis dan masyarakat lebih menyukai abon telur yang

memiliki tektur yang halus. Hal ini dipengaruhi oleh bahan-bahan yang

digunakan.

76
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum Teknologi Pengolahan Hasil Ternak mengenai

Percobaan Abon Telur dapat disimpulkan bahwa diperoleh hasil uji daya

penerimaan yaitu warna dengan nilai 2 yang berarti hampir hitam, Tekstur dengan

nilai 2 yang berarti agak kasar, Aroma dengan nilai 4 yang agak beraroma telur

dan kesukaan dengan nilai 3 yang berarti sedikit suka terhadap abon telur.

Saran

Terlebih dahulu mensterilkan bahan bahan yang akan digunakan dan

mencuci tangan terlebih dahulu agar tidak terdapat kotoran saat proses percobaan

sehingga hasil yang diperoleh maksimal dan melengkapi alat- alat yang

diperlukan di lab.

77
DAFTAR PUSTAKA

Abustam, E., R. Malaka, H. M. Ali, M. I. Said, J. C. Likadja, S. Baco, F.


Maruddin, F. N. Yuliati, E. Murpiningrum. 2016. Penerapan teknologi
pengolahan telur itik pada kelompok wanita tani ternak itik Libureng di
Desa Libureng Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten Barru. Jurnal Ilmu-
Ilmu Peternakan. 2 (2) : 133-148.

Aditya, H. P., Herpandi, S. Lestari. 2016. Karakteristik fisik, kimia dan sensoris
abon ikan dari berbagai ikan ekonomis rendah. Jurnal Teknologi Hasil
Perikanan. 5 (1) : 61-72.

Berliana, Nelwida, dan Nurhayati. 2020. Massa protein dan lemak daging dada
pada ayam broiler yang mengkonsumsi ransum mengandung bawang
hitam (Black garlic). Jurnal Sain Peternakan. 18 (1) : 15-22.

Djaelani, M. A. 2016. Kualitas telur ayam ras (Gallus l) setelah penyimpanan


yang dilakukan pencelupan pada air mendidih dan air kapur sebelum
penyimpanan. Buletin Anatomi dan Fisiologi. 24 (1) : 122-127.

Hendrawati, V. S., I. N. G. Suyasa, I. N. Sujaya. Efektifitas larutan bawang putih


(Allium sativum L.) dan ketumbar (Ciriandrum sativum) terhadap daya
awet tahu Lombok. Jurnal Kesehatan Linkungan, 4 (1) : 79-87.

78
Kuang, H., F. Yang. Zhang, Y., Wang, T., dan Chen, G. 2018. The impact off egg
nutrient composition and its consumption on cholesterol homeostatis.

Meutia, Y. R. 2015. Standarisasi produk kecap kedelai manis sebagai produk khas
Indonesia. Jurnal Standarisasi. 17 (2) : 147-156.

Muharrani, L.K. 2015. Anlisis kualitatif kandungan boraks pada krupuk puli di
Kecamatan Kamal. Jurnal Pena Sains. 2 (2) : 120-124.

Muliawati, M., S. Mus, dan D. Buchari. 2016. The effect of the temperature and
frying time on the quality of spice shredded fish of little tuna (euthynnus
affinis). Jurnal Online Mahasiswa. 1 (1) : 1-9.

Musyaddad, A., A. Ramadhani, M. A. Pratama, Juliyanto, I. Safitri, dan N. Fitri.


2019. Produksi abon ikan lele sebagai alternative usaha untuk
meningkatkan perekonomian masyarakat Desa Pelutan. Asian Journal of
Innovation and Entrepreneurship. 4 (3) : 199-206.

Nawansih, O., S. Rizal, dan W. R. Hartari. 2017. Survey mutu dan keamanan gula
merah di pasar Kota Bandar Lampung. Jurnal Teknologi Hasil Pertanian.
1 (1) : 1-15.

Ningrum, E.M., M.I. Said, dan Muh. Hatta. 2013. Pengaruh penggunaan daging
buah semu jambu mete dan telur infertil sebagai bahan dasar pembuatan
abon Telur. Universitas Hasanuddin. Makassar.

Ofrianti, Y dan Jamila. W. 2015. Pengaruh variasi konsentrasi tepung kedelai


sebagai bahan pengikat terhadap kadar air dan mutu organoleptik nugget
ikan gabus (Ophiocephalus Sriatus). Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes
Bengkulu. Bengkulu.

Putri, I. Z., M. C. Effendi, dan Sumarno. 2017. Perbedaan efek antibateri ekstrak
etanol lada hitam (Piper Ningrum L.) dengan ekstrak etanol lada putih
(Piper Ningrum l.) terhadap Sterptococcus Mutasn secara In Vitro.
Journal of Dentistry. 1 (1) : 1-7.

Reringga, L., Mursalin, I. Rahmayani. 2019. Kajian proses pengeringan cabai


merah (Capsicum annum L.) menggunakan vaccum dryer dengan
penambahan Maltodekstrin dan aplikasinya dalam pembuatan abon
cabai. Semirata. 1-20.

79
Rohmawati, Sulistiyani, L. Y. Ratnawati. 2013. Pengaruh penambahan keluwih(a
rtocarpus camasi) terhadap mutu fisik, kadar protein, dan kadar air
abon lele dumbo (clarias gariepinus). Jurnal Ikesma. 9(2): 127-5.

Silalahi, M. 2020. Bioaktivitas asam jawa (Tamarindus indica) dan


pemanfaatannya. Jurnal Biologi dan Pembelajarannya. 7 (2) : 85-91.

Suriadi. I. G. A. K., dan Murti. M. R. 2011. Kesetimbangan energi termal dan


efisiensi transient pengering aliran alami memanfaatkan kombinasi dua
energi. Jurnall teknik industri. 12(1): 34-37.

Tandi, O. G., J. Paulus, dan A. Pinaria. 2015. Pertumbuhan dan produksi bawang
merah (Allium ascalonicum L.) berbasis aplikasi biourine sapi. Jurnal
Eugenia. 21 (3) : 1-9.

Widyantara, P. R. A., G. A. M. K. Dewi, dan I. N. T. Ariana. 2017. Pengaruh


lama penyimpanan terhadap kualitas telur konsumsi ayam kampung dan
ayam Lohman Brown. Majalah Ilmiah Peternakan. 20 (1) : 5-11.

Yulia. 2021. Pendampingan analisis usaha pembuatan abon rebung di UKM “Raja
Abon Makmur Lestari” Kelurahan Air Kepala Tujuh Kota Pangkal
Pinang. Jurnal Abdidas 2 (1) : 59-68.

80
LAMPIRAN

Lampiran 5. Perhitungan Uji Daya Perhitungan Percobaan Abon Telur

Warna
5( 2) 10
= =2 (Hampir Hitam)
5 5

Tekstur
3 (2 )+2 ( 3 ) 6+6 12
= = = 2,4 = 2 (Agak Kasar)
5 5 5

Aroma
3 (3 )+ 2 ( 5 ) 9+10 19
= = = 3,8 = 4 (Agak Beraroma)
5 5 5

Kesukaan
3 ( 4 )+1 ( 2 ) +1(1) 12+ 2+ 1 15
=¿
5
= 5 = 3 (Sedikit Suka)
5

81
Lampiran 6. Dokumentasi Percobaan Abon Telur

Ket. Bahan Abon Telur Ket. Pencampuran Bahan

82
Ket. Proses Penggorengan Ket. Pengepresan

Ket. Abon Telur

83

Anda mungkin juga menyukai