Anda di halaman 1dari 7

Nama: Nadia Gania Syifa

Kelas: 12 MIPA 3

TUGAS AGAMA
1. Pengertian waris menurut istilah dan bahasa
Pengertian waris menurut bahasa adalah berpindahnya sesuatu (baik itu materi atau
non-materi) dari orang yang satu ke orang yang lain. Waris ini mengakar pada kata
Al-Irts atau pun Al-Mirats. Adapun menurut ISTILAH, pengertian waris adalah
berpindahnya harta (hak dan kewajiban) mereka yang sudah wafat kepada golongan
yang disebut dengan ahli waris yang merupakan kerabat atau karena adanya hubungan
perkawinan sesuai dengan aturan syariat islam

2. Sebutkan rukun rukun waris beserta penjelasannya


Rukun waris itu ada tiga macam, yaitu :

a. Waris (ahli waris)


Waris adalah orang yang akan mewarisi harta peninggalan lantaran mempunyai
hubungan sebab-sebab untuk mempusakai seperti adanya ikatan perkawinan,
hubungan darah (keturunan) yang hubungan hak perwalian dengan si muwaris
(Abdullah, 1960:57).

b. Muwaris (yang mewariskan)


Muwaris adalah orang yang meninggal dunia, baik mati hakiki maupun mati hukmi.
Mati hukmi ialah suatu kematian yang dinyatakan oleh keputusan hakim atas dasar
beberapa sebab, walaupun ia sesungguhnya belum mati sejati (Rahman, 1981:37).

c. Maurusun atau tirkah (harta peninggalan)


Maurus adalah harta benda yang ditinggalkan oleh orang yang meninggal dunia yang
akan diwarisi kepada ahli waris setelah diambil biaya-biaya perawatan, melunasi
hutang-hutang dan melaksanakan wasiat. Harta peninggalan ini oleh para faradhiyun
disebut juga dengan tirkah atau turats (Rahman, 1981:37).

3. Syarat waris mewarisi


1. Matinya Orang yang Mewariskan
Kematian orang yang mewariskan harus bisa dibuktikan, baik dengan
pemeriksaan teliti, terdapat saksi, hingga diberitakan sudah meninggal dari pihak
yang dapat dipercaya.
Bagi orang yang sedang sakit parah atau koma berkepanjangan, maka hartanya
belum bisa diwariskan. Bagaimanapun juga harta warisan menjadi sah jika pewaris
sudah benar-benar meninggal.
Untuk kasus orang hilang yang kabarnya tidak bisa diketahui, kematian dapat
dinyatakan melalui putusan hakim sehingga harta warisan dapat dibagi kepada ahli
warisnya.

2. Hidupnya Orang yang Mewarisi


Jika pewaris sudah dipastikan meninggal, maka ahli waris yang akan menerima
hartanya harus dalam keadaan hidup, kendati dalam keadaan sekarat, meskipun tak
lama kemudian menyusul meninggal.

3. Terdapat Hubungan Ahli Waris dengan Si Mayit


Syarat lain yang mesti dipenuhi adalah adanya hubungan antara ahli waris dengan
pewaris, baik melalui kekerabatan nasab, hubungan pernikahan, atau pemerdekaan
budak (wala').
Namun, kendati memiliki hubungan tertentu yang menjadikan ahli waris dapat
menerima pusaka, terdapat penghalang yang membatalkan warisan.
Misalnya jika ahli waris membunuh pewarisnya maka ia diharamkan memperoleh
warisan sebagaimana sabda Nabi Muhammad, "Pembunuh tidak berhak mendapat
apa-apa. Jika tidak ada pewaris yang lain, maka pewarisnya orang terdekat darinya,
dan pembunuh tidak dapat mewarisi apa pun." (HR. Abu Daud)

4. Satu Alasan yang Menetapkan Seseorang Bisa Mendapatkan Warisan Secara


Rinci
Syarat terakhir ini ditetapkan oleh hakim untuk menunjukkan bahwa seseorang
adalah ahli waris yang berhak menerima warisan dari pewaris atau tidak. Pernyataan
saksi saja tidak cukup, kecuali terdapat alasan pewarisan yang masuk akal.

4. Pembagian ahli waris itu siapa saja


Ahli waris dari pihak laki-laki ialah:
a. Anak laki-laki (al ibn).
b. Cucu laki-laki, yaitu anak laki-laki dan seterusnya kebawah (ibnul ibn) .
c. Bapak (al ab).
d. Datuk, yaitu bapak dari bapak (al jad).
e. Saudara laki-laki seibu sebapak (al akh as syqiq).
f. Saudara laki-laki sebapak (al akh liab).
g. Saudara laki-laki seibu (al akh lium).
h. Keponakan laki-laki seibu sebapak (ibnul akh as syaqiq).
i. Keponakan laki-laki sebapak (ibnul akh liab).
j. Paman seibu sebapak.
k. Paman sebapak (al ammu liab).
l. Sepupu laki-laki seibu sebapak (ibnul ammy as syaqiq).
m. Sepupu laki-laki sebapak (ibnul ammy liab).
n. Suami (az zauj).
o. Laki-laki yang memerdekakan, maksudnya adalah orang yang memerdekakan seorang
hamba apabila sihamba tidak mempunyai ahli waris.
Sedangkan ahli waris dari pihak perempuan adalah:
a. Anak perempuan (al bint).
b. Cucu perempuan (bintul ibn).
c. Ibu (al um).
d. Nenek, yaitu ibunya ibu ( al jaddatun).
e. Nenek dari pihak bapak (al jaddah minal ab).
f. Saudara perempuan seibu sebapak (al ukhtus syaqiq).
g. Saudara perempuan sebapak (al ukhtu liab).
h. Saudara perempuan seibu (al ukhtu lium).
i. Isteri (az zaujah).
j. Perempuan yang memerdekakan (al mu’tiqah).

5. Penyebab hak waris dan apa yang menggugurkannya


Penyebab  Menerima Warisan
Menurut Ali ash Shabuny, (1995:55), yang menyebabkan seseorang berhak menerima
harta waris adalah sebagai berikut:
1.  Kekerabatan, merupakan hubungan nasab seperti ibu, bapak, anak-anak, saudara-
saudara, para paman dan lain-lain. Dijelaskan dalam surat al-anfal ayat 8 (2) yang
berhak menerima warisan adalah orang tua, anak dan orang-orang yang bernasab bagi
mereka.
2. Pernikahan, merupakan pernikahan yang sah antara suami dan istri. Sekalipun
sesudah pernikahan belum terjadi persetubuhan atau berduaan di tempat sepi (khalwat).
Dan mengenai pernikahan yang batal atau fasid tidak berhak menerima warisan.
3. Perbudakan, merupakan hubungan antara budak dan orang yang memerdekakannya,
apabila budak yang dimerdekakan tidak mempunyai ahli waris berhak menghabiskan
hartanya.
4. Tujuan Islam (Jihatul al-Islam), yaitu bagi orang yang tidak mempunyai ahli waris maka
hartanya ditaruh di Baitul Mal untuk kepentingan orang Islam.

Penghalang Hak Waris


Warisan akan terhalang oleh 4 hal yaitu sebagai berikut:
1. Perbudakan, seorang yang berstatus budak yang tidak mempunyai hak untuk mewarisi
dari saudaranya sendiri. (Q.S An Nahl ayat 75). Sedangkan menurut Idris Ramulyo,
perbudakan menjadi penghalang mewarisi bukan karena status sosialnya, tetapi karena
dipandang sebagai hamba sahaya yang tidak cakap menguasai harta benda.
2. Pembunuhan, pembunuhan terhadap pewaris  oleh ahli waris menyebabkan tidak
dapat mewarisi harta yang ditinggal oleh orang yang bunuh, meskipun yang dibunuh
tidak meninggalkan ahli waris lain selain yang dibunuh.
3. Berlainan agama, keadaan berlainan agama akan menghalangi mendapatkan harta
warisan, dalam hal ini yang dimaksud adalah antara ahli waris dengan muwarris yang
berbeda agama.
4. Berlainan negara, dilihat dari segi agama orang yang mewariskan dan orang yang
mewarisi, berlainan negara diklasifikasikan menjadi dua yaitu berlainan negara antar
orang-orang non muslim dan berlainan negara antar orang Islam.

6. Hukum yang mempelajari ilmu waris, sebutkan beserta hadist/dalilnya


Hukum mempelajari ilmu warisan islam bagi seorang yang muslim adalah wajib. Ilmu
kewarisan dalam islam disebut dengan istilah ilmu mawaris atau ilmu faraid. Karena
dengan mempelajari ilmu mawaris umat islam dapat mengatahui bagaimana cara
membagi harta warisan yang sesuia syari'at. Imu mawaris juga memberikan
informasi kepada umat islam tetang siapa aja yang berhak menerimana harta
warisan serta bagian harta mana saja yang bisa diwariskan.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam  bersabda kepada Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu,

‫ع ِم ْن أ ُ َّمتِي‬
ُ ‫ َوهُ َو أَ َّو ُل َش ْي ٍء يُ ْن َز‬،‫ فَإِنَّهُ نِصْ فُ ْال ِع ْل ِم َوهُ َو يُ ْن َسى‬،‫ض َو َعلِّ ُموهَا‬
َ ِ‫يَا أَبَا هُ َر ْي َرةَ تَ َعل َّ ُموا ْالفَ َرائ‬

“Wahai Abu Hurairah, belajarlah ilmu faraidh dan ajarkanlah, karena sesungguhnya ia


adalah setengah dari ilmu. Dan ilmu itu akan dilupakan dan dia adalah ilmu yang pertama
kali dicabut dari umatku.” (HR. Ibnu Majah no. 2719) [1]

7. Dalil tentang waris

Dalil-Dalil Yang Terkait Dengan Warisan


Qs. Annisaa : 11-14
ُ‫َت َوا ِح َدةً فَلَهَا النِّصْ ف‬ ْ ‫ك َوإِن َكان‬ َ ‫ق ْاثنَتَ ْي ِن فَلَه َُّن ثُلُثَا َما تَ َر‬ َ ْ‫صي ُك ُم هّللا ُ فِي أَوْ الَ ِد ُك ْم لِل َّذ َك ِر ِم ْث ُل َحظِّ األُنثَيَي ِْن فَإِن ُك َّن نِ َساء فَو‬ِ ‫يُو‬
ٌ‫ث فَإِن َكانَ لَهُ إِ ْخ َوة‬ ُ ُ‫ك إِن َكانَ لَهُ َولَ ٌد فَإِن لَّ ْم يَ ُكن لَّهُ َولَ ٌد َو َو ِرثَهُ أَبَ َواهُ فَألُ ِّم ِه الثُّل‬ ُ ْ
َ ‫اح ٍد ِّمنهُ َما ال ُّسدسُ ِم َّما تَ َر‬ ُ َ
ِ ‫َوألبَ َو ْي ِه لِك ِّل َو‬
َ‫ضةً ِّمنَ هّللا ِ إِ َّن هّللا َ َكان‬ َ ِ ‫ي‬ ‫ر‬ َ ‫ف‬ ً ‫ا‬ ‫ع‬‫ف‬ْ َ ‫ن‬ ‫م‬ْ ُ
‫ك‬ َ ‫ل‬ ُ‫ب‬‫ر‬ ْ
‫ق‬
َ َْ ‫أ‬ ‫م‬ُ ‫ه‬ ‫ي‬
ُّ َ ‫أ‬ ‫ر‬
َ‫ُون‬ ‫د‬ْ َ ‫ت‬ َ ‫ال‬ ‫م‬
ْ ُ
‫ك‬ ُ
‫ؤ‬ ‫بنا‬َ ‫أ‬ ‫و‬ ‫م‬ ُ
‫ك‬
َ ْ َ ٍُ
‫ؤ‬ ‫آ‬‫ب‬‫آ‬ ‫ن‬ ْ
‫ي‬ ‫د‬َ ْ‫و‬َ ‫أ‬ ‫ا‬ ‫ه‬‫ب‬
َِ ِ ‫ي‬ ‫ُوص‬ ‫ي‬ ‫ة‬
ٍ َّ ‫ي‬‫ص‬ِ َ ِ ْ َ‫فَألُ ِّم ِه ال ُّس ُدسُ ِمن ب‬
‫و‬ ‫د‬ ‫ع‬
١١- ً ‫ َعلِيما َح ِكيما‬-
Allah Mensyariatkan (Mewajibkan) kepadamu tentang (pembagian warisan untuk) anak-
anakmu, (yaitu) bagian seorang anak laki-laki sama dengan bagian dua orang anak
perempuan. Dan jika anak itu semuanya perempuan yang jumlahnya lebih dari dua,
maka bagian mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Jika dia (anak perempuan)
itu seorang saja, maka dia memperoleh setengah (harta yang ditinggalkan). Dan untuk
kedua ibu-bapak, bagian masing-masing seperenam dari harta yang ditinggalkan, jikadia
(yang meninggal) mempunyai anak. Jika dia (yang meninggal) tidak mempunyai anak dan
dia diwarisi oleh kedua ibu-bapaknya (saja), maka ibunya mendapat sepertiga. Jika dia
(yang meninggal) mempunyai beberapa saudara, maka ibunya mendapat seperenam.
(Pembagian-pembagian tersebut di atas) setelah (dipenuhi) wasiat yang dibuatnya atau
(dan setelah dibayar) hutangnya. (Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak
mengetahui siapa di antara mereka yang lebih banyak manfaatnya bagimu. Ini adalah
ketetapan Allah. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana. (11)

‫ُوصينَ بِهَا أَوْ َدي ٍْن‬


ِ ‫صيَّ ٍة ي‬ ِ ‫ك أَ ْز َوا ُج ُك ْم إِن لَّ ْم يَ ُكن لَّه َُّن َولَ ٌد فَإِن َكانَ لَه َُّن َولَ ٌد فَلَ ُك ُم الرُّ بُ ُع ِم َّما تَ َر ْكنَ ِمن بَ ْع ِد َو‬
َ ‫َولَ ُك ْم نِصْ فُ َما ت ََر‬
َ
َ‫صيَّ ٍة تُوصُونَ بِهَا أوْ َد ْي ٍن َوإِن َكان‬ ُّ َّ َّ
ِ ‫َولَه َُّن الرُّ بُ ُع ِم َّما تَ َر ْكتُ ْم إِن ل ْم يَ ُكن ل ُك ْم َولَ ٌد فَإِن َكانَ لَ ُك ْم َولَ ٌد فَلَه َُّن الث ُمنُ ِم َّما تَ َر ْكتُم ِّمن بَ ْع ِد َو‬
ِ ‫اح ٍد ِّم ْنهُ َما ال ُّس ُدسُ فَإِن َكانُ َو ْا أَ ْكثَ َر ِمن َذلِكَ فهُ ْم ش َركاء فِي الثل‬
‫ث ِمن بَ ْع ِ}د‬ ُ ُّ َ ُ َ ِ ‫ت فَلِ ُك ِّل َو‬ٌ ‫ث َكالَلَةً أَو ا ْم َرأَةٌ َولَهُ أَ ٌخ أَوْ أُ ْخ‬ ُ ‫َر ُج ٌل يُو َر‬
١٢- ‫صيَّةً ِّمنَ هّللا ِ َوهّللا ُ َعلِي ٌم َحلِي ٌم‬ َ ‫صى بِهَا أَوْ َد ْي ٍن َغ ْي َر ُم‬
ِ ‫ضآرٍّ َو‬ َ ‫صيَّ ٍة يُو‬ ِ ‫ َو‬-
Dan bagianmu (suami-suami) adalah seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh istri-istrimu,
jika mereka tidak mempunyai anak. Jika mereka (istri-istrimu) itu mempunyai anak, maka
kamu mendapat seperempat dari harta yang ditinggalkannya setelah (dipenuhi) wasiat yang
mereka buat atau (dan setelah dibayar) hutangnya. Para istri memperoleh seperempat
harta yang kamu tinggalkan jika kamu tidak mempunyai anak. Jika kamu mempunyai anak,
maka para istri memperoleh seperdelapan dari harta yang kamu tinggalkan (setelah
dipenuhi) wasiat yang kamu buat atau (dan setelah dibayar) hutang-hutangmu. Jika
seseorang meninggal, baik laki-laki maupun perempuan yang tidak meninggalkan ayah dan
tidak meninggalkan anak, tetapi mempunyai seorang saudara laki-laki (seibu) atau seorang
saudara perempuan (seibu), maka bagi masing-masing dari kedua jenis saudara itu
seperenam harta. Tetapi jika saudara-saudara seibu itu lebih dari seorang, maka mereka
bersama-sama dalam bagian yang sepertiga itu, setelah (dipenuhi wasiat) yang dibuatnya
atau (dan setelah dibayar) hutangnya dengan tidak menyusahkan (kepada ahli waris).
Demikianlah ketentuan Allah. Allah Maha Mengetahui, Maha Penyantun.(12)

١٣- ‫ت تَجْ ِري ِمن تَحْ تِهَا األَ ْنهَا ُر خَ الِ ِدينَ فِيهَا َو َذلِكَ ْالفَوْ ُز ْال َع ِظي ُم‬
ٍ ‫تِ ْلكَ ُحدُو ُد هّللا ِ َو َمن يُ ِط ِع هّللا َ َو َرسُولَهُ يُ ْد ِخ ْلهُ َجنَّا‬
Itulah batas-batas (hukum) Allah. Barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia akan
Memasukkannya ke dalam surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka
kekal di dalamnya. Dan itulah kemenangan yang agung. (13)

ٌ ‫ْص هّللا َ َو َرسُولَهُ َويَتَ َع َّد ُحدُو َدهُ يُ ْد ِخ ْلهُ نَاراً خَ الِداً فِيهَا َولَهُ َع َذابٌ ُّم ِه‬
- ١٤- ‫ين‬ ِ ‫ َو َمن يَع‬-
Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya dan melanggar batas-batas hukum-Nya,
niscaya Allah Memasukkannya ke dalam api neraka, dia kekal di dalamnya dan dia akan
mendapat azab yang menghinakan.(14)

Qs. An-Nisaa : 8
ْ ُ‫ض َر ْالقِ ْس َمةَ أُوْ ل‬
ُ‫وا ْالقُرْ بَى َو ْاليَتَا َمى َوالمـ َسا ِكينُ فَارْ ُزقُوهُم ِّم ْنه‬ َ ‫َوإِ َذا َح‬
“Dan apabila sewaktu pembagian itu hadir kerabat, anak yatim dan orang miskin, maka
berilah mereka dari harta itu dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang baik.” (8)
Qs. An-Nisaa : 176
‫ك َوهُ َو يَ ِرثُهَا إِن لَّ ْم يَ ُكن لَّهَا َولَ ٌد فَإِن‬ َ ‫ت فَلَهَا نِصْ فُ َما ت ََر‬ٌ ‫ْس لَهُ َولَ ٌد َولَهُ أُ ْخ‬ َ َ‫ك قُ ِل هّللا ُ يُ ْفتِي ُك ْم فِي ْال َكالَلَ ِة ِإ ِن ا ْم ُر ٌؤ هَل‬
َ ‫ك لَي‬ َ َ‫يَ ْستَ ْفتُون‬
‫هّللا‬
‫ضلوا َو ُ بِ ُكلِّ َش ْي ٍء‬ ْ ُّ َ ‫هّللا‬ ُ ِّ ْ َّ
ِ َ‫ِّجاالً َونِ َساء فَلِلذ َك ِر ِمث ُل َحظ األنثَيَ ْي ِ}ن يُبَيِّنُ ُ لَ ُك ْم أن ت‬ ْ ْ
َ ‫ك َوإِن َكانُوا إِخ َوةً ر‬ َ ‫َكانَتَا ْاثنَتَ ْي ِن فَلَهُ َما الثلثَا ِن ِم َّما ت ََر‬
ُ ُّ
١٧٦- ‫ َعلِي ٌم‬-
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang Kalālah). Katakanlah, “Allah Memberi fatwa
kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi
mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua
dari harta yang ditinggalkannya, dan saudara-nya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta
saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua
orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli
waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang
saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah Menerangkan (hukum
ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (176)

Qs. Al-Fajr : 19
َ ‫ َوتَأْ ُكلُونَ ال ُّت َر‬-
١٩- ً ‫اث أَ ْكالً لَّ ّما‬
“sedangkan kamu memakan harta warisan dengan cara mencampurbaurkan (yang halal dan
yang haram)” (19)

8. Tindakan terhadap harta warisan sebelum harta warisan itu dibagikan


Pertama, mengeluarkan biaya untuk pengurusan si mayit atau disebut tajhizul janazah.
Yang dimaksud dengan tajhizul janazah mulai dari pengurusan biaya sakit, memandikan,
mengkafani, menshalatkan dan terkahir menguburkan. Seluruh biaya yang timbul dari
pengurusan tersebut diambil dari harta yang ditinggalkan oleh pewaris.

Kedua, melunasi utang. Kewajiban melunasi utang dilakukan oleh orang yang berhutang
sendiri. Orang lain tidak berkewajiban melunasi utang si mayit. Untuk itu, keluarga
berkewajiban sebatas pada melaksanakan pembayaran utang tersebut.

Pelunasan utang di atas diambil dari harta yang ditinggalkan pewaris. Jika harta yang
ditinggalkan kurang, keluarga tidak berkewajiban untuk melunasi utang si mayit.
Keluarga hanya memiliki kewajiban moral untuk melunasi. Untuk itu di Indonesia,
biasanya sebelum acara pemakaman selalu dari pihak keluarga menyampaikan kesiapan
untuk melunasi seluruh utang pewaris.

Terkait ini, tidak boleh seseorang berutang jika dia yakin tidak mampu untuk membayar.
Pendapat ini didasarkan pada beberapa sikap Rasulullah Saw ketika menolak untuk
menyolatkan jenazah yang belum melunasi utangnya. Sikap Rasulullah Saw tersebut
ingin menunjukkan bahwa utang itu bukan persoalan sederhana.

Ketiga, mengeluarkan wasiat pewaris. Wasiat adalah pernyataan untuk melaksanakan


sesuai setelah ia wafat. Besaran wasiat yang diperbolehkan dalam Islam adalah
maksimal 1/3 (sepertiga) dari harta yang ditinggalkan.
Tiga kewajiban di atas dilakukan secara berurutan. Tidak boleh ahli waris
membagikan harta warisan sampai dengan tiga kewajiban selesai dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai