Jurding b1 Emer
Jurding b1 Emer
BLOK KEGAWATDARURATAN
Kelompok :B1
DAFTAR ISI
Abstrak 3
Latar Belakang 5
Presentasi Kasus 6
Diskusi 8
Kesimpulan 10
2
ABSTRAK
Latar Belakang
Penggunaan pestisida secara luas dalam perlindungan kesehatan
masyarakat dan pengendalian hama pertanian telah menyebabkan
pencemaran lingkungan dan bahaya kesehatan yang parah terutama di
negara-negara berkembang, termasuk kasus keracunan kronis akut dan
kronis. Ketoasidosis diabetes adalah manifestasi yang jarang terjadi pada
keracunan pestisida akut.
Keracunan pestisida bunuh diri dengan suntikan juga merupakan
cara yang tidak biasa untuk menggunakan racun. Kami melaporkan kasus
keracunan campuran pestisida yang parah dengan ketoasidosis diabetes
pada orang dewasa dengan hasil terapi yang membaik setelah pengobatan
suportif dan dosis besar atropin.
Presentasi Kasus
Seorang laki-laki Arab Maroko belum menikah berusia 30 tahun memiliki
riwayat penyalahgunaan obat dan kelainan tingkah laku telah menelan dan
menginjeksi diri campuran chlorpyrifos dan cypermethrin. Pasien mengalami
gejala muskarinik dan nikotinik dengan hipotermia dan mengalami inflamasi pada
3
daerah injeksi tanpa nekrosis. Kolinesterase pada sel darah merah dan plasma
sangat rendah (<10%). Pada hari ke-3, pasien mengalami stroke dengan hipotensi
(80/50 mmHg) dan takikardi (143 kali/menit).
Pada tes lab didapatkan hiperglikemia (4,49 g/dL), hypokalemia (24
mEq/L), glikosuria, ketonuria dan kadar bikarbonat yang rendah (12 mEq/L)
dengan peningkatan kondisi setelah terapi yang intensif dan terapi menggunakan
atropine.
Kesimpulan
Keracunan bunuh diri dengan injeksi insektisida jarang dilaporkan
namun dapat dikaitkan dengan komplikasi lokal dan sistemik yang parah.
Stres oksidatif akibat keracunan piretroid dan organofosfat dapat
menjelaskan terjadinya hiperglikemia dan ketoasidosis.
4
LATAR BELAKANG
5
PRESENTASI KASUS
6
bronkus dan bronkospasme. Pemeriksaan fisik menunjukkan hiperemia meluas
dari sepertiga proksimal lengan bawah ke daerah aksila dengan edema parah pada
fosa antekubital tanpa indurasi atau nekrosis. Capillary refill time normal. Urin
berubah warna menjadi coklat kemerahan. Pemeriksaan pada saat masuk ke
MICU, menunjukkan hiperglikemia (2,42 g / L), rhabdomyolysis (tingkat kreatin
kinase dalam darah adalah 1188 UI / L) dan kadar bikarbonat rendah (16 mEq /
L). Fungsi ginjal dan hati dan kadar natrium, potasium, kalsium, dan magnesium
serum normal. Gambaran darah menunjukkan leukositosis. Skrining untuk
benzodiazepin, obat antiepilepsi, amfetamin, etanol, kokain, exstasy,
tetrahydrocannabinol, morfin dan turunannya negatif. Kolinesterase sel darah
merah dan kolinesterase plasma sangat rendah (<10%). X-ray dada dan
elektrokardiogram normal.
Dia diobati dengan cairan intravena (IV), atropin, fenobarbital, sodium
bikarbonat IV dan rewarming eksternal pasif. Atropin (2 mg) diberikan setiap 10
menit selama empat jam, dilanjutkan dengan infus pada laju 2,5 mg per jam, dan
dosisnya disesuaikan sesuai respons klinisnya.
7
Klebsiella pneumoniae dan Staphylococcus hominis diisolasi dari darah. Terapi
antibiotik empiris dengan ceftriaxone dan gentamicin dimulai dan dimodifikasi
menjadi imipenem setelah hasil bakteriologis menjadi tersedia. Kadar glukosa
normal dan tidak memerlukan terapi insulin lebih lanjut, dan asidosis dipecahkan
pada hari ke 5.
DISKUSI
8
tinggi. Namun ada beberapa faktor seperti infeksi dan perawatan yang dapat
membuat rancu. Pada pasien ini sulit menentukan hiperytermia disebabkan oleh
toksisitas OP atau infeksi nosokomial.
Pada Toksikasi OP juga dapat menyebabkan hiperglikemia. Mekanisme
dari hiperglikemia tersebut adalah disebabkan oleh stres oksidatif, inhibisi dari
paroxanase, stimulasi dari kelenjar adrenal untuk menghasilkan ketekolamin, dan
efek dari metabolisme triptofan di hati. Dapat terjadi glikosuria pada toksisitas OP
berat. Pada toksikasi PYR juga dapat menyebabkan stres oksidatif. Lalu pada
toksikasi CM menurunkan aktifitas antioksidan sel. Kemungkinan lain penyebab
hipergikemi pada pasien tersebut telah disangakal, seperti tida adanya riwayat
diabetes, dan pemberian atropin dan fenobarbital yang tidak menyebabkan
hiperglikemi. Penggunaan obat-obatan psikotropika juga tidak teridentifikasi.
Akut pankreatitis juga dapat disebabkan oleh toksiitas OP yang nantinya dapat
menyebabkan hiperglikemi, namun dari hasil lab yang ditemukan pada pasien ini
kemunugkinan itupun disangkal.
Ketoasidosis merupakan gejala yang tidak biasa dari toksikasi pestisida.
Menurut Narjis Badrane et al., sejauh ini telah ditemukan kasus ketoasidosis
diabetic pada toksikasi OP pada anak-anak dan beberapa orang dewasa
mengalami non-ketotik asidosis. Namun belum pernah ditemukan kasus
hiperglikemi akibat toksikasi OP pada orang dewasa yang menyebabkan
ketoasidosis
Pajanan pesitisida melalui intravena masih belum diketahui akibatnya
namun kemungkinan dapat menyebabkan ganguan lokal maupun sistemik.
9
KESIMPULAN
10