Anda di halaman 1dari 61

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Diabetes Melitus Tipe 2

2.1.1 Definisi Diabetes Melitus Tipe 2

Diabetes mellitus ataupun yang sering disebut dengan penyakit kencing manis

merupakan suatu penyakit yang dapat terjadi ketika tubuh tidak mampu untuk

memproduksi cukup insulin atau tidak mampu menggunakan insulin (resistensi

insulin)[CITATION Int15 \l 1033 ] . Diabetes melitus (DM) merupakan sekelompok

penyakit metabolik dengan karakteristik terjadinya peningkatan kadar gula darah

yang tinggi (hiperglikemia) yang diakibatkan oleh gangguan sekresi insulin, resistensi

insulin atau keduanya yang berlangsung lama (kronik) dan dapat menyebabkan

kerusakan gangguan fungsi, kegagalan berbagai organ, terutama mata, organ ginjal,

saraf, jantung dan pembuluh darah lainnya [ CITATION Nov16 \l 1033 ].

Sedangkan menurut Restyana Noor Fatimah [CITATION Res15 \n \t \l 1033 ]

menjelaskan bahwa Diabetes mellitus adalah sindrom klinis yang ditandai dengan

hiperglikemia karena defisiensi insulin yang absolute maupun relatif. Kurangnya

hormon insulin dalam tubuh yang dikeluarkan dari sel β pankreas mempengaruhi

metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak sehingga dapat menyebabkan gangguan

yang signifikan. Kadar glukosa darah erat hubungannya dengan insulin sebagai

regulator utama perantara metabolisme. Hati sebagai organ utama dalam transport
glukosa yang menyimpan glukosa sebagai glikogen dan kemudian dirilis ke jaringan

perifer ketika dibutuhkan.

2.1.2 Anatomi Dan Fisiologi DM Tipe 2

2.1.2.1 Anatomi

Gambar 2.1 Pankreas


Pankres terletak melintang di bagian atas abdomen di belakang gaster di

dalam ruang retroperitonial. Di sebelah kiri ekor pankreas mencapai hilus limpa di

arah kronio dorsal dan bagian atas kiri kaput pankreas di hubungkan dengan corpus

pankreas oleh leher pankreas yaitu bagian pangkreas yang lebarnya biasanya tidak

lebih dari 4 cm, arteri dan vena mesentrika superior berada di leher pankreas bagian

kiri bawah kaput pangkreas ini disebut processus unsinatis pangkreas.

Pangkreas terdiri dari 2 jaringan utama yaitu:

1) Asinus, yang mengekresikan pencernaan kedalam duodenum


2) Pulau langerhans, yang tidak mempunyai alat untuk mengeluarkan getahnya

namun sebaliknya mensekresikan insulin dan glukagon langsung kedalam darah.

Pangkreas manusia mempunyai 1-2 juta pulau langerhans, setiap pulau

langerhans hanya berdiameter 0-3 mm dan tersusun mengelilinggi pembuluh

darah kapiler.

Pulau langerhans mengandung 3 jenis sel utama, yakni sel–alfa, beta dan

delta. Sel beta yang mencakup kira kira 60% dari semua sel terletak terutama di

tengah setiap pulau dan mensekresikan insulin. Granula sel B merupakan bungkusan

insulin dalam sitoplasma sel. Tiap bungkusan bervariasi antara spesies 1 dengan yang

lain. Dalam sel B, muloekus insulin membentuk polimer yang juga komplek dengan

seng. Perbedaan dalam bentuk bungkusan ini mungkin karena perbedaan dalam

ukuran polimer atau akregat seng dari insulin.

Insulin disintesis dalam retikulum endoplasma sel B, kemudian di angkut ke

aparatus kolgi, tempat ini dibungkus didalam granula yang diikat membran. Kranula

ini pergerak ke dinding sel oleh satu proses yang tampaknya sel ini yang

mengeluarkan insulin kedaerah luar gengan exsositosis. Kemudian insulin melintasi

membran basalis sel B serta kapiler berdekatan dan endotel fenestrata kapiler untuk

mencapai aliran darah. Sel alfa yang mencakup kira-kira 25% dari seluruh sel

mensekresikan glukagon. Sel delta yang merupakan 10% dari seluruh sel

mensekresikan somatostatin.

2.1.2.2 Fisiologi

1) Fisiologi Pankreas
Pangkreas disebut sebagai organ rangkap, mempunyai 2 fungsi yaitu sebgai

kelenjar eksokrin dan kelenjar endokrin. Kelenjar eksokrin menghasilkan sekret yang

mengandung enzim yang dapat menghidrolisis protein, lemak, dan karbohidrat,

sedangkan endokrin menghasilkan hormon insulin dan glukagon yang memegang

peranan penting pada metabolisme karbohidrat. Kelenjar pankeas dalam mengatur

metabolisme glukosa dalam tubuh berupa hormon-hormon yang disekresikan oleh

sel-sel di pulau langerhans. Hormon ini dapat diklasifikasikan sebagai hormon yang

merendahkan kadar glukosa darah yaitu insulin dan hormon yang dapat

meningkatakan glukosa darah yaitu glukagon.

Pankreas dibagi menurut bentuknya :

a) Kepala (kaput) yang paling lebar terletak dikanan rongga abdomen, masuk

lekukan sebelah kiri duodenum yang praktis melingkarinya.

b) Badan (korpus) menjadi bagian utama terletak dibelakang lambung dan didepan

vetebra lumbalis pertama.

c) Ekor (kauda) adalah bagian runcing disebelah kiri sampai menyentuh pada limpa

(lien)

2) Fisiologi Insulin

Hubungan yang erat antara berbagai jenis sel di pulau langerhans

menyebabkan timbulnya pengaturan secara langsung sekresi beberapa jenis hormon

lainnya, contohnya insulin menghambat sekresi glukagon, somatostatin,

menghambat sekresi glokagon dan insulin


Pankreas menghasilkan :

a) Garam NaHCO3 : membuat susah basah

b) Karbonhidrase : amilase ubah amilum → maltose

c) Dikarbohidrase : a.maltase ubah maltosa → 2 glukosa.

d) Sukrase ubah sukrosa → 1 glukosa + 1 fruktosa.

e) Laktase ubah laktosa → 1 glukosa + 1 galaktosa.

f) lipase mengubah lipid → asam lemak + gliserol.

g) enzim entrokinase mengubah tripsinogen → tripsin dan ubah pepton → asam

amino

Gambar 2.3. Pulau langerhans

Kepulauan langerhans membentuk organ endrokrin yang mengekresikan

insulin, yaitu sebuah hormon antidiabetik, yang diberikan dalam pengobatan diabetes.
Insulin adalah sebuah protein yang dapat turut dicernakan oleh enzim enzim

pencernaan protein dan karena itu tidak diberikan melalui mulut melainkan dengan

suntikan subkutan. Insulin mengendalikan kadar glukosa dan bila digunakan sebagai

pengobatan dalam hal kekurangan seperti pada diabetes, memperbaiki kemampuan

sel tubuh untuk mengasorbsi dan menggunakan glukosa dan lemak.

Pada pankreas paling sedikit terdapat empat peptida dengan aktivitas

hormonal yang disekresikan oleh pulau-pulau (islests) langerhans. Dua dari hormon

hormon tersebut, insulin dan glukagen memiliki fungsi penting dalam pengaturan

metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak. Hormon 3, somatostatin berperan

dalam pengaturan sekresi sel pulau dan yang keempat polipeptida pankreas pada

fungsi saluran cerna

3) Fisiologi Hormon Insulin

Insulin merupakan protein kecil, terdiri dari dua rantai asam amino yang satu

sama lainya dihubungkan oleh ikatan disulfida. Bila kedua rantai asam amino

dipisahkan, maka aktifitas fungsional dari insulin akan hilang. Translasi RNA insulin

oleh ribosom yang melekat pada reticulum endoplasma membentuk preprohormon

insulin , melekat erat pada reticulum endoplasma, membentuk pro insulin, melekat

erat pada alat golgi, membentuk insulin, terbungkus granula sekretorit dan sekitar

seperenam lainnya tetap menjadi pro insulin yang tidak mempunyai aktifitas insulin.

Insulin dalam darah beredar dalam bentuk yang tidak terikat dan memiliki

waktu paruh 6 menit. Dalam waktu 10-15 menit akan dibersihkan dari sirkulasi.
Kecuali sebagian insulin yang perikatan dengan reseptor yang ada pada sel target,

sisa insulin di dekradasi oleh enzim insulinase dalam hati, ginjal, otot dan jaringan

yang lain.

Reseptor insulin merupakan kombonasi dari empat sub unit yang saling

berikatan bersama oleh ikatan disurfide, 2 sub unit alfa (Terletak seluruhnya diluar

membran sel) 2 sub unit beta (menembus membran, menonjol kedalam sitoplasma).

Insulin berkaitan dengan sub unit alfa sub unit beta mengalami auto fos forilas-

protein kinase-fosforilasi dari banyak enzim intra selular lainnya.

Insulin bersifat anbolik ,meningkatkan simpanan glukosa, asam- asam lemak

dan asam amino. Glokogen bersifat katabolik, memobilisasi glukosa, asam-asam

lemak, dan asam amino dari penyimpanan kedalam aliran darah. Kedua hormon ini

bersifat berlawanan dalam efek keseluruhannya dan pada sebagian besar keadaan

disekresikan secara timbal balik. Insulin yang berlebihan menyebabkan hipoglikemia,

yang menimbulkan kejang dan koma. Defiensi insulin baik absolute maupun relatif

koma menyebabkan diabetes mellitus 1 penyakit komplek yang bila tidak diobati

dapat mematikan. Defisiensi glukagon dapat menimbulkan hipoglikemia dan

kelebihan glukagon menyebabkan diabetes memburuk. Produksi somatosttin yang

berlebihan oleh pangkreas menyebabkan hiperglikemia dan manifestasi diabetes

lainnya.

Umumnya diabetes mellitus disebabkan oleh rusaknya sebagian kecil atau

sebagian besar dari sel-sel beta dari pulau-pulau langerhans pada pankreas yang

berfungsi menghasilkan insulin, akibatnya terjadi kekurangan insulin. Disamping itu


diabetes mellitus juga dapat terjadi karena gangguan terhadap fungsi insulin dalam

memasukan glukosa kedalam sel. Gangguan itu dapat terjadi karena kegemukan atau

sebab lain yang belum diketahui. [ CITATION Sme15 \l 1033 ].

2.13 Klasifikasi Diabetes melitus

Organisasi profesi yang berhubungan dengan DM seperti American Diabetes

Association (ADA) telah membagi jenis DM berdasarkan penyebabnya. PERKENI

dan IDAI sebagai organisasi yang sama di Indonesia menggunakan klasifikasi dengan

dasar yang sama seperti klasifikasi yang dibuat oleh organisasi yang lainnya

Klasifikasi DM berdasarkan etiologi menurut PERKENI [CITATION PER15 \n \t \l

1033 ] adalah sebagai berikut:

2.13.1 Diabetes Tipe 1

Diabetes tipe 1 biasanya terjadi pada remaja atau anak, dan terjadi karena

kerusakan sel β (beta) [CITATION Wor14 \l 1033 ]. Internasional Diabetes Federation

[CITATION IDF15 \n \t \l 1033 ] juga menambahkan bahwa rusaknya sel β pankreas

diduga karena proses autoimun. Diabetes tipe 1 rentan terhadap ketoasidosis,

memiliki insidensi lebih sedikit dibandingkan diabetes tipe 2.

2.13.2 Diabetes Tipe 2

WHO [CITATION Wor14 \n \t \l 1033 ] menjelaskan bahwa diabetes tipe 2

biasanya terjadi pada usia dewasa. Seringkali diabetes tipe 2 didiagnosis beberapa

tahun setelah onset, yaitu setelah komplikasi muncul sehingga tinggi insidensinya

sekitar 90% dari penderita DM di seluruh dunia dan sebagian besar merupakan akibat
dari memburuknya faktor risiko seperti kelebihan berat badan dan kurangnya

aktivitas fisik

2.13.3 Diabetes Gestasional

American Diabetic Association [CITATION Ame15 \n \t \l 1033 ] menjelaskan

bahwa gestational diabetes mellitus (GDM) adalah diabetes yang didiagnosis selama

kehamilan ditandai dengan hiperglikemia (kadar glukosa darah di atas normal).

Wanita dengan diabetes gestational memiliki peningkatan risiko komplikasi selama

kehamilan dan saat melahirkan, serta memiliki risiko diabetes tipe 2 yang lebih tinggi

di masa depan [CITATION Int15 \l 1033 ]

2.13.4 Diabetes Tipe Lainnya

Diabetes melitus tipe khusus merupakan diabetes yang terjadi karena adanya

kerusakan pada pankreas yang memproduksi insulin dan mutasi gen serta

mengganggu sel beta pankreas, sehingga mengakibatkan kegagalan dalam

menghasilkan insulin secara teratur sesuai dengan kebutuhan tubuh. Sindrom

hormonal yang dapat mengganggu sekresi dan menghambat kerja insulin yaitu

sindrom chusing, akromegali dan sindrom genetic [CITATION Ame15 \l 1033 ].

Etiologi Diabetes Melitus menurut Nurarif (2015) adalah :

2.14 Etiologi Diabetes Melitus

2.14.1 Diabetes Melitus tipe 1

Diabetes yang tergantung insulin ditandai dengan penghancuran sel-sel beta

pankreas yang disebabkan oleh :


1) Faktor genetik penderita tidak mewarisi diabetes tipe itu sendiri, tetapi

mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik kearah terjadinya

diabetes tipe 1.

2) Faktor imunologi (autoimun)

3) Faktor lingkungan : virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun

yang menimbulkan estruksi sel beta.

2.14.2 Diabetes Melitus Tipe 2

Disebabkan oleh kegagalan relative sel beta dan resistensi insulin. Faktor

resiko yang berhubungan dengan proses terjadinya diabetes tipe 2 seperti: usia,

obesitas, riwayat dan keluarga. Riyadi dan Sukarmin [CITATION Riy13 \n \t \l 1033 ]

menjelaskan bahwa etiologi diabetes tipe 2 adalah yang disebabkan oleh penurunan

produksi insulin oleh sel-sel beta pulau langerhans jenis Juvenilis (usia muda)

disebabkan oleh predisposisi herediter terhadap perkembangan anti bodi yang

merusak sel-sel beta atau degenerasi sel beta. Tipe ini jelas disebabkan oleh

degenerasi sel-sel beta sebagai akibat penuaan yang cepat pada orang yang rentan dan

obesitas mempredisposisi terhadap jenis obesitas ini karena diperlukan insulin dalam

jumlah besar untuk pengolahan metabolisme pada orang kegemukan dibandingkan

orang normal.

2.15 Faktor Resiko Diabetes Melitus

Faktor resiko yang dapat menimbulkan diabetes menurut Riyadi dan Sukarmin

[CITATION Riy13 \n \t \l 1033 ] adalah :


1) Kelainan Genetik

Diabetes dapat menurun menurut silsilah keluarga yang mengidap penyakit

diabetes. Ini terjadi karena DNA pada orang diabetes melitus akan ikut

diinformasikan pada gen berikutnya terkait dengan penurunan produksi insulin.

2) Usia

Umumnya manusia mengalami penurunan fisiologis secara dramatis menurun

dengan capat pada usia setelah 40 tahun. Penurunan ini yang akan berisiko pada

penurunan fungsi endokrin pancreas untuk memproduksi insulin.

3) Gaya Hidup Stress

Stres kronis cendrung membuat seseorang mencari makanan yang cepat saji yang

kaya pengawet, lemak dan gula. Makanan ini berpengaruh besar terhadap kerja

pacreas. Stres juga akan meningkatkan kerja metabolisme dan meningkatkan

kebutuhan akan sumber energi yang berakibat pada kenaikan kerja pankreas. Beban

yang tinggi membuat pankreas mudah rusak hingga berdampak pada penurunan

insulin.

4) Pola Makan Yang Salah

Kurang gizi atau kelebihan berat badan sama-sama meningkatkan resiko terkena

diabetes. Malnutrisi dapat merusak pankreas, seadngkan obesitas meningkatkan

gangguan kerja atau resistensi insulin. Pola makan yang tidak terarur dan cenderung

terlambat juga akan berperan pada ketidakstabilan kerja pankreas.


5) Obesitas

Obesitas mengakibatkan sel-sel beta pacreas mengalami hipertropi yang akan

berpengaruh terhadap penurunan produksi insulin. Hipertropi pancreas disebabkan

karena peningkatan beban metabolisme glukosa pada penderita obesitas untuk

mencukupi energi sel yang terlalu banyak.

2.15 Patofisiologi

Dalam patofisiologi DM tipe 2 terdapat beberapa keadaan yang berperan yaitu :

resistensi insulin dan disfungsi sel prankeas yang terjadi akibat dari gaya hidup yang

kurang baik, obesitas dan kurangnya aktivitas fisik serta penuaan. DM tipe 2 bukan

disebabkan oleh kurangnya sekresi insulin, namun karena sel-sel saluran insulin gagal

atau tidak mampu merespon insulin secara normal sehingga tubuh tidak mampu

memproduksi insulin yang cukup untuk memenuhi kebutuhan yang ditandai dengan

kurangnya sel beta atau defisiensi insulin, dan resistensi insulin perifer. Resistensi

insulin perifer berarti terjadi kerusakan pada reseptor - reseptor insulin sehingga

menyebabkan insulin menjadi kurang efektif mengantar pesan-pesan biokimia

menuju sel-sel.

Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam

darah yang berlebihan maka harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang

disekresikan. Namun demikian jika sel-sel beta tidak mampu mengimbanginya, maka

kadar glukosa akan meningkat dan terjadilah DM tipe 2. Meskipun terjadi gangguan
sekresi insulin yang merupakan cirri khas diabetes tipe 2, namun masih terdapat

insulin dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi

badan keton yang menyertainya. karenaitu, ketoasidosis diabetic tidak terjadi pada

diabetis tipe 2 [ CITATION Ame15 \l 1033 ].

2.16 Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala yag dapat timbul pada penyakit DM tipe 2 menurut PERKENI

[CITATION PER15 \n \t \l 1033 ] adalah :

A. Timbul rasa haus (Polidipsia)

Polidipsia adalah rasa haus berlebihan yang timbul karena meningkatnya

disfungsi cairan dari intra sel kedalam vaskuler menyebabkan penurunan volume

intra sel sehingga efeknya adalah dehidrasi sel .Akibat dari dehidrasi sel mulut

menjadi kering dan sensor haus teraktivasi menyebabkan seseorang haus terus dan

ingin selalu minum

B. Timbul rasa lapar (polipagia)

Orang yang menderita penyakit dm akan merasa selalu lapar hal ini terjadi karena

glukosa tidak dapat masuk ke sel akibat dari menurunnya kadar insulin. Maka

produksi energi menurun, penurunan energI akan menstimulasi rasa lapar. Maka

reaksi yang terjadi adalah seseorang akan lebih banyak makan

C. Poliuria

Poliuria adalah keadaan dimana volume air kemih dalam 24 jam meningkat

melebihi batas normal. Poliuria timbul sebagai gejala DM dikarenakan kadar gula
dalam tubuh relatif tinggi sehingga serum plasma meningkat atau hiperosmolariti

menyebabkan cairan intrasel berdifusi kedalam sirkulasi atau cairan intravaskuler,

aliran darah ke ginjal meningkat sebagai akibat dari hiperosmolaritas dan akibat nya

akan terjadi diuresisosmotic.

D. Gangguan penglihatan

Orang dengan penyakit diabetes biasanya penglihatannya akan terganggu dan

akan mengeluh pandangan kabur. Pandangan kabur ini disebabkan akibat penyemitan

saluran darah ke mata atau kurangnya nutrisi yang di terima oleh mata

E. Penurunan berat badan

Penurunan berat badan disebabkan karena glukosa tidak dapat di transport

kedalam sel, maka sel kekurangan cairan dan tidak mampu mengadakan

metabolisme, akibat dari itu maka selakan menciut, sehingga seluruh jaringan

terutama otot mengalami atrofi dan penurunan secara otomatis

F. Rasa kebas pada tangan dan kaki

Rasa kebas pada tangan dan kaki disebabkan oleh adanya kerusakan pada saraf

perifer karena kadar gula darah yang tidak terkontrol

G. Malaise atau kelemahan

2.17 Komplikasi

Menurut Priscilla [CITATION LeM15 \n \t \l 1033 ] , komplikasi diabetes melitus

diklasifikasian menjadi komplikasi akut dan kronis.

A. Komplikasi akut:
1. Hipoglikemia merupakan rendahnya kadar gula dalam darah yaitu kurang dari 70

mg/dL. Keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian insulin atau preparat oral yang

berlebihan, konsumsi makanan yang terlalu sedikit atau karena aktivitas fisik

yang berat.

2. Hiperglikemia adalah adalah peningkatan kadar gula dalam darah yaitu lebih dari

200 mg/dL. Jika kadar gula darah makin lama makin meningkat dan tidak

terkontrol akan mengakibatkan ketoasidosis.

3. Diabetik ketoasidosis adalah tidak adanya atau kurangnya jumlah insulin yang

dihasilkan.

B. Komplikasi kronis:

1. Makrovaskuler (pembuluh darah besar) pada penyandang DM akan mengalami

perubahan akibat aterosklerosis, trombosit, sel darah merah, faktor pembekuan

yang tidak normal dan perubahan pada dinding arteri. Aterosklerosis sering terjadi

pada DMTII/NIDDM. Komplikasi makrovaskuler adalah penyakit arteri koroner,

penyakit vaskular serebral dan penyakit vaskular perifer.

2. Mikrovaskular (pembuluh darah kecil) yang mengenai retinopati diabetik,

nefropati diabetik dan neuropati diabetik. Perubahan-perubahan mikrovaskuler

yang ditandai dengan penebalan dan kerusakan membran diantara jaringan dan

pembuluh darah sekitar. Pada pasien dengan DMTI/IDDM dapat terjadi beberapa

hal diantaranya:

 Retinopati
Retinopati adalah adanya perubahan dalam retina karena berkurangnya aliran

darah dalam retina, sehingga akan menyebabkan iskemik retina. Perubahan ini

dapat mengakibatkan gangguan dalam penglihatan.

 Nefropati

Nefropati adalah penyakit ginjal yang ditandai dengan adanya albumin dalam

urine, hipertensi.

 Neuropati

Neuropati adalah penyakit pada sistem saraf perifer dan sistem saraf otonom.

Neuropati disebabkan karena adanya penebalan pada dinding pembuluh darah

yang menekan saraf, sehingga akan menyebabkan penurunan nutrien. Perubahan

metabolik mengakibatkan fungsi sensorik dan motorik saraf menurun kehilangan

sensori mengakibatkan penurunan persepsi nyeri.

3. Kaki diabetik

Kaki diabetik adalah kelainan tungkai kaki bawah akibat diabetes melitus yang

tidak terkendali. Kaki diabetes melitus dapat disebabkan kerena hilangnya sensori

pada kaki yang mengakibatkan trauma dan potensial untuk ulkus. Perubahan

makrovaskular dan mikrovaskular dapat mengakibatkan iskemia jaringan dan sepsis

sehingga akan menyebabkan gangren

2.18 Penatalaksaan
Menurut PERKENI [CITATION PER15 \n \t \l 1033 ] dalam

pengelolaan/tatalaksana diabetes mellitus, terdapat empat pilar yang harus dilakukan

dengan tepat yaitu:

1. Pendidikan/edukasi

Peran perawat sebagai educator dimana pembelajaran merupakan health education

yang berhubungan dengan semua tahap kesehatan dan tingkat pencegahan. Perawat

harus mampu memberikan edukasi kesehatan dalam pencegahan penyakit, pemulihan,

penyusunan program health education serta memberikan informasi yang tepat tentang

kesehatan. Agar perawat dapat bertindak sesuai perannya sebagai educator pada pasien

dan keluarga, maka perawat harus memiliki pemahaman terhadap prinsip-prinsip

pengajaran dan pembelajaran [ CITATION Bas14 \l 1033 ]).

Tujuan edukasi kesehatan adalah membantu individu mencapai tingkat kesehatan

yang optimal melalui tindakannya sendiri. Metode dalam pelaksanaan edukasi juga

ikut berperan penting. Metode edukasi yang digunakan harus disesuaikan dengan

tujuan dan sasaran pembelajaran. Metode edukasi dibagi menjadi 3 yaitu metode

edukasi untuk individual, metode edukasi untuk kelompok, dan metode edukasi untuk

massa. Selain menggunakan metode yang tepat, sebagai intervensi yang terstruktur,

maka edukasi membutuhkan persiapan media dalam pelaksanaannya sehingga dapat

meningkatkan efektifitas edukasi. Secara umum orang mempergunakan tiga metode

dalam belajar yaitu visuali, auditory, kinesthetic[ CITATION Wid14 \l 1033 ]

2. Terapi gizi medis


Pengelolaan diet pada penderita diabetes mellitus sangat penting. Tujuan dari

pengelolaan diet ini adalah untuk membantu penderita memperbaiki gizi dan untuk

mendapatkan kontrol metabolik yang lebih baik yaitu ditunjukkan pada pengendalian

glukosa, lipid dan tekanan darah. Penatalaksanaan diet bagi penderita diabetes tipe 2

ini merupakan bagian dari penatalaksanaan diabetes mellitus secara total [ CITATION

Was12 \l 1033 ].

Standar dan prinsip diet diabetes mellitus tipe 2 menurut Waspadji [CITATION

Was12 \n \t \l 1033 ] standar diet diabetes melitus diberikan pada penderita diabetes

mellitus atau pasien sehat yang bukan penderita diabetes mellitus sesuai

kebutuhannya. Terdapat 8 jenis standar diet menurut kandungan energi, yaitu diet

diabetes mellitus 1100, 1300, 1500, 1700, 1900, 2100, 2300, dan 2500 kalori. Secara

umum standar diet 1100 kalori sampai dengan 1500 kalori untuk pasien diabetes yang

gemuk. Diet 1700 sampai dengan 1900 kalori untuk pasien diabetes dengan berat

badan normal. Sedangkan diet 2100 sampai dengan 2500 kalori untuk pasien diabetes

kurus.

Penatalaksanaan diet ini meliputi 3 hal utama yang harus diketahui dan

dilaksanakan oleh penderita diabetes mellitus, yaitu jumlah makanan, jenis makanan,

dan jadwal makanan [CITATION PER15 \l 1033 ]. Penatalaksanaan diet pada penderita

diabetes mellitus tipe 2 berfokus pada pembatasan jumlah energi, karbohidrat, lemak

jenuh dan natrium.


A. Jumlah makanan

[ CITATION Pra14 \l 1033 ] menyatakan bahwa jumlah kalori yang dikonsumsi oleh

penderita diabetes mellitus dalam sehari terbagi dalam 3 besar dan 3 kecil, dengan

ketentuan sarapan pagi 20% dari jumlah kalori, cemilan diantara sarapan pagi dan

makan siang 10% makan siang dari jumlah kalori, makan siang 25% dari jumlah

kalori, cemilan diantara makan siang dan makan malam 10% dari jumlah kalori,

makan malam 25% dari jumlah kalori dan cemilan sebelum tidur 10% dari jumlah

kalori.

BB ideal = (TB dalam cm - 100) – 10% kg

Pada laki-laki yang tingginya <160 cm atau perempuan yang tingginya 150 cm,

berlaku rumus:

BB ideal = (TB dalam cm – 100) – 1 kg

Untuk menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan penderita diabetes mellitus dengan

memperhatikan faktor-faktor sebagai berikut (Perkeni, 2011):

 Umur

Pengurangan energi dilakukan bagi pasien yang berusia > 40 tahun dengan

ketentuan: usia 40 – 59 tahun, kebutuhan energi dikurangi 5%, usia 60-69 tahun,
kebutuhan energi dikurangi 10%, dan jika usia >70 tahun, kebutuhan energi dikurangi

20%.

 Aktifitas fisik/pekerjaan

Kebutuhan kalori dapat ditambah sesuai dengan kategori aktifitas fisik sebagai

berikut: keadaan istirahat : ditambah 10% dari kalori basal, aktivitas ringan : pegawai

kantor, pegawai toko, guru, ahli hukum, ibu rumah tangga, dan lain-lain kebutuhan

energi ditambah 20% dari kebutuhan energi basal, aktivitas sedang : pegawai di

industri ringan, mahasiswa, militer yang sedang tidak berperang, kebutuhan

dinaikkan 30% dari energi basal, aktivitas berat : petani, buruh, militer dalam keadaan

latihan, penari, atlet, kebutuhan ditambah 40% dari energi basal, aktivitas sangat

berat: tukang becak, tukang gali, pandai besi, kebutuhan harus ditambah 50% dari

energi basal.

 Berat badan (BB)

Bila berat badan lebih, maka energi dikurangi 10%. Bila gemuk, energi dikurangi

sekitar 20% bergantung kepada tingkat kegemukan. Bila kurus, energi ditambah

sekitar 20% sesuai dengan kebutuhan untuk meningkatkan BB. Untuk tujuan

penurunan berat badan jumlah kalori yang diberikan paling sedikit 1000-1200 kkal

perhari untuk perempuan dan 1200-1600 kkal perhari untuk laki-laki

B. Jenis makanan
Makanan yang perlu dihindari adalah makanan yang mengandung banyak

karbohidrat sederhana, makanan yang mengandung banyak kolesterol, lemak trans,

dan lemak jenuh serta tinggi natrium. Makanan yang mengandung karbohidrat mudah

diserap seperti sirup, gula, dan sari buah harus dihindari. Sayuran dengan kandungan

karbohidrat tinggi seperti buncis, kacang panjang, wortel, daun singkong dan bayam

harus dibatasi tidak boleh dalam jumlah banyak. Buah-buahan berkalori tinggi seperti

nanas, anggur, mangga, sirsak, pisang, alpukat, dan sawo sebaiknya dibatasi. Sayuran

yang bebas dikonsumsi adalah sayuran dengan kandungan kalori rendah seperti

oyong, ketimun, labu air, labu siam, lobak, selada air, jamur kuping, dan tomat

[ CITATION Ame15 \l 1033 ].

Makanan yang diperbolehkan adalah sumber karbohidrat kompleks, makanan

tinggi serat larut air, dan makanan yang diolah dengan sedikit minyak. Penggunaan

gula murni diperbolehkan hanya sebatas sebagai bumbu [ CITATION Was12 \l 1033 ]

Selain itu, pasien diabetes harus membatasi makanan dari jenis gula, minyak dan

garam. Banyak penderita diabetes melitus tipe 2 mengeluh karena makanan yang

tercantum dalam daftar menu diet kurang bervariasi sehingga sering terasa

membosankan. Untuk itu, agar ada variasi dan tidak menimbulkan kebosanan, dapat

diganti dengan makanan penukar, kandungan zat gizinya harus sama dengan makanan

yang digantikannya.

 Jenis bahan makanan yang dianjurkan : sumber protein hewani : ayam tanpa kulit,

ikan dan putih telur, sumber protein nabati : tempe, tahu, kacang-kacangan,
(kacang ijo, kacang merah, kacang kedelai), sayuran yang bebas dikonsumsi :

oyong, ketimun, labu air, lobak, selada air, jamur kuping dan tomat, buah – buahan

: jeruk siam, apel, pepaya, melon, jambu air, salak, semangka, belimbing, susu

rendah lemak.

 Jenis bahan makanan yang diperbolehkan tetapi dibatasi, yaitu : sumber

karbohidrat kompleks : padi-padian (beras, jagung, gandum), umbi-umbian

(singkong, ubi jalar, kentang), dan sagu, sayuran tinggi karbohidrat : buncis,

kacang panjang, wortel, daun singkong, bayam, daun katuk, daun pepaya, melinjo,

nangka muda dan tauge, buah – buahan tinggi kalori : nanas, anggur, mangga,

sirsak, pisang, alpukat, sawo.

 Jenis bahan makanan yang harus dihindari : sumber karbohidrat sederhana : gula

pasir, gula jawa, gula batu, madu, sirup, cake, permen, minuman ringan, selai, dan

lain-lain, makanan mengandung asam lemak jenuh : mentega, santan, kelapa, keju

krim, minyak kelapa dan minyak kelapa sawit, makanan mengandung lemak trans:

margarin, makanan mengandung kolesterol tinggi : kuning telur, jeroan, lemak

daging, otak, durian, susu full cream, makanan mengandung natrium tinggi:

makanan berpengawet, ikan asin, telur asin, abon, kecap.

 Jadwal makan Pada penderita diabetes melitus, pengaturan jadwal makan juga

penting karena berkaitan dengan kadar glukosa darah [ CITATION Ame15 \l 1033 ].

Komposisi zat gizi yang direkomendasikan untuk penderita diabetes melitus

adalah sebagai berikut:


 Karbohidrat dan pemanis

Menurut Perkeni (2011), karbohidrat yang dianjurkan bagi penderita diabetes

melitus di Indonesia sebesar 45 – 65% total asupan energi. Pembatasan karbohidrat

total < 130 gr/hari tidak dianjurkan, makanan harus mengandung karbohidrat

terutama yang berserat tinggi. Gula dalam bumbu diperbolehkan sehingga

penderita diabetes dapat makan sama dengan makanan keluarga yang lain, sukrosa

tidak boleh lebih dari 5% total asupan energi, pemanis alternatif dapat digunakan

sebagai pengganti gula, asal tidak melebihi batas aman konsumsi harian (Accepted

Daily Intake), makan tiga kali sehari untuk mendistribusikan asupan karbohidrat

dalam sehari.

 Serat

Seperti halnya masyarakat umum penderita diabetes dianjurkan mengkonsumsi

cukup serat dan kacang – kacangan, buah dan sayuran serta sumber karbohidrat

yang tinggi serat, karena mengandung vitamin, mineral, serat dan bahan lain yang

baik untuk kesehatan. Anjuran konsumsi serat adalah ± 25gr/1000 kkal/hari

(Perkeni, 2011).

 Kebutuhan Protein

Protein dibutuhkan sebesar 10 – 20% total asupan energi. Sumber protein yang

baik adalah seafood, daging lemak, ayam tanpa kulit, produk susu rendah lemak,

kacang-kacangan, tahu dan tempe. Pada penderita diabetes melitus dengan


neuropati perlu penurunan asupan protein menjadi 0,8 gr/kg BB perhari atau 10%

dari kebutuhan energi dan 65% hendaknya bernilai biologis tinggi (Perkeni, 2011).

 Kebutuhan Lemak

Asupan lemak penderita diabetes melitus di Indonesia dianjurkan sekitar 20 –

25% kebutuhan kalori dan tidak diperkenankan melebihi 30% total asupan energi.

Lemak jenuh < 7% kebutuhan kalori. Lemak tidak jenuh ganda < 10%, selebihnya

dari lemak tidak jenuh tunggal (ADA, 2010).

 Natrium

Asupan natrium untuk penderita diabetes sama dengan anjuran untuk

masyarakat umum yaitu tidak lebih dari 3000 mg atau sama dengan 6 – 7 g (1

sendok teh) garam dapur. Mereka yang hipertensi, pembatasan natrium sampai

2400 mg garam dapur. Sumber natrium antara lain adalah garam dapur, vetsin,

soda, dan bahan pengawet seperti natrium benzoat dan natrium nitrit (Perkeni,

2011).

3. Intervensi farmakologis

Penderita diabetes melitus tipe 1 mutlak diperlukan suntikan insulin setiap

hari. Penderita diabetes melitus tipe 2, umumnya perlu minum obat antidiabetes

secara oral atau tablet. Penderita diabetes memerlukan suntikan insulin pada kondisi

tertentu, atau bahkan kombinasi suntikan insulin dan tablet (Perkeni, 2011).

A. Obat Hipoglikemik Oral (OHO)


Merupakan obat penurun kadar glukosa pada darah yang diresepkan oleh

dokter. Obat penurun glukosa darah bukanlah hormon insulin yang diberikan secara

oral. OHO bekerja melalui beberapa cara untuk menurunkan kadar glukosa darah

B. Insulin

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian insulin adalah jenis

preparat, dosis insulin, waktu dan cara penyuntikan insulin, serta penyimpanan

insulin (Suyono dkk, 2011).

2.18 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien diabetes melitus

menurut Nurarif & Kusuma [CITATION Nur15 \n \t \l 1033 ] adalah :

A. Kadar glukosa darah

Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode enzimatik sebagai

patokan penyaring

Tabel 2.18 Kadar Gula Darah

Kadar glukosa darah sewaktu Kadar glukosa darah puasa (mg/dl)


(mg/dl)

Plasma vena : >200 DM, 100-200 Plasma vena : >120 DM, 110-120

belum pasti DM belum pasti DM

Darah kapiler : >200 DM, 80-100 Darah kapiler : >110 DM, 90-110

belum pasti DM belum pasti DM


B. Tes monitoring terapi

- GDP: plasma vena, darah kapiler

- GD2PP: plasma vena

- A1c: darah vena, darah kapiler

C. Tes diagnostik

Tes-tes diagnostic pada DM adalah: GDP, GDS, GD2PP (glikosa darah 2 jam

post prandial), glukosa jam ke-2 TTGO

D. Tes saring

Tes-tes saring pada DM adalah:

- GDP,GDS

- Tes Glukosa Urin: Tes konvensional (metode reduksi/ Benedict), Tes carik celup

(metode glucose oxidase/ hexokinase

E. Tes untuk mendeteksi komplikasi

- Mikroalbuminnuria : urin

- Ureum, kreatinin, asam urat

- Kolesterol total: plasma vena (puasa)

- Kolestrol LDL: plasma vena (puasa)

- Kolestrol HDL: plasma vena (puasa)

- Trigliserida: plasma vena (puasa)

F. Kriteria diagnostic WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali

pemeriksaan :
- Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)

- Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/ L)

- Glukosa plasma dari sampel yang doambil 2 jam kemuadian sesudah

mengkonsumsi 75gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) >200 mg/dl.

G. Tes laboratorium DM

Jenis tes pada pasien DM dapat berupa tes saring, tesdiagnostik, tes pemantauan

terapi dan tes untuk mendeteksikomplikasi.

2.2 Konsep Diet Diabetes Melitus

2.2.1 Pengertian Diet Diabetes Melitus

Dalam Kamus Gizi Pelengkap Kesehatan Keluarga (2012) keluaran Persatuan

Ahli Gizi Indonesia (Persagi) dalam Ninda Fauzi (2015), diet memiliki arti sebagai

pengaturan pola dan konsumsi makanan seta minuman yang dilarang, dibatasi

jumlahnya, dimodifikasi, atau diperolehkan dengan jumlah tertentu untuk tujuan

terapi penyakit yang diderita, kesehtan atau penurunan berat badan.

Diet diabetes mellitus adalah diet yang diberikan kepada penyandang diabetes

mellitus, dengan tujuan membantu memperbaiki kebiasaan makan un tuk

mendapatkan control metabolic yang lebih baik dengan cara menyeimbangkan asupan

makanan dengan obat penurun glukosa oral maupuninsulin dan aktivitas fisik untuk

mencapai kadar gula darah normal, mencapai dan mempertahankan kadar lipida

dalam normal. Diet diabetes mellitus merupakan pengaturan pola makan bagi
penderita diabetes mellitus berdasarkan jumlah, jenis dan jadwal pemberian makan

(Syahbudin,2010).

2.2.2 Tujuan Diet Diabetes Mellitus

Menurut Priyoto (2015) Tujuan dari terapi gizi pada penyakit Diabetes

Mellitus adalah menyesuaikan makanan dengan kesangupan dari tubuh untuk

menggunakannya, sehingga membantu penderita untuk :

1. Menurunkan kadar gula darah mendekati normal yang menjadi tujuan utama

dalam terapi gizi ini, meskipun kadar gula darah yang benar-benar dalam kisaran

normal sangat sulit untuk dipertahankan.

2. Menurunkan gula darah urine menjadi negative.

3. Memberikan energi yang cukup untuk mencapai atau mempertahankan berat

badan yang ideal bagi orang dewasa dan mencapai pertumbuhan dan

perkembangan yang normal pada anak dan remaja.

4. Menghindari dan menangani komplikasi akut orang dengan diabetes mellitus dan

komplikasi kronik diabetes mellitus seperti penyakit ginjal, neuropatik

diabetikum, hipertensi dan penyakit jantung

2.2.3 Syarat-syarat Diet Diabetes

Syarat-syarat yang diperlukan untuk diet Diabetes Mellitus (DM) menurut

Priyoto (2015) adalah :

1. Kebutuhan kalori disesuaikan dengan kelainan metabolic, umur, berat badan,


tinggi badan, dan aktivitas tubuh.Jumlahhidrat

2. Cukup protein, mineral, vitamin didalam makanan.

2.2.4 Pengaturan Diet bagi Penderita Diabetes Mellitus

Prinsip pengaturan makan pada diabetes mellitus hamper sama dengan anjuran

makan untuk orang sehat masyarakat umumnya, yaitu makanan yang beragam bergizi

dan berimbang atau lebih dikenal dengan gizi seimbang maksudnya adalah sesuai

dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing individu. Hal yang sangat

penting ditekankan adalah pola makan yang disiplin dalam hal Jadwal makan, Jenis

dan jumlah makanan atau dikenal dengan istilah 3J (Priyoto, 2015). Prinsip

pengaturan diet diabetes mellitus adalah 3J, yaitu :

a) J 1 = Jadwal (Tepat Jadwal)

Tepat jadwal sangat penting bagi penderita diet untuk pasien DM, karena

memakan makanan yang tepat jadwal sudah sangat membantu menjaga kadar gula

dalam darah. Tepat jadwal yang dimaksud disini adalah penderita harus mengikuti

jadwal makanan yang sudah deprogram yaitu jadwal makan harus diikuti interval 3

jam. Yaitu 6x makan, yaitu 3x makan berat dan 3x makan selingan atau snack. Itu

berarti jika pasien sudah sarapan, penderita tidak boleh makan makanan yang berat

seperti nasi dan kue sampai jadwal makan siang.

Pasien hanya diperkenankan makan snack yang berupa potongan kecil makanan

rendah karbohidrat dalam selang waktu 3 jam setelah sarapan dan 3 jam setelah snack

penderita boleh makan makanan utama lagi, begitu samapai makan malam. Pada
malam hari tidak diperkenankan makan lagi setelah makan malam (Tjokroprawiro,

2007 dalam Ninda fauzi, 2015). Contoh jadwal makan pasien adalah makan pasien

adalah sebagai berikut :

a. Makan pagi atau sarapan dilakukan pada pukul 07.00

b. Snack pertama dikonsumsi pada pukul 10.00

c. Makan siang dilakukan pada pukul 13.00

d. Snack kedua dikonsumsi pukul 16.00

e. Makan malam dilakukan pukul 19.00

f. Snack ketiga dikonsumsi pukul 21.00

Usahakan makan tepat waktu. Apabila terlambat makan maka akan bisa terjadi

hipoglikemia atau rendahnya gula darah. Hipoglikemia meliputi gejala seperti pusing,

mual dan pingsan. Apabila terjadi hal seperti ini segera minum air gula atau teh

manis

b) J 2 = Jenis (Tepat Jenis)

Ada beberapa jenis makanan yang sebaiknya dihindari dalam melakukan diet.

Untuk pasien diabetes mellitus bukan karena tidak enak namun karena makanan

tersebut dapat membuat kadar gula darah naik secara drastis. Makanan-makanan yang

harus dibatasi misalnya segala macam kue dan roti yang mengandung banyak gula,

selai, es krim, permen, susu manis, buah-buhan yang berasa manis dan tentu saja

gula. Sementara itu makanan yang dianjurkan adalah banyak mengkonsumsi

sayuran mentah, sayuran olahan dan buah-buahan yang tidak terlalu manis
(Tjokroprawiro, 2007 dalam Ninda fauzi, 2015).

c) J 3 = Jumlah (Tepat Jumlah)

Bagi penderita DM, gula dalam darah mereka sudah sangat tinggi oleh sebab itu

tubuh tidak membutuhkan banyak tambahan gula.Dan ketika pasien DM makan,

maka kalori yang masuk harus tepat bagi pasien DM, maka jumlah makanan yang

boleh dimakan harus tepat jumlahnya.Hal ini bisa dihitung dengan IMT (Index Masa

Tubuh) yang didapat dengan membagi berat badan dan tinggi badan.Jika IMT

tergolong kurus mengkonsumsi 40-60 kalori/hari x berat badan.Jika normal bisa

mengkonsumsi 30 kalori x berat badan.Untuk orang gemuk 20 kalori x berat badan.

Untuk orang obesitas kalori yang diperbolehkan yaitu 10-15 kalori x berat badan

(Tjokroprawiro, 2007 dalam Ninda fauzi, 2015).

Tabel 2.2.4.1 Klasifikasi status gizi berdasarkan IMT


Klasifikasi Status Gizi Indek Masa Tubuh (IMT)(kg/m2)
1. Kurus (Underweight) <18,5
2. Normal 18,5-22,9
3. Gemuk (Overweight) >23
4. Resiko obesitas (At Risk) 23-24,9
5. Obesitas I 25-29,9
6. Obesitas II >30
Sumber : Himpunan Studi Obesitas Indonesia (HISOBI) dalam Tjokroprawiro, 2007

Menurut Priyoto (2015) pengaturan porsi makan sedemikian rupa sehingga

asupan zat gizi tersebar sepanjang hari. Penurunan berat badan ringan atau sedang

(5-10 kg) sudah terbukti dapat meningkatkan kontrol diabetes, walaupun berat badan

ideal tidak tercapai. Penurunan berat badan dapat diusahakan dicapai secara baik

dengan penurunan asupan energi moderat dan peningkatan pengeluaran energi.

Dianjurkan pembatasan kalori sedang yaitu 250-500 kkal lebih rendah dari asupan
rata-rata sehari. Komposisi makanan yang dianjurkan meliputi :

1. Karbohidrat

[ CITATION Ame15 \l 1033 ] merekomendasikan dan lebih memfokuskan pada

jumlah total karbohiodrat dari pada jenisnya. Rekomendasi untuk sukrosa lebih

liberal. Buah dan susu sudah terbukti mempunyai respon glikemik yang lebih rendah

dari pada sebagian besar tepung-tepungan. Walaupun berbagai tepung-tepungan

mempunyai respon glikemik yang berbeda, prioritas hendaknya lebih pada jumlah

total karbohidrat yang dikonsumsi daripada sumber karbohidrat. Anjuran konsumsi

karbohidrat untuk penderita diabetes mellitus di Indonesia :

A. 45-65% total asupan energi

B. Pembatasan karbohidrat tidak dianjurkan <130g/hari

C. Makanan harus memiliki serat tinggi

D. Sukrosa tidak boleh lebih dari 5% sehari (3-4 sdm)

E. Makan 3 kali sehari untuk mendistribusi asupan karbohidrat dalam sehari

F. Penggunaan pemanis buatan adalah alternative pada penderita diabetes melitus,

tetapi harus sesuai anjuran tidak boleh berlebihan

2. Serat

Rekomendasi asupan serat untuk orang dengan diabetes sama dengan untuk

orang yang tidak diabetes yaitu dianjurkan mengkonsumsi 20-35 gr serat makanan

dari berbagai sumber bahan makanan. Di Indonesia anjurannya adalah kira-kira 25

gr/100 kalori/hari dengan mengutamakan serat larut air.


3. Protein

Menurut konsensun pengelolaan diabetes di Indonesia tahun 2006 kebutuhan

protein untuk diabetes 15-20% energy. Perlu penurunan asupan protein menjadi 0,8

g/kg berat badan / hari atau 10% dari kebutuhan energy dengan timbulnya nefropati

pada orang dewasa dan 655 hendaknya bernilai biologis tinggi. Sumber protein yang

baik adalah ikan, seafood, daging tanpa lemak, ayam tanpa kulit, produk susu rendah

lemak, kacang-kacangan dan tahu tempe.

4. Total Lemak

Anjuran nanjuran asupan lemak di Indonesia adalah 20-25%. Asupan kolesterol

makanan tidak boleh lebih dari 300 mg/hari. Tujuan utama pengurangan konsumsi

lemak jenuh dan kolesterol adalah untuk menurunkan resiko penyakit kardiovaskular.

5. Garam

Anjuran asupan garam untuk orang dengan diabetes yaitu tidak lebih dari 2000

mg atau sama dengan 5-6 g (1sdt) garam dapur. Sumber utama natrium antara lain

adalah garam dapur, vetsin, dan soda.

6. Alkohol

Anjuran penggunaan alcohol untuk orang dengan diabetes sama dengan

masyarakat umum. Dalam keadaan normal, kadar glukosa darah tidak terpengaruh

oleh penggunaan alcohol dalam jumlah sedang apabila diabetes terkendali dengan

baik. Alcohol dapat meningkatkan resiko hipoglikemia pada mereka yang

menggunakan insulin atu sulfonylurea.


Karena itu sebaiknya hanya diminum pada saat makan. Bagi orang dengan

diabetes yang mempunyai masalah kesehatan lain seperti pancreatitris, displipidemia

atu neuropati mungkin perlu anjuran untuk mengurangi atau menghindari alcohol.

Asupan kalori dari alcohol diperhitungkan sebagai bagian dari asupan kalori total dan

sebagai penukar lemak (1 minuman alcohol sama dengan 2 penukar lemak).

Pasien Diabetes Mellitus hendaknya bisa mengira-ngira porsi makan yang akan

dimakan, berikut contoh jumlah makanan diet diabetes mellitus, antara lain:

a) Karbohidrat

Tabel 2.2.4.2 Daftar Sumber Karbohidrat

Satuan penukar = 175 kalori, 4 g protein, 4 g karbohidrat Sebagian boleh dikonsumsi

untuk pasien DM

Bahan Makanan Ukuran Berat (g)


Bihun ½ gelas 50
Bubur beras 2 gelas 400
Biscuit 4 buah besar 40
Havermout 5 ½ sendok makan 50
Kentang 2 biji sedang 210
Krekers 5 buah besar 50
Makaroni ½ gelas 50
Mi kering 1 gelas 50
Mi basah 2 gelas 50
Nasi ¾ gelas 200
Nasi tim 1 gelas 70
Roti putih 3 potong sedang 120
Singkong 1 potong 40
Tepung sagu 7 sendok makan 40
Tepung hunkwae 8 sendok makan 40
Tepung singkong 8 sendok makan 40
Talas 1 potong 125
Tepung terigu 5 sendok makan 50
Tepung maizena 10 sendok makan 50
Tepung beras 8 sendok makan 50
Ubi 1 biji 135
Sumber : Dinas Kesehatan [CITATION Din14 \n \t \l 1033 ]

b) Protein hewani

Tabel 2.2.4.3 Daftar Protein Hewani

Satuan penukaran = 95 kalori, 10 g protein, 6 g lemak

Bahan Makanan Ukuran Berat (g)


Daging sapi 1 potong sedang 50
Daging babi 1 potong kecil 25
Daging ayam 1 potong sedang 50
Hati sapi 1 potong sedang 50
Didih sapi 2 potong sedang 50
Babat 2 potong sedang 60
Telur ayam biasa 2 butir telur besar 75
Telur bebek 1 butir 60
Ikan segar 1 potong sedang 50
Ikan asin 1 potong sedang 25
Keju 1 potong besar 30
Bakso daging 10 biji besar 100
Sumber : Dinas Kesehatan [CITATION Din14 \n \t \l 1033 ]

c) Protein Nabati

Tabel 2.2.4.4 Daftar Sumber Protein nabati

Satuan penukaran =80 kalori, 6 g protein, 3 g lemak

Bahan Makanan Ukuran Berat (g)


Kacang ijo 2 ½ sendok makan 25
Kacang kedelai 1 ½ sendok 25
makan
Kacang merah 2 ½ sendok 25
makan
Kacang tanah 2 sendok makan 20
terkupas
Kacang tolo 2 ½ sendok makan 25
Oncom 2 potong kasar 50
Tahu 1 biji besar 100
Tempe 2 potong kasar 50
Sumber : Dinas Kesehatan [CITATION Din14 \n \t \l 1033 ]

Daftar Menu Sayuran

Untuk diet Diabetes Mellitus sayuran dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu :

1) Sayuran Kelompok A

Mengandung sedikit sekali protein dan hidrat arang. Sayuran ini boleh digunakan

tanpa diperhitungkan serta bebas dimakan kandungan kalorinya dapat diabaikan

adalah :

Tabel 2.2.4.5 Sayuran kelompok A

Bahan Makanan
Baligo Lobak
Gambas Lettuce
Jamur kuping segar Lada air
Ketimun Slada
Labu air Tomat
Sumber : Dinas Kesehatan [CITATION Din14 \n \t \l 1033 ]

2) Sayuran kelompok B

Kelompok sayur ini agaknya dibatasi dalam pengkonsumsian bagi penderita

dieabetes mellitus

Satuan penukaran (100g) = 25 kalori, 1 g protein, 5 g karbohidrat

Tabel 2.2.4.6 Sayuran Kelompok B

Bahan Makanan
Bayam Kangkung
Bin Kucai
Boncis Kacang panjang
Caisim Labu siam
Daun pakis Labu waluh
Daun waluh Pare
Jagung muda Papaya muda
Jantung pisang Sawi
Sumber : Dinas Kesehatan [CITATION Din14 \n \t \l 1033 ]

3) Sayuran kelompok C

Kelompok sayuran ini sebaiknya dibatasi oleh penderita diabetes mellitus

Satuan penukaran (100g) = 50 kalori, 3g protein, 10g karbohidrat

Tabel 2.2.4.7 Sayuran Kelompok C

Bahan Makanan
Bayam merah Kacang kapri
Daun mlinjo Kluwih
Daun papaya Mlinjo
Daun singkong Nangka muda
Daun talas Toge kacang kedelai
Sumber : Dinas Kesehatan [CITATION Din14 \n \t \l 1033 ]

Daftar Menu Buah-buhan

Dalam diet DM dibagi menjadi 2 golongan buah-buahan, yaitu :

1) Golongan Buah-buahan A

Golongan ini boleh dikonsumsi, satuan pengukuran 40 kalori, 10g karbohidrat

Tabel 2.2.4.8 Golongan Buah-buahan A

Bahan makanan Ukuran Berat (g)


pukat ½ buah besar 50
ar ½ buah sedang 75
limbing 1 buah besar 125
mbu biji 1 buah besar 100
mbu air 1 buah besar 100
dondong 1 buah besar 100
paya 1 potong sedang 100
Pisang ambon,kapok 1 buah sedang 50
lak 1 buah besar 75
mangka 1 potong besar 150
Sumber : Dinas Kesehatan [CITATION Din14 \n \t \l 1033 ]

2) Golongan Buah-buahan B

Golongan buah ini sebaiknya dihindari bagi penderita berdiet DM. satuan

penukaran 40 kalori, 10 g karbohidrat.

Table 2.2.4.9 tabel buah-buahan golongan B

Bahan Makanan Ukuran Berat (g)


Anggur 10 biji 75
Duku 15 buah 75
Durian 3 biji 50
Jeruk manis 2 buah sedang 100
Mangga ½ buah sedang 50
Nanas 1/6 buah sedang 75
Nagka 3 biji 50
muda 2 buah kecil 50
Pisang raja dan pisang susu 8 buah 75
Rambutan 1buah sedamg 50
Sawo ½ gelas 75
Sirsak 10 biji 50
Kelemgkeng
Sumber : Dinas Kesehatan [CITATION Din14 \n \t \l 1033 ]

Tabel 2.2.4.10 Contoh Pemberian Menu makan Diet DM

Menu pagi pukul 07.00 Menu siang pukul 13.00 Menu malam pukul 19.00
 Nasi merah ¾ gelas atau  Nasi merah ¾ gelas atau  2 buah kentang
200g 200g sedang 200g

 Sayur bayam  Sayur daun singkong  Sayur labu siam

 Tempe 2 potong besar  Tempe 2 potong besar  Tahu 1 biji besar


atau 50g atau 50g atau 100g

 Tahu 1 biji besar atau  1 butir telur ayam 35g  1 potong sedang
100g ikan asin 25g
 Daging ayam 1 potong  Daging sapi 1 potong  1 potong keju
sedang atau 50g sedang atau 50g sedang 30g

 1 buah pisang 50g  3 potong semangka  ½ jambu biji 50g


15g

2.2.5 Pengaruh Diet Terhadap Kadar Gula Darah

Diabetes mellitus merupakan kelainan pengolahan karbohidrat dalam tubuh

yang disebabkan oleh kurangnya hormone insulin, sehingga karbohidrat tidak

dapat digunakan oleh sel untuk diubah menjadi tenaga. Akibatnya, karbohidrat yang

ada didalam tubuh dalam bentuk glukosa dalam darah. Peningkatan prevalensi

diabetes mellitus, selain dari faktor keturunan juga berkaitan dengan gaya hidup yaitu

asupan makanan yang berlebihan dan kurangnya olahraga [CITATION PRD12 \l

1033 ].

[CITATION Adi15 \n \l 1033 ] mengungkapkan 4 pilar utama dalam

pengelolaan penyakit Diabetes mellitus adalah Edukasi, Terapi gizi medis, Latihan

jasmani, dan Intervensi Farmakologis. Tujuan dari 4 pilar tersebut ialah menjaga

kadar gula darah (glukosa) darah tetap pada tingkat normal (tidak terjadi

hipoglikemia/hiperglikemia).
Terapi gizi merupakan komponen utama keberhasilan penatalaksanaan

diabetes.Kepatuhan pasien terhadap prinsip gizi dan perencanaan makan merupakan

kendala utama pada pasien diabetes mellitus. Kepatuhan dalam menjalankan diet

merupakan harapan dari setiap penderita diabetes mellitus. Hal ini berarti bahwa

setiap penderita diabetes mellitus harus mampu menjalankan anjuran dokternya agar

penyakit diabetes mellitus tetap terkontrol.

Ketidakpatuhan terhadap pengaturan diet pasien DM disebabkan oleh beberapa

factor antara lain pendidikan, pengetahuan, kejenuhan dalam pengobatan dan

keinginan untuk sembuh sehingga mengakibatkan komplikasi. Oleh karena itu maka

diet Diabetes Mellitus harus diakukan sesuai program yang dianjurkan. Pasien harus

belajar keterampilan khusus untuk merawat diri sendiri setiap hari guna menghindari

penurunan atau kenaikan kadar glukosa darah mendadak, disamping itu juga harus

memiliki perilaku preventif dalam gaya hidup untuk menghindari komplikasi diabetic

jangka panjang [ CITATION Nor14 \l 1033 ]

Ketidakpatuhan diet merupakan masalah yang sangat berat. Karena

ketidakpatuhan diet, kadar gula darah akan meningkat. Untuk itu, bagi penderita

diabetes mellitus dianjurkan untuk mematuhi terapi diet yang disingkat 3J yaitu tepat

jadwal, tepat jumlah dan tepat jenis. Kepatuhan diet merupakan aspek penting untuk

keberhasilan dalam menjalankan dan mengendalikan kadar gula darah. Dengan

demikian pasien DM harus mengikuti dan mematuhi program penatalaksanaan diet

sesuai dengan ketentuan dari tim kesehatan agar tercapai control metabolik yng

optimal, karena kepatuhan pasien terhadap diet adalah komponen utama keberhasilan
dalam penatalaksanaan diabetes mellitus [ CITATION Mel15 \l 1033 ].

2.3 Konsep Proses Keperawatan

Proses keperawatan yaitu faktor penting dalam survial pasien dan dalam aspek-

aspek pemeliharaan, rehabilitatif, preventif. Proses keperawatan adalah metode

dimana suatu konsep diterapkan dalam praktek keperawatan. Proses keperawatan

terbagi menjadi beberapa tahap yaitu pengkajian, pengumpulan data, analisis data,

diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi (Nursalam, 2012).

2.3.1 Pengkajian

Pengkajian yaitu pengumpulan informasi atau data pasien untuk tujuan

pemikiran dasar dari proses keperawatan, supaya bisa mengenali masalahmasalah,

mengidentifikasi, kebutuhan keperawatan dan kesehatan klien, baik mental, fisik,

sosial dan lingkungan (Nursalam, 2012).

Sedangkan menurut Indiuasi dan Hendarsih (2017), pengkajian merupakan

proses pertama yang dilakukan dalam proses keperawatan. Proses ini bertujuan untuk

menyusun data dasar tetang kebutuhan, masalah kesehatan yang sedang dihadapi

pasien dan respon pasien terhadap masalah kesehatan.

Menurut NANDA (2015), fase pengkajian merupakan sebuah komponen

utama untuk mengumpulkan informasi, data, menvalidasi data, mengorganisasikan

data, dan mendokumentasikan data. Pengumpulan data antara lain meliputi:

A. Identitas pasien
Pada identitas pasien berisi data-data terkait dengan identitas pasien maupun

keluarga yang menjadi penanggung jawab pasien tersebut. Data-data tersebut

diantaranya adalah: nama, alamat, jenis kelamin, tempat tanggal lahir, umur, suku/ras,

agama, nomor telepon

B. Riwayat Kesehatan

1. Keluhan Utama

Biasanya pasien dengan penyakit DM akan datang dengan keluhan lemas,

cemas, polifagia, tangan terasa kebas dan baal, gangguan pada pola tidur,

poliuri, polidipsi, penglihatan yang kabur, kelemahan, dan sakit kepala.

2. Riwayat Kesehatan Sekarang

Pasien akan mengeluh apay nag dirasakannya sekarang. Biasanya pasien dengan

diabetes melitus akan mengeluh lemas dan kesemutan di ujung-ujung jari

3. Riwayat Penyakit Dahulu

Adanya riwayat penyakit diabetes melitus atau penyakit-penyakit lain yang ada

kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas. Adanya

riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun arterosklerosis, tindakan medis

yang pernah di dapat maupun obat-obatan yang biasa digunakan oleh penderita.

4. Riwayat Penyakit Keluarga

Apakah ada riwayat keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan

pasien

5. Riwayat psikososial dan spiritual


Peranan pasien dalam keluarga, apakah ada peningkatan emosi atau adakah

kecemasan dengan keadaan diri nya yang sedang dihadapi. Apakah pasien dapat

berhubngan baik dengan keluarga, teman, sahabat, dan tetangga sekitar. Dan

apakah pasien rajin dalam melakukan ibadah sehari-hari/

6. Pola Aktivitas

a. Aktivitas Dan Istirahat

Adanya kelemahan otot–otot mengakibatkan pasien tidak mampu

melakukan aktivitas seharihari secara maksimal, penderita mudah

mengalami kelelahan. Tachicardi/tachipnea pada waktu melaksanakan

aktivitas, terjadi pembengakan pada kaki sehingga sulit untuk beraktivitas.

Istirahat tidak efektif dikarenakan adanya BAK yang sering pada malam

hari sehingga pasien sulit untuk tidur.

b. Pola Nutrisi Dan Metabolik

Apakah pasien mengetahui dan menerapkan diet diabetes dengan tepat,

apakah pasien masih mengkonsumsi makanan dan minuman yang

mengandung gula tinngi. Biasanya pada orang dengan penyakit diabetes

akan mengeluh sering lapar dan haus. Bahkan dapat terjadi penurunan berat

badan

c. Pola Eleminasi
Adanya kelebihan gula darah mengakibatkan terjadinya diuresis osmotik

yang mengakibatkan pasien selalu kencing (poliuri) dan pengeluaran gula

pada urine ( glukosuria )

d. Kognitif Dan Persepsi

Tidak ada kepekaan terhadap nyeri, gangguan penglihatan, penurunan dalam

pengecapan cenderung mengalami mati rasa pada luka biasanya pada pasien

e. Persepsi Dan Konsep diri

lamanya perawatan, banyaknya biaya perawatan dan pengobatan

mengakibat pasien mengalami kecemasan. Penderita mengalami gangguan

pada gambaran diri disebabkan oleh adanya perubahan fungsi dan struktur

tubuh.

2.3.2 Pengkajian Fisik

Pengkajian fisik dimulai dengan melakukan pengukuran berat badan, tinggi

badan, nilai GCS dan tanda vital. Adapun pengkajian yang dilalukan adalah sebagai

berikut menggunakan teknik inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi.

a. Kepala Dan Wajah

Apakah bentuk kepala dan wajah simetris atau tidak, apakah ada lesi atau

benjolan, kaji apakah ada nyeri tekan yang dirasakan pasien

b. Mata

Inspeksi mata simetris atau tidak antara kanan dan kiri,apakah ada refleks pupil

terhadap cahaya, inspeksi konjungtiva anemis atau tidak, sklera ikterik atau tidak,
apakah pasien menggunakan alat bantu penglihatan. Palpasi tanyaka apakah ada

nyeri tekan atau tidak. Biasanya pada pasien DM akan di temukan penglihatan

kabur

c. Telinga

Inspeksi apakah simetris antara telinga kiri dan kanan, apakah ada lesi atau

benjolan, apakah terdapat cairan yang keluar dari lubang telinga, apakah pasien

menggunakan alat bantu pendengaran, tanyakan pada pasien apakah ada nyeri

tekan

d. Hidung

Inspeksi apakah hidung simetris atau tidak antara kiri dan kanan, apakah ada lesi

atau benjolan, tanyakan pada pasien apakah ada nyeri pada saat dilakukan palpasi.

Apakah ada gangguan penciuman

e. Mulut

Ispeksi apakah mulut simetris atau tidak, lihat apakah bibir kering atau tidak,

apakah ada lesi atau benjolan

f. Leher

Inspeksi apakah ada pembengkakan pada kelenjar tiroid

g. Sistem Pernapasan

Inspeksi apakah perkembangan dada simetris atau tidak, apakah ada lesi atau

benjolan, apakah pasien mengguanakan otot bantu saat bernafas, auskultasi suara

nafas apakah vesikuler, atau ada suara tambahan, dan cium apakah pernapasan
pasien berbau aseton atau tidak

h. Sistem Kardiovaskuler

Inspeksi apah dada simetris atau tidak, adakah lesi, benjolan, atau masa, tanyakan

pada pasien apakah ada nyeri tekan, Pada area ICS II, ICS V kiri, dan Area

midclavicula untuk menentukan batas jantung, tidak terjadi pembesaran pada

jantung. Auskultasi apakah ada bunyi jantung tambahan.

i. Sistem Gastroentestinal

Inspeksi adanya lesi, benjolan, jejas, apakah perut asites atau tidak, adakah nyeri

tekan pada perut saat dipalpasi, auskultasi bising usus normal atau tidak, biasanya

orang dengan diabetes melitus akan mengeluh sering lapar

j. Sistem urinary

Apakah ada rasa panas/sakit saat berkemih, Poliuri, inkontinensia urine dan

retensio urine

k. Sistem Muskuloskeletal

Perhatikan apakah ada kelemahan pada otot, apakah ada keterbatasan gerak

l. Sistem Neurologis

Biasanya orang dengan diabetes melitus akan mengakibatkan penurunan sensoris,

parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk, reflek lambat

m. Sistem Integumen

Perhatikan adanya warna kehitaman/luka bekas luka, perhatikan kelembaban

kulit, tekstur rambut dan kuku karena turgor kulit menurun

2.3.3 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien yang mengalami penyakit

diabetes militus:

1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d disfungsi pankreas

2. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mengabsorbsi nutrisi

3. Resiko ketidak seimbangan cairan b.d pengeluaran cairan berlebihan

4. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya ulkus pada

ekstremitas

5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi

2.3.4 Perencanaan

Tahap perencanaan dapat dilakukan setelah diagnosa dirumuskan. Perencanaan

meliputi menyusun proritas masalah, merumuskan tujuan dan kriteria hasi, memilih

strategi asuhan keperawatan, berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain dan

mendokumentasikan rencan asuhan keperawatan (Universal Post Manager).


Diagnosa Keperawatan :

NO DIAGNOSA KEPERAWATANTUJUAN DAN KRITERIA HASIL NOC INTERVENSI NIC

1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah


NOC : NIC :

b/d disfungsi pankreas Setelah dilakukan tindakan asuhan


Manajemen Hiperglikemia

keperawatan diharapkan kestabilan


Observasi

kadar glukosa darah menurun a. Identifikasi kemungkinan

dengan kriteria hasil : penyebab hiperglikemia

1. Keluhan pusing menurun b. Monitor kadar glukosa darah

c. Monitor tanda dan gejala


2. Lesu/lelah menurun
hiperglikemia (mis: poliuria,
3. Kadar glukosa dalam darah
polidipsia, kelemahan,pandangan
menurun
kabur, sakit kepala)

d. Monitor intake dan output

cairan
Terapeutik

a. Berikan asupan cairan oral

b. Konsultasi dengan medis jika

tanda dan gejala hiperglikemia

tetap ada atau memburuk

Edukasi

a. Anjurkan menghindari olahraga

saat kadar glukosa darah lebih

dari 250 mg/dL

b. Anjurkan monitor kadar glukosa

darah secara mandiri

c. Anjurkan kepatuhan terhadap

diet dan olahraga


2. Defisit nutrisi b/d ketidak mampuan
NOC

mengabsorbsi nutrisi Setelah dilakukan tindakan asuhan Manajemen nutrisi

keperawatan diharapkan kestabilan Observasi :

kadar glukosa darah menurun 1. Identifikasi status nutrisi

dengan kriteria hasil : 2. Identifikasi kebutuhan kalori dan

1. Pasien menerapkan diet diabetes jenis nutrient

dengan baik 3. Monitor asupan makanan

2. Tidak ada penurunan berat 4. Monitor berat bedan

badan Terapeutik :
3. Frekuensi makan dalam batas
Fasilitasi menentukan pedoman diet

normal Edukasi :

4. Kadar glukosa dalam darah Ajarkan diet yang di programkan

menurun Kolaborasi :

5. Pasien tidak merasa lemas 1. Kolaborasi pemberian medikasi

sebelum makan

2. Kolaborasi dengan ahli gizi

menentukan jumlah kalori dan

jenis nutrient yang dubutuhkan

Edukasi diet

Observasi :

1. Identifikasi tingkat pengetahuan

saat ini

2. Identifikasi kebiasaan pola


makan saat ini dan masa lalu

3. Identifikasi persepsi pasien dan

keluarga tentang diet yang

diprogramkan

Teurapeutik :

1. Jadwalkan waktu yang tepat

untuk memberikan pendidikan

kesehatan

2. Berikan pasien dan keluarganya

untuk bertanya

Edukasi :

1. Jelaskan tujuan kepatuhan diet

terhadap kesehatan

2. Informasikan makanan yang


diperbolehkan atau dilarang

3. Anjurkan melakukan olahraga

sesuai toleransi

4. Ajarkan cara merencanakan

makanan yang sesuai program

3.
Resiko ketidak seimbangan cairan NOC
b.d

pengeluaran cairan berlebihan Setelah dilakukan tindakan asuhan Manajemen cairan

keperawatan diharapkan kestabilan Observasi :

kadar glukosa darah menurun 1. Monitor status hidrasi

dengan kriteria hasil : Terapeutik :

1. Asupan cairan cukup 2. Catat intake-output dan itung

2. Haluaran urin normal balans cairan 24 jam

3. Kelembaban membrane mukosa 3. Berikan asupan cairan sesuai

meningkat kebutuhan
4. Edema tidak ada Pemantauan cairan

5. Dehidrasi tidak ada 1. Monitor elastisitas atau turgor

6. Tekanan darah normal kulit

7. Turgor kulit elastis 2. Monitor jumlah warna dan

berat jenis urine

3. Monitor intake output cairan

4. Resiko kerusakan integritas NOC


kulit NOC

berhubungan dengan adanya ulkus


Setelah dilakukan tindakan asuhan 1. Observasi tanda-tanda infeksi dan
pada ekstremitas keperawatan diharapkan kestabilan
peradangan seperti demam,
kadar glukosa darah menurun
kemerahan, adanya pus pada
dengan kriteria hasil : luka , sputum purulen, urin warna

1. Tidak terjadi infeksi keruh dan berkabut

2. Mengindentifikasi faktor-faktor 2. Tingkatkan upaya pencegahan


risiko individu dan intervensi
dengan melakukan cuci tangan
untuk mengurangi potensial
yang baik, setiap kontak pada
infeksi
semua barang yang berhubungan

dengan pasien termasuk

pasiennya sendiri

3. Berikan perawatan kulit dengan

teratur dan sungguh-sungguh.

Masase daerah tulang yang

tertekan, jaga kulit tetap kering,

linen kering dantetap kencang


5. Kurang pengetahuan berhubungan
NOC

dengan tidak mengenal sumber  Klien mengetahui Teaching deases process


proses

informasi penyakit 1. Menilai tingkat pengetahuan

 Klien mampu menjalani pasien berhungan dengan proses

kebiasaan hidup sehat penyakit

Indicator : 2. Jelaskan patofisiologi penyakit

Mengetahui proses penyakit: dan bagaimana kaitannya dengan

- Karakteristik penyakit diabetes anatomi dan fisiologi

mellitus 3. Jelaskan tanda-tanda umum gejala

- Penyebab dan faktor yang penyakit

mempengaruhi 4. Jelaskan proses penyakit

- Faktor risiko 5. Diskusikan perubahan gaya hidup

- Tanda dan gejala penyakit yang mungkin diperlukan untuk

- Cara untuk meminimalkan mencegah komplikasi dimasa


penyakit depan

- Potensi komplikasi penyakit Diskusikan terpai diet/ pemillihan

diabetes pengobatan

- Diet yang dianjurkan


2.3.5 Implementasi

Implementasi adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan rencana asuhan

keperawatan ke dalam bentuk intervensi keperawatan guna membantu klien

mencapai tujuan yang telah ditetapkan [ CITATION Asm11 \l 1033 ]. Sedangkan

menurut Nursalam [CITATION Nur11 \n \t \l 1033 ] menjelaskan bahwa

implementasi keperawatan tindakan keperawatan yang dilaksanakan untuk

mencapai tujuan rencana tindakan yang telah dibuat. Pada setiap tindakan

keperawatan yang telah dilakukan, di catat dalam dokumentasi keperawatan agar

tidakan keperawatan dapat berlanjut. Prinsip dalam melakukan tindakan

keperawatan yaitu dengan proses pendekatan pada pasien akan lebih efektif dan

komunikasi terupetik serta penjelasan pada setiap tindakan keperawatan yang

dilakukan kepada pasien.

2.3.6 Evaluasi

Evaluasi keperawatan adalah kegiatan yang terus menerus dilakukan untuk

menentukan apakah rencana keperawatan efektif dan bagaimana rencana

keperawatan dilanjutkan, merevisi rencana atau menghentikan rencana

keperawatan [ CITATION Man12 \l 1033 ].

2.3.7 Pendidikan Kesehatan

Menurut [ CITATION Sme15 \l 1033 ] untuk mengatasi diabetes melitus yaitu dengan

cara dibagi menjadi lima manajemen yaitu diet atau manajemen nutrisi, latihan

atau exercise, pemantauan atau monitoring terhadap glukosa dan keton, terapi

farmakologis dan pendidikan atau edukasi

1. Diet atau Manajemen Nutrisi


Diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar dari penatalaksanaan

diabetes. Penatalaksanaan nutrisi pada diabetes diarahkan untuk mencapai tujuan

yaitu memberikan semua unsur makanan essensial (misalnya vitamin dan

mineral), mencapai dan mempertahankan berat badan yang sesuai, memenuhi

kebutuhan energi, mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap harinya dengan

mengupayakan kadar glukosa darah mendekati normal melalui cara-cara yang

aman dan praktis, menurunkan kadar lemak darah jika meningkat. Prinsip dalam

perencanaan makanan pada pasien DM harus memperhatikan pertimbangan

seperti kebiasaan tiap individu, jumlah kalori, disesuaikan dengan pertumbuhan,

status gizi, umur, stress akut dan kegiatan jasmani

2. Latihan Jasmani/Olahraga

Latihan jasmani atau olahraga sangat penting dalam penatalaksanaan diabetes

karena efeknya dapat menurunkan kadar glukosa darah dan mengurangi faktor

risiko kardiovaskuler. Latihan akan menurunkan kadar glukosa darah dengan

meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian

insulin. Latihan juga akan mengubah kadar lemak darah yaitu meningkatkan kadar

HDL kolesterol dan menurunkan kadar kolesterol total serta trigliserida. Manfaat

olah raga bagi pasien DM yaitu meningkatkan kontrol gula darah.

3. Pemantauan atau Monitoring terhadap glukosa dan keton

Pemantauan glukosa dan keton oleh penyandang diabetes mellitus merupakan

hal yang penting dilakukan untuk mencegah dari keadaan hipoglikemia dan

hiperglikemia sehingga meminimalkan komplikasi. Pemantauan yang dilakukan

oleh penyandang diabetes mellitus secara langsung juga bermanfaat untuk


mengevaluasi regimen atau pengobatan yang selama ini diperoleh untuk

menormalkan kadar glukosa dan keton

4. Terapi Farmakologis

Intervensi farmokologis ditambahkan jika sasaran kadar glukosa darah belum

tercapai dengan pengaturan makan dan latihan jasmani. Intervensi farmakologis

meliputi : Obat Anti Hipoglikemik Oral (OHO) dan insulin. Tujuan terpai insulin

adalah menjaga kadar gula darah normal atau mendekati normal. Pada diabetes

mellitus tipe 2 akan membutuhkan insulin apabila terapi jenis lain tidak dapat

mencapai target pengendalian kadar glukosa darah dan keadaan stress berat

seperti pada infeksi berat, tindakan pembedahan, infark miokard akut atau stroke.

5. Edukasi

Edukasi yang diberikan pada pasien DM pada dasarnya adalah supaya pasien

mampu meningkatkan pengetahuan terkait penyakit yang dideritanya sehingga

mampu mengendalikan penyakitnya dan mengontrol gula darah dalam keadaan

mendekati normal dan dapat mencegah komplikasi. Edukasi yang dapat diberikan

pada penderita diabetes mellitus yaitu pemantauan glukosa mandiri, perawatan

kaki, ketaatan penggunaan obat-obatan, berhenti merokok, meningkatkan aktifitas

fisik, dan mengurangi asupan kalori dan diet tinggi lemak

2.3.8 Discharge Planning

Discharge Planning adalah suatu proses yang sistematis dalam pelayanan

kesehatan untuk membantu pasien dan keluarga dalam menetapkan kebutuhan,

mengembangkan dan mengimplementasikan serta mengkoordinasikan rencana

perawatan yang mungkin dilakukan setelah pasien pulang dari rumah sakit dalam
upaya meningkatkan atau mempertahankan derajat kesehatannya [ CITATION Kem11

\l 1033 ].

Perencanaan bagi penderita diabetes melitus adalah:

1. Perawatan evaluasi

2. Selalu menerapkan diet diabetes dengan benar

3. Selalu berolahraga disetiap ada kesempatan waktu

4. Melakukan kontrol darah gula dengan rutin

Anda mungkin juga menyukai