Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Janin didalam rahim menempati posisi yang paling penting dalam


keberadaannya. Letak janin tidak selamanya sama. Yang terbanyak atau sering
kita sebut letak biasa (normal) adalah jika letak janin dalam rahim memanjang
dengan kepala berada pada bawah dalam fleksi, artinya dengan ubun-ubun kecil
yang paling rendah. Dalam hal ini kedudukan anak harus pula normal, yakni
punggung membungkuk sedikit, kaki terlipat pada pangkal paha dan lekuk lutut
rapat ke badan , sedangkan kedua lengan bersilang dan merapat ke dada.

Kelainan letak janin dalam rahim dapat menyebabkan  permasalahan pada


proses persalinan yang berakibat buruk bagi janin dan juga ibunya. Letak lintang
merupakan salah satu malpresentasi janin yang dapat menyebabkan kelambatan
atau kesulitan dalam persalinan. Letak lintang merupakan keadaan yang
berbahaya karena besarnya kemungkinan risiko kegawatdaruratan pada proses
persalinan baik pada ibu maupun janin.

B. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
Agar mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu
dengan kelalaian letak. Dengan cara memeriksakan kehamilannya dan
penyulit serta komplikasi termasuk penatalaksanaan dan rujukan bila
diperlukan dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan.
C. Manfaat
Adapun Manfaat penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk menyelesaikan tugas makalah Kelainan Letak
2. Untuk menambah wawasan terhadap letak lintang janin di dalam rahim
3. Untuk mengurangi resiko kegawadaruratan pada ibu dan janin

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kelainan Letak Kepala (Malposisi)


1. Posisi Oksiput Posterior
Pemeriksaan abdominal: bagian terendah datar, bagian kecil janin teraba di
anterior dan denyut jantung janin terdengar di samping (flank).
Pemeriksaan Vaginal: oksiput ke arah sakrum, sinsiput di anterior akan
mudah diraba bila kepala defleksi.
2. Posisi Oksiput Posterior Persisten
Posisi oksiput posterior biasanya mengalami rotasi anterior spontan dan
pelahiran berlangsung tanpa penyulit. Posisi oksiput janin yang masih
lintang terhadap rongga panggul ibu hingga akhir persalinan kala I karena
gagal berotasi ke posisi oksiput anterior
3. Posisi Oksiput Lintang
Posisi oksiput janin yang masih lintang terhadap rongga panggul ibu
hingga akhir persalinan kala 1 karena gagal berotasi ke posisi oksiput
anterior.

B. Kelainan Letak Janin (Malpresentasi)


Faktor Predisposisi
a. Wanita multipara
b. Kehamilan multipel (gemeli)
c. Polihidramnion / oligohidramnion
d. Plasenta previa
e. Kelainan bentuk uterus atau terdapat massa (mis. mioma uteri)
f. Partus preterm
1. Presentasi Dahi
a. Diaggnosa:
Pemeriksaan abdominal: kepala janin lebih separuhnya diatas pelvis,
denyut jantung janin sepihak dengan bagian kecil

2
Pemeriksaan vaginal: oksiput lebih tinggi di sinsiput teraba fontanella
anterior dan orbita, bagian kepala masuk pintu atas panggul (PAP)
adalah antara tulang orbita dan daerah ubun-ubun besar. Ini adalah
diameter paling besar, sehingga sulit lahir pervaginam.
b. Tatalaksana
1) Lakukan seksio caesaria bila janin hidup
2) Bila janin mati, lakukan kraniotomi bila memungkinkan atau
seksio caesaria bila syarat dan sarana kraniotomi tidak terpenuhi.

Gambar 2.1 Presentasi Dahi


2. Presentasi Muka
a. Diagnosa
Pemeriksaan abdominal: lekukan akan teraba antara daerah oksiput
dan punggung (sudut fabre), denyut jantung janin sepihak dengan
bagian kecil janin.
Pemeriksaan vaginal: muka dengan mudah teraba, teraba mulut dan
bagian rahang mudah diraba, tulang pipi, tulang orbita, kepala janin
dalam keadaan defleksi maksimal
Untuk membedakan mulut dan anus: anus merupakan garis lurus
dengan tuber iskii, sedangkan mulut merupakan segitiga dengan
prominen molar.
b. Tatalaksana Umum
1) Posisi dagu anterior:
Pembukaan LENGKAP: Lahirkan dengan persalinan spontan
pervaginam, Bila penurunan kurang lancar, lakukan ekstraksi forsep

3
Pembukaan BELUM lengkap: Bila tidak ada kemajuan pembukaan
dan penurunan, lakukan seksio sesarea
2) Posisi dagu posterior:
Pembukaan LENGKAP: Lahirkan dengan seksio sesarea
Pembukaan BELUM lengkap: Bila tidak ada kemajuan pembukaan
dan penurunan, lakukan seksio sesarea . Jika janin mati, lakukan
kraniotomi atau seksio sesarea.
c. Tatalaksana Khusus
Jangan lakukan ektraksi vakum pada presentasi muka!

Gambar 2.2 Presentasi Muka


3. Presentasi Majemuk
a. Diagnosa
Prolaps ekstremitas bersamaan dengan bagian terendah janin
(kepala/bokong)
b. Tatalaksana Umum: Persalinan spontan hanya bisa terjadi jika janin
sangat kecil/mati dan maserasi
c. Tatalaksana Khusus
Coba Reposisi:
1) Ibu diletakkan dalam posisi Trendelenburg (knee-chest position)
2) Dorong tangan ke atas luar dari simfisis pubis dan pertahankan di
sana sampai timbul kontraksi sehingga kepala turun ke rongga
panggul.
3) Lanjutkan penatalaksanaan persalinan normal.

4
4) Jika prosedur gagal/terjadi prolapsus tali pusat, lakukan seksio
sesarea.

Gambar 2.3 Presentasi Majemuk


4. Presentasi Bokong (Sungsang)
Pada kehamilan < 32 minggu, jumlah air ketuban relatif lebih banyak
sehingga memungkinkan janin bergerak dengan bebas, dan demikian janin
dapat menempatkan diri dalam letak sungsang atau lintang.
a. Diagnosa
1) Gerakan janin teraba di bagian bawah abdomen.
2) Pemeriksaan abdominal: kepala terletak di bagian atas, bokong
pada daerah pelvis, auskultasi menunjukkan denyut jantung janin
lokasinya lebih tinggi.
3) Pemeriksaan vaginal: teraba bokong atau kaki, sering disertai
adanya mekonium.
4) Pada gambar (berturut-turut): presentasi bokong murni, presentasi
bokong sempurna, dan presentasi kaki (footling).

Gambar 2.4 Presentasi Bokong

5
b. Komplikasi Presentasi Bokong (Sungsang)
Komplikasi pada janin:
1) Kematian perinatal
2) Prolaps tali pusat
3) Trauma pada bayi akibat: tangan dan kepala yang menjuntai,
pembukaan serviks yang belum lengkap, CPD
4) Asfiksia karena prolaps tali pusat, kompresi tali pusat, pelepasan
plasenta dan kepala macet
5) Perlukaan / trauma pada organ abdominal atau pada leher
6) KPD

Komplikasi pada Ibu:

1) Pelepasan plasenta
2) Perlukaan vagina atau serviks
3) Endometritis
c. Tatalaksana Umum
1) Persalinan lama pada presentasi sungsang adalah indikasi seksio
sesarea.
2) Seksio sesarea lebih aman dan direkomendasikan pada: Presentasi
bokong pada primigravida, Double footling breech, Pelvis yang
kecil atau malformasi, Janin yang sangat besar, Bekas seksio
sesarea dengan indikasi CPD, Kepala yang hiperekstensi atau
defleksi.
3) Persalinan pada presentasi kaki sebaiknya dilahirkan dengan
seksio sesarea. Persalinan pervaginam hanya bila: Persalinan sudah
sedemikian maju dan pembukaan sudah lengkap, Bayi preterm
yang kemungkinan hidupnya kecil, Bayi kedua pada kehamilan
kembar.
4) Setiap persalinan sungsang sebaiknya ditolong pada
fasilitaskesehatan yang dapat melakukan seksio caesaria.
d. Tatalaksana Khusus

6
Pada upaya persalinan pervaginam, lakukan langkah berikut:
1) Tentukan apakah persalinan pervaginam mungkin dilakukan.
Persalinan pervaginam oleh tenaga penolong yang terlatih akan
cenderung aman bila: Pelvis adekuat, Presentasi bokong
lengkap/murni , Kepala fleksi, Tidak ada riwayat seksio searea
karena CPD, Janin tidak terlalu besar.
2) Sebelum inpartu, usahakan melakukan versi luar apabila syarat
dipenuhi, yaitu: Pembukaan serviks masih kurang dari 3 cm, Usia
kehamilan ≥ 37 minggu, Ketuban intak dan air ketuban cukup,
Tidak ada komplikasi / kontraindikasi (IUGR, perdarahan, bekas
seksio, kelainan janin, kehamilan kembar, hipertensi), Persalinan
pervaginam masih mungkin dilakukan. Versi luar dapat
menyebabkan solusio plasenta.
3) Jika versi luar berhasil, lakukan asuhan persalinan normal.
4) Jika versi luar tidak berhasil, lakukan persalinan sungsang
pervaginam atau seksio sesarea.
5) Ikuti kemajuan persalinan dengan seksama menggunakan
partograf.
6) JANGAN pecahkan ketuban. Bila pecah, periksa apakah ada
prolaps tali pusat.
7) Beritahu ibu untuk tidak mengedan sebelum pembukaan lengkap.
8) Kepala janin harus lahir dalam waktu maksimal 8 menit sejak lahir
sebatas pusat.
9) Apabila terjadi prolaps tali pusat dan kelahiran pervaginam tidak
memungkinkan, maka lakukan seksio sesarea.
10) Jika denyut jantung 180x/menit, lakukan seksio sesarea. Catatan:
Mekonium biasa terdapat pada persalinan sungsang dan tidak
berbahaya selama denyut jantung janin normal.
11) Sediakan cunam piper sebagai antisipasi bila terdapat kesulitan
melahirkan kepala (after coming head).

7
5. Letak Lintang
Letak lintang adalah suatu keadaan dimana janin melintang didalam uterus
dengan kepala pada sisi yang satu, sedangkan bokong berada pada sisi
yang lain (Wiknjosastro, 2011).
a. Diagnosa
1) Inspeksi: Pada saat melakukan pemeriksaan inspeksi letak lintang
dapat diduga hanya pemeriksaan inspeksi, fundus tampak lebih
melebar dan fundus uteri lebih rendah tidak sesuai dengan umur
kehamilannya.
2) Palpasi : Pada saat dilakukan pemeriksaan palpasi hasilnya adalah
fundus uteri kosong, bagian yang bulat, keras, dan melenting
berada di samping dan di atas simfisis juga kosong, kecuali jika
bahu sudah turun ke dalam panggul atau sudah masuk ke dalam
pintu atas panggul (PAP), kepala teraba di kanan atau di kiri.
sumbu panjang janin teraba melintang, tidak teraba bagian pada
pelvis inlet sehingga terasa kosong.
3) Auskultasi : Hasil yang diperoleh dari pemeriksaan auskultasi
adalah denyut jantung janin di temukan di sekitar umbilicus atau
setinggi pusat.
4) Pemeriksaan Vaginal : sebelum inpartu tidak ada bagian terendah
yang teraba di pelvis, sedangkan saat in partu yang teraba adalah
bahu, siku atau tangan. Hasil yang di peroleh dari pemeriksaan
dalam adalah akan teraba tulang iga, scapula, dan kalau tangan
menumbung teraba tangan, teraba bahu dan ketiak yang bisa
menutup ke kanan atau ke kiri, bila kepala di kiri ketiak menutup
di kiri, letak punggung di tentukan dengan adanya scapula, letak
dada, klavikula, pemeriksaan dalam agar sukar dilakukan bila,
pembukaan kecil dan ketuban intak, namun pada letak lintang
biasanya ketuban cepat pecah.

8
5) Pemeriksaan Penunjang : Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan
dengan melakukan pemeriksaan ultrasonografi (USG) atau foto
rontgen dengan diperoleh hasil kepala janin berada di samping.
b. Tatalaksana
1) Pada pemeriksaan antenatal ditemukan letak lintang, sebaiknya
diusahakan mengubah menjadi presentasi kepala dengan versi luar.
Sebelum melakukan versi luar harus dilakukan pemeriksaan teliti
ada tidaknya panggul sempit, tumor dalam panggul atau plasenta
previa, sebab dapat membahayakan janin dan meskipun versi luar
berhasil, janin mungkin akan memutar kembali. Untuk mencegah
janin memutar kembali ibu dianjurkan menggunakan korset, dan
dilakukan pemeriksaan antenatal ulangan untuk menilai untuk
menilai letak janin (Wiknjosastro, 2011). Gerakan versi luar jarang
dilakukan karena dapat membahayakan janin dan ibunya.
Pentingnya untuk selalu berkonsultasi dengan SpOG.
2) Lakukan versi luar bila permulaan inpartu dan ketuban intak.
3) Bila ada kontraindikasi versi luar, lakukan seksio sesarea.
4) Lakukan pengawasan adanya prolaps tali pusat.
5) Dapat terjadi ruptura uteri bila ibu tidak diawasi.
6) Dalam obstetri modern, pada letak lintang in partu, dilakukan
seksio sesarea walau janin hidup/mati.

Gambar 2.6 Letak lintang

9
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL
Pada Ny. P G1P0A0 Umur Kehamilan 38 Minggu dengan Letak Lintang

Tempat : Puskesmas
Tanggal, jam : 28 Oktober 2020, pukul 16.00 WIB

A. DATA SUBJEKTIF
1. Identitas

Nama ibu : Ny. P Nama suami : Tn. S


Umur : 24 tahun Umur : 28 th
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : karyawan swasta
Alamat : Gubug-Grobogan Alamat : Gubug-Grobogan

2. Data Kebidanan
a. Alasan datang : Ibu mengatakan ingin memeriksakan
kehamilan.
b. Keluhan utama : Ibu mengatakan perut kenceng-kenceng
teratur sejak siang pukul 13.00 WIB, perut semakin sakit,
belum mengeluarkan lendir maupun ketuban.
c. Riwayat menstruasi
1) Menarche : 14 tahun
2) Banyaknya : 4 – 5 kali ganti
pembalut/hari
3) Lamanya : 7 hari
4) Warna : merah tua

10
5) Siklus : 28-30 hari (teratur)
d. Status perkawinan
1) Kawin/tidak kawin : Kawin
2) Usia kawin : 22 tahun
3) Lama perkawinan : 11 tahun
4) Perkawinan : sah, pertama
e. Riwayat kehamilan sekarang
1) HPHT : 3 Februari 2020
2) HPL : 10 November 2020
3) Umur Kehamilan : 38 minggu
4) ANC
a. Trimester I : 1 kali
b. Trimester II : 2 kali
c. Trimester III : 2 kali
5) Keluhan
a. Trimester I : mual
b. Trimester II : tidak ada
c. Trimester III : tidak ada
3. Pengetahuan/KIE yang pernah di dapat :
- Ibu mengatakan belum pernah dapat KIE tentang
ketidaknyamanan kehamilan
- Ibu mengatakan belum pernah mendapatkan penyuluhan
tentang gizi ibu hamil
- Ibu mengatakan belum pernah mendapatkan penyuluhan
tanda bahaya kehamilan.
4. Data Kesehatan
a. Data kesehatan sekarang
Ibu mengatakan bahwa dalam keadaan yang sehat dan tidak
sedang menderita penyakit menular (Hiv/Aids, hepatitits,
TBC), menurun (asma, diabetes melitus) dan menahun
(jantung).

11
b. Data kesehatan keluarga
Ibu mengatakan bahwa dalam keluarga tidak ada sedang
menderita penyakit menular (Hiv/Aids, hepatitits, TBC),
menurun (asma, diabetes melitus) dan menahun (jantung).
c. Data kesehatan yang lalu
Ibu mengatakan bahwa dalam keluarga tidak ada yang
pernah menderita penyakit menular (Hiv/Aids, hepatitits,
TBC), menurun (asma, diabetes melitus) dan menahun
(jantung).
d. Riwayat penyakit keturunan
ibu mengatakan bahwa tidak ada riwayat penyakit
keturunan
e. Riwayat keturunan kembar
ibu mengatakan bahwa dari keluarga ibu dan suami tidak
ada riwayat keturunan kembar.
5. Data kebiasaan sehari-hari
a. Nutrisi
a) Frekuensi
Sebelum hamil : ibu mengatakan makan 2-3 kali
sehari
Selama hamil : ibu mengatakan makan 2-3 kali
sehari
b) Porsi
Sebelum hamil : ibu mengatakan makan 1 piring nasi
dengan sayur
Selama hamil : ibu mengatakan makan 1 piring nasi
dengan sayur
c) Jenis
Sebelum hamil : ibu mengatakan makan nasi, sayur
Selama hamil : ibu mengatakan makan nasi, sayur
dan lauk.

12
d) Keluhan makan
Sebelum hamil : ibu mengatakan tidak ada keluhan
Selama hamil : ibu mengatakan tidak ada keluhan
e) Pantangan makan
Sebelum hamil : ibu mengatakan tidak ada
pantangan
Selama hamil : ibu mengatakan tidak ada
pantangan
f) Suplemen
Sebelum hamil : ibu mengatakan tidak mengonsumsi
Selama hamil : ibu mengatakan tidak mengonsumsi
g) Jamu
Sebelum hamil : ibu mengatakan tidak mengonsumsi
Selama hamil : ibu mengatakan tidak mengonsumsi
h) Merokok
Sebelum hamil : ibu mengatakan tidak merokok
Selama hamil : ibu mengatakan tidak merokok
i) Alkohol
Sebelum hamil : ibu mengatakan tidak mengonsumsi
Selama hamil : ibu mengatakan tidak mengonsumsi
j) Minum dalam 1 hari
Sebelum hamil : ibu mengatakan minum 7 gelas
perhari
Selama hamil : ibu mengatakan minum 8-9 gelas
perhari
b. Eliminasi
a) Frekuensi BAK
Sebelum hamil : ibu mengatakan BAK 4-5 kali
sehari
Selama hamil : ibu mengatakan BAK 5 kali sehari
Keluhan : ibu mengatakan tidak ada keluhan

13
b) Frekuensi BAB
Sebelum hamil : BAB 2 sehari sekali
Selama hamil : BAB 1-2 hari sekali sehari
Keluhan : ibu mengatakan tidak ada keluhan
c. Pola tidur
a. Tidur siang
Sebelum hamil : ibu mengatakan tidak pernah tidur
siang
Selama hamil : ibu mengatakan tidur siang 30
menit
Keluhan : ibu mengatakan tidak ada keluhan
b. Tidur malam
Sebelum hamil : ibu mengatakan tidur malam 6 - 7
jam
Selama hamil : ibu mengatakan tidur malam 7 - 8
jam
Keluhan : ibu mengatakan tidak ada keluhan
c. Keluhan
Sebelum hamil : ibu mengatakan tidak ada keluhan
Selama hamil : ibu mengatakan tidak ada keluhan
d. Aktivitas
Sebelum hamil : ibu mengatakan pekerjaan sehari-
harinya yaitu mengurus rumah
tangga
Selama hamil :ibu mengatakan selama hamil
mengurus rumah tangga
Keluhan : ibu mengatakan tidak ada keluhan
e. Pola Seksual
Selama hamil, ibu mengatakan tidak ada keluhan
f. Personal higyene
a) Mandi

14
Sebelum hamil : ibu mengatakan mandi 2 kali sehari
Selama hamil : ibu mengatakan mandi 2 kali sehari
b) Keramas
Sebelum hamil : ibu mengatakan keramas 2 kali
seminggu
Selama hamil : ibu mengatakan keramas 2-3 kali
seminggu
c) Sikat gigi
Sebelum hamil : ibu mengatakan sikat gigi 2 kali
sehari
Selama hamil : ibu mengatakan sikat gigi 2 kali
sehari
d) Ganti pakaian
Sebelum hamil : ibu mengatakan ganti pakaian 2-3
kali sehari
Selama hamil : ibu mengatakan ganti pakaian 2-3
kali sehari
e) Ganti pakaian dalam : ibu mengatakan ganti 3 kali
sehari
6. Data psikologis
a. Respon ibu terhadap kehamilan ini :
Ibu mengatakan bahwa perasaannya sangat senang
dengan kehamilan ini, karena merupakan kehamilan yang
ditunggu-tunggu.
b. Kehamilan ini direncanakan/tidak : direncanakan
c. Jenis kehamilan yang diharapkan : kehamilan anak laki-
laki
d. Kekhawatiran : ibu mengatakan takut terjadi sesuatu
terhadap kehamilannya
7. Data psikososial
a. Respon suami terhadap kehamilan

15
suami sangat senang dan bahagia dengan kehamilan ini,
karena ini adalah kehamilan yang ditunggu tunggu.
b. Rencana melahirkan
ingin melahirkan secara normal
c. Rencana menyusui
ingin memberikan ASI ekslusif 6 bulan dan dilanjut
pemberian sampai umur anak 2 tahun dengan tambahan
Makanan Pendamping ASI
8. Data sosial budaya
a. Hubungan dengan keluarga/lingkungan
Hubungan ibu dengan keluarga baik dan lingkungan
mendukung
b. Budaya
Ibu mengatakan terdapat kebudayaan mitoni
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : baik
b. Kesadaran : composmetis
c. Keadaan emosional : stabil
d. Tinggi badan : 154 cm
e. Berat badan : sebelum hamil: 48 kg
Kunjungan lalu : 56.5 kg
Kunjungan sekarang : 61 kg
f. Lila : 26 cm
g. Vital sign
1) Tekanan darah :120/75 mmHg
2) Nadi : 78 X/menit
3) Pernafasan : 20 X/menit
4) Suhu badan : 36,60C

16
2. Pemeriksaan fisik
1. Rambut : bersih, tidak ada ketombe, tidak rontok,
tidak lepek
2. Muka : tidak ada oedema, tidak ada cloesma
garvidarumm
3. Mata : konjungtiva merah muda, sklera putih
4. Hidung : bersih, tidak ada polip
5. Telinga : bersih, tidak ada serumen
6. Leher : vena jugularis normal, kelenjar tyroid tidak
membengkak
7. Mulut : tidak berbau, tidak ada sariawan, tidak ada
caries gigi
8. Dada : simetris, tidak ada retraksi
9. Mammae : simetris, tidak ada tarikan/dimpling,
hiperpigmentasi tidak ada benjolan abnormal.
10. Perut :
1) Inspeksi
Pembesaran perut tampak melebar kesamping pada area
fundus. Tampak lebih rendah dari usia kehamilan.
2) Palpasi
a) TFU : 29 cm
b) His : 2x/10’ menit/25’’ detik.
c) Leopold I : tinggi fundus uteri pertengahan
pusat-px, teraba keras ada tahanan.
d) Leopold II : di sebelah kanan teraba bulat keras
melenting, sebelah kiri teraba bulat dan tidak
keras.
e) Leopold III : pada bagian bawah sulit teraba
bagian janin.
3) Auskultasi
a. Punctum maximum : atas pusat bagian kanan

17
b. DJJ : (+) 140 kali/menit
c. Irama : cepat teratur
11. Ekstremitas
1) Atas : tidak ada oedema, kuku merah
muda
2) Bawah : tidak ada oedema, tidak ada varises,
kuku merah muda
3) Perkusi (reflek patela) : positif (+)/(+)
3. Pemeriksaan Vagina Toucher
Servik tebal lunak, pembukaan 2 cm, KK (+) dan bagian janin
sukar sukar ditentukan.
4. Penunjang
USG (25/8/2020): Letak lintang kepala tampak di sebelah
kanan, plasenta di fundus, AK cukup.
Laboratorium:
Gol dar :O
HB : 12,1 gr%
HIV : NR
Sifilis : NR
HbsAg : NR
C. Analisa
Ny. P umur 24 tahun G1P0A0 Umur Kehamilan 38 minggu janin
tunggal hidup intrauteri inpartu kala I fase laten dengan letak lintang.

D. Penatalaksanaan
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaannya yaitu tekanan darah :120/75
mmHg, nadi : 78 X/menit, pernafasan : 20 X/menit, s: 36.6oC.
Ibu paham dan mengerti dengan yang disampaikan.
2. Menjelaskan kepada ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu sudah
memasuki persalinan dengan pembukaan 2 cm. ibu mengerti.

18
3. Menjelaskan kepada ibu mengenai posisi janin letak lintang.
Menjelaskan komplikasi yang mungkin terjadi kepada ibu maupun
janin sehingga ibu harus dirujuk ke Rumah Sakit. Ibu mengerti
dengan yang disampaikan.
4. Menentukan tempat rujukan yang dipilih ibu dan keluarga dengan
bantuan bidan. Ibu telah memutuskan untuk tujuan Rumah Sakit
Rujukan adalah RS PKU Muhamadiyah.
5. Menyiapkan keperluan rujukan pasien menuju RS. Keperluan
rujukan telah siap dan siap rujukan.

19
BAB IV
PEMBAHASAN

Setelah melakukan studi kasus pada Ny. P umur 24 tahun G1P0A0 hamil
dengan UK 38 minggu. Pada saat dilakukan pemeriksaan ibu bersikap kooperatif.
Setelah dilakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik pada Ny.P didapatkan hasil
sebagai berikut :
A. Data subyektif
Asuhan kebidanan pada Ny. P umur 24 tahun G1P0A0. Pengkajian pada
data subjektif didapatkan hasil dari anamnesa yaitu Ibu mengatakan perut
kenceng-kenceng teratur sejak siang pukul 13.00 WIB. Keluhan tersebut
merupakan tanda memasuki fase inpartu yang membutuhkan pemeriksaan
VT sebagai data penunjang bahwa telah memasuki persalinan.
B. Data Obyektif
Dari data objektif didapatkan hasil pemeriksaan keadaan umum baik,
kesadaran composmentis, tekanan darah :120/75 mmHg, nadi : 78
X/menit, pernafasan : 20 X/menit, s: 36.6oC, hasil TTV masih dalam batas
normal. Pada pemeriksaan Palpasi Leopold II di sebelah kanan teraba
bulat keras melenting, sebelah kiri teraba bulat dan tidak keras. Leopold
III: pada bagian bawah sulit teraba bagian janin, punctum maksimum
terletak pada kanan atas pusat, serta terdapat data pendukung dari
pemeriksaan USG yang menunjukkan letak janin melintang.
His: 2x/10’ menit/25’’ detik, VT: Servik tebal lunak, pembukaan 2 cm,
dan bagian janin sukar ditentukan. Adanya his/kontraksi teratur serta
pembukaan 2 cm menunjukkan bahwa ibu memasuki inpartu. Tentunya
dengan posisi janin yang lintang, memerlukan tindakan khusus dengan
operasi Sectio caesaria yang hanya dapat dilakukan di Rumah Sakit yang
memiliki fasilitas tindakan tersebut, sehingga ibu harus segera dirujuk.
Selain membutuhkan fasilitas yang memadai, tentunya di RS rujukan akan
memiliki tenaga kesehatan yang lebih kompeten dalam bidangnya yakni
dokter SpOG maupun Bedah.

20
Dari hasil data SOAP, pada Ny. P dengan analisa dan penatalaksanaan sudah
sesuai dengan teori, semua hal yang mendukung pada pendiagnosaan serta
penatalaksanaan yang tepat tentunya yang utama dalam perencanaan kelahiran ke
Rumah Sakit.

21
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Letak lintang Adalah bila sumbu memanjang janin jadi menyilang
sumbu memnajang ibu secara tegak lurus atau mendekati 90°, pada
keadaan ini persalinan tidak dapat berjalan spontan karena ukuran letak
janin yang melintang dan ukuran terbesar tidak bisa melalui jalan lahir,
kecuali pada anak kecil (prematur) atau anak yang sudah mati dan menjadi
lembek, keadaan ini dapat berakibat pada terjadinya ruptur uteri, partus
lama dan KPD.

B. Saran
Kami sebagai penulis, menyadari bahwa makalah ini masih
terdapat kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Tentunya, penulis akan
terus memperbaiki makalah dengan mengacu pada sumber yang dapat
dipertanggungjawabkan nantinya. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran tentang pembahasan makalah diatas.

22
DAFTAR PUSTAKA

Huliana, Melina. (2011). Panduan Menjalani Kehamilan Sehat. Jakarta Puspa


Swara.

Wiknjosastro, Hanifa. (2011). Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina


Pustaka

World Health Organization. (2013). Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas


Kesehatan Dasar dan Rujukan. Edisi Pertama. Jakarta: WHO Indonesia.

23

Anda mungkin juga menyukai