Anda di halaman 1dari 4

Demokrasi Terpimpin merupakan suatu sistem pemerintahan yang ditawarkan Presiden Soekarno pada

Februari 1957. Demokrasi Terpimpin juga merupakan suatu gagasan pembaruan kehidupan politik,
kehidupan sosial dan kehidupan ekonomi. Gagasan Presiden Soekarno ini dikenal sebagai Konsepsi
Presiden 1957.

Upaya untuk menuju Demokrasi Terpimpin telah dirintis oleh Presiden Soekarno sebelum
dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Langkah pertama adalah pembentukan Dewan Nasional
pada 6 Mei 1957. Sejak saat itu Presiden Soekarno mencoba mengganti sistem demokrasi parlementer
yang membuat pemerintahan tidak stabil dengan demokrasi terpimpin. Melalui panitia perumus Dewan
Nasional, dibahas mengenai usulan kembali ke UUD 1945.

Isi Dekrit Presiden 5 juli 1959 :

a. Pembubaran konstituante.

b. Tidak berlakunya UUDS 1950 dan berlakunya kembali UUD 1945.

c. Pembentukan MPRS dan DPAS.

2. Peta Kekuatan Politik Nasional

Antara tahun 1960-1965, kekuatan poitik pada waktu itu terpusat di tangan Presiden Soekarno. Presiden
Soekarno memegang seluruh kekuasan Negara dengan TNI AD dan PKI di sampingnya. Kekutan politik
baru lainnya adalah PKI. PKI sebagai partai yang bangkit kembali pada tahun 1952 dari puing-puing
pemberontakan Madiun 1948.

Ketika Presiden Soekarno gagal membentuk cabinet Gotong Royong (Nasakom) pada tahun 1960 karena
mendapat tentangn dar kalangan Islam dan TNI AD, PKI mendapat kompensasi tersendiri dengan
memperoleh kedudukan dakam MPRS, DPRGR, DPA dan Pengurus Besar Front Nasional serta dalam
Musyawarah Pembantu Pimpinan Revolusi (MPPR).

Terhadap TNI AD pun, PKI melakukan berbagai upaya dalam rangka mematahkan pembinaan territorial
yang sudah dilakukan oleh TNI AD.

3. Pembebasan Irian Barat.

Dalam rangka perjuanganpembebasan Irian Barat, Presiden Soekarno pada tanggal 19 desember 1961,
di depan rapat raksasa di Yogyakarta, mengeluarkan suatu komando untuk berkonfrontasi secara militer
dengan Belanda yang disebut dengan Tri Komando Rakyat (Trikora).

Isi Trikora :
1. Gagalkan pembentukan Negara boneka Papua buatan Belanda.

2. Kibarkan Sang Merah Putih di Irian Barat.

3. Bersiaplah untuk mobilisasi umum guna mempertahankan kemerdekaan dan kesatuan tanah air dan
bangsa.

Akhirnya pada tanggal 15 agustus 1962 ditanda tangani perjanjian antara pemerintahan Indonesia
dengan pemerintah Belanda di New York, hal ini dikenal sebagai perjanjian New York. Hal pokok dari isi
perjanjian itu adalah penyerahan pemerintahan di Irian dari pihak Belanda ke PBB.

3. Konfrontasi Terhadap Malaysia.

Latar belakang

Munculnya keinginan Tengku Abdul Rahman dari persekutuan Tanah Melayu dan Lee Kuan Yu dari
Republik Singapura untuk menyatukan kedua Negara tersebut menjadi Federasi Malaysia. Pembentukan
federasi Malaysia dianggap sebagai proyek Neokoloniaisme Inggris yang membahayakan revolusi
Indonesia, oleh karena itu berdirinya Negara federasi Malaysia ditentang oleh pemerintah Indonesia.

Solusi

Untuk meredekan ketegangan di antar tiga Negara tersebut kemudian diadakan Konferensi Maphilindo
(Malaysia, Philiphina dan Indonesia) di Filiphina pada tanggal 31 juli-5 agustus 1963. Untuk menjalankan
konfrontasi dwikora, Presiden Soekarno membentuk komando Siaga dengan Marsekal Madya Oemar
Dani sebagai panglimanya. Walaupun pemerintah Indonesia telah memutuskan melakukan konfrontasi
secara total, namun upaya penyelesaian diplomasi terus dilakukan. Presiden Ri menghadiri pertemuan
puncak di Tokyo pada tanggal 20 juni 1964.

Isi dwikora :

1. Pertinggi ketahanan revolusi Indonesia.

2. Bantu perjuangan revolusioner rakyat Malaya, Singapura, Sarawak dan Sabah, untuk menghancurkan
Malaysia.

B. Perkembangan Ekonomi Masa Demokrasi Terpimpin.


Untuk melaksanakan pembangunan ekonomi dibawah Kabinet Karya maka dibentuklah.
Dewan Perancang Nasional (DEPERNAS) pada tanggal 15 Agustus 1959 dipimpin oleh Moh. Yamin.
Mereka melakukan sanering mata uang kertas yang nilai nominalnya Rp500 dan Rp1000 masing-masing
nilainya diturunkan menjadi 10% saja.

Kebjakan sanering yang dilakukan pemerintah berdasarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
undang No. 2/1959 yang berlaku tanggal 25 agustus 1959 pukul 06.00 pagi. Bertujuan mengurangi
banyaknya uang yang beredar untuk kepentingan perbaikan keuangan dan perekonomian Negara.
Upaya perbaikan ekonomi lain yang dilakukan pemerintah adalah membentuk panitia 13. Anggota
panitia melibatkan ahli ekonomi, pimpinan partai politik, anggota musyawarah pembantu pimpinan
revolusi (MPPR), pimpinan DPR, DPA.

Kebijakan ekonomi yang dilakukan pada masa ini antara lain berupa pembentukan Dewan Perancang
Nasional dan Deklarasi Ekonomi, serta dilakukan Devaluasi Mata Uang. Proyek Mercusuar berupa
pembangunan Monas, kompleks olahraga Senayan, Pemukiman Kebayoran juga berlangsung.

Tujuan dilakukan Devaluasi Mata Uang Rupiah :

-Membendung inflasi yang tetap tinggi.

-Untuk mengurangi jumlah uang yang beredar di masyarakat.

-Meningkatkan nilai rupiah sehingga rakyat kecil tidak dirugikan.

Proyek mercusuar

Kondisi ekonomi indonesia makin memburuk, penyebabnya adalah membengkaknya anggaran belanja
proyek mercusuar yang lebih bersifat politik daripada ekonomis, misalnya :

-pembangunan monas

-Pertokoan Sarinah

-Komplek Olahraga Senayan

Pada 13 Desember 1965 pemerintah mengambil kebijakan dengan melakukan devaluasi mata uang yang
awalnya Rp.1000 menjadi Rp.1. Seiring dengan adanya devaluasi, kenaikan bahan bakar pun diumumkan
oleh pemerintah dan mendapat penolakan dari masyarakat. Hal ini yang menyebabkan mahasiswa dan
masyarakat turun untuk menyuarakan aksi Tri Tuntutan Rakyat (Tritura).

Isi Tritura :

1. Bubarkan partai komunis Indonesia beserta ormas-ormasnya

2. Turunkan harga sandang dan pangan

3. Bubarkan kabinet 100 Menteri

Anda mungkin juga menyukai