SKRIPSI
Disusun oleh :
Raditya Bangun Negara
09/281977/KU/13186
SKRIPSI
Oleh :
dr. IBG. Surya Putra Pidada, Sp.F dr. Martiana Suciningtyas TA, Sp.F
NIP : 197105311999032001 NIP : 19770312200512002
Dosen Pakar
Dr. X.....................................
NIP : ..............................
i
HALAMAN PERNYATAAN
pribadi, dan sepanjang pengetahuan penulis, tidak berisi materi yang ditulis orang
tinggi lainnya, kecuali bagian bagian tertentu yang penulis kutip sebagai acuan
Penulis,
09/281977/KU/13186
ii
PRAKARTA
1. Yang terhormat, dr. IBG. Surya Putra Pidada, Sp.F dan dr. Martiana
2. Yang tercinta, Ayah, Ibu, serta Adik-adik saya yang selalu memberi dukungan
4. Seluruh staff dan pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada atas
5. Seluruh teman teman angkatan 2009 yang selalu berbagi suka, duka, dan tawa
6. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang turut terlibat
dalam penulisan skripsi ini, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Penulis.
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN...........................................................................i
HALAMAN PERNYATAAN..........................................................................ii
PRAKARTA....................................................................................................iii
DAFTAR ISI....................................................................................................iv
DAFTAR TABEL............................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR......................................................................................vii
INTISARI......................................................................................................viii
ABSTRACT.....................................................................................................ix
BAB I. PENDAHULUAN...............................................................................1
I.1. Latar Belakang Masalah......................................................................1
I.2. Perumusan Masalah.............................................................................5
I.3. Tujuan Penelitian.................................................................................5
I.4. Manfaat Penelitian...............................................................................6
I.5. Keaslian Penelitian..............................................................................7
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA......................................................................8
II.1. Pengertian Ilmu Kedokteran Forensik dan Forensik Klinik...............8
II.2. Dasar Hukum Pengelolaan Kasus Forensik Klinik............................9
II.3. Pengelolaan Kasus Forensik Klinik.................................................11
II.4. Visum et Repertum............................................................................13
II.5. Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta.............................................17
II.6. Landasan Teori.................................................................................22
II.7. Kerangka Konsep.............................................................................23
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN......................................................24
III.1. Rancangan Penelitian......................................................................24
III.2. Waktu dan Tempat Penelitian.........................................................24
III.3. Populasi dan Subyek Penelitian......................................................24
III.4. Variabel dan Definisi Operasional..................................................25
III.5. Alat dan Bahan Penelitian...............................................................28
III.6. Cara Penelitian................................................................................29
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................30
IV.1. Hasil Penelitian...............................................................................30
IV.1.1. Jumlah Kasus Forensik Klinik...........................................30
IV.1.2. Jumlah Kasus Berdasarkan Jenis Kelamin Korban............31
IV.1.3. Jumlah Kasus Berdasarkan Umur Korban.........................32
IV.1.4. Jenis Kasus Forensik Klinik...............................................33
IV.1.5. Jumlah Permintaan Visum et Repertum..............................33
IV.1.6. Jumlah Kasus Berdasarkan Asal Korban...........................34
IV.1.7. Jumlah Kasus Berdasarkan TKP........................................35
IV.1.8. Jumlah Kasus Berdasarkan Jenis Trauma .........................36
IV.1.9. Ada Tidaknya Dokumentasi Foto.......................................37
IV.1.10. Kualitas Visum et Repertum.............................................37
IV.2. Pembahasan....................................................................................39
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN.........................................................43
V.1. Kesimpulan......................................................................................43
iv
V.2. Saran.................................................................................................44
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................45
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
INTISARI
viii
Abstract
ix
BAB I
PENDAHULUAN
memiliki beberapa cabang, salah satunya adalah forensik klinik. Forensik klinik
adalah cabang ilmu yang berfokus pada pengelolaan kasus atau korban tindak
pidana yang masih hidup oleh dokter atas permintaan penyidik yang berwenang.
kekerasan dalam rumah tangga, dan kekerasan pada anak. Kasus lain yang juga
kawasan Afrika, Mediterania Timur, serta Asia Tenggara diperkirakan ada 37%
Amerika Serikat ada sekitar 30% laporan kekerasan wanita oleh pasangan prianya.
Secara global, juga didapatkan ada sekitar 7.2% wanita melaporkan kekerasan
seksual yang dilakukan oleh pelaku lain. Diperkirakan terdapat lebih dari satu
wanita setiap empat orang wanita yang terluka membutuhkan pertolongan medis.
1
Cedera benda tumpul paling sering diderita yaitu cedera kepala, disusul wajah,
leher, muskuloskeletal dan cedera area genital. Angka kekerasan terhadap anak
orang dewasa (22.6%) di seluruh dunia pernah mengalami kekerasan pada masa
Data dari Global Status Report On Road Safety 2015 yang diterbitkan oleh
WHO, sekitar 1.25 juta orang meninggal di jalanan seluruh dunia pada tahun
2013. Pada tahun 2012, kecelakaan lalu lintas menjadi penyebab kematian
terbesar pada kelompok usia 15-29 tahun. WHO memperkirakan bahwa setiap
satu kematian akibat kecelakaan lalu lintas, terdapat 20 orang lain menderita
korban luka akibat kecelakaan lalu lintas sangat sulit dibandingkan data korban
yang meninggal. Hal ini dikarenakan tidak semua korban luka yang melapor ke
kepolisian. Informasi korban luka dapat lebih mendalam ditelusuri lewat data
seluruh Rumah Sakit yang ada di negara tersebut. Namun beberapa negara masih
belum menerapkan survei terhadap korban luka akibat kecelakaan lalu lintas.
Data yang diambil dari beberapa rumah sakit di Jakarta, ditemukan bahwa
50-75 % kasus yang ditangani di Instalasi Gawat Darurat (IGD) adalah kasus
Repertum (Atmadja, 2004). Untuk Daerah Istimewa Yogyakarta, data yang pasti
mengenai kasus forensik klinik masih belum ada. Pada penelitian yang dilakukan
oleh Pidada (2014) mengenai gambaran kasus forensik klinik yang ditangani di
2
RSUP Dr Sardjito dari tahun 2009 – 2013, menunjukkan bahwa jumlah kasus
kriminalitas yang terjadi pada wilayah tersebut. Seperti kita ketahui, daerah
kejahatan sebagai jalan tengah penghidupan mereka. Data yang dikeluarkan oleh
Yogyakarta memiliki luas 3.185,80 km2 atau 0,17 % dari luas Indonesia. Hal ini
menempatkan DIY sebagai provinsi terkecil kedua setelah provinsi Daerah Kusus
Ibukota (DKI) Jakarta. DIY sendiri terbagi menjadi 4 kabupaten dan 1 kota
madya, yaitu Kabupaten Sleman dengan luas 574,82 km2, Kabupaten Bantul
dengan luas 506,85 km2, Kabupaten Kulonprogo dengan luas 586,27 km2,
Kabupaten Gunung Kidul dengan luas 1.485,36 km2, serta Kota Yogyakarta
dengan luas 32,50 km2. Jumlah penduduk di DIY yang tercatat pada tahun 2010
sebesar 1.084 jiwa per km2. Dari data tersebut, kepadatan penduduk di DIY masih
penduduk sebesar 15.015 jiwa per km2. Dengan demikian, tingkat kriminalitas
3
Namun, ironisnya tingkat kejahatan yang terjadi di DIY mengalami
peningkatan pada tahun 2015 jika dibandingkan dengan tahun 2014. Hal ini sesuai
tindak pidana mengalami peningkatan dari 5.679 kasus pada tahun 2014 menjadi
6.619 kasus pada tahun 2015. Kasus tindak pidana terbesar adalah kasus penipuan
dengan jumlah 1.548 kasus, disusul kasus pencurian dengan pemberatan sejumlah
710 kasus. Sementara kasus narkoba pada tahun 2015 juga mengalami
peningkatan sebesar 18,9% dari tahun 2014 yaitu sebanyak 403 kasus, dengan
membuat jumlah kasus yang berhasil ditangani kepolisian juga meningkat dari
2.776 kasus pada tahun 2014 menjadi 3.061 kasus pada tahun 2015.
66 rumah sakit yang terdiri dari 13 rumah sakit pemerintah dan 53 rumah sakit
swasta. Dari 13 rumah sakit pemerintah yang tersebar di DIY, 7 rumah sakit
Kabupaten Bantul, 1 rumah sakit di Kabupaten Kulon Progo, serta 1 rumah sakit
mengenai kualitas penanganan kasus forensik klinik serta jumlah kasus yang
dimintakan Visum et Repertum korban hidup pada beberapa rumah sakit tersebut
klinik di beberapa rumah sakit umum daerah di wilayah Yogyakarta, maka perlu
4
dilakukan penelitian guna memberikan data dasar penanganan kasus forensik
klinik di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Pada penelitian ini akan dilakukan
penelitian pada Rumah Sakit Umum Daerah Kota Yogyakarta. Pemilihan Rumah
bahwa Rumah Sakit ini merupakan salah satu RS milik Pemerintah Kota
Yogyakarta, diurus oleh Pemda Kota dan termaktub dalam RS Kelas B. Dengan
melihat kualitas penanganan kasus forensik klinik di Rumah Sakit Umum Daerah
Pemda Kota yogyakarta selaku pengurus dalam menangani setiap kasus forensik
penanganan kasus forensik klinik di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota
1. Tujuan Umum
5
2. Tujuan Kusus
• Untuk mengetahui gambaran kasus forensik klinik yang ditinjau dari jumlah
kasusnya. Jumlah kasus berdasarkan jenis kelamin, umur, asal korban, tempat
kejadian peristiwa (TKP), jenis kasus, jenis trauma, jumlah yang dimintakan
bersama korban, Visum et Repertum yang diambil oleh penyidik, lama Visum
Manfaat penelitian ini adalah untuk mendapatkan data dasar dan kualitas
mengenai penanganan tindak pidana yang melibatkan korban hidup ditinjau dari
6
penelitian terkait profil dan kualitas penanganan kasus forensik klinik yang pernah
1. Penelitian oleh Maulana et al. (2014) dengan judul kualitas Visum et Repertum
2. Penelitian oleh Mara (2012) dengan judul gambaran Visum et Repertum korban
Bantul. Hasil yang didapat yaitu seluruh Visum et Repertum termasuk dalam
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
dan keadilan (Budiyanto et al., 1997). Ilmu kedokteran forensik dapat digunakan
tindak pidana, baik yang berhubungan dengan korban hidup maupun mati.
Penanganan korban tindak pidana dalam keadaan hidup dikenal dengan forensik
Didalam Ilmu Kedokteran Forensik, kita mengenal dua jenis cabang ilmu
yaitu forensik patologi serta forensik klinik. Forensik patologi berperan dalam
forensik terhadap korban hidup juga dilakukan pendekatan aspek medikolegal dan
penanganan kasus tindak pidana yang melibatkan korban hidup yang dilakukan
oleh dokter atas permintaan penyidik yang berwenang dalam penegakan hukum
dan keadilan. Istilah forensik klinik sebenarnya telah diperkenalkan pertama kali
sejak tahun 1951 oleh asosiasi dokter bedah polisi atau sekarang lebih dikenal
8
II.2. Dasar Hukum Pengelolaan kasus Forensik Klinik
dipertanyakan selama ini. Pengelolaan kasus forensik klinik sejatinya tidak hanya
melibatkan dokter spesialis forensik, namun juga dapat dilakukan oleh dokter
klinisi lain maupun dokter umum atas permintaan penyidik sesuai dengan pasal
133 ayat 1 Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP). Namun pada
penjelasan lebih lanjut dikatakan bahwa hasil pemeriksaan yang dibuat oleh
dokter forensik disebut keterangan ahli, sedangkan yang dibuat oleh dokter dan
dokter ahli lainnya disebut keterangan. Berdasarkan pasal 179 ayat 1 KUHAP ,
seorang dokter yang pada saat bertugas diminta untuk membuat Visum et
ilmu yang dimilikinya. Visum et Repertum yang merupakan salah satu alat bukti
sah dalam peradilan dapat dibuat oleh semua dokter yang telah mendapatkan surat
bekerja pada suatu instansi kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, atau
instansi kusus untuk itu. Di dalam Kitab Undang - Undang Hukum Acara Pidana
(KUHAP) pasal 6 dan Peraturan Pemerintah (PP) 27 tahun 1983 pasal 2 ayat 1
telah disebutkan katagori penyidik yang diakui secara hukum adalah Pejabat
Polisi Negara Republik Indonesia yang diberi wewenang kusus oleh Undang -
Undang dengan pangkat serendah rendahnya pembantu letnan dua atau sekarang
9
Surat Permintaan Visum (SPV) baik untuk korban mati maupun hidup
dilakukan secara tertulis oleh penyidik. Namun, sering di lapangan pada kasus
forensik klinik pasien datang tanpa surat permintaan visum. Pasien yang datang
pihak kepolisian. Untuk pasien dengan derajat luka sedang atau berat, dokter
pasien merupakan hal yang wajib ditaati, tidak terkecuali dalam pelayanan
mengenai kerahasiaan medis pasien ini dituntut dengan acaman pidana penjara
paling lama sembilan bulan, seperti yang tertuang di dalam Kitab Undang -
Dalam setiap tindakan medis pada kasus forensik klinik baik berupa
No. 29 tahun 2004 yaitu tentang Praktik Kedokteran pasal 45 dan secara kusus di
kusus di dalam Permenkes No. 269 tahun 2008 tentang rekam medis.
10
II.3. Pengelolaan Kasus Forensik Klinik
penyebab luka dan derajat luka. Hal ini sangat dibutuhkan terutama untuk
perumusan delik dalam KUHP serta penentuan berat ringannya hukuman yang
akan diberikan kepada pelaku. Pasien yang termasuk dalam ruang lingkup
forensik klinik adalah pasien yang datang dengan surat permintaan visum, pasien
korban penganiayaan, kecelakaan lalu lintas, pasien dengan luka yang tidak jelas
(Susanti, 2012). Jika dokter menemukan pasien dengan kriteria di atas, sebaiknya
selalu disertai dengan pencatatan luka atau cedera yang lengkap sewaktu
menangani pasien tersebut. Visum et Repertum baru dapat dikeluarkan oleh dokter
jika ada permintaan tertulis dari penyidik berupa Surat Permintaan Visum (SPV).
pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh dokter terhadap pasien dengan kasus
penunjang jika dibutuhkan. Pada pemeriksaan forensik klinik fokus utama adalah
pada korban. Anamnesis yang dilakukan secara lengkap meliputi kondisi sebelum
kejadian, pada saat kejadian dan setelah kejadian. Dalam melakukan anamnesis,
penggunaan pertanyaan terbuka dapat lebih menggali informasi secara utuh. Pada
pemeriksaan fisik, langkah pertama adalah dengan pemeriksaan tanda vital dan
keadaan umum dari pasien. Setelah itu, dilakukan pemeriksaan head to toe secara
lengkap mulai dari kondisi anatomi serta fungsinya. Jika ditemukan adanya luka
11
pada tubuh pasien, dokter hendaknya melakukan deskripsi secara forensik yang
terdiri dari komponen regio, koordinat, jenis luka, deskripsi luka, dan ukuran luka.
penentuan derajat luka. Penentuan derajat luka hingga saat ini belum ada
1. Jika terdapat luka, amati apakah memenuhi kriteria dalam pasal 90 KUHP,
memenuhi satu dari kriteria tersebut maka luka dapat digolongkan menjadi
menjadi derajat satu atau dua. Penentuan derajat satu dan dua adalah
jumlah luka banyak dan berlokasi di tempat yang vital. Jika memenuhi
salah satu kriteria tersebut, luka dapat digolongkan menjadi luka derajat
dua. Namun jika tidak, luka dapat digolongkan menjadi luka derajat satu.
12
persetubuhan. Pembuktian persetubuhan dapat dilakukan dengan membuktikan
adanya air mani di dalam vagina/anus. Penetrasi penis ke dalam vagina biasanya
akan mengakibatkan robekan pada selaput dara atau pada selaput lendir vulva.
Robekan selaput dara yang bermakna adalah yang masih baru, yaitu ditandai
pemeriksaan air mani sering kali mengalami kendala jika korban sebelumnya
koitus interuptus, atau jika pelaku memakai kondom. Oleh karena itu, untuk
forensik, lebih dikenal dengan sebutan visum. Visum et Repertum berasal dari
bahasa Latin yang terdiri dari visum yang berarti melihat dan repertum yang
berarti melapor. Secara etimologi, Visum et Repertum adalah apa yang dilihat dan
berdasarkan sumpah / janji yang diucapkan pada saat menerima jabatan dokter,
yang memuat berita tentang segala hal yang dilihat dan ditemukan pada barang
bukti berupa tubuh manusia maupun benda yang berasal dari tubuh manusia yang
13
diperiksa sesuai pengetahuan dengan sebaik-baiknya atas permintaan penyidik
Visum et Repertum pada forensik klinik terdiri dari tiga jenis, yaitu :
(Sujadi, 2012)
Merupakan visum yang dilakukan pada korban yang menderita luka derajat
satu atau luka golongan C. Dengan kata lain, visum ini tidak membutuhkan
korban.
et repetum.
Visum ini dilakukan setelah luka korban dinyatakan sembuh, korban pindah
14
2. Pemberitaan atau hasil pemeriksaan, memuat segala sesuatu yang dilihat dan
ditemukan pada barang bukti yang diperiksa oleh dokter, dengan atau tanpa
Beberapa hal yang akan dituangkan dalam Visum et Repertum korban hidup
adalah kronologi kejadian, keadaan umum pasien, luka atau cedera yang
perawatan dan keadaan waktu pulang, serta kesimpulan yang berisi penjelasan
2012).
dari pembobotan. Pembobotan dilakukan dengan cara mengalikan nilai skor rata-
15
rata dengan suatu faktor pengali sebagai berikut : skor rata-rata bagian
nilai dari kelompok variabel 1, 2, dan 3 dibagi bobot total dikalikan dengan 100
%.
16
8. Lokasi Tidak Hanya mencantumkan Mencantumkan regio
Luka mencantumkan regio luka saja luka dan sisi luka atau
sama sekali koordinat
9. Tidak Mencantumkan hanya Mencantumkan 2 atau
Karakteristik mencantumkan satu karakteristik luka lebih karakteristik luka
Luka sama sekali
10. Ukuran Tidak Mencantumkan ukuran Mencantumkan ukuran
Luka mencantumkan luka secara kualitatif luka secara kuantitatif
sama sekali
11. Terapi Tidak Menyebutkan bahwa Mencantumkan secara
mencantumkan telah dilakukan terapi lengkap jenis
sama sekali tetapi tidak pengobatan dan
memperinci tindakan perawatan serta hasil
yang dilakukan dan tindak lanjutnya
Bagian Kesimpulan
12. Jenis Tidak Mencantumkan jenis Mencantumkan jenis
Luka mencantumkan luka secara tidak luka secara lengkap
sama sekali lengkap (masih ada yang meliputi seluruh
luka pada bagian luka pada bagian
pemberitaan tidak pemberitaan
dicantumkan)
13. Jenis Tidak Mencantumkan jenis Mencantumkan jenis
Kekerasan mencantumkan kekerasan dengan kekerasan dengan
sama sekali deskripsi yang tidak deskripsi yang benar
benar (tidak sesuai dan lengkap untuk
dengan jenis luka pada semua jenis luka di
pemberitaan) bagian pemberitaan
14. Tidak Mencantumkan Mencantumkan
Kualifikasi mencantumkan kualifikasi luka tapi kualifikasi luka dengan
Luka sama sekali tidak menggunakan menggunakan rumusan
rumusan dalam pasa dalam pasa 351, 352,
351, 352, dan 90 dan 90 KUHP
KUHP
Sumber : Herkutanto, 2005.
17
II.5. Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta
yang bergelar Adipati Paku Alam I pada tahun 1813. Pemerintah Hindia Belanda
pada saat itu mengakui Kasultanan dan Pakualaman sebagai kerajaan. Setelah
dan Sri Paku Alam VIII menyatakan kepada Presiden RI bahwa Kasultanan
(DIY). Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paku Alam VIII sebagai Kepada
2. Amanat Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paku Alam VIII
3. Amanat Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paku Alam VIII
2013).
18
Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)
administrasi terkecil kedua setelah Provinsi DKI Jakarta. Secara astronomis, letak
wilayah DIY berada pada posisi 70.33’-80.12’ lintang selatan dan 1100.00’-
1100.50’ bujur timur. Seluruh wilayah daratan DIY dikelilingi oleh wilayah
barat, Kabupaten Magelang dan Boyolali di sebelah utara, Kabupaten Klaten dan
selatan. Hal ini membuat DIY termasuk dalam daerah yang beriklim tropis dengan
dua musim yaitu penghujan dan kemarau. Suhu udara di wilayah DIY tergolong
tinggi, dengan kelembaban udara dan curah hujan yang cukup tinggi pula. Selama
tahun 2014, rata-rata suhu udara DIY berkisar pada 260 C. Kondisi ini tidak jauh
berbeda pada tahun-tahun sebelumnya. Suhu udara tertinggi terjadi pada bulan
Oktober yaitu sebesar 330 C dan terendah pada bulan Agustus yaitu sebesar 210 C.
Intensitas hujan selama tahun 2014 tercatat sebesar 169 mm per bulan, angka ini
mengalami penurunan dibandingkan tahun 2013 yaitu sebesar 230 mm per bulan.
19
Tabel 3. Ringkasan Kondisi Cuaca DIY Tahun 2010 - 2014
Indikator Satuan 2010 2011 2012 2013 2014
Suhu udara 0c 22 18 17 18 21
terendah
Suhu udara 0c 35 40 35 36 33
tertinggi
Rata-rata 0c 27 26 27 26 26
suhu udara
Curah hujan mm 512 405 409 442 503
maksimum
Rata-rata mm 254 173 122 230 169
curah
hujan/bulan
Rata-rata kali 17 14 9 15 13
hari hujan
Kelembaba % 41 42 47 44 42
n udara
minimum
Kelembaba % 97 96 100 98 100
n udara
maksimum
Rata-rata % 74 78 80 86 84
kelembaban
udara
Sumber : Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Stasiun Geofisika Kelas
I Yogyakarta, diolah
Kabupaten Sleman dengan luas 574,82 km2, Kabupaten Bantul dengan luas
506,85 km2, Kabupaten Kulonprogo dengan luas 586,27 km2, Kabupaten Gunung
Kidul dengan luas 1.485,36 km2, serta Kota Yogyakarta dengan luas 32,50 km2.
Jumlah penduduk di DIY yang tercatat pada tahun 2010 adalah 3.457.491 jiwa,
kelamin perempuan. Kepadatan penduduk di DIY sebesar 1.084 jiwa per km2.
20
Gambar 2. Peta Wilayah DIY
Sumber: http://dppka.jogjaprov.go.id/upload/files/peta_wil_adm_diy.jpg
07015’24”-07049’26” lintang selatan, dengan luas sekitar 32,5km2 atau 1,02 % dari
Kota Yogyakarta tahun 2014 tercatat mencapai 400.467 jiwa yang terdiri dari
besar tinggal di empat wilayah kabupaten sedangkan hanya sebagian kecil saja
angka tertinggi dibandingkan kabupaten lain di DIY, yaitu sebesar 12.322 jiwa
per km2. Dari hasil Survei Angkatan Kerja Nasional pada tahun 2014, tercatat
21
bahwa persentase penduduk Kota Yogyakarta yang bekerja di sektor perdagangan
dan jasa mencapai 86,84 % yang menempatkan sektor ini menjadi yang paling
bekerja di sektor industri dan konstruksi, dan sisanya sebanyak 0,61 % penduduk
6,45 % pada tahun 2013 menjadi 6,35 % pada tahun 2014. Pada tahun 2014,
pidana, tidak ada yang bebas, banding dan grasi. Jumlah perkara di Kejaksaan
Negeri Yogyakarta mengalami penurunan dari 383 kasus pada tahun 2013
menjadi 320 kasus pada tahun 2014. Jumlah kecelakaan lalu lintas sebanyak 491
kasus yaitu menurun 7,01 % dari tahun 2013. Korban meninggal sebanyak 41
orang, luka berat sebanyak 2 orang, dan luka ringan sebanyak 676 orang (BPS
Tindak pidana di DIY mengalami peningkatan dari 5.679 kasus pada tahun
2014 menjadi 6.619 kasus pada tahun 2015. Kasus tindak pidana terbesar adalah
kasus penipuan dengan jumlah 1.548 kasus, disusul kasus pencurian dengan
terhadap korban hidup, ilmu kedokteran forensik klinik sangat berperan dalam
pengumpulan bukti secara medis. Integrasi antara Ilmu Kedokteran dan aspek
22
hukum akan membantu proses peradilan dalam menegakkan keadilan hukum bagi
pelaku maupun korban tindak kejahatan. Kasus yang ditangani forensik klinik
Oleh karena itu, pada penelitian ini akan dilakukan observasi terhadap
kualitas penanganan kasus forensik klinik dan juga jumlah kasus yang dimintakan
penelitian ini dapat memberikan data dasar tentang gambaran dan kualitas
23
II.7. Kerangka Konsep
KASUS FORENSIK
KLINIK YANG
DITANGANI DI
INSTALASI
KEDOKTERAN Kualitas Visum et Lengkap/
Repertum tidaknya
FORENSIK RSUD
pendahuluan
KOTA
YOGYAKARTA:
Jumlah kasus,jenis
kelamin korban, umur
korban, asal Lengkap/
korban,Tempat tidaknya
kejadian peristiwa pemberitaan
(TKP), jenis kasus,
jenis trauma,jumlah
yang dimintakan
VER, jumlah SPV
Lengkap/
yang bersamaan tidaknya
dengan korban, kesimpulan
Jumlah VER yang
diambil penyidik,lama
VER diselesaikan,
jumlah dokter yang
dipanggil ke
pengadilan, ada
tidaknya dokumen
foto
24
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
kejadian sehingga didapatkan akumulasi data dasar kejadian tertentu dengan cara
mengobservasi dari luar tanpa intervensi terhadap variabel yang ada. Sedangkan
variabel yang diteliti dalam satu waktu dan tidak membutuhkan follow-up lebih
Penelitian ini akan dilaksanakan selama 6 bulan yaitu bulan April sampai
ditangani di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Yogyakarta pada tahun
2012-2016. Subyek penelitian ini adalah kasus forensik klinik yang ditangani di
RSUD Kota Yogyakarta pada tahun 2012-2016, dengan kriteria inklusi yaitu data
25
laporan variabel yang diamati lengkap, dan kriteria eksklusi data laporan variabel
sampling. Pada consecutive sampling setiap subjek yang telah memenuhi kriteria
• Variabel dalam penelitian ini adalah variabel tunggal yaitu profil dan kualitas
penanganan kasus forensik klinik. Adapun dari variabel profil kasus forensik
umur, asal korban, tempat kejadian peristiwa (TKP), jenis kasus, jenis
26
• Definisi operasional (Pidada, 2014) :
• Jumlah kasus forensik klinik adalah proporsi dari kasus forensik klinik
berdsarkan umur yang dibagi menjadi kelompok balita yaitu umur 0-5
tahun, kelompok anak yaitu umur 6-17 tahun, kelompok dewasa muda
yaitu 18-30 tahun, kelompok dewasa yaitu umur 31-50 tahun, dan
• Jenis kasus adalah merupakan jenis atau macam kasus forensik klinik
27
• Jenis trauma adalah merupakan jenis trauma yang dialami korban yang
berwenang.
• Ada tidaknya dokumen foto adalah ada atau tidak foto pada saat
• Ada / tidaknya Pro justitia adalah pada Visum et Repertum ada kata Pro
28
• Lengkap / tidaknya Pendahuluan adalah pada bagian pendahuluan dari
waktu pemeriksaan.
Visum et Repertum yang dikatakan lengkap apabila ada jenis luka, jenis
berdasarkan kriteria tertentu yaitu 80-100 % dikatakan baik, 65-79 % cukup, dan
< 65 % dikatakan buruk. Bahan penelitian adalah data laporan yang berisi
informasi terkait dengan penanganan kasus forensik klinik dan Visum et Repertum
klinik.
29
III.6. Cara Penelitian
selanjutnya akan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Data tersebut
lengkap.
30
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Data penelitian ini diperoleh dari laporan kasus forensik klinik yang ditangani
di Instalasi Kedokteran Forensik RSUD Kota Yogyakarta dari tahun 2012 - 2016.
Dari seluruh data yang terkumpul, didapatkan sebanyak 2.108 kasus forensik
klinik dari tahun 2012 - 2016. Hasilnya ditampilkan dalam tabel berikut ini.
Tabel 4. Jumlah kasus forensik klinik RSUD Kota Yogyakarta tahun 2012-2016
Bulan Jumlah Kasus Forensik Klinik
2012 2013 2014 2015 2016
Januari 56 46 37 16 23
Februari 68 49 43 27 36
Maret 63 55 38 19 20
April 54 43 40 11 16
Mei 65 55 45 16 11
Juni 62 63 35 8 22
Juli 65 50 28 7 30
Agustus 55 46 35 16 18
September 48 48 40 14 15
Oktober 35 50 30 14 34
November 57 48 25 16 0
Desember 61 49 25 7 0
Total 689 602 421 171 225
(32.7% (28.6%) (20%) (8.1% (10.7)
) )
31
Jumlah kasus forensik klinik pada tahun 2012 yaitu sebanyak 689 kasus atau
32.7%, pada tahun 2013 sebanyak 602 kasus atau 28.6%, pada tahun 2014
sebanyak 421 kasus atau 20%, pada tahun 2015 sebanyak 171 kasus atau 8.1%,
RSUD Kota Yogyakarta berjenis kelamin laki-laki. Proporsi jenis kelamin laki-
laki dari tahun 2012 hingga 2016 berturut turut adalah 54.7%, 53.7%, 55.8%,
RSUD Kota Yogyakarta berada pada rentang umur 18-30 tahun. Proporsi korban
dengan rentang umur 18-30 tahun dari tahun 2012 hingga 2016 berturut turut
32
33
Tabel 6. Proporsi kasus forensik klinik berdasarkan kriteria umur di RSUD Kota
Yogyakarta tahun 2012-2016
Umur Jumlah Kasus Forensik Klinik
2012 2013 2014 2015 2016
0-5 tahun 13 7 3 6 4
(1.9%) (1.2%) (0.7%) (3.5%) (1.8%)
6-17 tahun 109 112 67 18 22
(15.8%) (18.6%) (15.9%) (10.5%) (9.8%)
18-30 239 264 186 72 102
tahun (34.7%) (43.9%) (44.2%) (42.1%) (45.3%)
31-50 206 152 107 43 53
tahun (29.9%) (25.2) (25.4) (25.1%) (23.6%)
>50 tahun 122 67 58 32 44
(17.7%) (11.1%) (13.8%) (18.7%) (19.6%)
Total 689 602 421 171 225
(100%) (100%) (100%) (100%) (100%)
Tabel 7. Proporsi jenis kasus forensik klinik di RSUD Kota Yogyakarta tahun
2012-2016
Jenis Kasus Jumlah Kasus Forensik Klinik
2012 2013 2014 2015 2016
Penganiayaan 9 7 13 12 5
(1.3%) (1.2%) (3.1%) (7%) (2.2%)
Keracunan 27 35 30 34 18
(3.9%) (5.8%) (7.1%) (19.9%) (8%)
KDRT 23 25 16 9 7
(3.3%) (4.2%) (3.8%) (5.3%) (3.1%)
Kecelakaan Lalu 630 535 362 116 195
Lintas (91.4%) (88.9%) (86%) (67.8%) (86.7%)
Total 689 602 421 171 225
(100%) (100%) (100% (100%) (100%)
)
Dari keseluruhan data, jenis kasus forensik klinik yang ditangani di RSUD
kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), serta kecelakaan lalu lintas. Setiap
34
Yogyakarta adalah kasus kecelakaan lalu lintas. Proporsi kasus kecelakaan lalu
lintas dari tahun 2012 hingga 2016 berturut turut adalah 91.4%, 88.9%, 86%,
Dari total 2.180 kasus forensik klinik yang ditangani di RSUD Kota
Yogyakarta tahun 2012-2016, terdapat 119 kasus (5.6%) yang dimintakan Visum
et Repertum oleh penyidik. Sebanyak 1989 kasus (94.4%) tidak dimintakan Visum
et Repertum oleh penyidik. Adapun hasilnya ditampilkan pada tabel berikut ini.
Dari keseluruhan data, korban pada kasus forensik klinik yang ditangani di
RSUD Kota Yogyakarta dari tahun 2012-2016 berasal dari Sleman, Bantul, Kota
35
Yogyakarta, serta daerah lain. Setiap tahunnya, proporsi terbanyak dari korban
kasus forensik klinik di RSUD Kota Yogyakarta berasal dari Kota Yogyakarta.
Proporsi korban yang berasal dari Kota Yogyakarta dari tahun 2012 hingga 2016
Tabel 9. Proporsi kasus forensik klinik berdasarkan kriteria asal korban di RSUD
Kota Yogyakarta tahun 2012-2016
Asal Korban Jumlah Kasus Forensik Klinik
2012 2013 2014 2015 2016
Sleman 2 0 1 0 0
(8.7%) (0%) (2.9%) (0%) (0%)
Bantul 8 7 10 8 4
(34.8%) (36.8% (29.4%) (27.6%) (28.6%)
)
Kota Yogyakarta 13 11 23 20 10
(56.5%) (57.9% (67.6%) (69%) (71.4%)
)
Daerah Lain 0 1 0 1 0
(0%) (5.3%) (0%) (3.4%) (0%)
Total 23 19 34 29 14
(100%) (100%) (100%) (100%) (100%)
Tabel 10. Proporsi kasus forensik klinik berdasarkan kriteria TKP di RSUD Kota
Yogyakarta tahun 2012-2016
TKP Jumlah Kasus Forensik Klinik
2012 2013 2014 2015 2016
Bantul 8 7 10 8 4
(34.8%) (36.8% (29.4%) (27.6%) (28.6%)
)
Kota Yogyakarta 15 12 24 21 10
(65.2%) (63.2% (70.6%) (72.4%) (71.4%)
)
Total 23 19 34 29 14
36
(100%) (100%) (100%) (100%) (100%)
Dari keseluruhan data, tempat kejadian perkara (TKP) dari setiap kasus yang
ditangani di RSUD Kota Yogyakarta dari tahun 2012-2016 terjadi di Bantul serta
Kota Yogyakarta. Setiap tahunnya, proporsi terbanyak dari kasus forensik klinik
terjadi di Kota Yogyakarta dari tahun 2012 hingga 2016 berturut turut adalah
Tabel 11. Proporsi kasus forensik klinik berdasarkan kriteria jenis trauma di
RSUD Kota Yogyakarta tahun 2012-2016
Jenis Trauma Jumlah Kasus Forensik Klinik
2012 2013 2014 2015 2016
K. Tumpul 18 16 26 22 14
(78.3%) (84.2%) (76.5% (75.9%) (100%)
)
K. Tajam 2 1 3 3 0
(8.7%) (5.3%) (8.8%) (10.3%) (0%)
Multipel 3 2 5 4 0
Trauma (13%) (10.5%) (14.7% (13.8%) (0%)
)
Total 23 19 34 29 14
(100%) (100%) (100%) (100%) (100%)
Dari keseluruhan data, jenis trauma pada kasus forensik klinik yang ditangani
di RSUD Kota Yogyakarta dari tahun 2012-2016 adalah trauma akibat kekerasan
benda tumpul, benda tajam, serta trauma multipel. Setiap tahunnya, proporsi
terbanyak dari kasus forensik klinik yang ditangani di RSUD Kota Yogyakarta
37
adalah trauma akibat kekerasan benda tumpul. Proporsi trauma akibat benda
tumpul dari tahun 2012 hingga 2016 berturut turut adalah 78.3%, 84.2%, 76.5%,
38
IV.1.11. Ada Tidaknya Dokumen Foto
Berdasarkan tabel serta diagram di atas dapat terlihat bahwa dari tahun 2012
hingga 2016, tidak ada satupun kasus forensik klinik yang ditangani di RSUD
Tabel 12. Proporsi jumlah kasus forensik klinik berdasarkan ada tidaknya
dokumen foto di RSUD Kota Yogyakarta tahun 2012-2016
Dokumentasi Jumlah Kasus Forensik Klinik
Foto 2012 2013 2014 2015 2016
Ada 0 0 0 0 0
(0%) (0%) (0%) (0%) (0%)
Tidak Ada 23 19 34 29 14
(100%) (100% (100% (100%) (100%)
) )
Total 23 19 34 29 14
(100%) (100% (100% (100%) (100%)
) )
Hasil perhitungan kualitas Visum et Repertum memiliki nilai 74.38%. Hal ini
39
Tabel 13. Hasil perhitungan kualitas Visum et Repertum
1. Pendahuluan
Variabel Skor
Identitas Korban 2
Identitas Penyidik 2
Identitas Dokter 2
Waktu Pemeriksaan 2
Tempat Pemeriksaan 2
Total Skor 10
Rata-rata 2
Nilai 2 x 1 x 100% = 100%
2
2. Pemberitaan
Variabel Skor
Anamnesis 2
KU & Tanda Vital 2
Lokasi 2
Karakteristik 2
Ukuran 1.46
Pengobatan & Perawatan 0
Total Skor 9.46
Rata-rata 1.58
Nilai 1.58 x 3 x 100% = 79%
6
3. Kesimpulan
Variabel Skor
Jenis Luka 2
Jenis Kekerasan 2
Kualifikasi 0
Total Skor 4
Rata-rata 1.33
Nilai 1.33 x 5 x 100% = 66.5%
10
4. Kualitas Visum et Repertum
Variabel Skor Rata-rata Bobot Nilai
Pendahulua 2 1 2
n
Pembukaan 1.58 3 4.74
Kesimpulan 1.33 5 6.65
Total Skor 13.39
Nilai 13.39 x 100% = 74.38%
18
40
41
IV.2. Pembahasan
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah kasus forensik klinik yang
ditangani di RSUD Kota Yogyakarta paling banyak terjadi di tahun 2012. Pada
tahun selanjutnya kasus forensik klinik cenderung menurun. Hasil ini sesuai jika
ditinjau berdasarkan angka kecelakaan lalu lintas yang tercatat di Polda DIY. Pada
tahun 2012 angka kecelakaan lalu lintas di DIY sebesar 4.457 kasus dan menurun
pada tahun 2013 serta 2014 menjadi masing-masing 3.631 dan 3.472 kasus
Berdasarkan jenis kelamin korban, dari tahun 2012 hingga 2016 RSUD Kota
yaitu sebesar 78,9%. Jika dihubungkan dengan sifat laki-laki yang cenderung
lebih nekat dalam mengambil risiko yang membuat mereka lebih sering terlibat
Ditinjau dari umur korban, kasus forensik klinik yang terjadi di RSUD Kota
Yogyakarta dari tahun 2012 hingga 2016 terbanyak terjadi pada rentang umur 18-
30 tahun. Rentang usia tersebut masuk dalam kategori usia remaja akhir dan
dewasa muda. Kategori usia tersebut sangat rentan terpapar oleh kasus tindak
kejahatan dikarenakan pada usia tersebut merupakan golongan umur paling aktif
serta produktif di kehidupan bermasyarakat. Hasil ini juga sejalan dengan data
kecelakaan lalu lintas yang dikeluarkan oleh kantor Ditlantas Polda DIY yang
menyatakan bahwa pelaku yang terlibat kasus kecelakaan lalu lintas di Kota
42
Yogyakarta tahun 2007-2014 berada pada rentang usia 16-30 tahun yaitu
sebanyak 209 (48,5%) orang (Badan Pusat Statistik DIY, 2015). Penelitian
oleh Witte (1997) yang menyatakan "terdapat 50 sampai 60 persen laki-laki muda
telah terlibat dalam tindakan nakal pada saat mereka berusia 18 dan kurang dari
10 persen telah ditangkap pada usia 30". Perilaku ilegal sangat sering
diperlihatkan oleh remaja usia produktif. Hal ini dikarenakan partisipasi dalam
1993).
Kasus kecelakaan lalu lintas merupakan jenis kasus dengan proporsi tertinggi
yang ditangani tiap tahunnya. Menurut data yang dikeluarkan oleh Kantor
Ditlantas Polda DIY, pada tahun 2005-2015 terdapat 4.313 kasus kecelakaan lalu
lintas dan 651 diantaranya terjadi di wilayah Kota Yogyakarta. Tingginya angka
kecelakaan lalu lintas ini juga berpengaruh terhadap tingginya kasus kecelakaan
lalu lintas yang ditangani di RSUD Kota Yogyakarta. Lebih dari 80% pasien yang
masuk ruang gawat darurat adalah disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas, berupa
tabrakan sepeda motor, mobil, sepeda, dan penyebrang jalan yang ditabrak
(Japardi, 2009). Hasil ini juga diperkuat oleh penelitian Lulie et al. (2006) di
sepeda motor, 112 responden (82,58%) pernah mengalami kecelakaan lalu lintas.
43
Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa jumlah permintaan Visum et
Repertum di RSUD Kota Yogyakarta tahun 2012-2016 sangat sedikit yaitu hanya
sebesar 119 kasus (5.6%) dari total 2.108 kasus. Dari hasil wawancara diketahui
bahwa hal ini terjadi karena kebanyakan kasus forensik klinik yang terjadi dapat
Jika ditinjau dari asal korban serta tempat kejadian perkara (TKP), Kota
Yogyakarta merupakan asal korban serta TKP dengan proporsi terbesar pada
RSUD Kota Yogyakarta terletak di pusat Kota Yogyakarta sehingga tentu korban
yang ditangani juga lebih banyak berasal dari wilayah Kota Yogyakarta.
Jenis trauma yang dominan terjadi pada korban adalah trauma akibat
kekerasan benda tumpul. Hasil ini sejalan dengan penelitian Maulana et al. (2014)
disabilitas terbesar pada individu berusia 1 - 44 tahun dan trauma benda tumpul
memiliki proporsi terbesar dari jenis trauma lain (The Center for Disease Control,
2009). Trauma benda tumpul tidak hanya terjadi pada kasus kekerasan atau
penganiayaan, melainkan juga terjadi pada kasus kecelakaan lalu lintas melalui
dampak benturan. Tingginya kasus kecelakaan lalu lintas yang ditangani di RSUD
44
Dari tahun 2012-2016, tidak ada satupun kasus forensik klinik yang
kasus forensik klinik sudah cukup walaupun masih belum sempurna. Kualitas
Repertum yang tidak sama dan terdapat perbedaan prosedur masing-masing dokter
45
BAB V
V.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat dirangkum pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Jenis kelamin laki-laki memiliki proporsi terbesar korban kasus forensik klinik
3. Korban yang berasal dari Kota Yogyakarta memiliki proporsi terbesar dari
seluruh kasus forensik klinik di RSUD Kota Yogyakarta tahun 2012 hingga
2016.
proporsi terbesar dari seluruh kasus forensik klinik di RSUD Kota Yogyakarta
5. Jenis kasus kecelakaan lalu lintas memiliki proporsi terbesar dari seluruh kasus
6. Jenis trauma akibat kekerasan benda tumpul memiliki proporsi terbesar dari
seluruh kasus forensik klinik di RSUD Kota Yogyakarta tahun 2012 hingga
2016.
7. Terdapat 119 (5.6%) dari 2108 kasus yang dimintakan Visum et Repertum oleh
penyidik.
46
8. Seluruh Visum et Repertum yang dibuat tidak dilengkapi oleh dokumentasi
foto.
V.2 Saran
Untuk mengetahui faktor apa saja yang berpengaruh terhadap kualitas Visum
bertujuan untuk menyajikan data dasar bukan untuk menganalisa hubungan tiap
variabel.
47
DAFTAR PUSTAKA
Amir, A 2007, Ilmu Kedokteran Forensik, Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan
Medikolegal Fakultas Kedokteran USU, Medan.
Badan Pusat Statistik 2014, Statistik Kriminalitas Indonesia 2013, BPS, Jakarta.
Centers for Disease Control and Prevention 2009, Injury Prevention & Control :
Data & Statistics, CDC, Atlanta.
http://www.antaranews.com/berita/537491/angka-kejahatan-di-daerah-istimewa-
yogyakarta-naik diakses tgl 11-2-2016
48
James, JP 2005, The History and Development of Clinical forensic Medicine
worldwide. In Clinical Forensic Medicine, A Physicians’ s Guide. Second
Edition, Ed Stark,M.M, Humana Press, Totowa, New Jersey.
Japardi I 2009, Patologi dan Fisiologi Cedera Kepala, Bhuana Ilmu Populer,
Jakarta.
Pidada, IBG SP 2014, Profil Kasus Forensik Klinik yang Ditangani di RSUP Dr.
Sardjito Tahun 2009-2013. Disampaikan dalam Pertemuan Ilmiah Tahunan
(PIT) PDFI, Balikpapan.
49
Susanti, R 2012.Paradigma Baru Peran Dokter dalam Pelayanan Kedokteran
Forensik, Majalah Kedokteran Andalas, Padang.
World Health Organization 2015, Global Status Report On Road Safety 2015,
WHO, Switzerland.
50