Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PEMERIKSAAN BAKTERIOLOGI NASOFARING DAN TENGGOROK

DI SUSUN OLEH :

NAMA : DINA RAHMATIKA

NPM : 2320191032

PROGRAM STUDI D-III ANALIS KESEHATAN

UNIVERSITAS BINA MANDIRI GORONTALO

2020
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................…………… i
DAFTAR ISI............................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................…… 1
1.2 Rumusan Masalah………………..…………..……….………. 1
1.3 Tujuan…………………………………………….................... 2
1.4 Manfaat...................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori………………......................................................... 3
2.2 Corynebacterium diphtheriae.................................................… 4
BAB III METODE KERJA
3.3 Alat dan Bahan........................................................................... 5
3.4 Prosedur Kerja............................................................................ 6
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ............................................................................... 7
4.2 Saran ......................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena atas
berkat rahmatNya saya dapat menyelesaikan makalah praktikum bakteriologi
Saya juga tidak lupa untuk mengucapkan banyak terima kasih kepada asisten
dosen mata kuliah bakteriologi yang selalu membimbing dan mengajari saya
dalam melaksanakan praktikum dan dalam menyusun makalah ini . Serta semua
pihak yang membantu saya dalam hal menyusun makalah ini.
Makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan oleh karena itu kritik serta
saran yang membangun masih saya harapkan untuk penyempurnaan laporan akhir
ini. Sebagai manusia biasa saya merasa memiliki banyak kesalahan, oleh karena
saya mohon maaf sebesar besarnya untuk kelancaran penyelesaian makalah ini.
Atas perhatian dari semua pihak yang membantu penulisan ini saya ucapkan
terima kasih.

Gorontalo, November 2020

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia sangat dikhawatirkan dengan polemik yang terjadi dimasyarakat,
terutama pada lingkup kesehatan. Dari berbagai aspek, kesehatan sangatlah
penting dalam kehidupan dan banyak masyarakat yang telah memahami akan
pentingnyakesehatan.Namun,hal tersebut tarpati hanya pada kalangan atas yang
memiliki tingkat perekonomian yang mencukupi, sedangkan kalangan menegah
ke bawah tingkatkesadaran individu akan pentingnya kesehatantidak terlalu tinggi.
Hal itu banyak disebabkan karena tingkat perekonomian. Sehingga,belakangan ini
banyak tersebar berbagai endemikpenyakit di Indonesia, misalnya difteria.
Difteria merupakan salah satu penyakit yang sangat menular (contagious
disease). Penyakit ini disebabkan oleh infeksi bakteri Corynebacterium
diphtheriaeyaitu bakteriyang menginfeksi saluran pernafasan, terutama bagian
tonsil, nasofaring (bagian antara hidung dan faring/tenggorokan) dan laring.
Penularan difteriadapat melalui kontak hubungan dekat, melalui udara yang
tercemar oleh carier atau penderita yang akan sembuh, juga melalui batuk dan
bersin penderita.
Penderita difteriaumumnya anak-anak usia di bawah 15 tahun. Dilaporkan
10% kasus difteriadapat berakibat fatal hingga menimbulkan kematian. Selama
permulaan pertama dari abad ke-20, difteriamerupakan penyebab umum dari
kematian bayi dan anak-anak. Penyakit ini juga dijumpai pada daerah padat
penduduk dengan tingkat sanitasi rendah. Oleh karena itu, menjaga kebersihan
sangatlah penting, karena berperan dalam menunjang kesehatan.
Lingkungan buruk merupakan sumber dan penularan penyakit.Sejak
diperkenalkan vaksin DPT (Dyphtheria, Pertusis dan Tetanus), penyakit
difteriamulai jarang dijumpai. Vaksin imunisasi difteriadiberikan pada anak-anak
untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh agar tidak terserang penyakit
tersebut. Anak-anak yang tidak mendapatkan vaksin difteriaakan lebih rentan
terhadap penyakit yang menyerang saluran pernafasan ini.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah adalah sebagai berikut :
1. Mengapa infeksi saluran pernapasan atas bisa terjadi?
2. Seperti apa bakteri Corynebacterium diptheriae?
3. Bagaimana pemeriksaanCorynebacterium diptheriae?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui penyebab terjadinya infeksi saluran atas.
2. Untuk mengetahui klasifikasi, morfologi dan patogenesis dari bakteri
Corynebacterium diphtheriae.
3. Untuk mengetahui pemeriksaan Corynebacterium diptheriae secara
bertahap.
1.4 Manfaat
1. Mahasiswa mampu memahami Ciri-ciri jaringan Epitel.
2. Mahasiswa mampu mengetahui Struktur Sitologi dan Histologis macam-
macam jaringan epitel.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dasar Teori


Infeksi saluran pernapasan ataurespiratorytractinfectionsadalah infeksi
yang menyerang saluran pernapasan manusia. Infeksi ini dapat dialami oleh
segala usia. Meski demikian, kondisi ini lebih rentan diderita oleh anak-anak
karena sistem pertahanan tubuh mereka terhadap bakteri atau virus penyebab
infeksi belum terbentuk.
Infeksi saluran pernapasan dapat disebabkan oleh bakteri
ataupunvirus.Adadua jenis infeksi saluran pernapasan berdasarkan letaknya
yaitu infeksi saluran pernapasan atas dan bawah. Infeksi saluran pernapasan
atas atau upperrespiratory tractin fections(URI/URTI) terjadi pada rongga
hidung, sinus, dan tenggorokan. Beberapa penyakit yang termasuk dalam
infeksi saluran pernapasan atas adalah pilek, sinusitis,tonsillitis, dan
laringitis.Sedangkan Infeksi saluran pernapasan bawah atau
lowerrespiratorytractinfections(LRI/LRTI) terjadi pada jalan napas dan paru-
paru. Beberapa jenis penyakit yang termasuk dalam infeksi ini adalah
bronkitis,bronkiolitis,dan pneumonia.
Beberapa jenis virus atau bakteri yang dapat menyebabkan infeksi saluran
pernapasan atas diantaranya Influenzadan Parainfluenza, Thinoviruses,
Epstein-Barr Virus (EBV), Respiratory Syncytial Virus (RSV), Streptococcus
grup A, Pertussis, serta Corynebacterium diphtheriae. Sedangkan beberapa
jenis virus atau bakteri yang dapat menyebabkan infeksi saluran bawah
diantaranya adalah Influenza A, Human metapneumovirus (hMPV), H.
influenzae, Streptococcus pneumoniae, Klebsiella penumoniae,
Staphylococcus aureus, Enterobacteriadan bakteri anaerob.
Salah satu infeksi saluran pernapasan atas disebabkan oleh
bakteriCorynebacterium diphtheriaeyang menyebabkan penyakit difteria.
Difteria merupakan salah satu penyakit yang sangat menular (contangius
disease). Penularandifteria dapat melalui kontak hubungan dekat, melalui
udara yang tercemar oleh carier atau penderita yang akan sembuh, juga dapat
melalui batuk dan bersin penderita. Penyakit ini akan muncul terutama pada
bulan-bulan dimana temperatur lebih dingin di negara subtropis.Umumnya
penderita difteria adalah anak-anak berusia di bawah 15 tahun. Dilaporkan
10% kasus difteria dapat berakibat fatal hingga menimbulkan kematian.
Selama permulaan abad ke-20, difteria merupakan penyebab umum kematian
bayi dan anak-anak.Penyakit ini juga dapat dijumpai pada daerah padat
penduduk dengan tingkat sanitasi rendah. Oleh karena itu, sangatlah penting
menjaga kebersihan karena dapat menunjang kesehatan.
2.2 Corynebacterium diphtheriae
Corynebacterium diphtheria diisolasi pada tahun 1883 oleh Klebs dan
dibuktikan sebagai penyebab penyakit difteriaoleh Loeffler pada tahun 1884.
Oleh sebab itu, disebut juga basilus Klebs-Loffler. Corynebacterium
diphtheriaemerupakan basilus yang pleomorfik yangberarti bahwa ada variasi
ukuran dan bentuk di antara individu sel dalam biakan murni. Beberapa sel
berbentuk lurus, ada pula yang bengkok atau berbentuk tongkat. Panjangnya
berkisar antara 1-8μm dan lebarnya antara 0,3-0,8μm. Umumnya sel
membentuk sudut tegak lurus satu terhadap yang lain. Ciri khas sel yang
lebih tua ialah penampilannya yang seperti butiran bila diwarnai dengan
beberapa pewarna seperti biru metilen atau pewarna Albert. Butiran-butiran
tersebut menampakkan warna yang berbeda dengan zat warna yang
dipakainya, ini disebut butiran makromatik dan terdiri dari polimer polifosfat
anorganik.
Corynebacterium diphtheriaetumbuh dengan baik pada medium agar
darah. Tetapi medium selektif seperti medium serum telur glukosa
terkoagulasi Loeffler dan agar darah dengan kalium telurit menghambat
pertumbuhan bakteri pencemar dan menyuburkan pertumbuhan basilus
difteria.
Untuk memastikan bakteri ini adalah Corynebacterium diphteriayang
patogen dengan biakan kuman ( yangdiambil dari permukaan bawah
membran semu (pseudomembran) penderita suspect difteri, jika hasilnya
positif maka baru boleh diagnosa ditegakkan pasien tersebut sakit Difteri,
sehingga untuk penentuan KLB menunggu hasil kultur ini.
BAB III
METODE KERJA.

3.2 Alat dan Bahan


Cara Pengambilan Sampel Pasien Suspect Difteri Bahan dan alat yang
diperlukan antara lain lidi kapas steril (Swab Tenggorok/pharynx/swab
hidung); Objek glass; Lampu speritus dan spatula, jika perlu untuk kultur
siapkan media Amies.
3.3 Prosedur Kerja
Diagnosis klinik difteriatidak selalu mudah ditegakkan karena
klinikusberpengalaman menyatakan bahwa pemeriksaan inisebagai
salahsatupemeriksaan yang cenderung untuk salah diagnosis. Kesalahan yang
sering terjadi yaitu dalam membedakan difteriadengan infeksi lainnyaseperti
tonsillitis, faringitis reptokokal dan infeksi Vincent. Laboratorium
bakteriologi memerlukan waktu beberapa hari untuk memastikan toksigenitas
bakteri Corynebacterium diphtheriaeyang diisolasi.
Laboratorium tidak dapat menentukan diagnosis hanya berdasarkan
pemeriksaan mikroskopis saja, ini disebabkan stain Corynebacterium
diphtheriaebaik yang toksigenik maupun yang non toksigenik tidak dapat
dibedakan satu dengan yang lainnya, karena spesies Corynebacteriumyang
lainpun secaramorfologi serupa.Oleh karena itu, apabila pada pemeriksaan
mikroskopik ditemukan bakteri-bakteri yang bentuknya khas seperti
Corynebacterium diphtheriae, maka hasil presumtif yang diberikan adalah
ditemukannyabakteri-bakteri tersangka difteria.
Hal ini menunjukan pentingnya diagnosis laboratorium bakteriologi untuk
mendapatkan cara-cara yang mudah, cepat, sederhana dan dipercaya
sehinggadapat membantu klinikus dalam menegakan diagnosis. Diagnosis
bakteriolgiharus dianggap sebagai penunjang dan bukan sebagai pengganti
diagnosis klinik. Selain itu, kepastian diagnosa laboratorium dapat juga
ditunjang dengan suatu tes virulensi terhadap binatang(in vivo)atau tes in
vitro yang khas.PemeriksaanCorynebacterium diphtheriae dapat dilakukan
berdasarkan pemeriksaan mikroskopik, pembiakan atau isolasi, uji
biokimiadan uji Virulensi dimana sampel didapat dari hapusan tenggorok,
hapusan hidung atau bahan pemeriksaan lainnyayangharus diambil sebelum
pemberian obat-obat antimikroba yang harus segera dikirimke laboratorium.
Kemudian tekhnik pengambilan sampel pasien yaitu, yang pertama
penderita disuruh menghadap sumber cahaya. Kemudian penderita disuruh
membuka mulut tanpa menjulurkan lidah dan disuruh berkata “Ahh....”
Sambil pasien berkata “ ahhh...” 2/3 lidah pasien ditekan dg spatula shg
terlihat tonsil. Kemudian Hapuskan kapas steril pada daerah tonsil yg
terinfektir (ada lapisan pseudomembran) yang biasanya berwarna putih abu-
abu , lidi kapas jangan menyentuh lidah. Ambil 2 lidi kapas (yang digunakan
untuk hapusan langsung & utk kultur). Lalu, Untuk kultur swab masukkan
padamedia Amies .
BAB IV
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Corynebacterium diphtheria merupakan bakteri anaerobik fakultatif, Gram
positif (+) batang, berukuran panjang/pendek, besar/kecil, polymorph, tidak
berspora, tidak berkapsul, tidak bergerak, bergranula yang terletak di salah
satu atau kedua ujung badan bakteri. Corynebacterium diphtheria terdiri dari 3
sub spesies yaitu gravis, mitis, dan intermedium. Bakteri ini bersifat patogen
karena toksin yang dihasilkan. Maka diperlukan pemeriksaan bakteri ini di
laboratorium mikrobiologi sebagai penunjang diagnosa klinik.
PemeriksaanCorynebacterium diphtheriae dapat dilakukan berdasarkan
pemeriksaan mikroskopik, pembiakan atau isolasi, uji biokimiadan uji
Virulensi dimana sampel didapat dari hapusan tenggorok, hapusan hidung atau
bahan pemeriksaan lainnya.

5.2 Saran
Diharapkan dengan adanya makalah inidapat mengetahui cara pemeriksaan
bakteri Corynebacterium diphtheriaeyang dapat bersifat patogen secara

spesifik sehingga dapat melakukan pencegahan sedini mungkin.


DAFTAR PUSTAKA

Bonang G dan Enggar S. Koeswardono. 1982. Mikrobiologi Kedokteran Untuk


Laboratorium dan Klinik. Jakarta : PT Gramedia.

Johnson, Arthur dkk. 1994. Mikrobiologi dan Imunologi. Jakarta : Ninarupa


Aksara.

Irianto Koes. 2007. Mikrobiologi Menguak Dunia Mikroorganisme. Bandung :


CV. Yrama Widya.

Soemarno.(2000). Isolasi dsn Identifikasi Bakteri Klinik.Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai