Anda di halaman 1dari 11

NAMA : SUSI INDRI LESTARI, S.Pd.

A1/BAHASAINDONESIA/PPGDALJAB2021/UNIVETBANTARA

LK 1: Lembar Kerja Belajar Mandiri


Judul Modul MODUL 2 SEMANTIK DAN WACANA
Judul Kegiatan Belajar (KB) 1. Hubungan Bentuk dan Makna
2. Eufimisme
3. Wacana
4. Pragmatik

No Butir Refleksi Respon/Jawaban


1 Daftar peta konsep I. KB (1) HUBUNGAN BENTUK DAN MAKNA
(istilah dan definisi) di
modul ini 1. Jenis Makna
Makna adalah konsep abstrak pengalaman
manusia tentang sesuatu, tetapi makna
bukan pengalaman setiap individu.
Jenis makna :
1) Makna leksikal
Makna dari kata tunggal. Makna leksikal
adalah makna sesungguhnya mengenai
gambaran yang nyata tentang konsep
yang dilambangkan.
Contoh :
Kursi = tempat duduk (leksikal)
Kursi = jabatan (makna lain)
2) Makna Gramatikal
Makna yang akan dapat diidentifikasi
setelah bergabung dengan unsur lain
(gabungan beberapa unsur).
Contoh :
Jatuh = turun/meluncur ke bawah
Kejatuhan = ke+jatuh+an
Ketidaksengajaan
3) Makna Referensial
Referensi yang berhubungan dengan
sumber acuan.
Contoh : air, kertas, lampu (maknanya
jelas sebagai sumber acuan)
4) Makna Nonreferensial
Makna nonreferensial adalah makna yang
tidak ada atau tidak memiliki acuan.
Contoh : dan, atau, karena
5) Makna Denotatif
Makna denotatif adalah makna yang
sebenarnya atau makna
konseptual/kognitif/referensial karena
langsung dihubungkan dengan hasil
pengamatan secara langsung.
Bersifat faktual yang objektif.
Contoh : ibu dan mak (memliki makna
yang sama yaitu orang tua perempuan).
6) Makna Konotatif
Makna konotatif adalah makna yang
tidak sebenarnya.
Jenis makna konotatif :
a. Konotatif baik (langsing, tuna wisma)
b. Konotatif kurang baik (kurus,
gelandangan)
7) Makna Literal
Makna secara harafia atau secara lugas.
Contoh : buaya, lintah (binatang)
8) Makna Figuratif
Makna Figuratif adalah makna ynag
menyimpang dari referennya.
Contoh : buaya darat (playboy), lintah
darat (meminjamkan uang dengan upah
tinggi)
9) Makna Primer
Makna primer adalah kata tanpa bantuan
konteks tetapi ada maknanya.
10) Makna Sekunder
Makna sekunder adalah makna yang
harus dengan bantuan konteks.

2. Hubungan Bentuk dan Makna


1) Sinonim
Sinonim adalah bentuk bahasa yang
memiliki makna kurang lebih
sama/mirip.
Jenis sinonim :
a. Sinonim antarkata
b. Sinonim kata dengan frasa
c. Sinonim frasa dengan frasa
d. Sinonim kalimat dengan kalimat
Penggunaan sinonim sesuai dengan
konteks kalimatnya.
2) Antonim
Antonim adalah dua kata atau lebih yang
memiliki pertentangan makna.
Jenis antonim :
a. Antonim mutlak adalah pertentangan
bentuk bahasa yang bersifat mutlak.
Contoh : hidup >< mati, siang ><
malam
b. Antonim bergradasi adalah oposisi
kutub, pertentangan bentuk yang
bersifat relatif.
Contoh : besar >< kecil (ukuran besar
atau kecil itu relatif.
c. Antonim relasional adalah antonim
yang saling berhubungan.
Contoh : suami >< istri, guru>< murid
d. Antonim hierarki adalah antonim yang
berhubungan dengan ukuran, berat,
waktu.
Contoh : hari >< bulan, kg >< ton
e. Antonim resiprokal adalah antonim
yang bersifat timbal balik.
Contoh : menjual >< membeli,
menutup >< membuka
3) Homonim
Homonim adalah bentuk kata yang
memiliki bentuk tulisan dan pengucapan
sama tetapi memliki makna yang
berbeda.
Contoh : buku, bisa, bak, kopi, kakap
Jenis homonim :
a. Homofon
b. Homograf
4) Polisemi
Polisemi adalah satu kata yang memiliki
banyak makna.
Mirip dengan homonim, perbedaannya
apabila polisemi masih dalam satu
keterkaitan/ikatan.
5) Ambiguitas
Ambiguitas adalah satu kata yang
memiliki banyak makna ganda. Mirip
dengan polisemi tetapi ambiguitas
bentuknya klausa atau kalimat.
Banyak terjadi dalam ragam tulis karena
tidak memperhatikan ejaan.
6) Redundansi
Redundansi adalah pemborosan
kata/pemakaian unsur segmental yang
berlebihan.
Bentuknya juga klausa atau kalimat.
Contoh : para ibu-ibu (para sudah jamak,
ibu-ibu juga jamak. Gunakan saja “ibu-
ibu”).

II. KB (2) EUFIMISME

1. Perubahan Makna
1) Penyebab terjadinya perubahan makna :
a. Faktor Kebahasaan
Faktor kebahasaan berkaitan dengan
cabang linguistik : fonologi, morfologi,
dan sintaksis.
Contoh :
sahaya (dahulu) ‘budak’
saya (sekarang) ‘mengacu pada kata
ganti orang pertama hormat’
b. Faktor Kesejarahan
Contoh : wanita berasal dari betina
(identik hewan), sekarang wanita
tidak diidentikkan dengan hewan.
c. Faktor Sosial
Faktor ini terjadi karena karena
perkembangan kata dalam
masyarakat.
Contoh :
Gerombolan = orang yang berkumpul
(dulu)
Gerombolan = pengacau (sekarang)
d. Faktor Psikologis
Contoh :
Babi, monyet (dulu)
Akan berubah makna ketika dipakai
untuk memaki (sekarang).
e. Pengaruh Bahasa Asing
f. Kebutuhan Kosakata Baru
anda digunakan untuk orang ynag
diajak berbicara atau berkomunikasi
(dulu), sekarang diganti atau
dikembangkan menjadi saudara.
Canggih dikembangkan karena
adanya perkembangan teknologi yang
serba modern, rumit, dan ruwet.
2) Jenis-Jenis Perubahan Makna
a. Perluasan makna
Contoh :
Bapak = sebutan untuk ayah (sempit)
Bapak = sebutan untuk laki-laki yang
dianggap lebih tua (luas)
b. Penyempitan makna
Contoh :
Sarjana = orang pandai (makna dulu)
Sarjana = orang yang telah lulus dari
perguruan tinggi (makna sekarang)
c. Peninggian Makna (ameliorasi)
Contoh :
Tunawisma lebih halus daripada
gelandangan.
Tunakarya lebih halus daripada
pengangguran.
d. Penurunan Makna (peyorasi)
Penurunan makna adalah makna
yang dianggap lebih rendah, kasar,
atau kurang sopan.
Contoh : jongos, pelayan toko,
koruptor
e. Pertukaran Makna (sinestesia)
Terjadi karena pertukaran tanggapan
indra.
Contoh : sikapnya dingin….,
kenangan manis…., haus akan ilmu…
f. Persamaan Makna (asosiasi)
Contoh : mengocol perut, menjamur
di kota-kota
g. Metafora
Metafora adalah pemakaian kata
kiasan yang memiliki kemiripan
makna.
Contoh : di kaki gunung, di mulut
gua, di mulut jurang
3. Eufimisme
Eufimisme adalah penggunaan bahasa yang
halus dan sopan sehingga memberikan
kesan yang baik.
Contoh : meninggal (baik) – mati (kurang
baik)
1) Referen Eufimisme
a. Nama binatang
b. Nama benda
c. Organ vital manusia
d. Peristiwa
e. Keadaan
f. Profesi
g. Penyakit
h. Aktivitas
2) Manfaat Eufimisme
a. Menghaluskan tuturan
b. Sarana pendidikan
c. Alat diplomasi
d. Merahasiakan sesuatu
e. Penolak bahaya
4. Disfemisme
Disfemisme adalah penggunaan bahasa
yang berhubungan dengan pengajaran.
Contoh : kampungan (disfemisme) = belum
modern
Penggunaan disfemisme dilakukan apabila
penutur berada pada situasi tidak ramah
atau tidak diinginkan.
Contoh : menggondol = mencuri, menendang
karyawan = mengeluarkan, koruptor
dijebloskan = memasukkan

III. KB (3) WACANA

1. Konsep Wacana
Wacana menurut Samsuri ada dua yaitu,
wacana transaksional lisan dan tulis; wacana
interaksional lisan dan tulis.
Wacana melibatkan unsur segmental dan
nonsegmental.
Wacana menggunakan fonem, morfem, kata,
frasa, klausa, kalimat yang harus
mengandung kohesi dan koherensi.
2. Kohesi
Kohesi adalah unsur pembentuk dalam teks.
Penggunaan unsur tersebut dapat
membedakan sebuah rangkaian kalimat itu
sebagai sebuah teks atau bukan teks.
Kohesi digunakan sebagai penanda sebuah
hubungan dalam teks.
1) Kohesi leksikal
Alat-alat yang digunakan dalam kohesi
leksikal dapat berupa kata atau frasa
bebeas yang dapat mempertahankan
hubungan yang kohesif antarkalimat.
Jenis kohesi leksikal :
a. Repetisi/pengulangan
Repetisi berfungsi untuk
menghubungkan antara topik yang
satu dengan yang lain.
Jenis repetisi :
• Pengulangan penuh
• Pengulanag penuh adalah
pengulangan satu bentuk secara
utuh. Bentuk yang diulang tidak
mengalami perubahan apapun.
• Pengulangan bentuk lain
• Repetisi bentuk lain adalah
pengulangan dalam bentuk yang
berbeda, tetapi memiliki bentuk
dasar yang sama.
• Pengulangan dengan penggantian
• Pengulangan dengan penggantian
adalah bentuk pengulangan yang
ditulis dalam bentuk yang berbeda
tetapi memiliki makna yang sama.
• Pengulangan dengan hiponim
b. Kolokasi
Kolokasi adalah penggunaan dua kata
atau lebih secara bersama-sama
untuk membentuk kesatuan makna.
2) Kohesi Gramatikal
Kohesi gramatikal berhubungan dengan
berbagai pemarkah kohesi yang
melibatkan kaidah kebahasaan.
a. Referensi
Referensi adalah kata yang merujuk
pada informasi atau keterangan yang
telah dirujuk sebelum atau
sesudahnya.
Jenis referensi :
• Referensi eksofora
Referensi eksofora adalah
perujukan/pengacuan di luar teks
yang bersifat situasional.
Contoh : itu, ini
• Referensi endofora
Referensi endofora adalah
pengacuan kata-kata yang berada
di dalam teks.
Endofora dibagi menjadi dua :
✓ Anafora
Anafora adalah referensi yang
merujuk pada sesuatu yang
telah disebutkan sebelumnya.
✓ Katafora
Katafora adalah referensi yang
merujuk pada sesuatu yang
akan disebutkan setelahnya.
Referensi anafora dan katafora
menggunakan :
• Pronomina persona berkaitan
dengan peran yang sedang
dilakukan oleh pembicara dan
pendengar atau tokoh dalam
wacana.
✓ Persona pertama
✓ Persona kedua
✓ Persona ketiga
• Pronomina demontratif
Pronomina demontratif digunakan
untuk menunjuk orang, benda,
tempat, dan waktu yang ditunjuk
secara khusus.
Jenis pronomina demontratif :
✓ Demontrasi tunggal (ini, itu)
✓ Demontrasi turunan (berikut,
sekian)
✓ Demontrasi gabungan (di sini,
di sana)
✓ Demontrasi reduplikasi
(begitu-begitu)
• Pronomina komparatif
Pronomina komparatif adalah
membandingkan dua hal (wujud,
bentuk, sikap, sifat, watak, dan
perilaku).
Contoh : seperti, sama, persis,
serupa, dll.
b. Substitusi
Subsitusi adalah penghilangan suatu
unsur bahasa dengan unsur bahasa
yang lain untuk menghindari
pengulangan bentuk yang sama.
Jenis substitusi :
• Substitusi nomina
• Substitusi verba
• Substitusi klausa
c. Konjungsi
Konjunngsi adalah kata penghubung
antara gagasan yag satu dengan
gagasan yang lain.
Jenis konjungsi :
• Konjungsi aditif
Konjunngsi aditif adalah
konjungsi yang berfungsi
memberikan keterangan
tambahan (dan, selain itu).
• Konjungsi adversatif
Konjungsi adversatif adalah
konjungsi yang menyatakan
kontras dua gagasan (melainkan,
namun, meskipun, tetapi).
• Konjungsi kausal
Konjungsi kausal adalah
konjungsi yang menghubungkan
dua gagasan sebab akibat (karena,
sehingga, oleh karena itu, jadi).
• Konjungsi temporal
Konjungsi tempral adalah
konjungsi yang digunakan untuk
menyatakan hubungan waktu
atau temporal (sebelum, sesudah,
ketika, saat, sekarang, lalu).
d. Elipsis
Elipsis adalah pelesapan yang
terdapat pada kalimat.
Jenis elipsis :
• Elipsis nomina
Elipsis nomina adalah
penghilangan unsur kalimat yang
berkategori nomina.
• Elipsis verbal
Elipsis verbal adalah
penghilangan unsur kalimat yang
berkategori kata kerja.
• Elipsis klausal
Elipsis klausal adalah pelesapan
unsur klausa dalam suatu
kalimat.
3. Koherensi
Kajian mengenai koherensi sangat
berhubungan dengan makna. Oleh
karenanya, kajian koherensi berada
berada pada ranah semantik. Kajian
mengenai koherensi juga sangat
berhunbungan dengan kajian kohesi.
Agar terwujud hubungan antarproposisi
yang padu dan utuh, maka dalam
keherensi memanfaatkan piranti kohesi.
IV. KB (4) PRAGMATIK

1. Konsep Pragmatik
Pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang
mempelajari struktur bahasa secara eksternal,
yaitu bagaimana satuan bahasa itu digunakan
dalam komunikasi.

2. Prinsip Kerja Sama


Penutur adalah orang yang berbicara
Mitra tutur adalah orang yang diajak bicara
atau lawan bicara.
Jenis maksim dalam prinsip kerjasama yaitu :
1) Maksim kuantitas
Terdapat dua aturan yang harus
diperhatikan oleh penutur dan mitra tutur
dalam maksim kuantitas ini, yaitu berikan
informasi secukupnya dan jangan
memberikan informasi melebihi yang
diperlukan.
2) Maksim kualitas
Maksim kualitas mengatur penutur untuk
tidak mengatakan sesuatu yang
menurutnya salah atau keliru.
3) Maksim relevansi
Peserta tutur diharapkan memberikan
informasi yang relevan dan mudah
dimengerti.
4) Maksim pelaksaan/cara
Maksim cara mengatur agar para peserta
tutur menghindari pernyataan-pernyataan
yang samar, menghindari ketaksaan, dan
mengusahakan agar pernyataan yang
disampaikan ringkas, teratur, tidak
berpanjang lebar dan bertele-tele.

3. Prinsip Kesantunan
Kesantunan berbahasa dapat dilihat dalam
tata cara berkomunikasi melalui simbol verbal
atau tata cara berbicara.
Prinsip kesantunan menurut Leech (1983) :
1) Maksim kearifan (Tact Maxim)
Aturan yang terdapat dalam maksim ini
adalah agar penutur meminimalkan kerugian
pada atau memberikan keuntungan kepada
orang lain sebesar mungkin.
2) Maksim Kedermawanan (Generocity Maxim)
Maksim kedermawanan disebut juga maksim
kemurahan hati. Dalam kegiatan
berkomunikasi, maksim kedermawanan
digunakan untuk menghormati mitra tutur.
Salah satu cara untuk menghormati orang
lain adalah mengurangi keuntungan bagi
dirinya dan memaksimalkan keuntungan
bagi orang lain. Peserta tutur diharapkan
membuat keuntungan diri sendiri sekecil
mungkin dan membuat kerugian diri sebesar
mungkin.
3) Maksim pujian (Approbation Maxim)
Tuturan yang diharapkan dalam maksim ini
adalah agar penutur sering memuji orang
lain. Oleh karena itu, tuturan yang
merendahkan orang lain, mengejek, dan
saling mencaci termasuk dalam pelanggaran
maksim pujian.
4) Maksim Kerendahan Hati (Modesty Maxim)
Mengatur peserta tutur untuk bersikap
rendah hati, yaitu mengurangi pujian
terhadap diri sendiri. Prinsip maksim
kerendahan hati adalah pujilah diri sendiri
sedikit mungkin, kecamlah diri sendiri
sebanyak mungkin. Pehatikan kalimat
berikut ini.
5) Maksim Kesepakatan/ Kecocokan
(Agreement Maxim)
Maksim kesepakan disebut juga maksim
kecocokan. Aturan yang terdapat dalam
tuturan ini adalah setiap peserta tutur
berusaha agar kesepakatan antara diri
sendiri dan orang lain sebanyak mungkin.
Dengan kata lain, peserta tutur harus
meminimalkan ketidaksepakatan antara diri
sendiri dan orang lain terjadi sekecil
mungkin.
6) Maksim Simpati (Symphaty Maxim) Aturan
yang terdapat dalam maksim ini adalah
mengurangi antipati antara diri sendiri dan
orang lain dan meningkatkan rasa simpati
antara diri sendiri dan orang lain.

Skala Kesantunan menurut Leech :


1) Skala kerugian dan keuntungan (cost-
benefit-scale)
Merujuk pada besar kecilnya kerugian dan
keuntungan yang diakibatkan oleh sebuah
tindak tutur pada sebuah pertuturan. Dalam
skala ini, tuturan dianggap semakin santun
jika tuturan tersebut merugikan penutur itu
sendiri. Sementara itu, tuturan dianggap
tidak santun jika banyak memberikan
keuntungan penutur.
2) Skala pilihan (optionality scale)
Merujuk pada banyak atau sedikitnya pilihan
yang diberikan oleh penutur kepada mitra
tutur di dalam sebuah peristiwa tutur.
Tuturan dianggap santun jika penutur atau
mitra tutur dapat menentukan pilihan yang
banyak dan bervariatif.
3) Skala ketidaklangsungan (indirectness scale)
Merujuk pada langsung atau tidak
langsungnya maksud sebuah tuturan. Dalam
skala ini, tuturan dianggap santun jika
disampaikan sampaikan secara tidak
langsung.
4) Skala keotoritasan (authority scale)
Merunjuk pada hubungan status sosial
antara penutur dan mitra tutur yang terlibat
dalam pertuturan. Tuturan akan cenderung
semakin santun ketika jarak sosial antara
penutur dan mitra tutur jauh.
5) skala jarak sosial (social distance scale)
Merujuk pada peringkat hubungan sosial
antara penutur dan mitra tutur yang terlibat
dalam sebuah pertuturan. Tuturan
cenderung semakin santun jika jarak sosial
antara penutur dengan mitra tutur jauh.

2 Daftar materi yang 1. KB (1) Hubungan Bentuk dan Makna


sulit dipahami di Perbedaan makna leksikal dengan referensial?
modul ini 2. KB (2) Eufimisme
Perbedaan disfemisme, eufimisme, makna
konotasi, dan denotasi?
3. KB (3) Wacana
4. KB (4) Pragmatik
Contoh pemakaian skala kesantunan?
3 Daftar materi yang 1. KB (1) Hubungan Bentuk dan Makna
sering mengalami Perbedaan makna leksikal dengan referensial
miskonsepsi 2. KB (2) Eufimisme
Perbedaan disfemisme, eufimisme, makna
konotasi, dan denotasi?
3. KB (3) Wacana
4. KB (4) Pragmatik
Contoh pemakaian skala kesantunan.

Anda mungkin juga menyukai