Anda di halaman 1dari 14

KEBUMIAN – PAKET 12

MEKANIKA BENDA LANGIT


HUKUM KEPLER
Pada abad ke-16 muncul banyak astronom yang mulai menentang paham geosentris yang
telah lama diikuti. Salah satunya adalah Tycho Brahe, astronom Denmark yang melakukan
pengamatan dengan peralatan minimum, namun dengan akurasi yang sangat baik. Johannes
Kepler (murid Brahe) kemudian berhasil merumuskan teori dasar tentang pergerakan planet-
planet berdasarkan data pengamatan yang dikumpulkan Brahe.

1. Hukum Kepler I
Hukum Kepler I berbunyi: “orbit setiap planet berbentuk elips dengan matahari
berada di salah satu titik fokusnya”. Elips adalah bentuk bangun datar yang merupakan
salah satu dari irisan kerucut (selain lingkaran, hiperbola, dan parabola). Eksentrisitas elips
bernilai antara 0 dan 1.

Gambar 1 Skema dan parameter elips

Hukum Kepler I dengan jelas menentang pernyataan Nicolaus Copernicus yang menyatakan
bahwa orbit planet berbentuk lingkaran dengan matahari berada di pusat lingkaran.
Terbukti dari hasil pengamatan bahwa orbit elips Kepler dapat memberikan posisi yang
lebih akurat dibandingkan orbit lingkaran. Kesalahan Copernicus ini dapat dipahami sebab
meskipun memiliki lintasan elips, eksentrisitas orbit planet mendekati nol, sehingga sekilas
akan tampak mendekati lingkaran. Bahkan, untuk perhitungan-perhitungan sederhana kita
boleh mengasumsikan orbit planet adalah lingkaran.
2. Hukum Kepler II

Hukum Kepler II berbunyi: “vektor radius suatu


planet akan menempuh luas areal yang sama
untuk selang waktu yang sama”. Vektor radius
adalah garis hubung antara planet dengan pusat
gravitasi (matahari).

Gambar 2 Ilustrasi hukum Kepler II

Perhatikan gambar 2. Apabila planet membutuhkan waktu yang sama untuk menempuh P1
– P2 dan P3 - P4, maka luas areal P1 – F – P2 akan sama dengan P3 - F - P4, begitu pula
sebaliknya. Konsekuensi dari hukum Kepler II ini ialah kecepatan linear planet di setiap titik
di orbitnya tidaklah konstan, tetapi bergantung pada jarak planet. Planet akan bergerak
paling cepat saat berada di perihelium dan akan bergerak paling lambat saat berada di
aphelium.

3. Hukum Kepler III


Hukum Kepler III berbunyi: “pangkat tiga sumbu semi mayor orbit suatu planet
sebanding dengan kuadrat dari periode revolusi planet tersebut”. Apabila sumbu semi
mayor dinyatakan dengan “a” dan periode revolusi planet dinyatakan dengan “T”, maka
secara matematis hukum Kepler III dapat ditulis menjadi:

Ternyata untuk benda-benda yang mengelilingi pusat gravitasi yang sama, besarnya
konstanta akan sama (misalnya bagi planet Venus dan planet Bumi, atau bagi Io dan Europa
(satelit Jupiter)). Untuk benda-benda yang memenuhi syarat tersebut berlaku:

Apabila benda yang kita tinjau adalah planet yang mengitari matahari, dan kita nyatakan a
dalam Satuan Astronomi dan T dalam tahun, maka kita akan mendapati:

Hukum Kepler tidak hanya berlaku pada planet di tata surya, namun juga berlaku pada
satelit planet-planet, asteroid, komet, sistem bintang ganda, dll.
HUKUM GRAVITASI NEWTON
Hukum Gravitasi Newton berbunyi: “semua partikel materi di alam semesta menarik semua
partikel lain dengan gaya yang sebanding dengan produk massa dan berbanding terbalik
dengan pangkat dua dari jarak antara keduanya”. Secara matematis, hukum Gravitasi Newton
dapat ditulis menjadi:

Keterangan:
G F : gaya gravitasi (dalam satuan Newton) : konstanta gravitasi universal (G = 6,67
x 10-11 Nm2kg-2)
m1: massa benda 1 (dalam satuan kg)
m2: massa benda 2 (dalam satuan kg)
r: jarak antara kedua benda (dalam satuan meter)

Jika hukum Gravitasi Newton digabungkan dengan hukum Newton II, maka persamaan yang
dihasilkan adalah:

Persamaan hasil penurunan yang berada di paling kanan adalah persamaan kuat medan
gravitasi atau percepatan gravitasi. Dalam fisika, percepatan gravitasi dinyatakan dengan “g”.

Keterangan:
a = g = percepatan gravitasi (dalam satuan m/s2)
M : massa benda pemberi gravitasi (dalam satuan kg)
r : jarak antara benda besar (pemberi gravitasi) dengan benda kecil (dalam satuan meter)

Energi potensial gravitasi yang dimiliki sebuah benda sebanding dengan produk massa benda
tersebut dan massa benda sumber, serta berbanding terbalik dengan jarak antara kedua benda.
Energi potensial gravitasi selalu bernilai negatif, sebab energi potensial gravitasi selalu bersifat
seolah-olah “kekurangan” energi, atau dinyatakan dengan:

Keterangan:
Ep : energi potensial (dalam satuan Joule)
M : massa benda besar (dalam satuan kg)
m: massa benda kecil (dalam satuan kg)
Potensial gravitasi yang dimiliki sebuah benda didefinisikan sebagai energi potensial gravitasi
per satuan massa:
Keterangan:
V : potensial gravitasi

MEKANIKA ORBIT SEDERHANA


Bulan mengalami gaya tarik gravitasi ke arah bumi, namun bulan tidak pernah jatuh ke
bumi. Ternyata, bulan dapat mempertahankan posisinya terhadap bumi karena ia melakukan
revolusi mengelilingi bumi, sehingga gaya gravitasi akan berlaku sebagai gaya sentripetal bagi
putaran bulan.

Orbit bulan berupa elips, namun memiliki eksentrisitas mendekati nol, sehingga dapat dianggap
sebagai sebuah lingkaran. Dengan demikian, radius orbit dapat diasumsikan tetap, sehingga
dapat dinyatakan:

3. Hukum Kepler II

Hukum Kepler II berbunyi: “vektor radius suatu


planet akan menempuh luas areal yang sama
untuk selang waktu yang sama”. Vektor radius
adalah garis hubung antara planet dengan pusat
gravitasi (matahari).

Gambar 2 Ilustrasi hukum Kepler II

Perhatikan gambar 2. Apabila planet membutuhkan waktu yang sama untuk menempuh P1
– P2 dan P3 - P4, maka luas areal P1 – F – P2 akan sama dengan P3 - F - P4, begitu pula
sebaliknya. Konsekuensi dari hukum Kepler II ini ialah kecepatan linear planet di setiap titik
di orbitnya tidaklah konstan, tetapi bergantung pada jarak planet. Planet akan bergerak
paling cepat saat berada di perihelium dan akan bergerak paling lambat saat berada di
aphelium.

4. Hukum Kepler III


Hukum Kepler III berbunyi: “pangkat tiga sumbu semi mayor orbit suatu planet
sebanding dengan kuadrat dari periode revolusi planet tersebut”. Apabila sumbu semi
mayor dinyatakan dengan “a” dan periode revolusi planet dinyatakan dengan “T”, maka secara
matematis hukum Kepler III dapat ditulis menjadi:
Ternyata untuk benda-benda yang mengelilingi pusat gravitasi yang sama, besarnya konstanta
akan sama (misalnya bagi planet Venus dan planet Bumi, atau bagi Io dan Europa (satelit
Jupiter)). Untuk benda-benda yang memenuhi syarat tersebut berlaku:
Apabila benda yang kita tinjau adalah planet yang mengitari matahari, dan kita nyatakan a
dalam Satuan Astronomi dan T dalam tahun, maka kita akan mendapati:

Hukum Kepler tidak hanya berlaku pada planet di tata surya, namun juga berlaku pada
satelit planet-planet, asteroid, komet, sistem bintang ganda, dll.

HUKUM GRAVITASI NEWTON

Hukum Gravitasi Newton berbunyi: “semua partikel materi di alam semesta menarik semua
partikel lain dengan gaya yang sebanding dengan produk massa dan berbanding terbalik
dengan pangkat dua dari jarak antara keduanya”. Secara matematis, hukum Gravitasi Newton
dapat ditulis menjadi:

Keterangan:
F : gaya gravitasi (dalam satuan Newton)
H : konstanta gravitasi universal (G = 6,67 x 10-11 Nm2kg-2)
m1: massa benda 1 (dalam satuan kg)
m2: massa benda 2 (dalam satuan kg)
r: jarak antara kedua benda (dalam satuan meter)

Jika hukum Gravitasi Newton digabungkan dengan hukum Newton II, maka persamaan yang
dihasilkan adalah:

Persamaan hasil penurunan yang berada di paling kanan adalah persamaan kuat medan
gravitasi atau percepatan gravitasi. Dalam fisika, percepatan gravitasi dinyatakan dengan “g”.

Keterangan:
a = g = percepatan gravitasi (dalam satuan m/s2)
M : massa benda pemberi gravitasi (dalam satuan kg)
r : jarak antara benda besar (pemberi gravitasi) dengan benda kecil (dalam satuan meter)

Energi potensial gravitasi yang dimiliki sebuah benda sebanding dengan produk massa benda
tersebut dan massa benda sumber, serta berbanding terbalik dengan jarak antara kedua benda.
Energi potensial gravitasi selalu bernilai negatif, sebab energi potensial gravitasi selalu bersifat
seolah-olah “kekurangan” energi, atau dinyatakan dengan:
Keterangan:
Ep : energi potensial (dalam satuan Joule)
N : massa benda besar (dalam satuan kg)
m: massa benda kecil (dalam satuan kg)

Potensial gravitasi yang dimiliki sebuah benda didefinisikan sebagai energi potensial gravitasi
per satuan massa:

Keterangan:
V : potensial gravitasi

MEKANIKA ORBIT SEDERHANA


Bulan mengalami gaya tarik gravitasi ke arah bumi, namun bulan tidak pernah jatuh ke
bumi. Ternyata, bulan dapat mempertahankan posisinya terhadap bumi karena ia melakukan
revolusimengelilingi bumi, sehingga gaya gravitasi akan berlaku sebagai gaya sentripetal bagi
putaran bulan.

Orbit bulan berupa elips, namun memiliki eksentrisitas mendekati nol, sehingga dapat dianggap
sebagai sebuah lingkaran. Dengan demikian, radius orbit dapat diasumsikan tetap, sehingga
dapat dinyatakan:

Vorbi
Keterangan:

: kecepatan orbit (mengelilingi benda pusat) (dalam satuan m/s)

Penggabungan rumus gerak melingkar dengan rumus kecepatan orbit menghasilkan:


Karena lingkaran adalah elips yang memiliki eksentrisitas 0, berlaku a = r, sehingga menjadi:

Uraian di atas adalah salah satu pembuktian hukum Kepler III. Newton mampu menentukan
nilai konstanta pada hukum Kepler III, yaitu GM/4π 2.

6
SOAL
1. Hukum yang menyatakan bahwa lintasan planet mengelilingi Matahari berbentuk elips
adalah . .
..
a. Hukum Kepler I
b. Hukum Kepler II
c. Hukum Kepler III
d. Hukum Copernicus I
e. Hukum Copernicus II

2. Jarak Bumi terhadap Matahari bervariasi. Posisi dimana Bumi memiliki jarak terjauh
dengan Matahari disebut . . . .

a. Perihelion
b. Aphelion
c. Subhelion
d. Parahelion
e. Selehelion

3. Berapakah percepatan gravitasi (g) pada sebuah planet dengan rapat massa yang sama
dengan rapat massa Bumi, tetapi radiusnya 2 kali radius Bumi? (percepatan gravitasi bumi
= 9,8 m/s2)
a. 4,9 m/s2
b. 9,8 m/s2
c. 14,7 m/s2
d. 19,6 m/s2
e. 24,5 m/s2

4. Sebuah bintang neutron mempunyai massa M = 4 x 1030 kg dan radius R = 10 km.


Berapakah percepatan gravitasi di permukaannya? (Konstanta gravitasi universal G = 6,67 x
10-11 Nm2kg-2)
a. 0,3 . 1015 cm/s2
b. 0,9 . 1015 cm/s2
c. 0,3 . 1014 cm/s2
d. 0,9 . 1014 cm/s2
e. 0,3 . 1013 cm/s2

5. Massa Bulan 7,35 . 1022 kg dan radiusnya R = 1740 km. Satelit yang bergerak mengitari
Bulan pada ketinggian 95 km akan mempunyai periode . . . .
a. 0,96 jam
b. 1,96 jam
c. 2,96 jam
d. 3,96 jam
e. 4,96 jam
6. Berapakah massa Bumi jika diketahui radius Bumi R = 6,37 x 10 6 m dan G = 6,67 x 10-11
Nm2kg-2?
a. 0,06 x 1024 kg
b. 0,6 x 1024 kg
c. 6 x 1024 kg
d. 60 x 1024 kg
e. 600 x 1024 kg
7. Sebuah asteroid mempunyai jarak perihelium 2,0 SA. Jika periodenya 5,2 tahun, maka jarak
apheliumnya adalah . . . .
a. 1 SA
b. 2 SA
c. 3 SA
d. 4 SA
e. 5 SA

8. Bayangkan massa Matahari bertambah menjadi 2 kali lebih besar daripada yang sekarang
dan planet-planet tetap berada pada orbitnya seperti sekarang, Bumi kita akan berputar
mengelilingi Matahari dalam waktu (dibulatkan) . . . . (1 tahun = 365,25 hari)

a. 423 hari
b. 365 hari
c. 321 hari
d. 258 hari
e. 147 hari

9. Apabila percepatan gravitasi di permukaan Bumi (di permukaan laut) adalah 980 cm/s 2,
maka percepatan gravitasi di sebuah stasiun ruang angkasa yang berada pada ketinggian
30.000 km di atas permukaan Bumi adalah . . . .
a. 198,81 cm/s2
b. 30,06 cm/s2
c. 8,18 cm/s2
d. 441,40 cm/s2
e. Jawaban di atas tidak ada yang benar

10. Berapa jauhkah sebuah planet dari Matahari jika periode orbitnya 8 tahun?
a. 1 SA
b. 2 SA
c. 3 SA
d. 4 SA
e. 5 SA
PEMBAHASAN SOAL LATIHAN PAKET 11

1. D
Pembahasn:
p = d1 → d = p1 = 0,71 = 1,429 parsec

2. B
Pembahasn:
Perhatikan gambar 3 pada paket 10. Terdapat parameter α (diameter sudut/cakupan
sudut), d(jarak antara pengamat dan objek), dan D (diameter linier/diameter sebenarnya)
α = 60 D = 3.500 km Rumus diameter sudut: tan α = Dd Agar hasilnya lebih akurat,
digunakan rumus di bawah ini untuk menghitung diameter sudut:
0,5
tan(0,5α) D 0,5D 0,5⁡ ⁡3.500⁡ 1.750⁡ = 33.392
= → d = tan⁡(0,5 = 0 =0 km
d α) tan(0,5⁡ ⁡6 ) tan(3 )

3. D
Pembahasn:

Tahap 1: cari terlebih dahulu jarak bintang


tersebut d = p1 = 0,051 = 20 parsec
Tahap 2: tentukan paralaks bintang tersebut bila diukur dari
Jupiter p = dr = 5,2d = 5,220 = 0,26 detik busur

4. A
Pembahasn:
α = 55” (detik busur) d = 45.000.000 km
0,5
tan(0,5α) D 0,5D = d . tan
= d → (0,5α)
D = 2 . d . tan(0,5α) = 2 . 45.000.000 km . tan(0,5 . 55”) = 90.000.000 km . tan(27,5”) = 11.999
km

5. D
Pembahasn:
p = 2”,6
(2,6detik
busur) r =
5,2 SA
p = dr → d = pr = 5,22,6 = 2,0 parsec

6. D
Pembahasan:

αM = αB = 30’ (menit DM = 1.400.000


busur) km DB = 3.500 km
1.400.000⁡k
tan αM = tan D
M D
B d
M DM m =
αB → = → = = 400
d d d D 3.500⁡km
M B B B

Keterangan:
αM : diameter sudut Matahari
αB : diameter sudut Bulan
DM : diameter linier Matahari
DB : diameter linier Bulan
dM : jarak Bumi – Matahari
dB : jarak Bumi – Bulan

7. D
Pembahasan:
α = 0,460 R = 1,738 . 103 km
tan(0,5α) = = → d=
0,5D R
= 3
1,738⁡ ⁡10 ⁡

0
= 432.954 km ≈ 4,33 . 105 km
d d tan(0,5 ) tan(0,5⁡ ⁡0,46 )

8. B
Pembahasan:
p = 0,76”
3600 = 2π radian 10 = 60’ = 3.600”
0,76” = (
0,76
)
0 -4 0 -4 2π -6 -6
= (2,11 . 10 ) = (2,11 . 10 . ) radian = 3,68 x 10
0
radian ≈ 3,7 x 10 radian

3.600 360

9. B
Pembahasan:
Diasumsikan bahwa bintang A dan B diamati dari tempat yang sama, yaitu Bumi.
1 1

pA = d
A pB = d
B

pA dB 0,2" dB dB
pA . d A = p B . d B → = → = → 10 = → dB = 10.dA
pB dA 0,02" dA dA

Bintang B berjarak 10 kali lebih jauh daripada bintang A. Berarti juga, bintang A berjarak 10 kali
lebih dekat daripada bintang B.

10. C
Pembahasan:
Jarak bintang pada umumnya sangat jauh dari Bumi dibandingkan planet-planet di tata surya.
Saking jauhnya, bintang yang sebenarnya berukuran lebih besar daripada planet tetap terlihat
lebih kecil daripada planet jika dilihat dari Bumi.

7
11

Anda mungkin juga menyukai