Anda di halaman 1dari 10

NAMA : REFI TAZHQIYATUL FADILAH

NIM: 31119196
KELAS: 2D (FARMASI)
MATAKULIAH : FARMAKOLOGI

JENIS PELARUT ORGANIK YANG BERSIFAT TOKSIK BAGI


MANUSIA

1. METANOL ( METHYL ALCOHOL)


 SIFAT FISIKA DAN KIMIA

A .Sifat fisika Metanol (CH3OH) :


 Massa molar 32.04 g/mol
 Berwarna bening
 Densitas 0.7918 g/cm3,
 Titik leleh –97 °C, -142.9 °F (176 K),
 Titik didih 64.7 °C, 148.4 °F (337.8 K).
 Kelarutan dalam air Fully miscible
 Keasaman (pKa) ~ 15.5
 Viskositas 0.59 mPa·s at 20 °C
 Momen dipol 1.69

B., Sifat Kimia Methanol:


 Mudah terbakar,
 Beracun
 Mudah menguap
 Tidak berwarna
 Bau yang khas (berbau lebih ringan daripada etanol)

 . DOSIS ATAU KONSENTRASI

 Konsentrasi metanol dalam plasma lebih dari 20 mg/dL ( >200 mg/L ).


 Ada histori terpapar metanol dan osmolal gap lebih dari 10 mOsm/kg
H2O.
 Asidosis metabolik berat dengan pH arteri kurang 7.3.
 Serum bikarbonat kurang dari 20 mEq/L.
 . Osmolal Gap lebih dari 10 mOsm/kg H2O.

 PAPARAN

Metanol masuk ke dalam tubuh manusia dengan berbagai cara yaitu : inhalasi,
oral, dan kulit (perkutan). Metanol bersifat toksik akut karena metanol mudah
menembus semua membran dan didistribusikan ke jaringan dan organ ( Gonda et al,
1978)
 MEKANISME/DOSIS

Metanol dimetabolisme menjadi formaldehid lalu menjadi asam format. Asam


format merupakan inti dari toksisitas metanol yang menyebabkan asidosis karena
metabolisme asam format berlangsung perlahan dan banyak berakumulasi di tubuh
sehingga melebihi kapasitas untuk mengeliminasi asam format (Amat et al, 1980).
Tingginya konsentrasi serum asam format di tubuh berhubungan langsung dengan
tingginya morbiditas dan mortalitas pada konsumen metanol (Martin et al, 1977).
Asam format dimetabolisme menjadi CO2 dan H2O karena mekanisme adanya folat
dependent. Asam format bersama dengan tetrahidrofolat membentuk 10-
formiltetrahidrofolat (Eells et al, 1981). Sedangkan oksidasi asam format tergantung
pada konsentrasi hepatic tetrahydrofolat. Proses ini dikontrol oleh asam folat sehingga
asam folat dapat digunakan untuk mengurangi toksisitas metanol (Noker et al, 1980).

 PENANGANAN/PENGOBATAN

1. Penatalaksanaan jalan napas, yaitu membebaskan jalan napas untuk menjamin


pertukaran udara.
2. Penatalaksanaan fungsi pernapasan untuk memperbaiki fungsi ventilasi dengan cara
memberikan pernapasan buatan untuk menjamin cukupnya kebutuhan oksigen dan
pengeluaran karbon dioksida.
3. Penatalaksaan sirkulasi, bertujuan mengembalikan fungsi sirkulasi darah.
4. Jika terjadi mual dan muntah dapat diberikan antiemetik (antimuntah).
5. Jika korban mengalami ketoasidosis alkohol dapat diberikan Dextrose 5% dalam
NaCl 0,9%, vitamin B1 dan vitamin lainnya serta pengganti Kalium apabila
diperlukan.
6. Jika korban menunjukkan asidosis berat atau kejang dapat diberikan Natrium
Bikarbonat dan Benzodiazepin.
7. Asidosis metabolik ditandai dengan napas cepat dan dalam (hiperventilasi). Untuk
melihat ada atau tidaknya metanol dalam miras oplosan dapat dilakukan pemeriksaan
laboratorium terhadap osmolaritas (anion gap) atau kepekatan darah dalam tubuh.
8. Dekontaminasi gastrointestinal dapat dilakukan melalui aspirasi nasogastrik apabila
ingesti terjadi dalam rentang 30 menit.
9. Jika alkohol mengenai mata korban perlu dilakukan irigasi mata yaitu secara
perlahan, bukalah kelopak mata yang terkena dan cuci dengan sejumlah air bersih
dingin atau larutan NaCl 0,9% diguyur perlahan selama 15-20 menit atau sekurangnya
1 liter untuk setiap mata. Hindarkan bekas air cucian mengenai wajah atau mata
lainnya. Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit. Jangan
menggosok mata karena dapat mengakibatkan iritasi pada kornea dan konjungtiva
(SIKer, 2001).

2. BENZENA
 SIFAT FISIK DAN SIFAT KIMIA
1. Sifat Fisik
Benzena adalah suatu zat cair tidak berwarna, mudah menguap, dan sangat
beracun. Benzena bisa diapaki sebagai pelarut, pensintesis berbagai senyawa karbon,
dan bahan dasar pembuatan senyawa karbon. Benzena tidak begitu reaktif, tapi sangat
mudah terbakar, karena kadar karbon yang terkandung sangat tinggi.
Beberapa turunan dari benzena ada yang bersifat polar maupun non polar. Senyawa
polar yaitu suatu senyawa yang terbentuk akibat adanya suatu ikatan antar elektron
pada unsur-unsurnya. Titik didih pada benzena dan turunannya dimulai dari 80-250
derjat celsius. Untuk titik lelehnya bervariasi, dengan angka tertinggi yaitu 122 derjat
celsius pada senyawa asam benzoat (-COOH).
Variasi titik didih tersebut dikarenakan oleh perngaruh dari kepolaran gugus
fungsionalnya. Begitu juga dengan titik lelehnya, dipengaruhi oleh subtitutenya.
Seperti benzena, toluena, dan etil benzena bersifat non-polar. Sedangkan anilin, benzil
alkoho, fenol, dan asam benzoat bersifat polar. Maka bisa disimpulkan asam benzoat
mempunyai titik didih tertinggi, dikarenakan sifat polarnya yang lebih, sedangkan
benzena memiliki titik didih terendah.
Senyawa turunan benzena yang sifatnya non-polar tidak akan larut dalam air,
sebaliknya, yang bersifat polar akan larut didalam air.
 Benzena merupakan senyawa yang tidak berwarna
 Benzena berwujud cair pada suhu ruang 27 derajat Celsius
 Titik didih benzena : 80,1 derajat Celsius, titik leleh benzena : 5.5 derajat
Celsius.
 Densitas 0,88
 Memiliki bau yang khas
 Mudah menguap
 Tidak larut dalam pelarut polar seperti air, tetapi larut dalam pelarut yang
kurang polar atau nonpolar, seperti eter dan tetraklorometana.
2.Sifat Kimia
Derajat keasaman adalah salah satu sifat kimia benzena dan turunannya. Fenol
dan asam benzoat termasuk asam lemah. Asam benzoat lebih kuat dibandingkan
fenol. Fenol yang mempunyai gugus fungsi -OH ternyata bersifat asam lemah, yang
berarti memberikan ion H+, sedangkan anilin yang memiliki gugus –NH2 bersifat
basa lemah, yang berarti menerima ion H+. Benzena lebih mudah mengalami reaksi
subtitusi daripada reaksi adisi.
 Bersifat kasinogenik (racun)
 Merupakan senyawa nonpolar
 Tidak begitu reaktif, tapi mudah terbakar
 Lebih mudah mengalami reaksi substitusi dari pada adisi.

 KONSENTRASI/DOSIS BENZENA
Paparan Benzena antara 50–150 ppm dapat menyebabkan sakit kepala,
kelesuan, dan perasaan mengantuk. Konsentrasi Benzena yang lebih tinggi dapat
menyebabkan efek yang lebih parah, termasuk vertigo dan kehilangan kesadaran.
Paparan sebesar 20.000 ppm selama 5 – 10 menit bersifat fatal dan paparan sebesar
7.500 ppm dapat menyebabkan keracunan jika terhirup selama 0,5 – 1 jam. Dampak
yang ringan dapat berupa euforia, sakit kepala, muntah, gaya berjalan terhuyung-
huyung, dan pingsan.
 PAPARAN
Paparan melalui saluran pernapasan , oral, dan topikal.
 MKANISME
1.KeracunaAn Uap Benzena
Tingkat rendah uap benzena di udara biasanya tidak berbahaya, tetapi tingkat
tinggi dapat menyebabkan keracunan. Menghirup uap benzena tingkat tinggi akan
menyebabkan kantuk, pusing, detak jantung cepat atau tidak teratur, sakit kepala, dan
tremor.nKasus keracunan parah uap benzena dapat menyebabkan kebingungan,
kehilangan kesadaran, dan kematian.mGejala biasanya muncul tidak lebih dari
beberapa jam setelah paparan awal dengan tingkat keparahan tergantung pada jumlah
uap benzena di udara.
2.Keracunan Akibat Menelan Benzena
Benzena yang tertelan akan menyebabkan muntah, iritasi lambung, vertigo
dan insomnia. Selain itu, gejala juga meliputi detak jantung tidak teratur, kejang, dan
pada kasus parah kematian.Muntah akan menyebabkan makanan yang terkena
benzena terhirup ke paru-paru sehingga menyebabkan batuk atau kesulitan
bernapas.Itu sebab, orang yang keracunan akibat menelan benzena tidak boleh
dirangsang untuk muntah.Cardiopulmonary resuscitation (CPR) juga tidak boleh
dilakukan karena dapat memicu muntah. Paparan benzena jangka panjang bisa
mempengaruhi darah, menyebabkan efek merugikan pada sumsum tulang, dan
penurunan sel darah merah yang menyebabkan anemia.
3.Keracunan Akibat Kontak Kulit dengan Benzena
Jika benzena kontak dengan kulit atau mata, iritasi atau cedera pada jaringan
dapat terjadi. Saat terkena kulit, segera ganti pakaian dan cuci kulit yang terpapar
dengan air dan sabun.

 PENANGANAN/PENGOBATAN
Benzena bekerja dengan mengacaukan kerja sel dalam tubuh. Sebagai contoh,
paparan benzena jangka panjang dapat menyebabkan sumsum tulang untuk tidak
memproduksi cukup sel darah merah. Benzena juga dapat merusak sistem kekebalan
tubuh dengan mengubah kadar antibodi dan menyebabkan hilangnya sel darah putih
yang dapat menyebabkan anemia, atau lebih buruk lagi, leukimia dari paparan berat
dan berkepanjangan. Beberapa wanita yang menghirup benzena dalam jumlah besar
selama berbulan-bulan memiliki siklus menstruasi yang tidak teratur dan penurunan
ukuran indung telur mereka.
1)Pertolongan pertama
 Cucilah bahan kimia yang masih kontak dengan tubuh (kulit, mata da organ
tubuh lainnya)
 Usahakan penderita keracunan tidak kedinginan.
 Jika sukar bernafas, bantu dengan pernafasan dari mulut ke mulut Segera
bawa ke rumah sakit
2)Menghirup asap beracun
 Segera bawa orang tersebut ke tempat yang bisa membuat dia menghirup
udara segar. Anda juga harus menghindar menghirup asap beracun tersebut.
   Segera cari bantuan jika Anda mencurigai keracunan karbonmonoksida.
 Jika orang yang menghirup racun tidak bernafas dan jika Anda sudah terlatih
melakukannya, mulai berikan pertolongan pernafasan.
3)Alternatif
Cari produk rumah tangga yang berlabel bebas benzena, dan sebisa mungkin
kurangi penggunaan kapur barus untuk meredam bau tak sedap di rumah. Bunga
lavender segar, selain dapat mempercantik rumah, harumnya ampuh untuk usir bau
apek dan serangga pengganggu

3. XYLENE
 SIFAT FISIKA DAN KIMIA

Xylene merupakan cairan yang tidak berwarna, bersifat mudah terbakar, mudah
menguap dan beraroma manis. Xylene dan campurannya tersusun atas tiga isomer,
meta, ortho dan para-xylene dengan komposisi meta-xylene yang paling dominan,
yakni 44-70% dari keseluruhan campuran. Namun demikian, komposisi isomer-
isomer xylene sesungguhnya tergantung pada sumbernya. Umumnya senyawa xylene
mengandung ethylbenzene, hal ini didukung kenyataan di lapangan yang
menunjukkan bahwa produk-produk xylene yang dihasilkan secara teknis ternyata
mengandung lebih kurang 40% m-xylene dan o-xylene, p-xylene serta ethylbenzene
yang masing-masing besarnya 20%. (US EPA, 2003). Selain ethylbenzene, toluene
dan fraksi aromatik C9 turut menjadi kontaminan senyawa xylene.

Frasa Risiko, Frasa Keamanan dan Tingkat Bahaya:

Peringkat NFPA (Skala 0-4)


Kesehatan 2 =Tingkat keparahan tinggi
Kebakaran 3=Sangat mudahterbakar
Reaktivitas 0=Tidakreaktif
Klasifikasi EC:
Xn=BerbahayaR
10=Mudah Menyala
R 20/21=Berbahaya bila terhirup dan bersinggungan dengan kulit
R 38=Menyebabkan iritasi pada kulit
R 41Risiko kerusakan serius pada mata
R 48/20=Berbahaya karena kerusakan serius pada kesehatan akibat pemaparan jangka
panjang melalui persinggungan dengan kulit.
S 25 =Hindari jangan sampai mengenai mata

 KONSENTRASI XYLENE
Konsentrasi xylene di bawah 200 ppm akan mengiritasi mata dan selaput lendir,
sedangkan pada konsentrasi yang tinggi xylene menimbulkan efek narkotik (AIHA,
1978; Proctor, 1988). Perkiraan LD50 secara oral pada manusia adalah 50 mg/kg
(EPA Health Advisory, 1987)
Xylene yang tertelan menyebabkan gangguan lambung dan efek racun pada hati
(Clayton and Clayton, 1981). Pajanan terhadap konsentrasi tinggi uap xylene yang
berlangsung akut dapat menyebabkan gangguan fungsi dan pembengkakan paru serta
pendarahan (Clayton and Clayton, 1981; Klaassen, 1986)

 PAPARAN PELARUT XYLENE

 Paparan jangka pendek

TerhirupIritasi, mual, muntah, sakit perut, sakit kepala, gejala mabuk,


gangguan penglihatan, mengantuk.
Kontak dengan kulitIritasi,Kontak dengan mataIritasi (mungkin
parah),Tertelangangguan pencernaan, gejala mabuk, penyumbatan paru-paru.

 Paparan jangka panjang

TerhirupKesemutan, gangguan menstruasi, efek reproduksi, kejang.Kontak


dengan kulitRuam Kontak dengan mataPandangan kabur.TertelanEfek pada
reproduksi

 MEKANISME
Setelah masuk ke dalam tubuh, xylene akan mengalami proses metabolisme di dalam
organ hati dan akan didistribusikan ke seluruh tubuh melalui sistem peredaran darah
dengan bagian terbesar umumnya menumpuk pada jaringan-jaringan yang kaya akan
lemak, seperti jaringan adipose atau otak. Xylene dieksresikan dengan sangat cepat ke
dalam urin dalam bentuk metabolit asam metil hipurat. Eksresi xylene dalam darah
individu yang mendapatkan pajanan melalui jalur inhalasi akan terjadi dalam dua
tahap dimana tahapan awalnya.
Secara umum, xylene dihasilkan sebagai hasil metabolisme asam-asam toluat (ortho,
meta, dan para) dan dieksresikan dalam urin bersamaan dengan glisin sebagai
metabolit asam metil hipurat. Dalam keadaan normal konsentrasifenol dalam urin
tidak tinggi, namun karena keberadaan xylene yang diserap melalui kulit, 80-90
persen fenol dihilangkan dan diubah bentuknya menjadi asam metil hipurat.
Penggunaan krim terbukti tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kecepatan
penyerapan xylene. Hubungan linear ditemukan antara konsentrasi xylene di atmosfer
dan hasil eksresi asam toluat. Dari 64 persen xylene yang terdeposit dalam tubuh para
sukarelawan yang dijadikan objek penelitian, 95 persen dimetabolisasi dan 5 persen
dikeluarkan tanpa mengubah bentuknya melalui paru-paru. Objek sukarelawan yang
terpajan xylene dengan konsentrasi 100, 300 dan 600 ppm, waktu tinggal uapnya
cenderung menurun pada akhir pajanan. Alanin aminotransferase meningkat,
sebaliknya serum aktivitas kolinesterase menurun pada pekerja yang terpajan xylene
dan campuran pelarut organik lainnya yang terjadi di lingkungan kerja (Clayton &
Clayton, 1994).

 PENGOBATAN / PENANGANAN
Hindari kontak dengan kulit, mata, dan pakaian. -Memadamkanapi, tidak
merokok,matikan sumber penyulut, hindari bunga api, dan sengatan listrik.

4. ALKOHOL(ETANOL)

 SIFAT FISIKA DAN KIMIA


A. Sifat Fisika
 Deskripsi : Cairan tidak berwarna dengan bau khas, rumus
molekul CH3CH2OH, berat molekul 46,1 , titik didih 79oC, titik leleh
-114oC, kelarutan; bercampur dengan air, eter, aseton, kloroform. Tekanan
uao (20oC); 5-6 kPa; titik nyala 13o ; kerapatan 0,79; pKa 15,9 pada suhu
25oC.

B.Sifat Kimia
 Mudah terbakar
 Mudah dalam bercampur dengan tali karena memiliki struktur yang mirip
dengan air (H-OH)
 Alcohol mempunyai titik didih diluar titik didih alkane karena gugus fungsi
OH sangat polar dan daya Tarik antar molekul sangat kuat
 Alcohol hetero-polar, panjang rantai alkali apat mempengaruhi polaritasnya,
rantai alkil mengurangi polaritas yang mengarah pada kelarutan.

 KONSENTRASI/DOSIS

LDLo oral-manusia 1,4 g/kg bb


Etanol pekat (95-99%) pada dosis 1 ml/kg (1 g/kg bb) menghasilkan
konsentrasu etanol di dalam darah sebesar 100-150 mg/dl (21-32 mmol/L)
yang menyebabkan keracunan ringan hingga sedang pada orang dewasa.
Konsentrasi etanol dalam darah antara 150-300 mg/dl (32,6-65,2 mmol/L)
menyebabkan munculnya gejala keracunan yang umum

 PAPARAN

 Paparan jangka pendek


Paparan etanol dalam jangka pendek dapat menyebabkan korban mengalami
gangguan emosional, gangguan koordinasi motoric (gangguan kesimbangan,
bicara kurang jelas), gangguan sensorik, (vertigo, pandangan ganda), wajah
kemerahan, detak jantung cepat, berkeringat, mual, muntah, mengantuk,
pingsan hingga koma. Pada keracunan etanol ringan hingga sedang korban
dapat mengalami gejala-gejala seperti rasa gembira yang berlebihan
berkurangnya penglihatan, bola mata bergerak tidak beraturan, hilangnya rasa
malu dan kulit kemerahan. Sedangkan pada keracunan berat korban dapat
mengalami koma, depresi sistem pernafasan, hipoglikemia dan hipotemia
 Terhirup : Batuk. Sakit kepala, rasa lelah dan mengantuk
 Kontak dengan kulit : Mengiritasi kulit menyebabkan wajah kemerahan,
kulit kering dan iritasi
 Kontak dengan mata : Mata kemerahan, rasa sakit dan terbakar pada mata
 Tertelan : Rasa terbakar pada saluran cerna, sakit kepala , rasa
bingung, hilang kesadaran
 Paparan jangka panjang
 Terhirup : Gangguan pada saluran pernafasan bagian atas
 Kontak dengan kulit : Hilangnya lapisan lemak pada kulit
 Kontak dengan mata : Tidak ditemukan informasi mengenai paparan jangka
panjang pada kontak etanol terhadap mata
 Tertelan : Terjadinya sirosis pada hati, menimbulkan luka pada
organ hati yang menyebabkan hipertensi pada vena porta hepalika, akumulasi
cairan pada rongga perut, perdarahan dari varies esophagus dan
hemmorrhoids, hiponatremia akibat retensi cairan dan perotinitis.

 MEKANISME

Alkohol masuk ke dalam tubuh akan langsung diserap dan melewati organ-orgab
tubuh melalui aliran darah, dan sisanya masuk ke saluran pencernaan, mulai dari
kerongkongan, lambung sampai ke usus untuk di alirkan ke seluruh tubuh melalui
peredaran darah. Jantung akan memompa darah bercampur alcohol ini keseluruh
bagian tubuh, sampai ke otak. Baru terakhir, hati (liver) akan membakar atau
mengahcurkan alcohol dibantu dengan enzim khusus untuk dikeluarkan melalui air
seni dan keringet. Alkohol mengganggu keseimbangan antara eksitansi dan inhibisi di
otak, ini terjadi karena penghambatan atau penekanan syaraf perangsangan. Sejak
lama di duga efek depresi alcohol pada SSP berdasarkan melarutnya lewat membrane
lipid. Efek alcohol terhdap berbagai saraf berbeda karena perbedaan distribusi fosfolid
dan kolestrol di membrane tidak seragam.

 PENANGANAN/PENGOBATAN

 Terhirup : Segera pindahkan korban dari area paparan. Bila perlu


gunakan kantong masker berkatup atau pernafasan penyelamatan. Segera
bawa ke rumah sakit terdekat

 Kontak dengan kulit : Segera tanggalkan pakaian, perhiasan, dan sepatu yang
terkontaminasi, cuci tangan dengan sabun atau detergen ringan dan air dalam
jumlah yang banyak sampai dipastikan tidak ada bahan kimia yang tertinggal
(selama 15-20 menit).

 Kontak dengan mata : Segera cuci mata dengan air yang banyak atau dengan
larutan garam normal (NaCl 0.9%) selama 15-20 menit, atau sekurangnya 1
liter untuk setiap mata dan dengan sesekali membuka kelopak mata atas dan
bawah sampai dipastikan tidak ada lagi bahan kimia yang tertinggal.

 Tertelan : Bila terjadi muntah, jaga agar kepala lebih rendah


daripada panggul untuk mencegah aspirasi. Bila korban dalam keadaan sadar
dan terjaga , miringkan kepala ke samping.

5. ETAMBUTOL
 SIFAT FISIKA DAN KIMIA
- Deskripsi : Serbuk kristal putih, higroskopis, tidak berbau atau hampir tidak berbau,
berasa pahit; beratmolekul 204,31; titik leleh 87,5oC -88,8oC; titik didih 345,3oC;
tekanan uap 1,82 x 10-6mmHg pada 25oC; konstanta disosiasi pKa2= 9,49; koefisien
partisi oktanol/air: log Kow= -0,41.Kelarutan:larut dalam kloroform, metilen klorida;
kurang larut dalam benzen; sedikit larut dalam air.
 DOSIS/ KONSENTRASI
 Dewasa
Efek samping etambutol jarang muncul pada dosis 15 mg/kg BB. Neuropati optik
hampir tidak muncul pada dosis 15 mg/kg BB dan jarang terjadi pada dosis hingga 25
mg/kg BB. Namun, pasien dapat mengalami kerusakan penglihatan yang progresif
hanya dalam waktu 3hari setelah memulai terapi etambutol dengan dosis 800 mg per
hari per oral (sekitar 15 mg/kg BB) dan pasien akan tetap mengalami kebutaan dalam
waktu lebih dari 1 tahun setelah reaksi awal. Kerusakan fungsi pemisahan warna pada
mata secara subklinik telah dilaporkan terjadi pada 54 pasien yang menerima terapi
etambutol pada dosis 15 mg/kg BB per hari sebagai bagian dari pengobatan
tuberkulosis bila dibandingkan dengan 50 pasien yang menerima terapi obat
antituberkulosis lain. Neuropati periferal telah dilaporkan terjadi pada 3 pasien
tuberkulosis yang menerima terapi etambutol pada dosis 13-50 mg/kg BB, diantara
obat yang lain.
 PAPARAN

 Paparan Jangka Pendek


1. Terhirup
Berbahaya bila terhirup. Dapat menyebabkan iritasi saluran pernapasan.
2.Kontak dengan Kulit
Berbahaya bila terserap ke dalam kulit. Dapat menyebabkan iritasi kulit.
3.Kontak dengan Mata
Dapat menyebabkan iritasi mata.
4.Tertelan
Dapat menyebabkan gejala gastrointestinal, halusinasi dan peradangan pada
saraf optik (optic neuritis). Gejalanya meliputi mual, nyeri perut, demam,
kebingungan mental (mental confusion), halusinasi penglihatan, dan neuropati
optik (retrobulbar neuritis) pada dosis di atas 10 g.

 MEKANISME

Mekanisme kerja  ethambutol bekerja dengan cara menghambat arabinosyl transferase


yang memiliki peranan penting dalam pembentukan dinding sel mycobacterium.
Arabinosyl transferase merupakan enzim yang diperlukan dalam reaksi polimerisasi
arabinoglycn pada dinding sel dari arabinogalactan dan lipoarabinomannan dan
dikode oleh operon embCAB.Terhambatnya enzim arabinosyl transferase oleh
ethambutol menyebabkan akumulasi D-arabinofuranosyl-P-decaprenol (perantara
penting dalam biosintesis dinding sel mycobacterium) yang menyebabkan terhentinya
fase growth mycobacterium.Hambatan sintesis arabinoglycan menyebabkan
terhentinya metabolisme sel, multiplikasi, dan berujung pada kematian sel.

 PENGOBATAN/PENANGANAN
-Terhirup
Pindahkan korban ke tempat berudara segar. Jika tidak bernapas, berikan bantuan
pernapasan. Segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat.
-Kontak dengan Kulit
Cuci kulit dan rambut yang terkontaminasi dengan sabun dan air mengalir yang
banyak, selamaminimal15 menit. Cuci pakaian yang terkontaminasi sebelum
digunakan kembali. Hubungi bantuan medis jika muncul gejala.
-Kontak dengan Mata
Segera cuci mata dengan air mengalir yang banyak, sekurang-kurangnya
selamaminimal15 menit dengan sesekalimembuka kelopak mata bagian atas dan
bagian bawah sampai tidak ada bahan kimia yang tertinggal. Hubungi bantuan medis.
-Tertelan
Cuci mulut dengan air. Jika korban sadar, berikan air minum. Segera bawa ke rumah
sakit atau fasilitas kesehatan terdekat.

DAFTAR PUSTAKA

 http://ik.pom.go.id/v2016/katalog/Mercuri.pdf :
 http://ik.pom.go.id/v2016/katalog/ETHAMBUTOL_edit%20Final.pdf
 Andersen, I.B., Methanol in Poisoning & Drug Overdose 6th Edition. Olson,
K.R. (Ed.). Lange. McGrawHill. New York. 2012
 2012.2.http://www.toxinz.com/Spec/Print/218435
 2013)3.http://www.inchem.org/documents/icsc/icsc/eics0057.htm
 2013)4.http://sigma-aldrich.com)
 OHS, MDL Information System, Inc., Donelson Pike, Nashville,
 1997.2.http://www.inchem.org/documents/sids/sids/BENZOATES.pdf
 2011)3.http://www.chemicalbook.com/ProductChemicalPropertiesCB38
52587_EN.htm#MSDSA
 2011)4.http://msds.chem.ox.ac.uk/BE/benzyl_alcohol.html
 2011)5.http://www.toxinz.com/
 Kent Olson –Poisoning & Drug Overdose 6th edition. Hal. 204-206.
McGraw-Hill. New York.
 20122.http://toxinz.com/Spec/2259439

Anda mungkin juga menyukai