Likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk membayar utang jangka pendek dengan
menggunakan aktiva lancar. Posisi likuiditas perusahaan sangat berpengaruh dalam
pengambilan kebijakan dividen. Semakin lancar likuiditas perusahaan, semakin besar juga
kemampuan perusahaan untuk membagikan dividen. Ketika sebuah perusahaan tidak cukup
likuid. Kas yang masuk sedikit. Dan utang jangka pendeknya harus segera dibayarkan. Dalam
kondisi seperti itu, apabila perusahaan membagikan dividen disaat keuangan tidak likuid,
resiko gagal bayar hutang akan sangat tinggi. Perusahaan akan kesulitan membayar utang dan
bahkan kesulitan dalam melakukan kegiatan operasinal seperti biasa.
Hal Ini karena kondisi keuangan yang sudah tidak bagus, ditambah lagi harus membagikan
keuntungan kepada para pemegang saham. Umumnya, apabila perusahaan dalam kondisi
seperti ini, perusahaan seharusnya memutuskan untuk tidak membagikan dividen dalam
bentuk uang tunai. Terlebih apabila perusahaan tersebut sedang tumbuh berkembang dan
membutuhkan suntikan dana untuk berinvestasi.
Ketika perusahaan menghasilkan laba dan memiliki hutang jangka panjang yang akan jatuh
dalam waktu dekat. Tentu ada banyak kemungkinan yang bisa dilakukan.
Pertama, Perusahaan bisa melunasi utang tersebut menggunakan laba yang dihasilkan. Dan
tidak membagikan dividen kepada pemegang saham. Dan jika ada sisa laba dari pelunasan
hutang, maka sisa tersebut bisa dibagikan kepada pemilik saham.
Kedua, Perusahaan bisa tetap membagikan dividen tanpa harus memikirkan hutang yang akan
segera jatuh tempo. Pelunasan hutang bisa menggunakan alternatif pendanaan lain dari luar
perusahaan. Bisa penerbitan saham baru, melunasi utang dengan hutang baru (menerbitkan
obligasi atau hipotik).
Bahkan bila memungkinkan bisa mengkonversi utang tersebut menjadi saham. Tentunya
dengan melalui proses yang panjang. Apapun yang ditempuh, laba ditahan mau dipakai untuk
membayar utang atau dibagikan dengan dividen, akan memiliki konsekuensi masing masing.
Yang jelas, apabila perusahaan memilih untuk memakai laba untuk pembayaran utang, maka
akan berpengaruh terhadap kemampuan perusahaan dalam membagikan dividen kepada
pemegang saham akan semakin kecil.
Bangun pabrik baru, beli mesin baru, beli tanah baru dan lainnya. Artinya dengan menambah
aktiva. Semakin banyak dana yang dibutuhkan untuk pengembangan usaha, untuk
meningkatkan aktiva, maka semakin kecil peluang perusahaan untuk membagikan dividen.
Begitu juga sebaliknya, semakin sedikit kebutuhan pengembangan aktiva, maka semakin
besar laba ditahan yang bisa dibayarkan dalam bentuk dividen.
Namun apabila perusahaan memutuskan untuk membagikan dividen lebih besar kepada
pemegang saham, maka sisa laba ditahan yang bisa digunakan untuk pembiayaan
pengembangan usaha akan semakin kecil.
Ketika perusahaan sudah mencapai titik jenuh, dimana pertumbuhannya sudah bisa dikatakan
berada pada titik puncak. kondisinya sudah well established, dan bahkan kebutuhannya bisa
dipenuhi oleh sumber eksternal, pada umumnya perusahaan akan membayarkan dividen
dengan rasio yang cenderung tinggi.
4. Stabilitas Laba
Perusahaan yang menghasilkan laba yang stabil disetiap periode bisa dengan mudah
memprediksi besar kecilnya laba yang akan dihasilkan diperiode yang akan datang.
Perencanaan mengenai sumber dana dan penggunaannya jauh lebih terarah. Bisa terbaca
dengan baik. Rencana pengembangan usaha, jadwal pembayaran utang, atau anggaran
pengeluaran yang lainnya bisa disusun dengan mudah.
1. Peraturan tentang laba bersih. Dividen yang bisa dibayarkan berasal dari laba
bersih periode berjalan atau periode tahun sebelumnya.
2. Peraturan larangan pengurangan modal. Aturan ini bertujuan untuk melindungi
kreditur (pemberi kredit pinjaman perusahaan) yang melarang adanya pembayaran
dividen dengan mengurangi modal. Maksudnya membayarkan dividen dengan modal
adalah membagi modal perusahaan. Bukan membagikan laba bersih perusahaan.
3. Peraturan kepailitan. Aturan ini melarang perusahaan untuk membayarkan dividen
ketika perusahaan dinyatakan pailit oleh pengadilan. Membagikan dividen ketika
perusahaan dinyatakan pailit berarti membagikan aset perusahaan kepada pemegang
saham. Yang pada kenyataanya adalah milik atau hak dari kreditur pemberi pinjaman
perusahaan.
6. Pengendalian Perusahaan
Terdapat beberapa perusahaan yang memiliki kebijakan yang hanya menggunakan dana yang
berasal dari pendanaan internal saja untuk membiayai aktivitas, investasi atau pengembangan
usaha perusahaan. Sumber dana hanya berasal dari LABA DITAHAN.
Pemegang saham tidak mendapatkan pembayaran dividen. Dan sebagian dari mereka senang.
Karena struktur modal perusahaan tidak berubah. Pemegang saham yang senang adalah
pemegang saham mayoritas yang memiliki kendali penuh atas perusahaan. Memiliki suara
terbanyak yang tidak ingin kehilangan kendali atas perusahaannya.
Maka akan opsi perusahaan mendapatkan dana berasal dari eksternal perushaan. Berhutang
(menerbitkan obligasi atau hipotik) atau menerbitkan saham baru. Apabila perusahaan
mengambil opsi menerbitkan saham baru. Maka jumlah saham yang beredar akan semakin
bertambah.
Struktur modal perusahaan akan berubah. Dan yang ditakuti oleh pemegang saham mayoritas
adalah adanya kemungkinan pemegang saham mayoritas tidak lagi menjadi mayoritas. Tidak
lagi memiliki suara yang dominan dalam perusahaan karena adanya kepemilikan saham baru
oleh orang lain.
Persentase jumlah saham mereka akan berkurang dan ada kesempatan pemegang saham lain
yang membeli saham baru tersebut menjadi pemegang saham mayoritas. Memiliki suara
mayoritas. Dan memegang kendali atas perusahaan. Apabila manajemen perusahaan
memperhatikan pengendalian. Manajemen mungkin akan enggan untuk menerbitkan saham
baru dan akan menahan laba ditahan lebih banyak.
Namun apabila pemegang saham menginginkan adanya pembagian dividen, dan terlebih
adanya tekanan dari beberapa pemegang saham yang menginginkan adalah peralihan
kekuasaan perusahaan, maka dividen yang dibagikan akan bertambah naik.
Pembatasan-pembatasan perjanjian utang ini biasanya disusun oleh kreditur perusahaan yang
telah disetujui oleh perusahaan. Pembatasan ini disusun oleh kreditur agar perusahaan tetap
mampu melunasi utang dan bunganya. Perjanjian utang, khususnya utang jangka panjang
sering membatasi atau bahkan melarang perusahaan untuk membagikan dividen tunai kepada
pemegang saham.
Dividen tidak bisa dibayarkan jika modal bersih perusahaan berada dibawah jumlah
atau titik yang sudah ditentukan.
Perusahaan hanya bisa membayar dividen dimasa mendatang dari laba yang diperoleh
setelah perjanjian utang telah ditandatangani. Jadi dividen tidak boleh dibayar dari
laba ditahan perusahaan pada tahun-tahun sebelumnya
Sebagai tambahan, umumnya kontrak utang juga sering berisi larangan pembagian dividen
jika rasio kemampuan pembayaran bunga, rasio lancar dan rasio-rasio yang lain melewati
batas-batas minimal yang telah ditetapkan.
Perusahaan yang memiliki kemampuan yang tinggi dalam memperoleh dana pinjaman,
umumnya memiliki kemampuan membayar dividen yang tinggi. Apabila perusahaan
memutuskan untuk memenuhi segala pendanaan melalui utang, maka besar kecilnya dividen
kas yang dibayarkan kepada pemegang saham tidak akan mempengaruhi tingkat llikuiditas
perusahaan.