Anda di halaman 1dari 36

MATERIALITAS dan RISIKO AUDIT

MATERIALITAS dan RISIKO AUDIT


Kasus : Kau bilang telah melakukan pekerjaan dengan baik, tetapi
ternyata perusahaannya bangkrut !

 “Kami melaksanakan audit berdasarkan standar profesional


akuntan publik. Standar tersebut mengharuskan kami
merencanakan dan melaksanakan audit agar kami memperoleh
keyakinan yang memadai bahwa laporan keuangan bebas dari
salah saji material” (Paragrap scope)
 “Memperoleh keyakinan yang memadai” artinya:
 memberikan informasi kepada para pengguna laporan, bahwa
auditor tidak dapat memberikan garansi atau memastikan
kewajaran dari penyajian laporan keuangan
 Terdapat sejumlah risiko bahwa laporan keuangan tidak
disajikan dengan wajar bahkan jika pendapat auditor yang
diterbitkan adalah unqualified
MATERIALITAS
 Definisi:
o Besarnya informasi akuntansi yang apabila terjadi
penghilangan atau salah saji, dilihat dari
keadaan/lingkungan yang melingkupinya, mungkin dapat
mengubah atau memengaruhi pertimbangan orang yang
meletakkan kepercayaan atas informasi tsb. karena
penghilangan atau salah saji tersebut
 Frasa “Menyajikan secara wajar dalam semua hal yang
material, sesuai dengan PABU di Indonesia” (Bebas dari salah
saji material) artinya:
o Memberikan informasi kepada para pengguna laporan
bahwa tanggungjawab auditor terbatas pada informasi
keuangan yang material
o Menunjukkan keyakinan auditor bahwa laporan keuangan
secara keseluruhan tidak mengandung salah saji material
MATERIALITAS (lanjutan)

 Laporan keuangan mengandung salah saji


material apabila:
Laporan keuangan tsb. mengandung salah saji
yang dampaknya secara individual atau
keseluruhan cukup signifikan, sehingga
mengakibatkan laporan keuangan tsb. tidak
disajikan secara wajar dalam semua hal yang
material sesuai PABU di Indonesia
 Materialitas memengaruhi proses audit mulai dari:
– Perencanaan
– Pengumpulan bukti
– Evaluasi temuan
 Salah saji merupakan akibat dari: kekeliruan atau
kecurangan
 Kekeliruan (Error):
o Salah saji atau penghilangan yang “Tidak Disengaja”
jumlah/pengungkapan dalam laporan keuangan
 Kekeliruan mencakup :
o Salah dalam pengumpulan/pengolahan data yang
menjadi sumber penyusunan laporan keuangan
o Estimasi akuntansi yang tidak masuk akal yang timbul
dari kecerobohan atau salah tafsir fakta
o Kekeliruan dalam penerapan prinsip akuntansi yang
berkaitan dengan jumlah, klasifikasi, cara penyajian
atau pengungkapan
 Kecurangan, lebih luas dari segi hukum, namun auditor
berkepentingan dengan tindakan curang yang
menyebabkan salah saji material dalam laporan keuangan
 Dua tipe salah saji (SA Seksi 316, PSA No.32 dan PSA No.70
“Pertimbangan atas Kecurangan dalam Audit Laporan
Keungan) :
o Salah saji yang timbul dari kecurangan dalam
pelaporan keuangan
o Salah saji yang timbul dari perlakuan tidak semestinya
terhadap aktiva
 Faktor utama yang membedakan “kecurangan” (Fraud)
dengan “kekeliruan” (Error):
 Tindakan apa yang mendasarinya, yang mengakibatkan
salah saji dalam laporan keuangan, apakah tindakan yang
“disengaja” atau “tidak disengaja”
 Auditor tidak membedakan kekeliruan dan kecurangan,
tanggungjawab auditor adalah memeroleh keyakinan
memadai bahwa laporan keuangan bebas salah saji material
(perbedaan diungkapkan dalam hal tanggapan auditor
terhadap salah saji yang terdeteksi)
MENETAPKAN PERTIMBANGAN AWAL TENTANG
MATERIALITAS

• Dasarnya SAS 47 (AU 312)  Pertimbangan awal tentang tingkat


materialitas (preliminary judgment about materiality)
Nilai kesalahan penyajian gabungan dalam laporan keuangan
yang menurut auditor material (ditetapkan pada awal
penugasan audit)
• Berbagai faktor yang mempengaruhi pertimbangan
– Materialitas lebih merupakan konsep yang relatif bukannya
absolut
– Sejumlah dasar pertimbangan diperlukan untuk mengevaluasi
tingkat materialitas
– Faktor kualitatif pun mempengaruhi tingkat materialitas
• Pertimbangan salah saji material :
 Apakah berdampak individual atau gabungan 
auditor harus memertimbangkan sifat dan jumlah
pos dalam laporan keuangan yang diaudit
 Merupakan pertimbangan professional, dan
dipengaruhi persepsi auditor atas kebutuhan orang
yang memiliki pengetahuan memadai dan yang
meletakkan kepercayaan terhadap laporan
keuangan
 Dihubungkan dengan keadaan sekitarnya dan
mencakup pertimbangan  kualitatif maupun
kuantitatif
MENGALOKASIKAN PERTIMBANGAN AWAL MATERIALITAS
PADA TINGKAT SEGMEN

• Dilakukan selama tahap perencanaan


• Wajib dilakukan, karena bukti audit dikumpulkan berdasarkan
segmen bukan berdasarkan laporan keuangan secara keseluruhan
• Mayoritas praktisi mengalokasikan materialitas pada tingkat akun
neraca (segmen) dibanding akun laporan laba rugi
• Tingkat materialitas pada saldo akun merupakan salah saji yang masih
dapat ditolerir (tolerable misstatement/SAS 39 (AU 350)
• Tiga kesulitan dalam mengalokasikan tingkat materialitas pada akun
neraca (segmen) :
1. Auditor memiliki ekspektasi bahwa sejumlah akun tertentu
mengandung lebih banyak salah saji dibandingkan akun lain
2. Baik salah saji lebih (overstatement) upun salah saji kurang
(understatement) harus tetap dipertimbangkan
3. Biaya audit memengaruhi pengalokasian ini
MENGESTIMASI NILAI SALAH SAJI dan MEMBANDINGKANNYA
DENGAN NILAI PERTIMBANGAN AWAL

– Dua tahap pertama yaitu penerapan materialitas dalam


suatu perencanaan
– Salah satu cara menghitung estimasi salah saji yaitu
membuat proyeksi langsung dari sampel yang ada pada
populasi, serta menambahkan estimasi atas sampling error
– Perhitungan Proyeksi Langsung atas Estimasi Salah Saji
(Direct Projection Estimate of Misstatement) :
Nilai salah saji bersih yang
Terkandung dalam Sampel Total Nilai Populasi Proyeksi langsung
------------------------------------------ X yang tercatat = atas estimasi salah saji
Total Sampel
RISIKO AUDIT dan MATERIALITAS

 PSA No.25 :
o Pedoman bagi auditor dalam memertimbangkan
risiko dan materialitas pada saat perencanaan dan
pelaksanaan audit atas laporan keuangan
 Perlu dipertimbangkan dalam:
a. Merencanakan audit dan merancang prosedur
audit (untuk memeroleh bukti audit kompeten
yang cukup)
b. Mengevaluasi apakah laporan keuangan secara
keseluruhan disajikan secara wajar dalam semua
hal yang material, sesuai PABU di Indonesia
RISIKO AUDIT
• Risiko audit adalah
– risiko yang timbul karena auditor tanpa disadari
tidak memodifikasi pendapatnya sebagaimana
mestinya atas laporan keuangan yang
mengandung salah saji material
– risiko bahwa auditor gagal memodifikasi opininya
atas laporan keuangan yang mengandung salah
saji material
• Dalam hal ini terdapat probabilitas auditor dalam
memberikan pendapat yang tidak tepat mengenai
laporan keuangan yang diaudit, dimana laporan
berisi kesalahan material yang gagal ditemukan
auditor
Risiko audit diakui melalui pernyataan
tentang tanggungjawab dan fungsi auditor
independen, sbb. : “Berdasarkan sifat bukti
audit dan karakteristik dari kecurangan,
auditor memeroleh keyakinan memadai -
bukan mutlak- bahwa salah saji material
terdeteksi”

• Risiko audit dapat ditentukan dalam ukuran


kuantitatif dan kualitatif
JENIS RISIKO AUDIT
Tiga jenis risiko audit:
1. Risiko Pengendalian/RP (Control Risk/CR)
2. Risiko Bawaan/RB (Inherent Risk/IR)
3. Risiko Deteksi/RD (Detection Risk/DR)

• Risiko pada tingkat saldo akun atau golongan transaksi:


1. Risiko Pengendalian dan Risiko Bawaan (Inherent Risk dan
Control Risk)  saldo akun atau golongan transaksi
mengandung salah saji (kekeliruan atau kecurangan) yang
menjadi material terhadap laporan keuangan apabila
digabungkan dengan salah saji pada saldo akun atau
golongan transaksi lainnya
2. Risiko Deteksi (Detection Risk)  auditor tidak akan
mendeteksi salah saji tersebut
1. RISIKO PENGENDALIAN (Control Risk)

• Adalah risiko bahwa salah saji material dalam suatu asersi tidak
dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh
pengendalian internal
• Merupakan fungsi efektivitas rancangan dan operasi
pengendalin internal untuk mencapai tujuan klien dalam
menyusun laporan keuangan
• Risiko pengendalian ada karena keterbatasan bawaan dalam
pengendalian internal
• Merupakan ukuran yang digunakan auditor untuk menilai
kemungkinan terdapat salah saji material yang melebihi nilai
salah saji yang dapat ditoleransi atas segmen tertentu, dan tidak
terdeteksi oleh pengendalian internal
RISIKO PENGENDALIAN (Control Risk) ) (lanjutan)

• Risiko pengendalian menunjukkan:


– Penilaian tentang apakah pengendalian internal
klien efektif dalam mencegah atau mendeteksi
terjadinya salah saji
– Kehendak auditor membuat penilaian dibawah
nilai maksimum (100%) sebagai bagian dari
rencana audit yang dibuatnya
– Semakin efektif pengendalian internal maka
semakin rendah risiko pengendalian
• Hubungan antara risiko pengendalian dan risiko
deteksi  saling berlawanan
• Auditor dapat mengurangi risiko pengendalian
dengan melakukan pengujian terhadap pengendalian
internal klien
2. RISIKO BAWAAN (Inherent Risk/IR)

Adalah kerentanan suatu saldo akun atau golongan


transaksi terhadap salah saji material (asumsi: tidak
terdapat pengendalian yang terkait)

 Faktor yang memengaruhi Risiko Bawaan:


– Besarnya saldo akun atau golongan transaksi tertentu
dibandingkan dengan yang lain
– Faktor eksternal (perkembangan teknologi)
– Faktor yang berhubungan dengan beberapa atau seluruh
saldo akun atau golongan transaksi yang memengaruhi risiko
bawaan (lihat SA Seksi 316, PSA No.32 dan PSA No. 70
“Pertimbangan atas Kecurangan dalam Audit Laporan
Keuangan”, paragraf 10)
2. RISIKO BAWAAN (Inherent Risk/IR) (lanjutan)

• Risiko Bawaan (Inherent Risk/IR) dan Risiko


Pengendalian (Control Risk/CR)  harus ada, terlepas
dilakukan/tidak audit atas laporan keuangan
• Risiko Bawaan  merupakan ukuran yang digunakan
auditor dalam menilai salah saji material (kekeliruan
dan kecurangan) dalam suatu segmen sebelum
mempertimbangkan keefektifan pengendalian internal
• Asumsi: tidak ada pengendalian internal (karena
pengendalian internal digunakan untuk
mempertimbangkan resiko pengendalian), sehingga
rentan kesalahan saji dalam laporan keuangan, maka
tingkat resiko inheren tinggi
2. RISIKO BAWAAN (Inherent Risk/IR) (lanjutan)

• Pertimbangan risiko bawaan: terdapat


kerugian/kesalahan (sebelum reliabilitas pengendalian
internal dipertimbangkan) bahwa menjalankan bisnis
adalah berisiko (apalagi bisnis secara internasional)
– Perusahaan yang dalam industrinya sedang
menurun, maka IR tinggi
– Perusahaan yang volumenya besar dalam transaksi
kas, maka IR tinggi
– Auditor tidak dapat mengurangi risiko ini
FAKTOR PENILAI RISIKO INHEREN

• Faktor yang memengaruhi risiko inheren:


– Sifat bisnis klien
– Temuan audit yang diperoleh dari audit sebelumnya
– Penugasan awal vs penugasan ulang
– Pihak terkait
– Berbagai transaksi non rutin
– Pertimbangan yang diperlukan untuk mengoreksi
pencatatan berbagai saldo dan transaksi akun
– Penyusun populasi
• Informasi untuk menilai risiko inheren:
– Informasi industri dan bisnis klien
– Kunjungan kepada pabrik dan kantor klien
– Identifikasi atas para pihak terkait
3. RISIKO DETEKSI (Detection Risk)

Adalah risiko bahwa auditor tidak dapat mendeteksi salah saji


material dalam suatu asersi
 Merupakan fungsi dari efektifitas prosedur audit yang
diterapkan auditor
 Timbul karena adanya ketidakpastian pada saat auditor
tidak memeriksa 100% saldo akun atau golongan transaksi,
dan karena ketidakpastian lain, walaupun saldo akun atau
golongan transaksi tersebut telah diperiksa 100%
 Berhubungan dengan prosedur audit, dan dapat diubah
oleh keputusan auditor
 Mempunyai hubungan terbalik dengan risiko bawaan dan
risiko pengendalian
 Semakin kecil risiko bawaan dan risiko pengendalian,
semakin besar risiko deteksi yang dapat diterima, dan
sebailknya
PLANNED DETECTION RISK

• Tergantung pada ketiga risiko lainnya yang terdapat


dalam model
• Risiko deteksi terencana hanya berubah jika auditor
melakukan perubahan pada salah satu dari ketiga
risiko
• Ketika prosedur audit gagal mendeteksi
kerugian/kesalahan  merupakan faktor risiko yang
dapat dikendalikan auditor
HUBUNGAN RISIKO INHEREN, RISIKO DETEKSI
dan BUKTI AUDIT

• Risiko inheren berlawanan dengan risiko


deteksi, tapi mempunyai hubungan searah
dengan bukti audit
• Semakin banyak bukti audit yang diperlukan
pada risiko inheren yang tinggi, maka
diperlukan staff audit yang berpengalaman
RISIKO AUDIT
 Adalah ukuran kesediaan auditor untuk menerima kenyataan bahwa laporan
keuangan mungkin masih mengandung salah saji material setelah audit
selesai dan laporan audit unqualified telah diterbitkan
• Risiko deteksi tergantung:
 Tingkat yang diinginkan untuk membatasi risiko audit suatu saldo atau
golongan transaksi
 Penetapan auditor terhadap risiko bawaan dan risiko pengendalian
 Jika penetapan terhadap risiko bawaan dan risiko pengendalian
menurun, maka risiko deteksi meningkat
• Ketika risiko audit rendah, artinya auditor berharap memperoleh tingkat
keyakinan yang tinggi bahwa laporan keuangan tidak mengandung salah saji
yang material
• Risiko = 0% (yakin sekali) adalah audit assurance dibagi dengan overall
assurance hasilnya sama dengan 1, jika dikurangi risiko audit dan Risiko =
100% (benar-benar tidak yakin)
• Hubungan risiko audit dengan risiko deteksi adalah searah
• Hubungan risiko audit dengan bukti audit adalah berlawanan
MENILAI RISIKO AUDIT
 Lebih baik dilakukan selama fase perencanaan audit

• Pengaruh risiko perikatan pada risiko audit


– Risiko Perikatan (engagement risk)
 Risiko yang diderita auditor atau KAP akibat hubungan dengan klien,
walaupun laporan audit yang dibuat telah dibuat dengan benar
• Faktor yang memengaruhi risiko audit:
– Ketergantungan pengguna eksternal pada laporan keuangan
• Ukuran usaha klien
• Distribusi kepemilikan
• Sifat dan nilai kewajiban
– Kemungkinan klien mengalami kesulitan keuangan setelah penerbitan
laporan audit
• Posisi likuiditas
• Laba (rugi) pada tahun sebelumnya
• Metode pembiayaan pertumbuhan
• Sifat operasi klien
• Kompetensi manajemen
– Evaluasi auditor atas integritas manajemen
• Jika nilai risiko audit rendah, maka:
– Klien berisiko dalam hal auditor
membutuhkan lebih banyak bukti audit
yang ekstensif
– Penugasan personil yang lebih
berpengalaman
– Review yang lebih ekstensif pada kertas
kerja audit
MENILAI RISIKO KECURANGAN

• Kondisi yang harus diperhatikan saat salah saji material karena


kecurangan (fraud):
– Insentif/tekanan
– Kesempatan
– Perilaku/rasionalisasi
• Langkah untuk merespon risiko kecurangan:
– Merancang dan melakukan prosedur audit yang mengarah
kepada risiko kecurangan yang dapat diidentifikasi
– Mengubah keseluruhan perilaku dari audit untuk merespon
risiko kecurangan yang dapat diidentifikasi
– Melakukan prosedur yang mengarahkan risiko bahwa
manajemen menguasai kontrol
HUBUNGAN RISIKO DENGAN BUKTI AUDIT DAN FAKTOR YANG
MEMENGARUHI RISIKO

 Dua cara auditor merespon risiko:


- Mencari staf yang lebih berpengalaman
- Perjanjian ditelaah kembali lebih teliti dari biasanya
• Risiko audit pada tingkat segmen:
– Risiko pengendalian dan risiko inheren ditentukan pada setiap siklus,
akun dan tujuan audit
– Risiko pengendalian menjadi berbeda untuk akun yang berbeda,
tergantung pada tingkat efektifitas pengendalian internal
– Faktor yang memengaruhi risiko inheren (tingkat kerentanan terhadap
penyalahgunaan dan tingkat rutinitas transaksi) berbeda dari satu akun
ke akun lainnya
– Risiko audit umumnya ditetapkan auditor selama fase perencanaan dan
ditetapkan pada tingkat yang sama bagi setiap siklus dan akun utama
– Tingkat risiko pengendalian dan tingkat resiko inheren sangat bervariasi
antar siklus, akun atau tujuan audit
HUBUNGAN RISIKO DENGAN BUKTI AUDIT DAN FAKTOR YANG
MEMENGARUHI RISIKO (lanjutan)

• Batasan Pengukuran
– Rendah, Sedang dan Tinggi
– Cukup sulit mengukur jumlah bukti audit yang diperlukan
bagi suatu risiko deteksi

• Hubungan antara Risiko, Materialitas dan Bukti Audit


– Risiko merupakan suatu pengukuran atas ketidakpastian
– Materialitas merupakan suatu pengukuran atas
ukuran/besaran
– Konsep materialitas dan risiko dalam auditing  keduanya
mengukur tingkat ketidakpastian suatu nilai pada suatu
besaran tertentu
MODEL RISIKO AUDIT
(Audit Risk Model)

RA = RB x RP x RD

Faktor risiko audit yang harus


ditetapkan rendah:
•Pengguna laporan
•Kemungkinan timbul masalah
keuangan
•Integritas manajemen
MENGEVALUASI HASIL AUDIT

• Berdasarkan SAS 47, model risiko audit untuk mengevaluasi hasil


audit adalah: AcAR = IR x CR x AcDR
– AcAR (Achieved Audit Risk/Risiko Audit yang Tercapai)
– IR (Inheren Risk/Risiko Inheren )
– CR (Control Risk/Risiko Pengendalian)
– AcDR (Achieved Detection Risk/Risiko Deteksi yang Tercapai)
• Cara mengurangi tingkat risiko audit yang tercapai hingga
mencapai tingkat risiko yang dapat diterima:
– Mengurangi tingkat risiko inheren, risiko pengendalian dan
risiko deteksi yang tercapai dengan meningkatkan uji
substantif
• Merevisi risiko dan bukti audit
– Dilakukan jika penilaian awal atas risiko pengendalian atau
risiko inheren telah ditetapkan terlalu rendah atau risiko audit
telah ditetapkan terlalu tinggi
Example: inventory with
IR=40%, CR=60%, AR=5%
(fixed  tingkat confidensi 95%)
.05 = .4 * .6 * DR
... then DR=21%
Relationship between DR and substantive
procedures
RELATIONSHIP BETWEEN TEST of CONTROL and
SUBSTANTIVE TEST

• Hasil angka DR menentukan luasnya uji pengendalian


dan teknik audit
• Internal control yang baik artinya CR rendah,
sehingga tes substantif tidak perlu luas
• What happens if internal controls are more reliable
than last audit?
– Last year: .05 = .4 * .6 * DR [DR = .21]
– This year: .05 = .4 * .4 * DR [DR = .31]
• The more reliable the internal controls, the lower the
CR probability; thus the higher the DR will be, and
fewer substantive tests are necessary
MODEL RISIKO AUDIT UNTUK PERENCANAAN
– Digunakan auditor untuk mempertimbangkan risiko yang
ada dalam merencanakan bukti audit yang dikumpulkan
pada setiap siklusnya
– SAS 39 (AU 350)  sampling audit
– SAS 47 (AU 312)  materialitas dan resiko
AAR
PDR= ---------
IR X CR
dimana :
PDR = Planned Detection Risk (Resiko Deteksi yang
Direncanakan)
AAR = Acceptable Audit Risk (Resiko Akseptibilitas Audit)
IR = Inherent Risk (Resiko Inheren)
CR = Control Risk (Resiko Pengendalian)
HUBUNGAN ANTARA MATERIALITAS, RISIKO AUDIT DAN BUKTI
AUDIT

1. Jika auditor mempertahankan risiko audit konstan dan tingkat


materialitas dikurangi, maka auditor harus menambah bukti
audit
2. Jika auditor mempertahankan tingkat materialitas konstan dan
mengurangi bukti audit, maka risiko audit menjadi meningkat
3. Jika auditor ingin mengurangi risiko audit, dapat menempuh
salah satu dari 3 cara berikut:
a. Menambah tingkat materialitas, dan mempertahankan
jumlah bukti audit yang dikumpulkan
b. Menambah jumlah bukti audit yang dikumpulkan, dan
tingkat materialitas tetap dipertahankan
c. Menambah sedikit bukti audit yang dikumpulkan dan tingkat
materialitas secara bersama-sama

Anda mungkin juga menyukai