Karakteristik Fisika
Minyak kelapa sawit (CPO) merupakan trigliserida yang terdiri dari berbagai
asam lemak, salah satunya yaitu palmitat. Asam lemak tak jenuh merupakan penyusun
minyak kelapa sawit sehingga berwujud cair pada suhu ruang. Sifat fisika minyak
kelapa sawit lainnya yaitu:
Tabel 1. Sifat Fisika dari CPO
Sifat Minyak Kelapa Sawit (CPO)
Bobot jenis pada suhu kamar 0,9
Indeks bias 40oC 1,4565 – 1,4585
Bilangan iod 48 – 56
Bilangan penyabunan 196 – 205
Titik leleh 25oC – 50oC
Warna Kuning, kuning kecoklatan
Bau Khas minyak sawit
Tingkat kejernihan Jernih
Sumber : Krischenbauer (1960)
Minyak kelapa sawit bersifat semi solid. Hal ini dikarenakan minyak kelapa
sawit memiliki titik leleh yang cukup tinggi yaitu 25oC- 50oC. Nilai densitas minyak
kelapa sawit berkisar antara 0.909 – 0.917 g/mL pada suhu ruang. Suhu dapat
mempengaruhi nilai densitas minyak kelapa sawit, dimana semakin tinggi suhu maka
nilai densitas minyak menurun (Wulandari et al., 2011). Indeks bias minyak kelapa
sawit pada suhu 40 oC sebesar 1.4565 – 1.4585.
Minyak kelapa sawit mengandung zat warna alamiah yang ikut terekstraksi
bersama minyak pada proses ekstraksi. Zat warna tersebut terdiri dari α-karoten, β-
karoten, xanthopil, klorofil dan antosianin sehingga menimbulkan warna kuning, kuning
kecoklatan, kehijau-hijauan dan kemerah-merahan pada minyak. Pigmen warna kuning
(karotenoid) bersifat tidak stabil pada asam dan suhu tinggi. Karotenoid merupakan
senyawa hidrokarbon tak jenuh dan dapat terhidrolisis sehingga warna kuning
berkurang (Pasaribu, 2004). Berat jenis minyak kelapa sawit sebesar 0.9 serta tidak larut
dalam air tetapi larut dalam pelarut nonpolar seperti dietil eter, benzena, kloroform dan
heksana.
Karakteristik Kimia
Minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil) mengandung hampir sejumlah asam
lemak jenuh (palmitat 44% dan stearat 4%) dan asam lemak tak jenuh (asam oleat 39%
dan asam linoleat 11%) (Gunstone et al., 2007). Minyak sawit juga terdiri dari > 90%
trigliserida, 2-7% digliserida, <1% monogliserida dan 3-4% asam lemak bebas dan
sekitar 1% dari komponen kecil yang meliputi karotenoid, vitamin E (tokoferol dan
tokotrienol), sterol, fosfolipid, glikolipid , dan terpena serta alifatik hidrokarbon yang
berkontribusi terhadap stabilitas dan sifat gizi minyak kelapa sawit (Goh et al., 1985).
Minyak kelapa sawit mempunyai karakteristik yang khas dibandingkan dengan minyak
nabati lainnya seperti minyak kacang kedelai, minyak biji kapas, minyak jagung dan
minyak biji bunga matahari dimana dengan kandungan asam lemak tidak jenuh yang
tinggi (50,2 %), minyak kelapa sawit sangat cocok digunakan sebagai medium
penggoreng.
Standar Mutu
SNI 01-2901-2006
No Karakteristik Satuan Persyaratan
1 Kadar asam lemak bebas (%) fraksi masa < 0,5
2 Kadar air dan kotoran (%) fraksi masa < 0,5
3 Warna - Jingga kemerah-
merahan
4 Bilangan Yodium g yodium/100g 50 - 55
Proses Produksi
Pengolahan kelapa sawit di pabrik bertujuan untuk memperoleh minyak sawit
yang berkualitas baik. Proses tersebut berlangsung cukup panjang dan memerlukan
kontrol yang cermat, dimulai dari pengangkutan tandan buah segar (TBS) atau
brondolan dari tempat pengumpulan hasil (TPH) ke pabrik sampai dihasilkan minyak
sawit dan hasil sampingnnya. Pada dasarnya ada dua macam hasil olahan utama TBS di
pabrik, yaitu minyak sawit yang merupakan hasil pengolahan daging buah dan minyak
inti sawit yang dihasilkan dari ekstraksi inti sawit. Secara ringkas tahap-tahap proses
pengolahan TBS sampai dihasilkan minyak diuraikan sebagai berikut :
TBS yang baru dipanen harus segera diangkut ke pabrik karena harus segera
diolah dan tidak boleh melebihi delapan jam setelah panen. Buah yang tidak segera
diolah akan mengalami kerusakan. Pemilihan alat angkut yang tepat dapat membantu
mengatasi kerusakan buah selama pengangkutan. Jadwal kedatangan alat angkut ke
lokasi panen dan pabrik harus diatur sedemikian rupa agar sesampainya dikebun, tandan
yang harus diangkut sudah tersedia. Alat angkut yang dapat digunakan dari perkebunan
ke pabrik, di antaranya lori, traktor gandengan atau truk.
Stasiun Penerimaan TBS (Tandan Buah Segar)
Stasiun penerimaan TBS (Tandan Buah Segar) terdiri atas 2
yakni (Susanti dan Rahmadani, 2015) :
2) Buah yang telah ditimbang kemudian masuk ke stasiun sortasi (flat from),yang
bertujuan untuk melakukan proses sortasi dan grading terhadap bahan baku
yang tersedia setiap harinya, serta sebagai evaluasi proses pemanenan yang
ada pada kebun. Dimana luas areal lokasi sortasi ini 50 cm x 30 cm, setelah
dilakukan sortasi maka selanjutnya buah akan dimasukan ke dalam loading
ramp.
Stasiun Loading Ramp
Buah yang telah selesai ditimbang, dibawa ke loading ramp dan dituang ke tiap-
tiap bays dari loading ramp, kemudian diisikan kedalam lori-lori yang berkapasitas ± 20
ton TBS dengan cara membuka pintu bays yang diatur dengan sistem pintu hydraulic
menggunakan elektromotor yang berfungsi untuk membagi ke dalam lori (tempat buah).
Fungsi loading ramp adalah:
1. Tempat menampung TBS dari kebun sebelum diproses.
2. Mempermudah pemasukan TBS kedalam lori.
3. Mengurangi kadar kotoran dan untuk memisahkan kotor-kotoran seperti pasir dan
kerikilan sampah yang terikut.
Lori merupakan alat yang berfungsi sebagai penampung buah yang jatuh dari loading
ramp dan wadah untuk merebus TBS.
2. Deaerasi
Inlet steam dibuka dan kran kondensat dibuka untuk membuang udara-udara
yang ada didalam rebusan selama 3 – 5 menit.
3. Puncak 1
Kran kondensat ditutup, inlet steam dibuka sampai mencapai tekanan 1,5
kg/cm2. Setelah tekanan tercapai, kran inlet steam ditutup dan kran kondensat
dibuka hingga tekanan mencapai 0 kg/cm2.
4. Puncak 2
Kran kondensat ditutup dan kran inlet steam dibuka hingga mencapai tekanan
2,0 kg/cm2. Setelah mencapai tekanan 2,0 kg/cm2 kran inlet steam ditutup dan
kran kondensat dibuka hingga mencapai tekanan 0,5 kg/cm2.
5. Puncak 3
Kran kondensat ditutup dan kran inlet steam dibuka hingga mencapai tekanan
2,8 – 3,0 kg/cm2. Setelah mencapai tekanan tersebut,semua kran ditutup dan
ditahan selama 45 menit, kemudian kran exhaust dibuka dan setelah mencapai
tekanan 1,0 kg/cm2, kran kondensat dibuka hingga mencapai tekanan 0 kg/cm2.
6. Pengeluaran lori
Pintu rebusan dibuka dan lori-lori dikeluarkan dengan menggunakan bantuan
capstand . Faktor – faktor yang mempengaruhi proses perebusan :
- Tekanan uap dan lama perebusan
Tekanan dan lamanya waktu perebusan sangat penting karena
mempengaruhi hasil perebusan dan efisiensi pabrik sendiri. Apabila
tekanan dan waktu perebusan tidak cukup dapat menyebabkan beberapa
kerugian, yaitu:
1) Buah kurang masak, sebagian brondolan tidak lepas dari tandan
(unstriped bunch) yang menyebabkan kerugian minyak dalam
janjangan kosong bertambah.
2) Pelumatan pada digester tidak sempurna, yaitu sebagian daging
buah tidak lepas dari biji sehingga mengakibatkan proses
pengempaan tidak sempurna dan mengakibatkan kerugian minyak
pada fibre.
3) Ampas (fibre) basah yang menyebabkan pembakan dalam ketel
uap tidak sempurna. sedangkan apabila perebusan terlalu lama
dapat menyebabkan :
1) Buah menjadi memar, kerugian minyak dalam air rebusan
(kondensat),dan janjangan kosong bertambah.
2) Merusak mutu minyak dan inti.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam proses pengadukan ini (Susanti dan
Rahmadani, 2015) :
2. Digester harus selalu penuh atau sedikitnya ¾ dari kapasitas digester. Hal
ini dilakukan agar terjadi penekanan buah didalam digester untuk masuk
kedalam screw press sehingga akan terjadi pengepresan yang sempurna.
Stasiun Pengepressan (Pressing)
Stasiun pengepresan melakukan pengambilan minyak seoptimal mungkin.
Pengepresan dilakukan di dalam alat scew press yang dilengkapi dengan 2 buah ulir
berlawanan arah dengan tekanan 50 – 60 kg/cm2. Akibatnya dengan adanya tekanan
lumatan dari digester yang masuk ke scew press akan terperas dan mengeluarkan
minyak yang dikeluarkan melalui oil gutter dan dialirkan ke sand trap tank, sedangkan
nut dan fibre dari screw press dikirim ke cake breaker conveyor pada Kernel Recovery
Station untuk diteruskan ke sparating colomb untuk di olah menjadi inti sawit. Ekstrak
crude oil dari mesin screw press kemudian ditambahkan dengan kondensat sebagai
dilution water. Campuran crude oil dan dilution water ini dinamakan diluted crude oil
(DCO). Dilution water yang ditambahkan berfungsi untuk mempermudah proses
pemisahan antara crude oil dengan sludge pada Clarification Station.
1. Oil Gutter
Minyak yang keluar dari mesin Press akan mengalir melalui pipa yaitu Oil
Gutter. Oil Gutter ini akan membawa minyak yang keluar dari mesin Press
menuju ke Sand Trap Tank.
3. Vibrating Screen
Fungsi dari vibrating screen adalah untuk menyaring minyak (crude oil) dari
serabut, ampas dan pasir yang dapat mengganggu proses pemisahan minyak.
Vibrating screen yang digunakan bertipe double deck (dua kali penyaringan)
dengan saringan pertama 20 mesh dan saringan terakhir 40 mesh yang
selanjutnnya dialirkan ke COT.
6. Oil Tank
Oil tank ini merupakan tangki untuk peyimpanan minyak setelah pengendapan
di Clarifier. Minyak yang berada di dalam Oil Tank masih mengandung sedikit
kotoran-kotoran yang perlu untuk dihilangkan. Oleh karena itu minyak di dalam
Oil Tank dipanaskan dengan suhu 80-90 °C.
7. Vacuum Dryer
Vaucum dryer ini berfungsi untuk mengeringkan minyak pada kondisi vacuum
melalui proses pengkabutan agar kadar airnya lebih rendah, untuk memudahkan
proses pengkabutan temperatur minyak dijaga berkisar antara 90 0C – 95 0C,
kevacuuman di dalam vacuum dryer berkisar antara -75 sampai dengan -76 bar,
karena apabila kondisi vacuum terlalu tinggi maka minyak akan terikut dalam
uap air sedangkan apabila kondisi kevacuuman terlalu rendah maka kadar air
(moisture) pada minyak akan tinggi.
8. Storage Tank
Minyak dari vacuum dryer, kemudian dipompakan ke storage tank (tangki
timbun). Minyak yang dihasilkan dari daging buah berupa minyak yang disebut
Crude Palm Oil (CPO). Kapasitas masing – masing tangki adalah 2000 ton
dengan temperatur 45-55 0C dengan tujuan agar tidak cepat beku.
b) Di dalam clay bath akan terjadi pemisahan antara inti dengan cangkang
melalui proses pengapungan dengan menggunakan caulin. Claybath
adalah cairan yang berat jenisnya diantara beratjenis cangkang dan
kernel. Berat jenis kernel lebih rendah dari pada berat jenis cangkang
sehingga kernel akan terapung dan cangkang akan tenggelam. Pada
claybath berat jenis larutan yang digunakan adalah 1,15 – 1,18. Dengan
bantuan conveyor, kernel pecah yang telah terpisah dari cangkang akan
dibawa ke LTDS II, lalu dibawa ke kernel silo.
DAFTAR PUSAKA
Heryani, Hesti. 2017. CCP dan CP pada Proses Pengolahan CPO dan CPKO. Yogyakarta:
Deepublish.
“Karakteristik Fisikawi dan Kimiawi Minyak Kelapa Sawit dan Minyak Bekatul serta
Kandungan Gizinya”. Pengetahuanpanganpertanian,blogspot.com. 1 April 2016. 25 April
2021. http://pengetahuanpanganpertanian.blogspot.com/2016/04/karakteristik-fisikawi-
dan-kimiawi.html?m=1.
Hambali, Erliza, dan Titi Candra Sunarti. “Tanpa Tahun”. PBA Minyak dan Lemak.
https://slideplayer.info/amp/3073034/. (25 April 2021).
Himatekin. 2011. Potensi Agroindustri Kal-Sel.
https://himatekin.wordpress.com/2011/04/25/potensi-kal-sel/.