Anda di halaman 1dari 14

Sifat Fisika Kimia

Karakteristik Fisika
Minyak kelapa sawit (CPO) merupakan trigliserida yang terdiri dari berbagai
asam lemak, salah satunya yaitu palmitat. Asam lemak tak jenuh merupakan penyusun
minyak kelapa sawit sehingga berwujud cair pada suhu ruang. Sifat fisika minyak
kelapa sawit lainnya yaitu:
Tabel 1. Sifat Fisika dari CPO
Sifat Minyak Kelapa Sawit (CPO)
Bobot jenis pada suhu kamar 0,9
Indeks bias 40oC 1,4565 – 1,4585
Bilangan iod 48 – 56
Bilangan penyabunan 196 – 205
Titik leleh 25oC – 50oC
Warna Kuning, kuning kecoklatan
Bau Khas minyak sawit
Tingkat kejernihan Jernih
Sumber : Krischenbauer (1960)

Minyak kelapa sawit bersifat semi solid. Hal ini dikarenakan minyak kelapa
sawit memiliki titik leleh yang cukup tinggi yaitu 25oC- 50oC. Nilai densitas minyak
kelapa sawit berkisar antara 0.909 – 0.917 g/mL pada suhu ruang. Suhu dapat
mempengaruhi nilai densitas minyak kelapa sawit, dimana semakin tinggi suhu maka
nilai densitas minyak menurun (Wulandari et al., 2011). Indeks bias minyak kelapa
sawit pada suhu 40 oC sebesar 1.4565 – 1.4585.
Minyak kelapa sawit mengandung zat warna alamiah yang ikut terekstraksi
bersama minyak pada proses ekstraksi. Zat warna tersebut terdiri dari α-karoten, β-
karoten, xanthopil, klorofil dan antosianin sehingga menimbulkan warna kuning, kuning
kecoklatan, kehijau-hijauan dan kemerah-merahan pada minyak. Pigmen warna kuning
(karotenoid) bersifat tidak stabil pada asam dan suhu tinggi. Karotenoid merupakan
senyawa hidrokarbon tak jenuh dan dapat terhidrolisis sehingga warna kuning
berkurang (Pasaribu, 2004). Berat jenis minyak kelapa sawit sebesar 0.9 serta tidak larut
dalam air tetapi larut dalam pelarut nonpolar seperti dietil eter, benzena, kloroform dan
heksana.
Karakteristik Kimia
Minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil) mengandung hampir sejumlah asam
lemak jenuh (palmitat 44% dan stearat 4%) dan asam lemak tak jenuh (asam oleat 39%
dan asam linoleat 11%) (Gunstone et al., 2007). Minyak sawit juga terdiri dari > 90%
trigliserida, 2-7% digliserida, <1% monogliserida dan 3-4% asam lemak bebas dan
sekitar 1% dari komponen kecil yang meliputi karotenoid, vitamin E (tokoferol dan
tokotrienol), sterol, fosfolipid, glikolipid , dan terpena serta alifatik hidrokarbon yang
berkontribusi terhadap stabilitas dan sifat gizi minyak kelapa sawit (Goh et al., 1985).
Minyak kelapa sawit mempunyai karakteristik yang khas dibandingkan dengan minyak
nabati lainnya seperti minyak kacang kedelai, minyak biji kapas, minyak jagung dan
minyak biji bunga matahari dimana dengan kandungan asam lemak tidak jenuh yang
tinggi (50,2 %), minyak kelapa sawit sangat cocok digunakan sebagai medium
penggoreng.

Tabel 2. Komposisi Asam Lemak dari CPO


Jumlah (%)
Asam Lemak Rumus Molekul
Range Rata-rata
Asam Lemak Jenuh
Laurat C12: 0 0,1 - 1,0 0,2
Miristat C14: 0 0,9 – 1,5 1,1
Palmitat C16: 0 41,8 – 46,8 44,0
Stearat C18: 0 4,2 – 4,1 4,5
Arakhidonat C20: 0 0,2 – 0,7 0,4

Asam Lemak Tak Jenuh


Palmitoleat C16: 1 0,1 – 0,3 0,1
Oleat C18: 1 37,3 – 40,8 39,2
Linoleat C18: 2 9,1 – 11,0 10,1
Linolenat C18 : 3 0 – 0,6 0,4
Sumber : Hamilton (1995)

Standar Mutu
SNI 01-2901-2006
No Karakteristik Satuan Persyaratan
1 Kadar asam lemak bebas (%) fraksi masa < 0,5
2 Kadar air dan kotoran (%) fraksi masa < 0,5
3 Warna - Jingga kemerah-
merahan
4 Bilangan Yodium g yodium/100g 50 - 55

Proses Produksi
Pengolahan kelapa sawit di pabrik bertujuan untuk memperoleh minyak sawit
yang berkualitas baik. Proses tersebut berlangsung cukup panjang dan memerlukan
kontrol yang cermat, dimulai dari pengangkutan tandan buah segar (TBS) atau
brondolan dari tempat pengumpulan hasil (TPH) ke pabrik sampai dihasilkan minyak
sawit dan hasil sampingnnya. Pada dasarnya ada dua macam hasil olahan utama TBS di
pabrik, yaitu minyak sawit yang merupakan hasil pengolahan daging buah dan minyak
inti sawit yang dihasilkan dari ekstraksi inti sawit. Secara ringkas tahap-tahap proses
pengolahan TBS sampai dihasilkan minyak diuraikan sebagai berikut :

Pengangkatan TBS ke Pabrik

TBS yang baru dipanen harus segera diangkut ke pabrik karena harus segera
diolah dan tidak boleh melebihi delapan jam setelah panen. Buah yang tidak segera
diolah akan mengalami kerusakan. Pemilihan alat angkut yang tepat dapat membantu
mengatasi kerusakan buah selama pengangkutan. Jadwal kedatangan alat angkut ke
lokasi panen dan pabrik harus diatur sedemikian rupa agar sesampainya dikebun, tandan
yang harus diangkut sudah tersedia. Alat angkut yang dapat digunakan dari perkebunan
ke pabrik, di antaranya lori, traktor gandengan atau truk.
Stasiun Penerimaan TBS (Tandan Buah Segar)
Stasiun penerimaan TBS (Tandan Buah Segar) terdiri atas 2
yakni (Susanti dan Rahmadani, 2015) :

1) Jembatan Timbang (Weighting Bridge)


Penimbangan bertujuan untuk mengetahui produktivitas kebun sehingga
memerlukan data berat, asal kebun, bagian, blok. Setiap truk yangmengangkut
TBS ke pabrik ditimbang terlebih dahulu di jembatan timbang (Weighting
Bridge) untuk memperoleh berat sewaktu berisi (bruto) dan sesudah dibongkar
(tarra). Selisih antara brutto dan tarra adalah jumlahTBS yang diterima di PKS
(netto). Selain TBS, pada jembatan timbang dilakukan juga penimbangan
terhadap pengiriman CPO dan inti sawit, janjang kosong, fiber, dan pupuk
untuk afdeling kebun.

2) Buah yang telah ditimbang kemudian masuk ke stasiun sortasi (flat from),yang
bertujuan untuk melakukan proses sortasi dan grading terhadap bahan baku
yang tersedia setiap harinya, serta sebagai evaluasi proses pemanenan yang
ada pada kebun. Dimana luas areal lokasi sortasi ini 50 cm x 30 cm, setelah
dilakukan sortasi maka selanjutnya buah akan dimasukan ke dalam loading
ramp.
Stasiun Loading Ramp
Buah yang telah selesai ditimbang, dibawa ke loading ramp dan dituang ke tiap-
tiap bays dari loading ramp, kemudian diisikan kedalam lori-lori yang berkapasitas ± 20
ton TBS dengan cara membuka pintu bays yang diatur dengan sistem pintu hydraulic
menggunakan elektromotor yang berfungsi untuk membagi ke dalam lori (tempat buah).
Fungsi loading ramp adalah:
1. Tempat menampung TBS dari kebun sebelum diproses.
2. Mempermudah pemasukan TBS kedalam lori.
3. Mengurangi kadar kotoran dan untuk memisahkan kotor-kotoran seperti pasir dan
kerikilan sampah yang terikut.
Lori merupakan alat yang berfungsi sebagai penampung buah yang jatuh dari loading
ramp dan wadah untuk merebus TBS.

Stasiun Perebusan (Sterilizer)


Setelah lori penuh berisi TBS, kemudian ditarik dengan menggunakan
capstand dan selanjutnya dimasukkan ke dalam sterilizer, yaitu bejana uap tekan yang
digunakan untuk merebus buah. Rebusan adalah bejana uap bertekanan yang digunakan
untuk merebus TBS dengan uap (steam).
Lori buah dimasukkan ke dalam stasiun perebusan untuk direbus
dengan tujuan :
1. Menurunkan kadar air dalam daging buah.
Air yang ada di dalam buah akan menguap akibat pengaruh panasyang tinggi
pada proses sterilisasi. Penurunan kadar air sangat penting dalam pengolahan
pendahuluan dalam bejana pengaduk (digester) karena mempermudah serat
buah terurai antara satu dengan yang lainnya.

2. Menghentikan aktifitas enzim


Sebelum dinonaktifkan buah kelapa sawit mengandung lipase dan oksidase
yang terus bekerja dalam buah. Dalam hal ini enzim lipase bertindak sebagai
katalisator dalam pembentuk peroksida yang kemudianberubah menjadi gugus
aldehid dan keton. Senyawa terakhir ini jika dioksidasi lagi akan membentuk
asam lemak bebas. Untuk menghentikan aktifitas enzim tersebut maka harus
dilakukan perebusan minimal pada temperatur 50ºC.

3. Pelepasan buah dari tandannya. Di dalam buah terdapat zat-zat polisakarida


yang bersifat sebagaizat perekat yang akan terhidrolisa dan pecah menjadi
monosakarida yang lain.
4. Melunakkan daging buah (pericarp)
Pericarp yang telah direbus menjadi lunak dan hal ini mempermudah proses
pengempaan. Pericarp ini mudah terlepas dari biji karena ketahan mekanis dari
ikatan antara pericarp dengan biji akan menurun sehingga bagian mesocarp
dan biji dapat dilepas satu sama lain di bagian digester dan akan terpisah
sempurna di bagian depericarper.

5. Mempersiapkan biji untuk memperoleh inti biji


Kadar air dalam cangkang akan berkurang dengan adanya proses pemanasan
dan mengakibatkan elastisitas terhadap benturan saat pada pemecahan biji
berkurang.

Siklus perebusan adalah waktu yang diperlukan untuk merebus TBS,ditambah


dengan waktu untuk memasukan lori ke rebusan dan mengeluarkannya. Proses
perebusan dilakukan dengan sistem 3 puncak, dimana puncak pertama dan kedua
bertujuan untuk memberikan tekanan kejut sehingga buah lepas dari tandan serta
membuat udara di rebusan agar pemanasan pada masa tahap optimum (temperatur
tercapai). Puncak ketiga bertujuan untuk mematang buah dan melunakan daging buah.
Waktu yang digunakan untuk perebusan adalah 90 menit, sedangkan waktu untuk satu
siklus perebusan 110 – 20 menit. Tahapan- tahapan yang dilakukan dalam perebusan
tripel peak (Susanti dan Rahmadani, 2015) :

1. Persiapan perebusan. Setelah lori-lori dimasukkan kedalam rebusan, pintu


ditutup, kran-kran inlet steam, exhaust dan kondensat ditutup.

2. Deaerasi
Inlet steam dibuka dan kran kondensat dibuka untuk membuang udara-udara
yang ada didalam rebusan selama 3 – 5 menit.

3. Puncak 1
Kran kondensat ditutup, inlet steam dibuka sampai mencapai tekanan 1,5
kg/cm2. Setelah tekanan tercapai, kran inlet steam ditutup dan kran kondensat
dibuka hingga tekanan mencapai 0 kg/cm2.

4. Puncak 2
Kran kondensat ditutup dan kran inlet steam dibuka hingga mencapai tekanan
2,0 kg/cm2. Setelah mencapai tekanan 2,0 kg/cm2 kran inlet steam ditutup dan
kran kondensat dibuka hingga mencapai tekanan 0,5 kg/cm2.
5. Puncak 3
Kran kondensat ditutup dan kran inlet steam dibuka hingga mencapai tekanan
2,8 – 3,0 kg/cm2. Setelah mencapai tekanan tersebut,semua kran ditutup dan
ditahan selama 45 menit, kemudian kran exhaust dibuka dan setelah mencapai
tekanan 1,0 kg/cm2, kran kondensat dibuka hingga mencapai tekanan 0 kg/cm2.

6. Pengeluaran lori
Pintu rebusan dibuka dan lori-lori dikeluarkan dengan menggunakan bantuan
capstand . Faktor – faktor yang mempengaruhi proses perebusan :
- Tekanan uap dan lama perebusan
Tekanan dan lamanya waktu perebusan sangat penting karena
mempengaruhi hasil perebusan dan efisiensi pabrik sendiri. Apabila
tekanan dan waktu perebusan tidak cukup dapat menyebabkan beberapa
kerugian, yaitu:
1) Buah kurang masak, sebagian brondolan tidak lepas dari tandan
(unstriped bunch) yang menyebabkan kerugian minyak dalam
janjangan kosong bertambah.
2) Pelumatan pada digester tidak sempurna, yaitu sebagian daging
buah tidak lepas dari biji sehingga mengakibatkan proses
pengempaan tidak sempurna dan mengakibatkan kerugian minyak
pada fibre.
3) Ampas (fibre) basah yang menyebabkan pembakan dalam ketel
uap tidak sempurna. sedangkan apabila perebusan terlalu lama
dapat menyebabkan :
1) Buah menjadi memar, kerugian minyak dalam air rebusan
(kondensat),dan janjangan kosong bertambah.
2) Merusak mutu minyak dan inti.

Stasiun Bantingan (Thressing)


Pembantingan atau Perontokan buah (thressing station) adalah proses pemisahan
brondolan dari janjang buah kelapa sawit setelah dari sterilizer dengan menggunakan
mesin threser. TBS yang telah direbus kemudian di angkat dengan menggunakan
hoisting crane untuk dituang kedalam hopper (bagian dari threser). Tandan yang telah
direbus dimasukkan kedalam threser yang berputar sehingga tandan buah rebus
dibanting. Adanya bantingan maka buah akan terlepas dari janjangannya. Buah yang
keluar dari kisi-kisi jatuh ke dalam conveyor under kemudian ditransfer ke digester.
Janjangan kosong yang tidak lolos pada jeruji karena ukuranya, akan keluar melalui
bagian depan threser yang terbuka dan jatuh kesuatu conveyor untuk ditransfer menuju
cacahan (incenerator). Kapasitas padathresser ini 25-45 ton, dengan lama proses
pemipilan berkisar 1 menit.

Stasiun Pelumatan (Digetser)


Digester merupakan sebuah tabung silinder berlapis dan mempunyai as putar
yang dilengkapi dengan pisau pengaduk. Pisau-pisau ini dibuat bersilang antara satu
dengan yang lainnya agar daya aduk pisau ini cukup besar dan letak pisau dibuat
miring, sehingga buah yang diaduk turun naik agar proses pelumatan menjadi lebih
sempurna serta membuat pericarp pecah dan terlepas daribijinya. Di dalam proses
digester sebagian telah terjadi pemisahan antara cairan dengan padatan sehingga
membentuk adonan. Alat ini berfungsi untuk melumatkan Loose Fruit sebelum diproses
didalam mesin screw press. Tujuan pelumatan ini adalah membuka daging buah
(mesocarp), sehingga mempermudah dalam proses pengempaan (pressing ).

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam proses pengadukan ini (Susanti dan
Rahmadani, 2015) :

1. Minyak yang terbentuk dalam proses pengadukan harus dikeluarkan


karena jika minyak dan air tersebut tidak dikeluarkan maka akan bertindak
sebagai bahan pelumas sehingga gaya gesekan akan berkurang dimesin
press.

2. Digester harus selalu penuh atau sedikitnya ¾ dari kapasitas digester. Hal
ini dilakukan agar terjadi penekanan buah didalam digester untuk masuk
kedalam screw press sehingga akan terjadi pengepresan yang sempurna.
Stasiun Pengepressan (Pressing)
Stasiun pengepresan melakukan pengambilan minyak seoptimal mungkin.
Pengepresan dilakukan di dalam alat scew press yang dilengkapi dengan 2 buah ulir
berlawanan arah dengan tekanan 50 – 60 kg/cm2. Akibatnya dengan adanya tekanan
lumatan dari digester yang masuk ke scew press akan terperas dan mengeluarkan
minyak yang dikeluarkan melalui oil gutter dan dialirkan ke sand trap tank, sedangkan
nut dan fibre dari screw press dikirim ke cake breaker conveyor pada Kernel Recovery
Station untuk diteruskan ke sparating colomb untuk di olah menjadi inti sawit. Ekstrak
crude oil dari mesin screw press kemudian ditambahkan dengan kondensat sebagai
dilution water. Campuran crude oil dan dilution water ini dinamakan diluted crude oil
(DCO). Dilution water yang ditambahkan berfungsi untuk mempermudah proses
pemisahan antara crude oil dengan sludge pada Clarification Station.

Stasiun Klarifikasi (Clarification Station)


Crude oil yang berasal dari condensate tank masih mengandung kotoran dari
daging buah seperti lumpur, air dan lain-lain. Keadaan ini menyebabkan penurunan
mutu CPO, maka untuk mendapatkan CPO yang memenuhi standar diperlukan
pemurnian CPO tersebut. Proses clarification station terdiri dari (Susanti dan
Rahmadani, 2015) :

1. Oil Gutter
Minyak yang keluar dari mesin Press akan mengalir melalui pipa yaitu Oil
Gutter. Oil Gutter ini akan membawa minyak yang keluar dari mesin Press
menuju ke Sand Trap Tank.

2. Sand Trap Tank


Minyak yang berasal dari screw press selanjutnya di-press di sand trap tank
untuk menahan pasir ke COT sebelum di-press pada clarifier station.

3. Vibrating Screen
Fungsi dari vibrating screen adalah untuk menyaring minyak (crude oil) dari
serabut, ampas dan pasir yang dapat mengganggu proses pemisahan minyak.
Vibrating screen yang digunakan bertipe double deck (dua kali penyaringan)
dengan saringan pertama 20 mesh dan saringan terakhir 40 mesh yang
selanjutnnya dialirkan ke COT.

4. Crude Oil Tank (COT)


Minyak dari Vibrating Screen akan ditampung di Crude Oil Tank. Fungsi tangki
ini adalah untuk mengendapkan zat-zat yang tidak larut dalam minyak yang
lolos dari Vibrating Screen. Agar minyak tidak membeku dan tidak terikat
dengan padatan yang masih ada maka di alirkan suhu panas melalui pipa Steam
dengan suhu antara 90-95 °C.

5. Continuous settling tank


Minyak dalam tank ini masih bercampur dengan sludge (lumpur, air dan kotoran
lainnya). Di sini, minyak dipisahkan dari sludge berdasarkan perbedaan berat
jenis (minyak berada di bagian atas). Minyak bersih dari continuous tank
dialirkan ke top oil tank, sedangkan sludge dialirkan ke sludge tank.

6. Oil Tank
Oil tank ini merupakan tangki untuk peyimpanan minyak setelah pengendapan
di Clarifier. Minyak yang berada di dalam Oil Tank masih mengandung sedikit
kotoran-kotoran yang perlu untuk dihilangkan. Oleh karena itu minyak di dalam
Oil Tank dipanaskan dengan suhu 80-90 °C.

7. Vacuum Dryer
Vaucum dryer ini berfungsi untuk mengeringkan minyak pada kondisi vacuum
melalui proses pengkabutan agar kadar airnya lebih rendah, untuk memudahkan
proses pengkabutan temperatur minyak dijaga berkisar antara 90 0C – 95 0C,
kevacuuman di dalam vacuum dryer berkisar antara -75 sampai dengan -76 bar,
karena apabila kondisi vacuum terlalu tinggi maka minyak akan terikut dalam
uap air sedangkan apabila kondisi kevacuuman terlalu rendah maka kadar air
(moisture) pada minyak akan tinggi.

8. Storage Tank
Minyak dari vacuum dryer, kemudian dipompakan ke storage tank (tangki
timbun). Minyak yang dihasilkan dari daging buah berupa minyak yang disebut
Crude Palm Oil (CPO). Kapasitas masing – masing tangki adalah 2000 ton
dengan temperatur 45-55 0C dengan tujuan agar tidak cepat beku.

9. Vibrating Screen Sludge


Fungsi dari vibrating screen sludge hampir sama vibrating screen, tetapi
digunakan untuk menyaring sludge yang masih mengandung kotoran-kotoran
padat. Vibrating screen sludge yang digunakan bertipe single deck (satu kali
penyaringan) dengan saringan 30 mesh. Selanjutnya dipompakan ke sludge tank.

10. Sludge Tank


Sludge yang telah tersaring dari vibrating screen sludge dan masih mengandung
minyak ditampung dalam sludge tank untuk sementara sebelum dipompakan ke
sand cyclone. Sludge dipanaskan pada suhu 95º C dengan menggunakan steam
coil.

11. Sand Cyclone


Pada sand cyclone, pasir yang terikut pada sludge dari sludge tank dipisahkan
dengan rutin setiap 15 menit. Pasir yang terpisahkan jatuh ke bawah dan
ditampung dengan sand collecting tank. Sludge yang bersih keluar dari bagian
atas dan dialirkan ke Buffer tank untuk didistribusikan ke sludge centrifuge.

12. Buffer Tank


Sludge yang keluar dari sand cyclone ditampung sementara kedalam balance
tanksebelum didistribusikan ke 6 unit sludge centrifuge. Balance tank
ditempatkan pada posisi tinggi agar memudahkan pengaliran sludge, sehingga
sludge pada centrifuge selalu dalam keadaan penuh.

13. Sludge Centrifuge


Sludge centrifuge berfungsi untuk memisahkan minyak yang masih terdapat
pada sludge. Dengan adanya gaya gerak vertikal sentrifugal maka minyak akan
terkumpul ditengah dan akan mengalir ke reclaimed oil tank yang kemudian
dipompakan ke COT tank untuk didaur ulang, sedangkan sludge akan keluar
melewati nozzle dan keluar dari sludge centrifuge menuju sludge pit.

14. Sludge Pit


Sludge yang keluar dari centrifuge dialirkan ke sludge pit untuk ditampung
sementara dan sebelum dialirkan kembali ke kolam limbah. Minyak pada lapisan
atas meluap melalui skimmer dan dialirkan ke COT tank untuk didaur ulang,
sedangkan sludge turun melalui under flow menuju bak sludge pit kedua
sebelum dialirkan menuju sediment pond.

Stasiun Kernel (Kernel Plant)


Kernel plant ini berfungsi untuk memproses campuran ampas (fibre) dan
biji (nut) yang ke luar dari screw press diproses untuk menghasilkan Inti sawit (kernel)
sebagai hasil produksi yang siap di pasarkan dan cangkang (shell) serta fibre sebagai
bahan bakar boiler.

1. Pemecahan Ampas Kempa di Cake Breaker Conveyor


Ampas kempa yang keluar dari screw press terdiri dari serat dan biji yang masih
mengandung air yang tinggi dan berbentuk gumpalan. Oleh karena itu dipecah
dengan alat pemecah cake breaker conveyor, kemudian ampas akan di angkut
menuju fibre cyclon. Untuk mempermudah pemecahan gumpalan ampas dan
terbentuknya ampas yang memenuhi standar sebagai bahan bakar pada ketel
uap, maka di lakukan pemanasan cake breaker conveyor yang mempuyi suhu90-
95 0C sehingga air pada ampas akan berjalan dengan sempurna yang
menyebabkan kadar air pada ampas akan turun dan mudah diproses lebih lanjut
pada depericarper.

2. Pemisahan Ampas dan Biji di Depericarper


Depericarper adalah suatu alat tromol tegak dan panjang yang ujungnya terdapat
blower pengisap serta fibre cylone. Depericarper berfungsi untuk memisahkan
ampas dan biji serta membersihkan biji dari sisa – sisa serabut yang masih
melekat. Ampas dan biji yang masih akan terpisah dalam cake breakar conveyor
kemudian masuk ke depericarper. Dalam depericarper ampas kering (fibre)
yang beratjenisnya lebih ringan dari biji akan terhisap oleh blower untuk di
salurkan ke fiber cydone, kemudian di tampung ke dalam instansi ketel uap
untuk dijadikan bahan bakar pada ketel uap sedangkan biji (nut) yang berat
jenisnya lebih besar akan jatuh ke nut polishing drum.

3. Drum Pemolis di Nut Polishing Drum


Nut Polishing Drum adalah suatu drum kerangka berputar yangmempunyai plat-
plat yang dipasang miring pada dinding bagian dalam dan pada asnya. Alat ini
berfungsi membersihkan sisa ampas yang masih ada di dalam kernel. Nut yang
sudah bersih masuk ke conveyor dan di antar ke nut transfort fan. Nut transfort
fan akan menghisap nut dan dihantarkan ke nut silo sedangkan batu/ kotoran
lain akan jatuh karena berat jenisnya lebih besar.

4. Pemanasan Biji di Nut Silo


Biji yang ada di nut transport fan akan dibawa ke nut silo, tempat penyimpanan
kernel sementara, untuk dikeringkan dengan uap panas, pengeringan ini
bertujuan untuk memudahkan pemecahan biji dan terlepasnya inti dari
cangkang. Selain itu pemanasan ini juga untuk mengurangi kadar air inti. Nut
silo berbentuk segi empat dan bagian bawahnya berbentuk kerucut segi empat
(Nurhidayati, 2010). Di bagian bawah kerucut segi empat terdapat nut feeder
sebagai umpan masuk ke dalam ripple mill.

5. Pemecahan Biji di Ripping Machine (Ripple Mill)


Dari nut silo, nut akan jatuh kedalam alat pemecah nut. Ripple mill merupakan
alat yang berfungsi untuk memecah nut dengan cara penggesekan dimana dalam
alat tersebut dilengkapi dengan rotorbar yang berbentuk pipa yang berjumlah 46
buah untuk masing-masing ripple mill. Ripple mill terbagi menjadi 3 buah
berdasarkan ukuran dari nut tersebut yaitu besar, sedang dan kecil. Prinsip kerja
dari alat ini adalah nut yang masuk dari nut silo, dijatuhkan ke dalam rotorbar
dengan kecepatan 626 rpm, dimana nut-nut tersebut akan ditekan sehingga
menjadi terpisah antara cangkang dan intinya dan akan digiling, kemudian jatuh
pada CM conveyor dan diangkut menggunakan alat CM elevator.

6. Pemisahan Inti dan Cangkang (phenoumetic separator)


Pemisahan kernel dengan cangkang yang telah dipecah dilakukan dengan
pemisahan kering dan pemisahan basah. Pemisahan kering dilakukan dengan
Light Tenera Dust Separation (LTDS). LTDS merupakan alat yang berfungsi
untuk memisahkan antara kernel, nut dan fiber yang masih terikut selama proses
pengolahan. Untuk LTDS kadar losses yaitu 1%. Prinsip yang digunakan dalam
LTDS ini adalah dengan diberikannya angin oleh fan, sehingga dapat
memisahkan antara cangkang, fiber dan nut. LTDS ini dapat dilihat pada
Gambar 39. LTDS terbagi menjadi 2 yaitu:
a. LTDS I, yang dimana masih banyak terdapat fiber halus.
b. LTDS II, yang dimana cangkang kasarnya cukup banyak dan fiber
rendah.
Pada pemisahan basah dilakukan dengan claybath. Claybath merupakan bak
lumpur yang berisi CaCO3, air dan abu.Alat ini berfungsi untuk memisahkan
cangkang dan inti yang berasal dari LTDS II. Prinsip yang digunakan pada
claybath ini adalah memisahkan antara cangkang dan nut dengan campuran
dengan bantuan putaran. Penambahan CaCO3 dimana sebelumnya dipastikan
stirrer telah dijalankan. Jalankan motor penggerak vibrating screen, jalankan
pompa sirkulasi larutan untuk mengisi cyclone tempat pemisahan, pastikan
umpan selalu dalam keadaan konstan dan kapasitas pompa sirkulasi agar
disetting secukupnya untuk menghindari turbelensi pada bak pemisahan.
Langkah – langkah pemisahan cangkang dengan kernel yang dilakukan adalah
sebagai berikut (Nurhidayati, 2010) :
a) Nut yang telah dipecah di Ripple mill diangkut ke LTDS I dengan
bantuan elevator. Dengan bantuan hisapan udara (Blower), fraksi yang
lebih ringan yaitu serabut, cangkang halus dan debu akan terhisap ke atas
sedangkan fraksi berat yaitu cangkang kasar dan inti akan jatuh ke
grading drum.
Pada grading drum dilakukan pemisahan cangkang kasar dan kernel.
Pada tahap ini inti bulat akan masuk ke LTDS II dan kemudian
melalui kernel transfort fan, kernel akan dikirim ke kernel silo.
Sedangkan kernel pecah dan cangkang kasar akandibawa oleh
conveyor ke clay bath.

b) Di dalam clay bath akan terjadi pemisahan antara inti dengan cangkang
melalui proses pengapungan dengan menggunakan caulin. Claybath
adalah cairan yang berat jenisnya diantara beratjenis cangkang dan
kernel. Berat jenis kernel lebih rendah dari pada berat jenis cangkang
sehingga kernel akan terapung dan cangkang akan tenggelam. Pada
claybath berat jenis larutan yang digunakan adalah 1,15 – 1,18. Dengan
bantuan conveyor, kernel pecah yang telah terpisah dari cangkang akan
dibawa ke LTDS II, lalu dibawa ke kernel silo.

7. Kernel silo dryer


Kernel silo dryer merupakan alat yang berfungsi dalam pemasakan dengan
menggunakan steam, bertujuan agar nut mudah untuk dipecah, untuk
mendapatkan kadar air kernel sesuai standar yaitu kecil dari 8%. Prinsip yang
digunakan adalah pemberian steam pada silo dryer dengan suhu berkisar antara
90-95 °C dimana waktu penahanan kernel adalah 14-15 jam .
8. Kernel Silo Bin
Kernel silo bin merupakan tempat untuk penyimpanan kernel sebelum
dikirim/dipasarkan. Kernel storage berbentuk silinder terbuat dari plat
aluminium berbentuk lengkung disambung dan melingkar keatas. Kernel storage
memliki sebuah fan agar uap air yang terkandung dalam inti dapat keluar dan
tidak menyebabkan kondisi dalam storage lembab, yang kemudian
menyebabkan timbulnya jamur pada inti. Inti dari kernel silo diangkut ke
kernel storage menggunakan screw conveyor dan pneumatic conveyor serta
kernel elevator. Didalam gudang inti kelembaban udara tidak boleh lebih dari
70%.
Pohon Industri

DAFTAR PUSAKA
Heryani, Hesti. 2017. CCP dan CP pada Proses Pengolahan CPO dan CPKO. Yogyakarta:
Deepublish.
“Karakteristik Fisikawi dan Kimiawi Minyak Kelapa Sawit dan Minyak Bekatul serta
Kandungan Gizinya”. Pengetahuanpanganpertanian,blogspot.com. 1 April 2016. 25 April
2021. http://pengetahuanpanganpertanian.blogspot.com/2016/04/karakteristik-fisikawi-
dan-kimiawi.html?m=1.
Hambali, Erliza, dan Titi Candra Sunarti. “Tanpa Tahun”. PBA Minyak dan Lemak.
https://slideplayer.info/amp/3073034/. (25 April 2021).
Himatekin. 2011. Potensi Agroindustri Kal-Sel.
https://himatekin.wordpress.com/2011/04/25/potensi-kal-sel/.

Anda mungkin juga menyukai