1Program Studi Farmasi, FMIPA, Universitas Kristen Indonesia Tomohon, Tomohon, Indonesia
2Program Studi Biologi, FMIPA, Universitas Kristen Indonesia Tomohon, Tomohon, Indonesia
*E-mail:randy_wwjd@rocketmail.com
Abstrak
Kata kunci: Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit menahun dengan tingkat komplikasi sangat tinggi,
Diabetes melitus dan merupakan penyebab kematian tertinggi ketiga di Indonesia. Penanganan DM tidak lepas
tipe 2; Drug-related
problems; dari tindakan terapi obat sehingga diperlukan adanya kegiatan pharmaceutical care dalam
Puskesmas penanganan drug related problems (DRPs) demi tercapainya efek obat yang optimal pada
pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kejadian DRPs pada pasien DM
tipe 2 di Puskesmas Tuminting Kota Manado. Pengambilan sampel sebanyak 42 buah
dilakukan dengan metode purposive sampling, menggunakan data rekam medik dan catatan
Keywords: perkembangan pasien DM tipe 2 secara retrospektif pada periode Januari sampai Juni 2019.
Type 2 diabetes Data kemudian dianalisis secara deskriptif. Diperoleh hasil kejadian DM tipe 2 pada
mellitus; Drug- perempuan sebesar 53,10% dan pria 46,90%. Pasien DM tipe 2 paling banyak terjadi pada usia
related problems;
Public health
>60 tahun sebesar 66,67%. Penyakit penyerta yang paling tinggi adalah gangguan
centre kardiovaskular sebesar 24,24%. Obat antihiperglikemia yang paling banyak digunakan adalah
metformin sebesar 72,50%. Kejadian DRPs paling banyak terjadi pada bulan Mei 2019 sebesar
36,36% dengan kriteria 59,05% DRPs butuh obat, 13,64% tidak butuh obat, 20,45% salah obat,
2,27% dosis kurang dan 4,55% dosis lebih.
Received:
12-07-2020
Revised:
Abstract
03-10-2020 Diabetes mellitus (DM) is a chronic disease with a very high complication rate and the third-
Accepted: highest cause of death in Indonesia. The management of DM cannot be separated from the
04-01-2021 action of drug therapy. It is necessary to have pharmaceutical care in handling drug related
problems (DRPs) in order to achieve optimal drug effects on patients. The purpose of this study
is to describe the characteristics and incidence of DRPs in type 2 DM patients at the Tuminting
Public Health Centre, Manado. Sampling of 42 samples is conducted with a purposive
Jurnal sampling method using medical records and patient medical treatment history data for type 2
Kefarmasian
Indonesia,
DM patients retrospectively from January to June 2019. The data is analyzed descriptively. The
2021:11(1):49-55 results obtained from the incidence of type 2 diabetes mellitus in women were 53.10% and men
46.90%. Most patients with type 2 diabetes were at the age of >60 years, 66.67%. The highest
co-morbidity were cardiovascular disorders 24,24%. The most widely used antihyperglycemic
drug was metformin 72.50%. The most DRPs incidence occurred in May 2019 at 36.36%, with
DOI: 59.05% was needing drugs was, 13.64% did not need drugs, 20.45% wrong drugs, 2.27% less
https://doi.org/10.2 dose and 4.55% over dose.
2435/jki.v11i1.3499
49
Jurnal Kefarmasian Indonesia. 2021;11(1):49-55
50
Gambaran Drug Related Problems (DRPs) pada Pasien Diabetes Melitus ….(Randy Tampai, dkk)
51
Jurnal Kefarmasian Indonesia. 2021;11(1):49-55
reseptor dan aksi insulin. Penurunan diabetes melitus tipe 2, bahwa penyakit
konsentrasi DHEAS ada kaitannya dengan DM yang tidak diobati akan menyebabkan
kenaikan lemak tubuh serta turunnya berbagai macam komplikasi diantaranya
aktivitas fisik.15 adalah gangguan kardiovaskular.16
Hampir semua pasien DM tipe 2 yang
Profil jaminan kesehatan diteliti mengalami hipertensi yang
Pasien DM tipe 2 yang mengalami merupakan gangguan kardiovaskular. Hal
DRPs seluruhnya menggunakan jaminan ini disebabkan adanya komplikasi berupa
kesehatan (JKN). Diketahui juga bahwa makroangiopati yaitu komplikasi pada
seluruh pasien DM Tipe 2 dalam penelitian pembuluh darah besar yang menyebabkan
ini adalah peserta Program Rujuk Balik perubahan tekanan darah.11
(PRB) penyakit kronis yang berobat rutin Menurut Pangaribuan, DM merupakan
setiap bulan. penyakit yang paling banyak
menyebabkan terjadinya penyakit lain.
Proporsi penyakit penyerta Komplikasi yang lebih sering terjadi dan
Proporsi penyakit penyerta pada pasien mematikan adalah serangan jantung dan
DM tipe 2 di Puskesmas Tuminting periode stroke.17
Januari-Juni 2019 ditunjukkan pada Tabel
2. Proporsi jenis antidiabetes
Proporsi jenis antidiabetes pasien
Tabel 2. Proporsi Penyakit Penyerta Pada DM tipe 2 di Puskesmas Tuminting
Pasien DM Tipe 2 (N = 132) periode Januari-Juni 2019 ditunjukkan
Penyakit Penyerta Jumlah Persentase (%)
pada Tabel 3.
Gangguan vaskular 32 24,24
Tabel 3. Proporsi Jenis Antidiabetes pada
Penyakit 23 17,42
muskuloskeletel dan
Pasien DM Tipe 2 (N= 40)
otot Jenis Jumlah Persentase (%)
Penyakit saluran nafas 20 15,15 Antidiabetes Pasien
Penyakit infeksi 19 14,39 Metformin 29 72,50
Penyakit neurologik 15 11,36 Glibenklamid 2 5,00
Penyakit pencernaan 9 6,83 Glimepirid 6 15,00
Penyakit alergi 7 5,31 Akarbose 1 2,50
Febris 6 4,54 Mix insulin 2 5,00
Penyakit kulit 1 0,76
Penggunaan obat antidiabetes pada
Penyakit penyerta yang paling banyak pasien DM tipe 2 yang paling banyak
diderita pada pasien DM tipe 2 adalah adalah dari golongan biguanid yaitu
penyakit gangguan kardiovaskular metformin untuk 29 orang (72,50%)
sebanyak 32 orang (24,24%), penyakit diikuti glimepirid untuk 6 orang (15%),
muskuloskeletel dan otot sebanyak 23 glibenklamid dan mix Insulin masing-
orang (17,42%), penyakit saluran nafas masing untuk 2 orang (5%) dan terendah
sebanyak 20 orang (15,15%), penyakit adalah akarbose untuk 1 orang (5%).
infeksi sebanyak 19 orang (14,39%), Seluruh pasien memperoleh obat
penyakit neurologik sebanyak 15 orang antidiabetes yang diresepkan. Obat
(11,36%), penyakit pencernaan sebanyak 9 antidiabetes yang digunakan terdapat
orang (6,83%), penyakit alergi sebanyak 7 dalam formularium yang digunakan di
orang (5,31%), febris sebanyak 5 orang Puskesmas Tuminting.
(11,90%) dan terendah pada penyakit kulit Pemilihan obat tergantung tingkat
sebanyak 1 orang (0,76%) dari 132 keparahan dari penyakit yang diderita
penyakit penyerta. pasien.16 Obat yang paling banyak
Hal ini sejalan dengan teori yang digunakan sebagai obat pilihan utama
tertuang pada konsensus pengelolaan adalah metformin. Hal ini disebabkan
52
Gambaran Drug Related Problems (DRPs) pada Pasien Diabetes Melitus ….(Randy Tampai, dkk)
53
Jurnal Kefarmasian Indonesia. 2021;11(1):49-55
tubuh dan dapat menyebabkan asidosis tipe 2 pada bulan Mei 2019 yaitu sebesar
laktat.16 112 orang (31,38%) dan terendah pada
Permasalahan yang juga terjadi adalah bulan April yaitu sebesar 34 orang
adanya pemberian asam mefenamat pada (9,52%) dari 357 orang pasien DM selama
pasien riwayat gastritis tanpa disertai obat periode bulan Januari-Juni 2019.
antigastritis. Hal ini akan memperparah Adapun beberapa faktor yang
penyakit gastritis pasien. Selanjutnya mempengaruhi terjadinya DRPs pada
terdapat pemberian kaptopril pada pasien pasien DM tipe 2 di Puskesmas Tuminting
DM tipe 2 dengan komplikasi hipertensi adalah kurangnya informasi tentang
dan keluhan batuk terus menerus, hal ini pasien dan tidak tersedianya tenaga
tidak tepat karena menurut American apoteker yang dapat memberikan
Pharmacist Association, kaptopril informasi maupun intervensi baik kepada
memberikan efek samping berupa batuk.18 dokter maupun pasien. Informasi tentang
pasien yang dimaksud adalah hasil
DRPs dosis kurang laboratorium lengkap pasien, riwayat
Tabel 4 menunjukkan jumlah DRPs penggunaan obat pasien, serta riwayat
dosis kurang sebesar 1 kasus (2,27%) dan alergi terhadap penggunaan obat yang
merupakan DRPs dengan nilai terendah dicantumkan dalam rekam medik
pada penelitian ini. Hal ini terjadi karena
adanya pemberian dosis obat dibawah dosis Tabel 5. Kejadian DRPs Berdasarkan
terapi sehingga efek yang dihasilkan tidak Periode Waktu (N=44)
optimal. Permasalahan yang terjadi adalah Bulan Jumlah Kasus Persentase (%)
pemberian amoksisilin 2x500 mg sehari. Januari 4 9,09
American Pharmacist Association Februari 3 6,82
menyatakan dosis amoksilin adalah 3x500 Maret 10 22,73
April 5 11,36
mg sehari, sehingga dosis yang diberikan
Mei 16 36,36
tidak cukup untuk menghasilkan dosis yang Juni 6 13,64
optimal.18
KESIMPULAN
DRPs dosis lebih
Tabel 4 menunjukkan 2 kasus (4,55%) Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh
DRPs dosis lebih dari 44 kasus DRPs pada kesimpulan bahwa dari kelima kategori
42 pasien DM tipe 2. Permasalahan yang kejadian DRPs yang diteliti, kejadian yang
terjadi pada kasus tersebut adalah adanya terbanyak ada pada kategori butuh obat
pemberian siprofloksasin 3x500 mg. sebesar 59,05%. Dari penelitian ini
Menurut American Pharmacist Association diperoleh hasil kejadian DM tipe 2 pada
dosis siprofloksasin adalah 2x250-750 mg perempuan 53,10% dan pria 46,90%.
setiap 12 jam.18 Pasien DM tipe 2 paling banyak terjadi
pada usia >60 tahun sebesar 66,67%.
Kejadian DRPs berdasarkan waktu Penyakit penyerta yang paling tinggi
Kejadian DRPs berdasarkan periode adalah gangguan kardiovaskular sebesar
waktu ditunjukkan pada Tabel 5. Tabel 5 24,24%. Obat antihiperglikemia yang
menunjukkan kejadian DRPs paling banyak paling banyak digunakan adalah
terjadi di bulan Mei. Namun angka tersebut metformin sebesar 72,50%. Untuk
tidak mengindikasikan bahwa ada kejadian DRPs pada tiap kategori
keterkaitan antara bulan dengan kejadian diperoleh butuh obat sebesar 59,05%,
DRPs. tidak butuh obat sebesar 13,64%, salah
Hal tersebut didukung dengan data yang obat sebesar 20,45%, dosis kurang sebesar
diperoleh dari laporan kunjungan pasien 2,27%, dan dosis lebih sebesar 4,55%.
DM tipe 2 di Puskesmas Tuminting, bahwa Kejadian DRPs paling banyak terjadi pada
ada kenaikan jumlah kunjungan pasien DM bulan Mei 2019 sebesar 36,36%.
54
Gambaran Drug Related Problems (DRPs) pada Pasien Diabetes Melitus ….(Randy Tampai, dkk)
55